Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ruang lingkup perusahaan minyak dan gas banyak sekali
mengandung potensi bahaoya kebakaran dan peledakan, dimana
konsekuensi apabila terjadi kondisi kebakaran, peledakan akan
mempengaruhi semua kegiatan proses produktifitas dan aktifitas
perusahaan. Kegagalan dalam mengendalikan potensi-potensi bahaya di
industri minyak dan gas akan menimbulkan kerugian sangat besar terhadap
fasilitas yang ada maupun jiwa manusia, jika sistem keselamatan
perusahaan tidak optimal (Pertamina, 2015)
Konsekuensi apabila terjadi kondisi kebakaran, peledakan akan
mempengaruhi semua kegiatan proses produktifitas dan aktifitas
perusahaan. Kegagalan dalam mengendalikan potensi-potensi bahaya di
industri minyak dan gas akan menimbulkan kerugian sangat besar terhadap
fasilitas yang ada maupun jiwa manusia, jika sistem keselamatan
perusahaan tidak optimal. Untuk menjaga perusahaan tetap menjalankan
kegiatannya dan terhindar dari potensi-potensi bahaya tersebut, maka perlu
dibuat sistem perencanaan, pencegahan dan penanggulangannya.
1
2
A. Tujuan
1. Mengetahui kegiatan di PT Pertamina TBBM Boyolali.
2. Mengetahui implementasi Keselamatan Kerja di PT Pertamina TBBM
Boyolali
C. Manfaat
1. Bagi Praktikan
a. Mahasiswa mengetahui kegiatan yang ada di PT Pertamina TBBM
Boyolali
3
A. Tinjauan Pustaka
1. Tempat Kerja
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja pada Bab I pasal 1 ayat 1, "Tempat Kerja"
ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki tempat kerja
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-
sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2 termasuk tempat
kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang
merupakan bagian-bagian atau berhubung dengan tempat kerja tersebut.
2. Bahaya (Hazard)
Bahaya adalah sumber atau situasi yang mempunyai daya potensial
untuk mengakibatkan cidera atau gangguan kesehatan, kerusakan alat,
kerusakan lingkungan tempat kerja atau kombinasi dari hal-hal tersebut
Cross (1998). Sedangkan menurut Dzulkifli (2005) Bahaya adalah faktor
intrinsik yang melekat pada sesuatu baik barang atau kondisi. Bahaya
sebenarnya tidak dapat menimbulkan dampak/konsekuensi atau tidak
berkembang menjadi accident tanpa adanya kontak /eksposure dengan
struktur baik berupa badan manusia maupun peralatan (Cross, 1998)
Potensi bahaya merupakan suatu keadaan yang memungkinkan atau
berpotensi terhadap terjadinya kejadian kecelakaan berupa cidera,
penyakit, kematian, kerusakan, atau kemampuan melaksanakan fungsi
operasional yang telah ditetapkan (Tarwaka, 2008).
3. Kebakaran
Menurut Depnakertrans, kebakaran adalah api yang tidak
dikehendaki. Api tersebut dapat berupa api yang kecil maupun besar,
selama
keberadaannya tidak dikehendaki, maka api tersebut disebut kebakaran.
4
5
sesuatu dari dalam atau luar, dimana sumber daya manusia dan sarana dari
unit tersebut mampu untuk menanggulangi akibat dari kondisi yang tidak
normal itu dengan prosedur yang ada. Keadaan darurat dapat didefinisikan
sebagai sebuah sub rangkaian dari semua kejadian-kejadian yang
mengancam jiwa manusia, kesehatan, harta benda dan/atau lingkungan dan
dengan demikian menciptakan sebuah kebutuhan untuk ditanggapi dan
diatasi. Tanggung jawab utama dari tanggap darurat adalah merencanakan
suatu tindakan menuju kearah pencegahan sebelumnya terjadinya
peningkatan ke kondisi krisis. Tidak akan ada waktu untuk merencanakan
detail tindakan ketika terjadinya keadaan darurat (Pertamina (Persero),
2010).
6. Pre Fire Planning
Pre-fire planning merupakan kegiatan tertentu atau khusus dimana
dilakukan berdasarkan survey, penggalian fakta-fakta temuan lapangan,
analisa yang sistematis, dan mendalam, tata urutan pengerjaan yang runut
serta adanya fasilitas yang memadai. Adanya pre-fire planning ini akan
membuat pihak emergency response team perusahaan lebih siap dalam
menghadapi kebakaran. Dengan Pre-Fire planning ini dapat diperkirakan
kondisi terburuk yang mungkin terjadi dan bagaimana langkah-lankah
penanggulangannya. Response time akan lebih efektif lagi, sehingga dapat
meminimalisir kerugian dan dampak yang ditimbulkan. Selain itu akan
dicapai operasi penanggulangan yang efektif, efisen dan cepat
(Brunacini,1995).
7. Pelaksanaan Sistem Tanggap Darurat Kebakaran
a. Tujuan Sistem Tanggap Darurat Kebakaran
Menurut Kelly pada tahun 1989, dalam pembuatan emergency respon
plan ini terdapat beberapa tujuan, yaitu :
1) Mencegah cidera atau korban jiwa
2) Mengurangi kerugian atau kerusakan harta benda
dan lingkungan
3) Menjamin kelangsungan operasional perusahaan
7
Dalam hal ini bahan bakar dengan berat jenis lebih besar
adalah berbahaya, oleh karena bahan yang ringan akan cepat
menguap dan tak terjadi pembakaran. Termasuk percikan api yang
timbul akibat gesekan dua permukaan juga sangat berbahaya,
seperti pengerindaan logam bukan besi.
5) Terbakar sendiri
Kebakaran sendiri dapat terjadi pada kumpulan bahan bakar
mineral yang padat atau zat-zat organik, apabila peredaran udara
cukup besar untuk terjadinya proses oksidasi, tetapi tidak cukup
untuk mengeluarkan panas yang terjadi. Peristiwa-peristiwa ini
dipercepat oleh tingkat kelembaban.
6) Reaksi kimiawi
Reaksi-reaksi kimia tertentu menghasilkan cukup panas yang
dapat mengakibatkan terjadinya kebakaran. Misalnya fosfor
kuning yang teroksidasi sangat cepat bila bersinggungan dengan
udara dan asam nitrat yang mengenai bahan-bahan organik akan
menimbulkan nyala api. Zat-zat yang bersifat mengoksidasi
seperti hidrogen peroksida, klorat, perklorat,borat, perborat,
dan lain-lain yang membebaskan oksigen pada pemanasan,
dengan aktif meningkatkan proses oksidasi dan menyebabkan
terbakarnya bahan-bahan yang dapat dioksidasi. Walaupun tidak
ada panas yang datang dari luar, bahan yang mengoksidasi dapat
mengakibatkan terbakarnya zat-zat organik, terutama jika bahan
organik tersebut dalam bentuk partikel atau jika kontak terus-
menerus dengan zat yang mengoksidasi tersebut.
7) Peristiwa-peristiwa lain
Gesekan antara dua benda dapat menimbulkan panas, yang
semakin banyak menurut besarnya koefisien gesekan. Jika panas
yang timbul lebih besar dari kecepatan hilangnya panas ke
lingkungan, maka kebakaran mungkin terjadi
e. Klasifikasi Kebakaran
National Fire Protection Association (NFPA)
mengklasifikasikan kebakaran menjadi 4 kelas, antara lain:
1) Kelas A
11
f. Tahap-tahap Perencanaan
Berikut ini adalah tahap-tahap Perencanaan menurut Kelly (1989)
yaitu :
1) Survei bahaya
a) Dengan cara menentukan potensi bahaya, menentukan jenis
emergency system
b) Program pengendalian bahaya
c) Inventarisasi sumber daya diantaranya organisasi, personil,
prosedur operasi, peralatan dan sarana
2) Membentuk tim tanggap darura
a) Anggota-anggota tim
b) Memilih tim alternative
c) Mencantumkan alamat dan nomor telp dari anggota
d) Menetapkan pusat komando pengendalian
e) Mencantumkan tim bantuan pihak luar
3) Menetapkan prosedur pengendalian
a) Alur organisasi
b) Prosedur komunikasi ( tanda bahaya dan komunikasi
individu)
c) Prosedur evakuasi
d) Prosedur operasi penanggulangan (kebakaran, pencemaran
rescue)
e) Prosedur pengadaan peralatan dan sarana
f) Prosedur rehabilitasi (pasca keadaan darurat)
g) Prosedur investigasi dan pelaporan
4) Pelatihan
a) Pelatihan bagi seluruh pekerja dengan cara : memahami situasi
darurat, mengerti prosedur-prosedur pengendalian dan
memahami tanggung jawab masing-masing
b) Pelatihan praktek dengan cara : uji coba latihan berkala
c) Evaluasi pelatihan (kritik, tanya jawab dan saran)
5) Menjaga prosedur tetap Up – To – Date
a) Buku pedoman (panduan) tanggap darurat harus tersedia
disemua tempat kerja
b) Menjaga agar prosedur dan perencanaan tanggap darurat
tetap up to date
c) Revisi alamat dan nomor telepon para anggota tim
d) Revisi peta bangunan atau proses dan alamat instansi yang bisa
dihubungi
6) Pedoman Pelaksanaan Kesiagaan dan Tanggap Darurat
13
BASELINE
ASSESSMENT
RECOVERY PREVENTION
RESPONSE PREPAREDNESS
a) Baseline Assesment
(4) Mengumpulkan data dari sistem yang ada. Data yang perlu
diperhatikan antara lain :
b) Prevention
(2) Pompa
(5) Vessel
(9) Hydrant
c) Preparedness
(b) Drill dan exercise untuk para key personnel dalam struktur
emergency
d) Response
e) Recovery
B. Perundang-undangan
1. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
24
A. Pelaksanaan
Kegiatan kunjungan dilakukan oleh mahasiswa semester V Diploma
4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS
dilaksanakan pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 2 April 2018
Waktu : 09.00 - selesai
Lokasi : PT. Pertamina TBBM Boyolali
Alamat : Jalan Raya Solo-Semarang Km.18 Teras, Boyolali, Jawa Tengah
Keberangkatan menggunakan satu buah bus dan satu mobil milik
dosen pengampu. Peserta kunjungan yaitu kelas A yang berjumlah 49
mahasiswa dan didampingi dosen pengampu mata kuliah Keselamatan
Kerja yaitu Bapak Sri Suryo dan Bapak Haris Setiawan.
B. Deskripsi Perusahaan
PT. Pertamina TBBM Boyolali merupakan salah satu Marketing
Operation Region IV dari PT Pertamina (Persero), yang dibangun pada
tahun 2002 dan mulai dioperasikan pada tahun 2008. PT. Pertamina TBBM
Boyolali berada diantara di Desa Ketaon dan Desa Mojolegi lebih tepatnya
terletak di Jalan Solo Semarang KM 18 Teras, Kabupaten Boyolali, Jawa
Tengah. PT. Pertamina TBBM Boyolali memiliki luas area 11,2 Ha yang
menggunakan Operational Terminal Automation System.
PT. Pertamina TBBM Boyolali memiliki visi, misi dan tugas pokok sebagai
berikut:
Visi:
Menjadi unit kerja operasi dengan layanan kelas dunia.
Misi:
1) Melaksanakan aktivitas penerimaan, penimbunan, dan pendistribusian
BBM, secara aman tepat mutu, jumlah, dan waktu, serta memenuhi aspek
K3LL.
25
26
tangki Feed Stock C dengan kapasitas 500KL dan tangki Fame 500KL dan
126KL
Gambar 2. Tampilan HMI TAS Overview untuk penimbunan BBM dan BBK
c. Penyaluran BBM dan BBK
Dari pipa utama CY 2 sepanjang 246 KM ketika sampai di TBBM
Boyolali akan dipisah menggunakan beberapa fasilitas pompa dan meter
arus sesuai dengan jenis bahan bakarnya. Untuk Premium 5 x 500 gpm =
2500 gpm (pompa) dan 12 x 1500 l/m = 15.000 l/m (meter arus). Sedangkan
untuk Pertalite 1 x 500 gpm =500 gpm (pompa) dan 2 x 1500l/m = 3.000
l/m (meter arus). Lalu untuk Solar 6 x 500 gpm = 3000 gpm (pompa) dan 9
x 1500 l.m = 13.500 l/m (meter arus). Selanjutnya untuk Pertamax 2 x 500
gpm = 1000 gpm (pompa) dan 4 x 1500 l/m = 6000 l/m (meter arus). Untuk
blending/ COCO 2 x 500 gpm =1000 gpm (pompa) dan untuk SPBU COCO
Solar dan SPBU COCO Premium Masing-masing 1 x 500 l/m = 500 l/m.
Kemudian yang terakhir untuk Fame 2 x 250 gpm = 500 gpm (pompa), 3 x
500 l.m =1500 l/m (meter arus fame) dan untuk multi (Cadangan Premium
1x 500 gpm =500 gpm.
Wilayah Operasi TBBM Boyolali meliputi wilayah Boyolai,
Surakarta, Klaten, Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, Salatiga, Semarang
Selatan (Ungaran, Ambarawa, Bnyubiru), Purwodadi dan wilayah Jawa
Timur mulai dari Pacitan, Ngawi dan Magetan. Dengan mendistribusikan ke
±23 SPBU, industry, PT. KAI dan TNI/Polri
28
Fame 2 x 250 gpm = 500 gpm (pompa), 3 x 500 l.m =1500 l/m (meter
arus fame) dan untuk multi (Cadangan Premium 1x 500 gpm =500 gpm.
Wilayah Operasi TBBM Boyolali meliputi wilayah Boyolai,
Surakarta, Klaten, Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, Salatiga,
Semarang Selatan (Ungaran, Ambarawa, Bnyubiru), Purwodadi dan
wilayah Jawa Timur mulai dari Pacitan, Ngawi dan Magetan. Dengan
mendistribusikan ke ±23 SPBU, industry, PT. KAI dan TNI/Polri
Menurut zonasinya TBBM Boyolali menyalurkan BBM pada zona
I < 30 KM sebanyak 83 SPBU. Sedangkan untuk zona II 30 KM- 60 KM
sebanyak 64 SPBU, lalu untuk zona III > 60 KM sebanyak 83 SPBU.
Dengan jumlah mobil tangki volume 1 sejumlah 85 unit (kapasitas 1960
KL) dan non volume 1 sejumlah 14 unit (kapasitas 184 KL). Total mobil
tangki yang mendistribusikan adalah 96 unit dengan kapasitas 2144 KL.
Rata-rata pendistribusian per tahun 2016 Premium sebesar
2943/hari, Solar 1265 KL/hari, Pertamax 243 KL/hari dan Pertalite 250
KL/hari.
PT Pertamina TBBM Boyolali juga telah memperoleh banyak
pengahargaan antara lain:
1. Pertamina POSE pada tahun 2011 dan 2013 mendapatkan penghargaan
Gold, sedangkan tahun 2012, 2014 dan 2015 mendapatkan Platinum.
2. penghargaan Proper TBBM Boyolali mendapatkan penghargaan Hijau
sejak tahun 2012-2015.
3. penghargaan security mendapatkan penghargaan Gold sejak tahun
2013.
4. PT. Pertamina TBBM Boyolali menggunakan ISO 9001, 14001 &
OHSAS 180001 yang terintegrasi dari 2013-2016.
5. penghargaan KPI yaitu patra adhikarya bhumi madya tahun 2013
6. sharing knowledge teraktif MOR IV tahun 2014.
32
BAB IV
PEMBAHASAN
33
34
A. Simpulan
1. PT. Pertamina TBBM Boyolali merupakan salah satu Marketing
Operation Region IV dari PT Pertamina (Persero), yang dibangun
pada tahun 2002 dan mulai dioperasikan pada tahun 2008
2. Proses Kegiatan operasional di PT. Pertamina TBBM Boyolali dibagi
menjadi 3 yaitu penerimaan, penimbunan dan pendistribusian BBM
3. PT. Pertamina TBBM Boyolali memiliki luas area 11,2 Ha yang
menggunakan Operational Terminal Automation System.
35
36
Kusuma Nur Nisa. 2016. Evaluasi Fire Emergency Response Plan di Area
Penimbunan PT. Pertamina TBBM Boyolali, Jawa Tengah (diakses 29 Mei
2017)
Suma’mur, 2014. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. toko
Gunung Agung.
Sekretariat Komisi VII DPR RI. 2016. Laporan Kunjungan Lapangan Komisi VII
DPR RI Ke Provinsi Jawa Tengah (diakses 29 Mei 2017)
37
38