You are on page 1of 22

MAKALAH AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN

AMAL USAHA MUHAMMADIYAH

Oleh Kelompok 6 :

1. Sevi Wulandari 201510170311301


2. Fajri Mega Ayu Hinendy 201510170311305
3. Septian Dwi Satrio Wiwoho 201510170311310
4. Ginanjar Arif S. 201510170311319
5. Heny Ayu Widayanti 201510170311320
6. Jenius Nur Alam Son Ni’mas 201510170311327

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 1
A. Amal Usaha Muhammadiyah ...................................................................................................... 1
B. Jenis-Jenis Amal Usaha Muhammadiyah ................................................................................... 2
1. Bidang Agama Islam............................................................................................................... 2
2. Bidang Pendidikan .................................................................................................................. 4
3. Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat ................................................................. 5
4. Bidang Politik Kenegaraan ..................................................................................................... 7
5. Bidang Ekonomi dan Keuangan ............................................................................................. 9
C. Kehidupan dalam Mengelolah Amal Usaha Muhammadiyah ................................................... 12
D. Kedudukan dan Fungsi Amal Usaha Muhammadiyah ................................................................. 14
BAB II PENUTUP ................................................................................................................................ 19
A. Kesimpulan .................................................................................................................................. 19
B. Saran ............................................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 20

ii
BAB I
PEMBAHASAN

A. Amal Usaha Muhammadiyah


Pasal 7 ayat 1 AD Muhammadiyah:
“ Untuk mencapai maksud dan tujuannya, Muhammadiyah melaksanakan Dakwah
Amar Ma’ruf Nahi Mungkar dan Tajdid yang diwujudkan dalam usaha di segala bidang
kehidupan”
Ayat 2 menyebutkan :
“Usaha Muhammadiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program, dan kegiatan
yang macam dan penyelenggaraannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga”
Muhammadiyah dalam segala bentuk usahanya diwujudkan dalam penerapan amal
usaha, program dan kegiatan yang meliputi :
1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan
pengamalan, serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan.
2. Memperdalam dan mengembangkan pengkajian ajaran Islam dalam berbagai aspek
kehidupan untuk mendapatkan kemurnian dan kebenarannya.
3. Meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infak, wakaf, shadaqah, hibah, dan amal
shalih lainnya.
4. Meningkatkan harkat, martabat, dan kualitas sumberdaya manusia agar berkemampuan
tinggi serta berakhlaq mulia.
5. Memajukan dan memperbaharui pendidikan dan kebudayaan, mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni, serta meningkatkan penelitian.
6. Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas
7. Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
8. Memelihara, mengembangkan, dan mendayagunakan sumberdaya alam dan lingkungan
untuk kesejahteraan.
9. Mengembangkan komunikasi, ukhuwah, dan kerjasama dalam berbagai bidang dan
kalangan masyarakat dalam dan luar negeri.
10. Memelihara keutuhan bangsa serta berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
11. Membina dan meningkatkan kualitas serta kuantitas anggota sebagai pelaku gerakan.
12. Mengembangkan sarana, prasarana, dan sumber dana untuk mensukseskan gerakan.

1
13. Mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan kebenaran serta meningkatkan
pembelaan terhadap masyarakat.
14. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan Muhammadiyah
Sehingga secara garis besar, perwujudan pemikiran-pemikiran tersebut dapat
dikelompokkan menjadi beberapa amal usaha.
Empat belas bidang inilah yang kemudian melatarbelakangi Muhammadiyah
membentuk berbagai Majelis, Lembaga, Organisasi Otonom, Badan, dan Biro untuk
melaksanakan dan melancarkan amal usaha itu. Dari pengembangan ini lahirlah berbagai
amal usaha dalam bidang keagamaan, pendidikan, kemasyarakaat, politik kenegaraan,
maupun ekonomi dan keuangan.

Berikut data terbaru dari jumlah amal usaha yang dimiliki Muhammadiyah:

B. Jenis-Jenis Amal Usaha Muhammadiyah


1. Bidang Agama Islam
Dalam da’wahnya, Muhammadiyah selalu menekankan amar ma’ruf nahi munkar
(menyeru kepada perbuatan yang benar lagi baik dan mencegah segala bentuk kemungkaran)
di lingkungan masyarakat, beraqidah dan mengajak kepada aqidah Islam, dan bersumber
pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Untuk menyamakan gerak langkah dalam

2
da’wah, para da’i Muhammadiyah berpedoman pada putusan tarjih sebagai hasil proses
analisis dalam menetapkan hukum dengan menetapkan dalil yang lebih kuat (rajih), lebih
tepat analogi dan lebih kuat mashlahatnya. Putusan tarjih itu dihasilkan oleh Majelis Tarjih
yaitu lembaga ijtihad jama‘i (organisatoris) di lingkungan Muhammadiyah yang anggotanya
terdiri dari orang-orang yang memiliki kompetensi ushuliyyah dan ilmiah dalam bidangnya
masing-masing.
Bidang ini adalah pusat semua kegiatan Muhammadiyah, serta menjadi dasar dan jiwa
setiap amal usahanya. Terkait dengan amal usaha di bidang lain, baik pendidikan,
kemasyarakatan, kenegaraan, dan lain-lain, kesemuanya tidak terpisah dari jiwa, dasar, dan
semangat keagamaan. Di antara usahanya adalah untuk membentuk Majelis Tarjih pada
1927, lembaga yang menghimpun ulama dalam Muhammadiyah yang secara rutin melakukan
permusyawaratan, memberikan fatwa, dan membuat tuntunan dalam bidang keagamaan yang
sangat bermanfaat bagi masyarakat.
a. Program gerakan
- Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan
pengamalan serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan.
- Memperdalam dan mengembangkan pengkajian ajaran Islam dalam berbagai aspek
kehidupan untuk mendapatkan kemurnian dan kebenarannya.
b. Wujud aksi amal usahanya
- Memurnaikan ajaran tauhid dalam keseharian dengan cara: Meniadakan kebiasaan/tradisi
upacara selamatan-selamatan (mitoni orang hamil,selamatan kematian dll) dan
- Memberantas tradisi keagamaan yang dianggap sebagai ajaran Islam seperti
Selamatan/khaul untuk para wali/syeh, Ziarah kubur pada bulan-bulan tertentu, Kepercayaan
pada zimat huruf al-Qur’an, Puji-pujian kepada Rasulullah s.a.w, Membaca ayat al-Qur’an,
misal surat Yasin padamalam Jum’at.
- Memurnikan dan meluruskan amaliah ibadah seperti:
1) Meluruskan arah qiblat,
2) Melaksanakan shalat tarawih 11 rakaat dan diawali dengan shalat iftitah dua rakaat
ringan,
3) Menyelenggarakan shalat hari raya di tanah lapang,
4) Pengumpulan dan penyaluran zakat maal dan fitrah kepada yang berhak
menerimanya,
5) Penyederhanaan upacara dalam rangka kelahiran, khitanan, pernikahan dan kematian
dan

3
6) Menghilangkan kebiasaan berziarah ke makam-makam para wali yang dikeramatkan.
- Memelopori pembentukan Departemen Agama pada tahun 1946 dan Menteri Agama
pertama adalah H.M. Rosyidi, seorang tokoh Muhammadiyah, Membentuk Majelis-majelis
yang mengelola bidang keagamaan Islam, yaitu: Majelis Tarjih dan Tajdid, Majelis Tabligh,
Majelis Wakaf dan Kehartabendaan.
 Majelis Tarjih dan Tajid bertugas :
 Menghidupan tarjih, tajdid dan pemikiran Islam di kalangan Muhammadiyah sebagai
gerakan pembaruan yang kritis dan dinamis di dalam masyarakat.
 Memberikan jawaban terhadap problem dan tantangan perkembangan sosial budaya
dan kehidupan umat Islam pada umumnya
 Majelis Tabligh bertugas :
 Memimpin pelaksanaan dakwah di bidang tabligh secara terecana dan terprogram
dengan jelas yang meliputi seluruh aspek kegiatan dakwah (pengajian rutin umat,
pengajian rutin angoota dan pengajian pimpinan dan sebagainya).

 Majelis Wakaf bertugas :


 Mengelola bidang perwakafan, pertanahan dan kekayaan yang dimiliki persyarikatan

2. Bidang Pendidikan
Mencermati jejak K.H. Ahmad Dahlan, sejak awal kiprahnya dia sangat mengutamakan
pendidikan umat Islam menjadi umat yang berilmu, baik ilmu agama maupun ilmu umum.
Tidak heran jika bidang amal usaha yang dirintis pertama kali adalah sebuah sekolah di
rumahnya dan biaya pendidikannya pun ditanggungnya sendiri. Bahkan, salah satu faktor
penyebab lahirnya Muhammadiyah adalah tidak efisiennya lembaga pendidikan di Indonesia
saat itu. Lembaga pendidikan yang tersedia sudah tidak memenuhi kebutuhan dan tantangan
zaman lagi, sehingga isi, metode pengajaran, bahkan sistemnya juga harus dirombak.
Muhammadiyah mulai mendirikan sekolah yang tidak lagi memisahkan pelajaran yang
dianggap sebagai ilmu agama dengan pelajaran yang dianggap sebagai ilmu umum (dunia).
Kini lembaga pendidikan Muhammadiyah sudah berkembang luas di pelosok tanah air.
Hingga tahun 2012, Muhammadiyah memiliki 4.623 Taman Kanak-Kanak (TK), 2.604
Sekolah Dasar (SD), 1.769 Madrasah Diniyah/Ibtidaiyah (MI), 1.718 Sekolah Menengah
Pertama (SMP), 534 Madrasah Tsanawiyah (MTS), 1.143 Sekolah Menengah Atas (SMA),
263 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), 172 Madrasah Aliyah (MA), dan 67 Pondok

4
Pesantren. Adapun di bidang pendidikan tinggi, hingga tahun itu Muhammadiyah memiliki
172 Perguruan Tinggi.
Pendidikan yang dirintis Muhammadiyah adalah pendidikan yang berorientasi kepada
dua hal, yaitu perpaduan antara sistem sekolah umum dan madrasah/pesantren. Untuk
mewujudkan rintisan pendidikannya itu, maka Muhammadiyah mendirikan amal usaha
berupa: Sekolah-sekolah umum modern yang mengajarkan keagamaan, mendirikan
madrasah/pesantren yang mengajarkan ilmu pengetahuan umum/modern dan mendirikan
perguruan tinggi.
Untuk menjalankan dan mengelola amal usaha tersebut, maka dibentuk :
 Majelis Pendidikan Sekolah, Madrasah dan pesantren
 Majelis Pendidikan Tinggi
 Lembaga Penelitian dan Pengembangan
 Majelis Pendidikan kader

3. Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat


Sejak awal berdirinya Muhammadiyah menaruh perhatian besar terhadap
kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat kelas dhu’afa. Penyaluran dan pembagian
zakat fitrah dan maal kepada fakir miskin dan asnaf yang lain Pendirian panti asuhan, panti
miskin, panti jompo, pendirian balai kesehatan, poliklinik, Rumah Sakit Ibu dan Anak dan
Rumah Sakit Umum. Untuk mengelola amal-amal usaha tersebut, maka dibentuklah majelis
dan lembaga sebagai berikut :
 Majelis Pelayanan Kesehatan masyarakat
 Majelis Pelayanan Sosial
 Majelis Pemberdayaan Masyarakat
 Majelis Lingkungan Hidup
 Lembaga Penanggulangan Bencana
Hingga tahun 2005, dalam bidang kesehatan Muhammadiyah memiliki 345 amal
usaha, baik berupa rumah sakit umum, rumah sakit bersalin, rumah bersalin, balai kesehatan
ibu dan anak (BKIA), balai pengobatan, poliklinik, balai kesehatan masyarakat, maupun
layanan kesehatan yang lain. Dalam bidang kesejahteraan sosial, Muhammadiyah telah
memiliki 330 amal usaha, baik berupa panti asuhan yatim, panti jompo, balai kesehatan
sosial, santunan keluarga, panti wreda/manula, santunan wreda/manula, panti cacat netra,
maupun santunan kematian. Dalam bidang ekonomi, hingga 2005 Muhammadiyah memiliki

5
5 bank perkreditan rakyat (BPR), 190 Baitut Tamwil Muhammadiyah, dan 808 Koperasi
(warga) Muhammadiyah.
 Embrio Gerakan Zakat, Infaq, dan Shodaqoh dalam Muhammadiyah
Sejarah telah membuktikan bahwa sejak awal beridirinya Meuhammadiyah memiliki
concern terhadap ketimpangan sosial (kemiskinan dan keterbelakangan). Hal ini tampak
bagaimana K.H Ahmad Dahlan memiliki perhatian yang lebih pada surat Al Ma’un. Hingga
pada saat pengajiannya salah satu santrinya menanyakan mengapa surat ini selalu dikaji.
K.H. Ahmad Dahlan berusaha membangkitkan kesadaran kaum muslim
terhadapsesama muslim yang membutuhkan, terutama anak-anak fakir miskin dan yatim
piatu. Maka terbentuklah Majelis Penolong Kesengsaraan Oemoem (MKPO) pada 1336 H/
1912 M untuk mengurus kaum dhuafa.
Dalam rangka mengamalkan surat Al-Ma’un K.H. Ahmad Dahlan mengajak untuk
mencari orang miskin disekitar tempat tinggal masing-masing. Jika menemukan oramng
miskin agar dibawa kerumah masing-masing, dimandikan, diberi pakaian yang layak seperti
yang mereka kenakan, diberi makan dan diberi tempat tinggal yang layak seperti mereka.
Dari situlah embrio pengelolaan zakat fitrah dan mal untuk dibagikan kepada fakir miskin.
Lalu lantas atas prakarsa K.H. Ahmad Dahlan didirikan penampungan fakir miskin, panti
asuhan yatim piatu, Rumah Sakit PKU Muhammadiyah di Yogyakarta.
Teologi Al-Ma’un ini tetap menjadi dasar gerakan Muhammadiyah sampai saat ini.
Keberpihakan Muhammadiyah kepada kaum dhuafa harga mati yang tak bisa ditawar lagi
dan harus menjadi kesadaran komunal bagi setiap warga Muhammadiyah.
 LAZISMU: Wujud Konsistensi Gerakan Zakat, Infaq dan Sodaqoh dalam
Muhammadiyah
Konsistensi gerakan zakat, infaq, dan sodaqoh dalam Muhammadiyah, misalnya pada
tahun 2002 didirikan lembaga zakat nasional yang diberi nama LAZISMU adalah lembaga
nirlaba tingkat nasional yang berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui
pendayagunaan dana zakat, infaq dan sodaqoh, dan dana kedermawanan lainnya baik
lembaga maupun perseoraangan.
Berdirinya lembaga ini ditandai dengan penandatanganan dan kelarasi oleh Prof. Dr.
HA. Syafi’i Ma’arif, MA (Buya Syafi’i) dan dikukuhkan oleh menteri agama sebagai
lembaga amil dan zakat melalui SK No. 457/21 November 2002.
Dasar pendirian LAZISMU ada dua faktor yaitu:

6
1. Indonesia masih beselimut kemiskinan yang cukup meluas, dan kebodohan dan indeks
pembangunan yang rendah. Semuanya berakibat dan sekaligus disebabkan tatanan
keadilan sosial yang lemah.
2. Zakat diyakini mampu menjadi sumbangsih dalam pembangunan keadilan sosial, dan
mampu mengentaskan kemiskinan. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia,
Indonesia memiliki potensi zakat, infaq dan wakaf yang terbilang cukup tinggi. Namun,
potensi yang ada belum dapat dikelola dan didayagunakan secara maksimal sehingga tidak
memberi dampak yang signifikan bagi penyelesaian persoalan yang ada.
Berdirinya LAZISMU dimaksudkan untuk institusi pengelola zakat dengan manajemen
pengelolaan yang moderen dan mampu mengatasi maslah kondisi kebangsaan yang terus
berkembang. Program utama LAZISMU adalah pendayagunaan produktif dari pemberdayaan
ekonomi masyarakat, lalu selain itu adalah pemberdayaan pertanian dan peternakan , lalu ada
pengembangan pendidikan.
LAZISMU saat ini sudah tersebar hamper di tiap tingkat kepengurusan Muhammadiyah
seluruh Indonesia. Persoalannya tinggal bagaimana memberdayakan dana yang dikumpulkan
dari perolehan zkat, infaq, dan shadaqah itu sehingga tepat guna dan tepat sasaran.

4. Bidang Politik Kenegaraan


Muhammadiyah bukan suatu organisasi politik dan tidak akan menjadi partai politik.
Meskipun demikian, dengan keyakinan bahwa agama Islam adalah agama yang mengatur
segenap kehidupan manusia di dunia ini maka dengan sendirinya segala hal yang
berhubungan dengan dunia juga menjadi bidang garapnya, tak terkecuali soal-soal politik
kenegaraan. Akan tetapi, jika ikut bergerak dalam urusan kenegaraan dan pemerintahan,
Muhammadiyah tetap dalam batas-batasnya sebagai gerakan dakwah Islam amar makruf nahi
munkar, dan tidak bermaksud menjadi partai politik.
Atas dasar pendirian itulah, K.H Ahmad Dahlan ikut duduk menjadi pengurus Budi
Utomo atau pun menjadi penasehat pimpinan Sarekat Islam. Begitu pula pemimpin-
pemimpin Muhammadiyah yang lain seperti K.H Fakhruddin, K.H Mas Mansyur, Ki Bagus
Hadikusumo dan Prof. Hamka pada dasarnya mempunyai pendirian yang sama. Di antara
perjuangan Muhammadiyah yang dapat digolongkan kedalam politik kenegaraan adalah:
1. Menentang kebijakan pemerintah belanda agar semua binatang yang dijadikan "qurban"
dibayar pajaknya.
2. Pada zaman kolonial berjuang agar urusan agama di Indonesia yang mayoritas
penduduknya beragama Islam, juga dipegang oleh orang Islam.

7
3. Ikut memelopori berdirinya Partai Islam Indonesia, termasuk menjadi pendukung utama
berdirinya Partai Islam Masyumi tahun 1945.
4. Ikut menanamkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air di kalangan umat Islam
Indonesia, dengan menggunakan Bahasa Indonesia dalam tabligh, khutbah ataupun
tulisan-tulisannya.
5. Ikut aktif dalam keanggotaaan MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia) dan menyokong
sepenuhnya tuntutan gabungan Politik Indonesia (GAPI) agar Indonesia memiliki
parlemen di zaman penjajahan.
Muhammadiyah adalah gerakan Islam, gerakan dakwah dan gerakan tajdid dan bukan
organisasi ataupun partai politik serta juga bukan bagian dari partai politik. Muhammadiyah
berkeyakinan bahwa agama Islam adalah agama yang mengatur segenap kehidupan manusia
di dunia, termasuk kehidupan di bidang politik kenegaraan. Muhammadiyah mempunyai
sikap yang sangat peduli dan ikut bertanggung jawab dalam pelaksanaan kehidupan
berbangsa dan bernegara yang baik dan benar.
Muhammadiyah mendorong secara kritis atas perjuangan politik yang bersifat praktis
atau berorientasi pada kekuasaan (real politics) untuk dijalankan oleh partai-partai politik dan
Lembaga-lembaga formal kenegaraan dengan sebaik-baiknya menuju terciptanya system
bangsa dan negara
Untuk menjalankan kepeduliannya itu, maka Muhammadiyah membentuk majelis dan
Lembaga : Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia, Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik.
Muhammadiyah merupakan persyarikatan yang tidak pernah terlibat langsung dengan
politik praktis. Muhammadiyah meminta kepada segenap anggotanya yang aktif dalam
politik untuk benar-benar melaksanakan tugas dan kegiatan politik secara sungguh-sungguh
dengan mengedepankan tanggung jawab, akhlak mulia, keteladanan, dan perdamaian.
Aktivitas politik tersebut harus sejalan dengan upaya memperjuangkan misi Persyarikatan
dalam melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi munkar. Setiap anggota dibebaskan
menyalurkan aspirasi politiknya kepada salah satu partai politik yang dipandang dapat
menyuarakan misi islam untuk menegakkan keadilan sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran
islam.
Muhammadiyah tidak akan terpisah atau dipisahkan dengan politik, karena
bagaimanapun politik adalah hulu dari segala kebijakan, hanya saja kegiatan politik
muhammadiyah adalah politik yang bermartabat dan tidak akan mengorbankan nilai-nilai
kepatutan dan keIslaman.

8
Saat ini ada dua kelompok dalam internal Muhammadiyah yang memandang soal
politik. Kelompok pertama, menginginkan Muhamadiyah terlibat dalam politik praktis,
karena mereka menganggap tanpa mengambil poitik praktis, maka Muhamadiyah akan
kesulitan memperjuangkan kepentingan umat Islam dalam ranah publik. Sedangkan
kelompok yang kedua yang tidak ingin Muhammadiyah terlibat pada politik praktis, karena
hanya akan membuat tarik menarik kepentingan yang hanya akan membuat kerugian dalam
Muhammadiyah.
Muhammadiyah sebenarnya tidak pernah melarang kadernya untuk terjun di kancah
politik praktis, bahkan mendukung kadernya untuk berkiprah di ranah politik. Hanya saja
ketika sudah masuk dalam ranah politik, maka kepentingan praktis jangan dibawa ke dalam
tubuh Persyarikatan, dan tetap menjunjung tinggi akhlaq sesuai dalam bingkai
Muhammadiyah.

5. Bidang Ekonomi dan Keuangan


Bertujuan untuk membimbing masyarakat ke arah perbaikan dan mengembangkan
ekonomi sesuai dengan ajaran Islam serta untuk meningkatkan kualitas pengelolaan amal
usaha Muhammadiyah. Amal Usaha di bidang ini meliputi antara lain: BPR, BMT, Koperasi,
Biro Perjalanan dll.
Untuk menjalankan amal usaha di bidang ini dibentuk majelis dan lembaga Majelis
Ekonomi dan Kewirausahaan– Lembaga Pemerikasa dan Pengawasan Keuangan.
Upaya pemberdayaan Muhammadiyah di bidang ekonomi ditempuh dengan menggunakan
strategi pemberdayaan sebagai berikut :
1. Membangun kesadaran tentang kekuatan ekonomi umat pada tingkat lokal dengan
pendekatan partisipasi menuju keswadayaan dan kemandirian. Basis anggota
muhammdiyah berada pada tingkat ranting yang berfungsi sebagai tempat pembinaan
anggota yang telah mempunyai kegiatan nyata guna mewujudkan maksud dan tujuan
persyarikatan. Setiap ranting sekurang-kurangnya sudah mempunyai amal usaha yang
berwujud pengajian, kursus berkala, musholla, dan jama'ah. Oleh sebab itu, upaya
membangun kekuatan ekonomi warga Muhammadiyah haruslah dimulai dengan
berbasiskan anggota yang sudah terorganisasi dalam bentuk kumpulan anggota
Muhammadiyah tersebut. Kegiatan pengajian/kursus tersebut selain diisi dengan materi
kegamaan, perlu diperkaya dengan materi yang ditujukan untuk menumbuhkan
kesadaran baru warga Muhammadiyah di bidang perekonomian, yang meliputi:

9
a. Kesadaran transformatif, yang dimaksudkan untuk merubah pola berfikir warga
Muhammadiyah dari cara berfikir irrasional menjadi rasional, cara pikir
individualistis menjadi cara berfikir kolektif.
b. Kesadaran kejama’ahan, yang dimaksudkan untuk membangun kesadaran bahwa
melalui silaturrahim, ta'aruf, ta'awun, dan takaful dalam bidang ekonomi, maka
Muhammdiyah merupakan potensi ekonomi yang cukup besar.
c. Kesadaran kejuangan, yang dimaksudkan untuk membangun kesadaran bersama
dalam rangka berjuang membebaskan diri dari kekuatan luar yang telah
mengeksploitasi mereka secara ekonomi.
2. Pembentukan dan pengembangan kelembagaan masyarakat di bidang ekonomi. Berpijak
pada kesadaran kejama’ahan yang telah dibangun, maka upaya pemberdayaan ekonomi
dilakukan dengan membentuk dan mengembangkan kelembagaan ekonomi yang sesuai
dengan kebutuhan. Kelembagaan di bidang ekonomi tersebut merupakan wadah
kerjasama Muhammadiyah dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam usaha
ekonomi.
3. Peningkatan kapabilitas anggota selaku pengusaha kecil. Selain melalui pendekatan
pemberdayaan yang bersifat kelompok, perlu pula dilakukan peningkatan pengetahuan
dan kemampuan mereka secara individual di bidang manajemen usaha dan pemasaran
melalui kegiatan penyuluhan dan pelatihan serta pendampingan lapangan.
4. Mempercepat proses pemberdayaan ekonomi warga dengan pemanfaatan Jaringan
organisasi dan amal usaha Muhammadiyah.
5. Mengembangkan sikap, perilaku, dan etika bisnis Islami yang membentuk pebisnis
Muhammadiyah yang penuh gairah, daya juang yang ikhlas, sabar, dan istiqamah sebagai
resultante dari ibadah zikir, fikir, dan ikhtiar. Sudah tentu dan semestinya bagi
Muhammadiyah untuk memberikan didikan dan binaan tentang perilaku dan etika bisnis
Islami. Menurut Islam, kerja adalah ibadah kepada Allah, sama halnya denga sholat.
Seseorang yang bekerja akan bermental murni, sedangkan yang tidak bekerja akan
langsung kehilangan kontak dengan realitas, konsekuensi berikutnya ialah kemampuan
mental orang tersebut akan kurang manfaat. Etos kerja dan ketaatan beragama saling
mempengaruhi. Banyak analis menyatakan bahwa lemahnya perekonomian rakyat di
dunia Islam disebabkan oleh lemahnya etos kerja dan tiadanya dukungan struktural. Atas
dasar beberapa alasan di atas, Muhammadiyah merasa perlu untuk terus mengembangkan
perilaku, etos kerja serta perjuangan yang disertai dengan keikhlasan, kesabaran, dan

10
istiqamah dalam memberdayakan ekonomi masyarakat Islam khususnya dan Indonesia
pada umumnya.
Model Pemberdayaan Ekonomi Muhammadiyah Muhammadiyah dalam
pemberdayaan ekonominya, memiliki sejumlah paket program aksi pemberdayaan di
antaranya sebagai berikut:
1. Membangun sentra kemandirian ekonomi umat di tingkat Ranting dan cabang Yaitu
dengan cara memberdayakan jama’ah yang ada pada tingkat ranting Muhammadiyah
menjadi kelompok swadaya masyarakat yang disebut sebagai Jama’ah Swadaya
Muhammadiyah (JSM) yang terdiri dari 10-25 anggota yang merupakan kerjasama
warga Muhammadiyah dalam menetapkan konsep tolong-menolong (ta'awun) di
bidang ekonomi dengan membentuk kelompok usaha bersama, kelompok koperasi
atau kelompok konsumen. Pada tingkat cabang, Jama’ah Swadaya Muhammadiyah
yang telah ditumbuhkan, diorganisasikan untuk membentuk Lembaga Keuangan
Mikro (LKM) sebagai wadah kerjasama Muhammadiyah dalam memecahkan
masalah permodalan dan pembiayaan pada potensi swadaya yang mereka miliki.
LKM yang dimaksud dapat membentuk Baitul Maal wat Tamwil (BMT), dan
Koperasi Simpan Pinjam. Selain membentuk LKM di tingkat cabang, JSM secara
bersama juga didorong untuk mendirikan suatu Usaha Unggulan Jama’ah (UUJ)
sebagai kegiatan usaha bersama pada sektor riil dalam bidang produksi atau
distribusi dengan mengutamakan peningkatan pengelolaan sumber daya lokal untuk
memanfaatkan peluang yang terbuka. Wujud dari UUJ dapat berupa Perseroan
Terbatas, CV, dan lainnya.
2. Mengembangkan organisasi sekunder dan badan-badan usaha pendukung tingkat
daerah dan wilayah. Untuk memperkuat amal usaha di bidang ekonomi pada tingkat
ranting dan cabang, maka pada tingkat daerah dan wilayah ditumbuhkan dan
dikembangkan badan-badan usaha sekunder yang dapat berwujud organisasi
sekunder koperasi, Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM) dan Lembaga
Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM).
3. Mengembangkan infrastruktur ekonomi, lembaga, dan instrumen pendukung di
tingkat pusat. Majelis ekonomi di tingkat pusat bertugas menumbuhkan infrastruktur
ekonomi Muhammadiyah dalam rangka mendukung berbagai kegiatan usaha
ekonomi yang dilancarkan sejak dari tingkat ranting sampai tingkat wilayah.
Infrastruktur ekonomi Muhammadiyah pertama yang sudah dibangun adalah
mendirikan sebuah Badan Usaha Milik Muhammadiyah sebagai holding company,

11
yang dimaksudkan untuk menumbuhkan dan mendukung Usaha Unggulan Jama’ah.
Badan Usaha Milik Muhammadiyah yang dimaksud adalah PT. Solar Global
Internasional, salah satu kegiatan usaha yang tengah dirintis oleh PT. SGI adalah
mendirikan pusat distribusi untuk kemudian mengajak warga Muhammadiyah
mendirikan usaha unggulan jama’ah berupa outlet dan grosir yang diberi nama
MARKAZ. Infrastruktur ekonomi kedua yang saat ini sedang dibangun yaitu sistem
JAMIAH (Jaringan Ekonomi Muhammadiyah) yang antara lain dilaksanakan dengan
mempersiapkan teknologi informasi dengan menggunakan jaringan internet. Melalui
IT JAMIAH yang diharapkan mulai terwujud, berbagai amal usaha akan dapat
dirangkai menjadi satu jaringan kerja sama (network) di bidang ekonomi dan pada
bidang-bidang lainnya yang akan dikembangkan secara bertahap. Infrastruktur
ekonomi ketiga yang sudah diciptakan dan telah diluncurkan adalah KATAM (Kartu
Tabungan Muslim) yang dirancang untuk sekaligus menjadi pengganti Kartu
Anggota Muhammadiyah. KATAM disiapkan secara khusus untuk warga dan
simpatisan Muhammadiyah dengan sejumlah manfaat tambahan antara lain sebagai
kartu asuransi kesehatan dan kecelakaan. KATAM juga menjadi instrumen untuk
menghimpun dana bagi persyarikatan guna mewujudkan kemandirian secara
finansial dan mampu meningkatkan amal usahanya di bidang sosial, pendidikan,
kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi. Selanjutnya, untuk mendukung program
pemberdayaan ekonomi masyarakat secara luas, diperlukan adanya lembaga yang
berfungsi menyelenggarakan pelatihan dan pendampingan kepada LKM, UUJ serta
warga masyarakat selaku pengusaha kecil secara profesional. Untuk tujuan tersebut,
Majelis PP. Muhammadiyah membentuk suatu lembaga pengembangan usaha kecil
dan kewirausahaan yang diberi nama Pusat Pengembangan Pengusaha Kecil dan
Kewirausahaan Muhammadiyah (P3K2M) yang mekanismenya berdasarkan atas
kemandirian, baik dalam pengelolaan kegiatan maupun pencarian dana.

C. Kehidupan dalam Mengelolah Amal Usaha Muhammadiyah


Amal usaha Muhammadiyah adalah milik Persyarikatan dan Persyarikatan bertindak
sebagai Badan Hukum/Yayasan dari seluruh amal usaha itu, sehingga semua bentuk
kepemilikan Persyarikatan hendaknya dapat diinventarisasi dengan baik serta dilindungi
dengan bukti kepemilikan yang sah menurut hukum yang berlaku. Karena itu, setiap
pimpinan dan pengelola amal usaha Muhammadiyah di berbagai bidang dan tingkatan

12
berkewajiban menjadikan amal usaha dengan pengelolaannya secara keseluruhan sebagai
amanat umat yang harus ditunaikan dan dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya.
Pimpinan amal usaha Muhammadiyah diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan
persyarikatan dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian pimpinan amal usaha dalam
mengelola amal usahanya harus tunduk kepada kebijaksanaan Persyarikatan dan tidak
menjadikan amal usaha itu terkesan sebagai milik pribadi atau keluarga, yang akan menjadi
fitnah dalam kehidupan dan bertentangan dengan amanat.
Pimpinan amal usaha Muhammadiyah adalah anggota Muhammadiyah yang
mempunyai keahlian tertentu di bidang amal usaha tersebut, karena itu status keanggotaan
dan komitmen pada misi Muhammadiyah menjadi sangat penting bagi pimpinan tersebut agar
yang bersangkutan memahami secara tepat tentang fungsi amal usaha tersebut bagi
Persyarikatan dan bukan semata-mata sebagai pencari nafkah yang tidak peduli dengan tugas-
tugas dan kepentingankepentingan Persyarikatan.
Pimpinan amal usaha Muhammadiyah harus dapat memahami peran dan tugas dirinya
dalam mengemban amanah Persyarikatan. Dengan semangat amanah tersebut, maka
pimpinan akan selalu menjaga kepercayaan yang telah diberikan oleh Persyarikatan dengan
melaksanakan fungsi manajemen perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang sebaik-
baiknya dan sejujur jujurnya.
Pimpinan amal usaha Muhammadiyah senantiasa berusaha meningkatkan dan
mengembangkan amal usaha yang menjadi tanggung jawabnya dengan penuh kesungguhan.
Pengembangan ini menjadi sangat penting agar amal usaha senantiasa dapat berlomba-lomba
dalam kabaikan (fastabiq al khairat) guna memenuhi tuntutan masyarakat dan tuntutan
zaman.
Sebagai amal usaha yang bisa menghasilkan keuntungan, maka pimpinan amal usaha
Muhammadiyah berhak mendapatkan nafkah dalam ukuran kewajaran sesuai ketentuan yang
berlaku) yang disertai dengan sikap amanah dan tanggungjawab akan kewajibannya. Untuk
itu setiap pimpinan persyarikatan hendaknya membuat tata aturan yang jelas dan tegas
mengenai gaji tersebut dengan dasar kemampuan dan keadilan.
Pimpinan amal usaha Muhammadiyah berkewajiban melaporkan pengelolaan amal
usaha yang menjadi tanggung jawabnya, khususnya dalam hal keuangan/kekayaan kepada
pimpinan Persyarikatan secara bertanggung jawab dan bersedia untuk diaudit serta
mendapatkan pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pimpinan amal usaha Muhammadiyah harus bisa menciptakan suasana kehidupan
Islami dalam amal usaha yang menjadi tanggung jawabnya dan menjadikan amal usaha yang

13
dipimpinnya sebagai salah satu alat da'wah maka tentu saja usaha ini menjadi sangat perlu
agar juga menjadi contoh dalam kehidupan bermasyarakat.
Karyawan amal usaha Muhammadiyah adalah warga (anggota) Muhammadiyah yang
dipekerjakan sesuai dengan keahlian atau kemampuannya. Sebagai warga Muhammadiyah
diharapkan karyawan mempunyai rasa memiliki dan kesetiaan untuk memelihara serta
mengembangkan amal usaha tersebut sebagai bentuk pengabdian kepada Allah dan berbuat
kebajikan kepada sesama. Sebagai karyawan dari amal usaha Muhammadiyah tentu tidak
boleh terlantar dan bahkan berhak memperoleh kesejahteraan dan memperoleh hak-hak lain
yang layak tanpa terjebak pada rasa ketidakpuasan, kehilangan rasa syukur, melalaikan
kewajiban dan bersikap berlebihan.
Seluruh pimpinan dan karyawan atau pengelola amal usaha Muhammadiyah
berkewajiban dan menjadi tuntutan untuk menunjukkan keteladanan diri, melayani sesama,
menghormati hak-hak sesama, dan memiliki kepedulian social yang tinggi sebagai cerminan
dari sikap ihsan, ikhlas, dan ibadah.
Seluruh pimpinan, karyawan, dan pengelola amal usaha Muhammadiyah hendaknya
memperbanyak silaturahim dan membangun hubungan-hubungan sosial yang harmonis
(persaudaraan dan kasih sayang) tanpa mengurangi ketegasan dan tegaknya sistem dalam
penyelenggaraan amal usaha masingmasing.
Seluruh pimpinan, karyawan, dan pengelola amal usaha Muhammadiyah selain
melakukanaktivitas pekerjaan yang rutin dan menjadi kewajibannya juga dibiasakan
melakukan kegiatan-kegiatan yang memperteguh dan meningkatkan taqarrub kepada Allah
dan memperkaya ruhani serta kemuliaan akhlaq melalui pengajian, tadarrus serta kajian Al-
Quran dan As-Sunnah, dan bentuk-bentuk ibadah dan mu'amalah lainnya yang tertanam kuat
dan menyatu dalam seluruh kegiatan amal usaha Muhammadiyah.

D. Kedudukan dan Fungsi Amal Usaha Muhammadiyah


1. Kedudukan Amal Usaha
Muhammadiyah mempunyai semboyan dalam gerakannya : “Sepi Ing Pamrih rame
ing gaweatau Sedikit Bicara Banyak Bekerja”
 Sebagai bentuk realisasi dari kegiatan Muhammadiyah dalam berbagai bidang
kehidupan untuk mencapai maksud dan tujuan Muhammadiyah.
 Sebagai wujud dari pelakasanaan gerakan dakwah Muhammadiyah dalam bidang-
bidang kehidupan agar manfaatnya dapat langsung dirasakan masyarakat.

14
2. Fungsi Amal Usaha
1. Untuk membimbing masyarakat ke arah perbaikan kehidupan sesuai dengan
tuntunan Islam dalam bentuk kerja nyata.
2. Sebagai wadah atau sarana peribadatan bagi warga Muhammadiyah.

 Merujuk pada Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, khususnya pada bagian
kehidupan dalam mengelola Amal usaha, terdapat 13 ketentuan yang perlu diketahui
sebagai berikut:
1. Amal usaha Muhammadiyah adalah salah satu usaha dari usaha-usaha dan media
dakwah persyarikatan untuk mencapai maksud dan tujuan persyarikatan. Oleh
karenanya semua bentuk kegiatan amal usaha Muhammadiyah harus mengarah
kepada terlaksananya maksud dan tujuan persyarikatan dan seluruh pimpinan
serta pengelola amal usaha ber-kewajiban untuk melaksanakan misi utama
Muhammadiyah itu dengan sebaik-baiknya sebagai misi dakwah (QS. Ali-Imran
(3): 104 dan 110)

‫َو لْ ت َكُ ْن ِم نْ كُ ْم أ ُ َّم ة ٌ ي َ د ْ عُ و َن إ ِ ل َ ى الْ َخ يْ ِر َو ي َ أ ْ ُم ُر و َن‬


َ ِ ‫ف َو ي َ نْ َه ْو َن عَ ِن الْ ُم نْ كَ ِر ۚ َو أ ُو َٰل َ ئ‬
ُ‫ك ه ُ م‬ ِ ‫ب ِ الْ َم عْ ُر و‬
‫الْ ُم فْ لِ ُح و َن‬

”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung”

ِ ‫اس ت َأ ْ ُم ُر و َن ب ِ الْ َم عْ ُر و‬
‫ف‬ ْ ‫كُ نْ ت ُ ْم َخ ي َْر أ ُ َّم ٍة أ ُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ ‫ت لِ ل ن‬
‫َو ت َنْ َه ْو َن عَ ِن الْ ُم نْ كَ ِر َو ت ُ ْؤ ِم ن ُو َن ب ِ ا َّّلل ِ ۗ َو ل َ ْو آ َم َن أ َ ْه ُل‬
ُ‫الْ ِك ت َا بِ ل َ كَ ا َن َخ ي ًْر ا ل َ هُ ْم ۚ ِم نْ هُ مُ الْ ُم ْؤ ِم ن ُ و َن َو أ َ ْك ث َ ُر ه ُ م‬
‫الْ ف َ ا ِس ق ُو َن‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.

15
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik.”

2. Amal usaha Muhammadiyah adalah milik persyarikatan dan persyarikatan


bertindak sebagai Badan Hukum/Yayasan dari seluruh amal usaha itu, sehingga
semua bentuk kepemilikan persyarikatan hendaknya dapat diinventarisasi dengan
baik serta dilindungi dengan bukti kepemilikan yang sah menurut hukum yang
berlaku. Oleh karena itu, setiap pimpinan dan pengelola amal usaha di berbagai
bidang dan tingkatan berkewajiban menjadikan amal usaha dan pengelolaanya
secara keseluruhan sebagai amanat umat yang harus ditunaikan dan
dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya (QS: an-Nisa (4): 57).

ٍ ‫َج ن َّ ا‬
‫ت‬ ‫ت سَ ن ُد ْ ِخ ل ُ ُه ْم‬ َّ ‫َو ال َّ ِذ ي َن آ َم ن ُ وا َو عَ ِم ل ُوا ال‬
ِ ‫ص ا لِ َح ا‬
‫ۖ ل َ ُه ْم ف ِ ي َه ا‬ ‫اْل َنْ َه ا ُر َخ ا لِ ِد ي َن ف ِ ي َه ا أ َب َ د ًا‬
ْ ‫ت َ ْج ِر ي ِم ْن ت َ ْح ت ِ َه ا‬
ٌ ‫أ َ ْز َو ا‬
ِ ‫ج ُم طَ َّه َر ة ٌ ۖ َو ن ُدْ ِخ ل ُ ُه ْم‬
‫ظ اًّل ظَ لِ ي ًًّل‬
“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang shaleh,
kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya mengalir
sungai-sungai; kekal mereka di dalamnya; mereka di dalamnya mempunyai isteri-
isteri yang suci, dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman”

3. Pimpinan amal usaha Muhammadiyah diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan


persyarikatan dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian pimpinan amal usaha
dalam mengelola amal usahanya harus tunduk kepada kebijaksanaan Persyarikatan
dan tidak menjadikan amal usaha itu terkesan sebagai milik pribadi atau keluarga,
yang akan menjadi fitnah dalam kehidupan dan bertentangan dengan amanat (QS:
al-Anfal (8): 27)

‫لر سُ و َل َو ت َ ُخ و ن ُوا‬ َّ ‫ي َ ا أ َي ُّ َه ا ال َّ ِذ ي َن آ َم ن ُ وا ََل ت َ ُخ و ن ُ وا‬


َّ ‫ّللا َ َو ا‬
‫أ َ َم ا ن َا ت ِ كُ ْم َو أ َنْ ت ُ ْم ت َعْ ل َ ُم و َن‬

16
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat
yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”

4. Pimpinan amal usaha Muhammadiyah adalah anggota Muhammadiyah yang


mempunyai keahlian tertentu di bidang amal usaha tersebut, karena itu status
keanggotaan dan komitmen pada misi Muhammadiyah menjadi sangat penting
bagi pimpinan tersebut agar yang bersangkutan memahami secara tepat
tentang fungsi amal usaha tersebut bagi persyarikatan dan bukan semata-mata
sebagai pencari nafkah yang tidak peduli dengan tugas-tugas dan kepentingan-
kepentingan Persyarikatan;
5. Pimpinan amal usaha Muhammadiyah harus dapat memahami peran dan tugas
dirinya dalam mengemban amanah. Dengan semangat amanah tersebut, maka
pimpinan akan selalu menjaga kepercayaan yang telah diberikan oleh
persyarikatan dengan melaksanakan fungsi manajemen perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan yang sebaik-baiknya dan sejujur jujurnya;
6. Pimpinan amal usaha Muhammadiyah senantiasa berusaha meningkatkan dan
mengembangkan amal usaha yang menjadi tanggung jawabnya dengan penuh
kesungguhan. Pengembangan ini menjadi sangat penting agar amal usaha
senantiasa dapat berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiq al–khairāt) guna
memenuhi tuntutan masyarakat dan tuntutan zaman;
7. Sebagai amal usaha yang bisa menghasilkan keuntungan, maka pimpinan amal
usaha Muhammadiyah berhak mendapatkan nafkah dalam ukuran kewajaran
(sesuai ketentuan yang berlaku) yang disertai dengan sikap amanah dan
tanggungjawab akan kewajibannya. Untuk itu setiap pimpinan persyarikatan
hendaknya membuat tata aturan yang jelas dan tegas mengenai gaji tersebut
dengan dasar kemampuan dan keadilan;
8. Pimpinan amal usaha Muhammadiyah berkewajiban untuk melaporkan
pengelolaan amal usaha yang menjadi tanggung jawabnya, khususnya dalam
hal keuangan/kekayaan kepada pimpinan persyarikatan secara bertanggung
jawab dan bersedia untuk diaudit.
9. Pimpinan amal usaha Muhammadiyah harus bisa menciptakan suasana
kehidupan Islami dalam amal usaha yang menjadi tanggung jawabnya dan
menjadikan amal usaha yang dipimpinnya sebagai salah satu alat dakwah

17
maka tentu saja usaha ini menjadi sangat perlu agar juga menjadi contoh
dalam kehidupan bermasyarakat;
10. Karyawan amal usaha Muhammadiyah adalah warga (anggota)
Muhammadiyah yang dipekerjakan sesuai dengan keahlian atau
kemampuannya. Sebagai warga Muhammadiyah diharapkan karyawan
mempunyai rasa memiliki dan kesetiaan untuk memelihara serta
mengembangkan amal usaha tersebut sebagai bentuk pengabdian kepada Allah
dan berbuat kebajikan kepada sesama. Sebagai karyawan dari amal usaha
Muhammadiyah tentu tidak boleh terlantar dan bahkan berhak memperoleh
kesejahteraan dan memperoleh hak-hak lain yang layak tanpa terjebak pada
rasa ketidakpuasan, kehilangan rasa syukur, melalaikan kewajiban dan
bersikap berlebihan;
11. Seluruh pimpinan dan karyawan atau pengelola amal usaha Muhammadiyah
berkewajiban dan menjadi tuntutan untuk menunjukkan keteladanan diri,
melayani sesama, menghormati hak-hak sesama, dan memiliki kepedulian
sosial yang tinggi sebagai cerminan dari sikap ihsan, ikhlas, dan ibadah;
12. Seluruh pimpinan, karyawan, dan pengelola amal usaha Muhammadiyah
hendaknya memperbanyak silaturahim dan membangun hubungan-hubungan
sosial yang harmonis (persaudaraan dan kasih sayang) tanpa mengurangi
ketegasan dan tegaknya sistem dalam penyelenggaraan amal usaha masing-
masing;
13. Seluruh pimpinan, karyawan, dan pengelola amal usaha Muhammadiyah
selain melakukan aktivitas pekerjaan yang rutin dan menjadi kewajibannya
juga dibiasakan melakukan kegiatan-kegiatan yang memperteguh dan
meningkatkan taqarrub kepada Allah dan memperkaya ruhani serta kemuliaan
akhlaq melalui pengajian, tadarrus serta kajian al-Qur’an dan sunnah, dan
bentuk-bentuk ibadah dan mu’amalah lainnya yang tertanam kuat dan
menyatu dalam seluruh kegiatan amal usaha Muhammadiyah.

18
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai sebuah gerakan Islam yang lahir pada tahun 1912 Masehi dan kini hampir memasuki
usia 100 tahun, telah banyak yang dilakukan oleh Muhammadiyah bagi masyarakat dan
bangsa Indonesia secara luas. Sehingga harus diakui bahwa Muhammadiyah memiliki
kontribusi dan perhatian yang cukup besar dalam dinamika kehidupan masyarakat Indonesia.
Dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah untuk menegakkan dan menjunjung tinggi
agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Persyarikatan
Muhammadiyah telah menempuh berbagai usaha meliputi bidang dakwah, sosial, pendidikan,
ekonomi, politik, dan sebagainya, yang secara operasional dilaksanakan melalui berbagai
institusi organisasi seperti majelis, badan, dan amal usaha yang didirikannya.

B. Saran
Sebagai bagian dari warga muhammadiyah tentunya kita harus mengetahui dan memhami
segala bentuk amal usaha dari Muhammadiyah itu sendiri agar kita mengetahui sejau mana
perkembangan Muhammadiyah dan seberapa besar pengaruh Muhammadiyah dalam
kehidupan bangsa Indonesia.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.bacot.in/2016/06/macam-macam-amal-usaha-muhammadiyah.html
2. http://smartgubuk.blogspot.co.id/2016/02/amal-usaha-kemuhammadiyahan.html
3. http://www.khittah.co/13-hal-yang-perlu-diketahui-tentang-amal-usaha-
muhammadiyah/4847/
4. https://kerjainyugas.blogspot.co.id/2017/01/makalah-kemuhammadiyahan-2-amal-
usaha.html
5. https://ilhams1993.wordpress.com/muhammadiyah-dan-politik-islam/
6. https://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Zakat_Infaq_dan_Shadaqah_Muhammadiyah
7. http://www.muhammadiyah.or.id/
8. widagdo, bambang, Al Islam dan Kemuhammadiyahan III, Malang, 2012

20

You might also like