You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern

saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir

diseluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan serangan stroke yang mendadak dapat

mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental baik pada usia produktif

maupun usia lanjut (Junaidi, 2011).

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, kematian akibat

stroke sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Selain

itu, diperkirakan sebesar 16% kematian stroke disebabkan tingginya kadar

glukosa darah dalam tubuh. Tingginya kadar gula dalam tubuh secara patologis

berperan dalam peningkatan konsentrasi glikoprotein, yang merupakan pencetus

beberapa penyakit vaskuler. Kadar glukosa darah yang tinggi pada saat stroke

akan memperbesar kemungkinan meluasnya area infark karena terbentuknya

asam laktat akibat metabolisme glukosa secara anaerobic yang merusak jaringan

otak (Rico dkk, 2012).

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 jumlah penyakit

stroke mengalami peningkatan. Penyakit sroke tertinggi di Indonesia terjadi pada

kelompok umur 75 tahun dengan prevalensi penderita stroke sebesar 50,2%

seiring dengan bertambahnya umur penyakit stroke tidak hanya menyerang lanjut
usia saja. Penderita stroke sudah di mulai dari kelompok usia 15-24 tahun dengan

prevalensi 0,6%, usia 25-34 tahun sebanyak 1,4%, usia 35-44 tahun sebanyak

3,7%, usia 45-54 tahun sebanyak 14,2% dan usia 65-74 tahun sebanyak 45,3%.

Prevalensi stroke berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-laki 11,0%

dibandingkan dengan perempuan 10,9%. Berdasarkan tempat tinggal, prevalensi

stroke di kota cenderung lebih tinggi sebesar 12,6% dibandingkan dengan daerah

pedesaan yaitu 8,8%.

Prevalensi stroke non hemoragik di Jawa Tengah tahun 2014 sebesar 0,05%

lebih tinggi dari pada tahun 2013 yaitu 0,03%. Prevalensi tertinggi stroke non

hemoragik yakni kota Surakarta sebesar 1,16% (Dinkes Jateng, 2014).

Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan

fungsi otak baik lokal maupun menyeluruh (global) berlangsung selama 24 jam

atau lebih dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas

selain vaskuler (Wijaya & putri, 2013).

Menurut American Heart Association (AHA) stroke iskemik atau non

hemoragik merupakan stroke yang disebabkan oleh suatu gangguan peredaran

darah otak berupa obstruksi atau sumbatan yang menyebabkan hipoksia pada otak

dan tidak terjadi pendarahan. Stroke iskemik atau non hemoragik merupakan

stroke yang disebabkan karena terdapat sumbatan yang disebabkan oleh trombosis

(bekuan) yang terbentuk di dalam pembuluh otak atau pembuluh organ selain otak

(Latifa, 2016).
Stroke bisa disebabkan oleh aterosklerosis, sakit kepala, kraniotomi,

kontrasepsi, hipertensi, penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, obesitas,

riwayat kesehatan keluarga adanya stroke, stress emosional, peningkatan

kolesterol dan epilepsi. Pada stroke trombosis atau metabolik maka otak

mengalami iskemia dan infark sulit ditentukan. Ada peluang dominan stroke akan

meluas setelah serangan pertama sehingga dapat terjadi edema serebral dan

peningkatan intrakranial (TIK) dan kematian pada area yang luas. Prognosisnya

tergantung pada daerah otak yang terkena dan luasnya saat terkena (Gofir, 2013).

Stroke menyebabkan pasien mengalami kelemahan otot karena penyempitan

arteri yang mengarah ke otak sehingga suplai darah ke otak berkurang yang

berdampak pasien dapat mengalami gangguan mobilisasi. Efek gangguan

mobilisasi pada stroke mengakibatkan infeksi pernafasan, nyeri yang

berhubungan dengan darah yang tertekan, konstipasi, tromboflebitis, nyeri pada

daerah punggung, dan dislokasi sendi (Wijaya & Putri, 2013).

Salah satu penatalaksanaan untuk meningkatkan mobilisasi pasien stroke

dilakukan tindakan Range Of Motion (ROM). Range Of Motion (ROM) adalah

latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat

kesempurnaan kemampuan pergerakan sendi secara normal dan lengkap untuk

mempertahankan massa otot dan tonus otot. Melakukan mobilisasi dengan latihan

ROM dapat mencegah berbagai komplikasi seperti karena tekanan, kontraktur,

tromboplebitis, dekubitus sehingga mobilisasi dini penting dilakukan secara rutin

dan kontinyu (Potter&Perry, 2009). Latihan ROM secara dini dapat meningkatkan
mobilisasi sendi, mencegah terjadinya kekakuan sendi, memperlancar

memperbaiki toleransi otot untuk latihan (Maimurahman, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan Rahayu (2014) tentang Pengaruh

Pemberian Latihan Range Of Motion (ROM) Terhadap Kemampuan Motorik,

setelah dilakukan intervensi, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah di

lakukan ROM 2 kali perhari pada hari ketiga terdapat 17 responden mengalami

peningkatan pada kemampuan motorik pada pasien post stroke di RSUD

Gambiran.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk

menyusun karya tulis ilmiah melalui aplikasi terapi latihan (ROM) terhadap

kemampuan motorik dalam meningkatkan kekuatan otot pada asuhan

keperawatan stroke.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pasien stroke non hemoragik dalam

pemenuhan kebutuhan aktifitas dan latihan ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum :

Mengetahui gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pasien Stroke

Non Hemoragik Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktifitas dan Latihan.


1.3.2 Tujuan Khusus :

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien stroke non hemoragik

dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan.

b. Menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien stroke non hemoragik

dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan.

c. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik

dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik

dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan.

e. Melakukan evaluasi pada pasien stroke non hemoragik dalam

pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan.

1.4 Manfaat

1.4.1 Teoritis

Mengembangkan ilmu keperawatan terutama pada penatalaksanaan

asuhan keperawatan pasien stroke non hemoragik dalam pemenuhan

kebutuhan aktifitas dan latihan.

1.4.2 Praktis

a. Rumah sakit

Sebagai bahan masukan dan penyuluhan kesehatan untuk

meningkatkan tentang terapi latihan (ROM) dalam meningkatkan

kekuatan otot pada asuhan keperawatan stroke.


b. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi dan pengembangan studi kasus lebih lamju

mengenai terapi latihan (ROM) dalam meningkatkan kekuatan otot pada

pasien stroke.

c. Bagi tenaga kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya untuk

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pasien stroke non

hemoragik dan sebagai pertimbangan dalam mendiagnosa kasus

sehingga perawat mampu memberikan tindakan yang tepat kepada

pasien.

d. Bagi klien dan keluarga

Sebagai pengetahuan dan wawasan kepada keluarga agar dapat

mengetahui gambaran umum pada pasien stroke non hemoragik serta

perawatan yang tepat bagi pasien.

You might also like