You are on page 1of 20

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM PENGELOLAAN AIR UNTUK PERTANIAN

ACARA 1
PENGUKURAN LAJU INFILTRASI

Disusun oleh :
1. Punjung Prayogo 16/394318/PN/14557
2. Royyan 'Abiid 16/398864/PN/14835
3. Umi Malichatun Oktafia 16/398913/PN/14884
4. Triana Sari 16/405694/PN/14915

Gol/Kel : INHAL
Asisten : Vika Ayu Safitri

LABORATORIUM AGROHIDROLOGI
DEPARTEMEN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengelolaan air sebagai bagian ilmu hidrologi yang mempelajari pemanfaatan
air supaya lebih efisisen, khususnya di bidang pertanian. Dalam pertanian air, tanah dan
tanaman akan mempunyai keterkaitan satu sama lain. Input air dalam pertanian pada
umumnya berasal dari air hujan, meskipun sekarang juga banyak didukung oleh
teknologi irigasi. Air mempunyai banyak manfaat untuk tanaman, kaitannya dengan
proses fisiologis yang mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman itu
sendiri. Air yang disiramkan untuk tanaman tidak secara langsung akan langsung
digunakan oleh tanaman, air tersebut akan melalui beberapa tahap hingga dapat
dijangkau oleh akar tanaman untuk diserap yang kemudian dimanfaatkan sebagai
pelarut dan sebagainya.
Tahapan air dari atas permukaan tanah harus bergerak atau berjalan sampai ke
dalam tanah hingga dapat dijangkau oleh akar. Pergerakan air menuju dalam tanah
tersebut disebut sebagai proses infiltrasi. Proses infiltrasi akan mempunyai arah gerak
yang berbeda tergantung gaya yang mempengaruhinya, gaya-gaya yang dimaksud yaitu
gaya kapiler dan gaya gravitasi. Gaya-gaya tersebut dapat mengerahkan infiltrasi ke
arah lateral atau vertikal. Laju infiltrasi mempunyai besaran yang berbeda, hal tersebut
juga banyak hal yang mempengaruhinya terutama yang berkaitan dengan air dan
keadaan tanah itu sendiri. Sehingga perlu dilakukan pengukuran laju infiltrasi untuk
mengetahu cara dan faktor-faktor yang mempengaruhi.

B. TUJUAN
1. Mengadakan pengukuran laju infiltrasi dan mempelajari faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Demi menghasilkan makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan makanan


sehari-hari seseorang, dibutuhkan sekitar 3.000 liter air yang dikonversi dari cairan menjadi
uap yaitu sekitar 1 liter per kalori. Di masa depan semakin banyak orang akan membutuhkan
lebih banyak air untuk makanan, serat, tanaman industri, ternak, dan ikan. Tetapi jumlah air
per orang dapat dikurangi dengan mengubah apa yang orang konsumsi dan bagaimana mereka
menggunakan air untuk menghasilkan makanan. Sekitar 80% evapotranspirasi pertanian ketika
tanaman mengubah air menjadi uap yang terhasilkan langsung dari hujan, dan sekitar 20% dari
irigasi. Daerah kering seperti Timur Tengah, Asia Tengah, dan Amerika Serikat bagian barat
cenderung mengandalkan irigasi. Ada juga pengembangan irigasi berskala besar di Asia
Selatan dan Timur, lebih sedikit di Amerika Latin, dan sangat sedikit di Afrika Sub-Sahara
(Molden, 2007).
Infiltrasi adalah proses masuknya air ke pemukaan tanah, proses infiltrasi merupakan
proses yang paling penting dalam siklus hidrologi. Dengan adanya infiltrasi, maka akan
tersedia air untuk evaporasi dan transpirasi, serta tersedianya peluang dalam peningkatan
cadangan air tanah yang berpengaruh juga pada kontinyuitas aliran permukaan baik dari
Subsurface flow dan base flow. Infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya tekstur
tanah, struktur tanah, sisa vegetasi pada tanah, tutupan lahan dan kemiringan lahan. Laju
infiltrasi pada suatu lokasi bergantung pada faktor tekstur tanah, bahan organik tanah, kadar
air tanah, kerapatan massa, kerapatan partikel, dan porositas tanah. Faktor-faktor tersebut
menyebabkan laju infiltrasi pada suatu lokasi berbeda dengan lokasi yang lain. Infiltrasi
memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, karena infiltrasi tidak
hanya meningkatkan jumlah air yang tersimpan di dalam tanah, tetapi juga dapat mengurangi
terjadinya banjir (Mendoza dan Rusli, 2019).
Infiltrasi tanah dengan pola vegetasi saling berkaitan. Infiltrasi berpengaruh terhadap
waktu dimulainya aliran permukaan. Proses infiltrasi yang terjadi di daerah kering dan semi
kering merupakan proses ekologi yang mempengaruhi ketersediaan air dari vegetasi, limpasan,
dan risiko erosi tanah Keterkaitan infiltrasi dengan pola vegetasi tersebut menyebabkan pola
penggunaan lahan yang dapat meningkatkan sifat fisik dan kimia tanah serta memperbaiki
kapasitas infiltrasi tanah (Wang, et. al., 2015).
Laju infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pori-pori tanah, sisa-sisa akar
yang menempel pada tanah (bahan organik), dan kandungan air tanah. Selain itu, laju infiltrasi
juga dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah, kualitas air, kondisi penutupan permukaan
tanah, pencucian partikel halus, dan pengolahan tanah. Semakin besar pori-pori tanah, infiltrasi
akan semakin cepat karena air mendapat gaya gravitasi yang besar. Begitu pula sebaliknya,
semakin kecil pori-pori tanah, gaya gravitasi tidak dapat bekerja maksimal, sehingga infiltrasi
berjalan lambat. Besarnya kandungan bahan organik di dalam tanah juga berpengaruh pada
laju infiltrasi. Semakin besar kandungan bahan organik di dalam tanah, baik berupa seresah
maupun sisa-sisa akar tanaman, kemampuan tanah untuk menjerap air akan semakin besar,
sehingga laju infiltrasi akan semakin cepat. Kandungan air tanah juga menentukan besar
kecilnya laju infiltrasi. Laju infiltrasi pada tanah kering lebih besar dibandingkan dengan tanah
basah. Laju infiltrasi juga ditentukan oleh besarnya kapasitas infiltrasi dan laju penyediaan air.
Selama intensitas hujan lebih kecil dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan
intensitas hujan. Jika intensitas hujan melampaui kapasitas infiltrasi, maka terjadilah genangan
air dipermukaan tanah atau aliran permukaan. Hal ini berhubungan dengan kemampuan tanah
untuk menampung air (Corn dan Digest, 2011).
Bahan-bahan penyusun tanah merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi
laju infiltrasi ke dalam tanah. Jenis–jenis tanah juga dapat menjadi parameter dalam melihat
laju infiltrasi dalam tanah. Salah satu contohnya adalah tanah Andosol yang merupakan salah
satu jenis tanah yang paling cepat dalam infiltrasi air pada tanahnya. Tanah yang meiliki
perlakuan khusus memiliki laju infiltrasi yang berbeda walaupun pada jenis tanah yang sama.
Hal tersebut dapat dilihat pada tanah Andosol, tanah yang sudah ditambahkan beberapa bahan
organik di dalamnya memiliki laju infiltrasi yang lebih lambat. Dari hasil penelitian tersebut
struktur tanah atau agregasi dan stabilitas tanah dan porositas penyimpanan air dan kepadatan
tanah merupakan faktor utama dalam laju infiltrasi dalam tanah (Neris et al., 2012).
Laju infiltrasi dapat diukur di lapangan dengan mengukur curah hujan, aliran
permukaan, dan menduga faktor-faktor lain dari siklus air, atau menghitung laju infiltrasi
dengan analisis hidrograf. Cara pengukuran infiltrasi tersebut memerlukan biaya yang relatif
mahal,maka penetapan infiltrasi sering dilakukan pada luasan yang sangat kecil dengan
menggunakan alat infiltrometer. Ada beberapa macam infiltrometer yang dapat digunakan
untuk menetapkan laju infiltrasi, (Clothier, 2001 cit Darajat et al., 2019) yaitu: 1. ring
infiltometer (single atau double/concentric-ring infiltrometer), 2. wells, auger hole
permeameter, 3. pressure infiltrometer, 4. closed-top permeameter, 5. crust test, 6. tension and
disc infiltrometer, 7. driper, 8. Rainfall.
Metode yang akan digunakan dalam percobaan kali ini adalah pengukuran
mengunakan double ring infiltrometer. Menurut Clothier (2001) cit Darajat et al. (2019),
keunggulan dari penggunaan ring infiltrometer dibandingkan dengan alat lainya adalah relatif
murah, mudah untuk menggunakan dan menganalisis datanya, serta tidak memerlukan
keterampilan yang tinggi dari penggunanya. Kelemahan dari alat ini adalah peluang untuk
terjadinya gangguan terhadap tanah relatif tinggi, sehingga untuk mendapatkan hasil
pengukuran yang mewakili, diperlukan ulangan pengukuran yang relatif banyak, baik ulangan
secara spasial maupun temporal.
III. METODOLOGI

Praktikum pengelolaan air untuk pertanian acara 1 yang berjudul Pengukuran Laju Infiltrasi
dilakukan pada Rabu, 3 April 2019 di sekitaran AWS, Fakultas Pertanian, Gadjah Mada,
Yogyakarta. Percobaan ini bertujuan untuk mengadakan pengukuran laju infiltrasi dan
mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Bahan yang digunakan pada percobaan ini
berupa air kran, sedangkan alat yang digunakan yaitu : Infiltrometer tabung konsentrik,
meteran/penggaris, ember dan gayung, serta stopwatch. Percobaan ini dilakukan dengan 2
perlakuan yaitu di lahan tertutup vegetasi dan di lahan tanpa vegetasi.

Sebelum percobaan dilakukan, semua bahan dan alat disiapkan terlebih dahulu. Langkah
pertama dilakukan pemasangan infiltrometer tabung konsentrik, tabung ini mempunyai 2 ring,
yaitu ring bagian dalam dan bagian luar. Pemasangan alat ini harus di tempat yang datar dan
dipastikan benar-benar tegak lurus dengan permukaan tanah, pemasangan dimulai dari
pemasangan ring bagian luar dilanjutkan ring bagian dalam. Kedua ring dipasang dengan
ditancapkan sedalam 10 cm tanpa miring. Setelah infiltrometer terpasang dengan benar
selanjutnya, air diisikan di bagian luar ring dalam untuk memastikan hanya gaya gravitasi yang
mempengaruhi proses percobaan. Setelah itu pasang meteran di tengah-tengah ring, kemudian
isi air di ring dalam setinggi 5 cm, 10 cm, dan 15 cm, setiap ketinggian diulangi pada 3 kali
selang waktu yang ditentukan. Pengamatan dilakukan setelah perubahan ketinggian air dalam
selang waktu konstan. Ketinggian air awal sebagai h1 dan ketinggian air setelah selang waktu
tertentu sebagai h2. Catatatlah ketinggian awal, ketinggian akhir, serta selang waktu yang
ditentukan. Data hasil pengamatan digunakan untuk menghitung infiltrasi dan laju infiltrasi
yang terjadi. Data hasil juga digunakan untuk analisis t-test.
IV. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1.1 Pengaruh Laju Infiltrasi
Laju Infiltrasi
Waktu Tinggi Air (cm) Infiltrasi (cm)
Waktu (mm/jam)
No Kumulatif
Interval Vegetasi Tanpa
(menit) Vegetasi Tanpa Vegetasi Tanpa
h1 h2 h1 h2
1 1' 1 10,6 10,5 15 14,9 0,1 0,1 60 60
2 1' 2 10,5 10,4 14,9 14,9 0,1 0 60 30
3 1' 3 10,4 10,3 14,9 14,8 0,1 0,1 60 40
4 2' 5 10,3 10 14,8 14,5 0,3 0,3 72 60
5 2' 7 10 9,9 14,5 14,4 0,1 0,1 60 51,43
6 2' 9 9,9 9,6 14,4 14,3 0,3 0,1 66,67 46,67
7 4' 13 9,6 9,3 14,3 13,9 0,3 0,4 60 50,77
8 4' 17 9,3 8,9 13,9 13,5 0,4 0,4 60 52,94
9 4' 21 13 12,5 13,5 13,2 0,5 0,3 62,86 51,43
10 8' 29 12,5 11,7 13,2 12,6 0,8 0,6 62,07 49,66
11 8' 37 11,7 11 12,6 11,9 0,7 0,7 60 50,27
12 8' 45 11 10 11,9 11,2 1,0 0,7 62,67 50,67
13 10' 55 10 9,1 11,2 10,3 0,9 0,9 61,09 51,27
14 10' 65 9,1 8 10,3 9,5 1,1 0,8 61,85 50,77
15 10' 75 8 7,3 9,5 8,2 0,7 1,3 59,2 54,4

Tabel 1.2 Interpolasi Laju Infiltrasi dengan Vegetasi dan Tanpa Vegetasi
Waktu Laju Infiltrasi (mm/jam)
No Kumulatif Tanpa
(Menit) Vegetasi Vegetasi
1 5 72 60
2 10 65,0025 47,695
3 15 60 51,855
4 20 62,145 51,538
5 25 62,47 50,545
6 30 61,81 49,74
7 35 60,52 50,12
8 40 61 50,42
9 45 62,67 50,67
10 50 61,88 50,97
11 55 61,09 51,27
12 60 61,47 51,02
13 65 61,85 50,77
14 70 60,525 52,59
15 75 59,2 54,4
Tabel 1.3 Uji t-Test dan Uji f-Test
Laju Infiltrasi (mm/jam) P-Value
P-Value
Uji t
Vegetasi Tanpa uji f
62,24217 51,57353 3,535e-11 0,7277
V. PEMBAHASAN

Infiltrasi adalah bagian yang sangat penting dalam daur hidrologi maupun dalam proses
pengalih ragaman hujan menjadi aliran di sungai. Dengan adanya proses infiltrasi, maka dapat
mengurangi terjadinya erosi tanah. Selain itu kegunaan dari infiltrasi adalah memenuhi
kebutuhan tanaman dan vegetasi akan air, mengisi kembali reservoir tanah dan menyediakan
aliran sungai pada saat musim kemarau (Seyhan, 1990). Untuk produksi tanaman, infiltrasi
sebagai penyedia air bagi tanaman. Air permukaan terserap menjadi air tanah (air gravitasi)
yang diserap oleh akar tanaman sebagai kebutuhan pokok tanaman untuk melakukan
fotosintesis.

Laju Infiltrasi
80
70
60
Laju Infiltrasi

50
40
30
20
10
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75
Waktu

vegetasi tanpa

Grafik 1. Perbedaan Laju Infiltrasi pada Tanah Bervegetasi dan Tidak Bervegetasi

Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan bahwa laju infiltrasi di lahan non vegetasi
lebih lambat dibandingkan dengan laju infiltrasi di lahan vegetasi. Hal tersebut sesuai dengan
hasil penelitian (Isnaini, 2010) bahwa keberadaan tanaman dapat memperbesar kapasitas
infiltrasi tanah karena adanya perbaikan sifat fisik tanah seperti pembentukan struktur dan
peningkatan porositas. Pada tanah bervegetasi, laju infiltrasinya tinggi karena struktur tanahnya
lebih baik daripada tanah non vegetasi. Perakaran tanaman menyebabkan tanah memiliki pori-
pori yang besar, yang berfungsi untuk mempercepat infiltrasi karena gerakan air ke arah
vertikal maksimal. Laju infiltrasi pada kedua jenis lahan mengalami fluktuasi. Terjadinya
fluktuasi dapat terjadi karena tanah sudah mengalami kejenuhan sehingga gaya hisapan matriks
tanah mengecil sehingga laju infiltrasinya tidak konstan.Menurut Wibowo (2006) faktor-faktor
yang mempengaruhi daya infiltrasi air diantaranya: 1) Kedalaman genangan permukaan tanah
yang semakin tinggi genangan maka tekanan air untuk merepa ke dalam tanah semakin besar
pula, 2) Kadar air dalam tanah, semakin kering tanah infiltrasi semakin besar, 3) Pemampatan
tanah, akan memperkecil porositas, pemampatan dapat terjadi karena pukulan butirbutir hujan,
penyumbatan pori oleh butir halus, karena injakan manusia, binatang dan lain sebagainya, 4)
Tumbuh-tumbuhan, jika tertutup oleh tumbuhan akan semakin besar, 5) Struktur tanah, yaitu
ada rekahan daya infiltrasi akan memperbesar, 6) Kemiringan lahan dan temperatur air
(mempengaruhi kekentalan).

Menurut Wibowo (2010), terdapat beberapa faktor yang juga mempengaruhi laju
infiltrasi di antaranya pemampatan oleh curah hujan dan pemampatan oleh manusia dan hewan,
koefisien permeabilitas dapat mewakili. Sedangkan pengaruh tumbuh-tumbuhan terhadap
infiltrasi sukar ditentukan, karena tumbuh-tumbuhan juga mempengaruhi intersepsi. Meskipun
demikian, tumbuh-tumbuhan penutup meningkatkan infiltrasi jika dibanding dengan tanah
terbuka, sebab: 1) Tumbuhan penutup menghambat aliran permukaan, sehingga memberikan
waktu tambahan pada air untuk memasuki tanah; 2) Sistem akarnya membuat tanah lebih
mudah di masuki; 3) Daun-daunnya melindungi tanah dari tumbukan oleh tetes air hujan yang
jatuh dan mengurangi muatan air hujan di permukaan tanah; 4) Dalam genangan di atas
permukaan dan tebal lapisan yang jenuh; 5) Air genangan di lekukan permukaan tanah masuk
ke dalam tanah, terutama disebabkan oleh gravitasi yang bekerja pada air itu; 6) Kelembaban
tanah. Besarnya kelembaban tanah pada lapisan atas sangat mempengaruhi laju infiltrasi.
Potensial kapiler bagian bawah lapisan tanah yang menjadi kering (oleh evaporasi) kurang dari
kapasitas menahan air normal akan meningkat jika lapisan teratas dibasahi oleh curah hujan.
Peningkatan potensial kapiler ini, bersama-sama dengan gravitasi akan mempercepat infiltrasi;
7) Penyumbatan oleh bahan – bahan yang halus. Kadang-kadang dalam keadaan kering banyak
bahan halus yang di endapkan di atas permukaan tanah. Bila infiltrasi terjadi maka bahan halus
akan masuk ke dalam tanah bersama air itu. Bahan-bahan ini akan mengisi ruang-ruang dalam
tanah yang mengakibatkan penurunan kapasitas infiltrasi. Hal ini merupakan juga sebuah
faktor yang menurunkan kapasitas infiltrasi selama curah hujan; 8) Struktur tanah. Lubang
dalam tanah yang di gali oleh binatang-binatang yang kecil dan serangga, akar-akar tanaman
yang mati, mengakibatkan permeabilitas yang tinggi. Akan tetapi mengingat jenis tanah ini
sangat peka terhadap gaya pemampatan curah hujan maka sering sekali harga kapasitas
infiltrasi itu tiba-tiba berkurang selama curah hujan.

Dilakukan penjenuhan pada ring bagian luar, dengan cara mengisinya dengan air hingga
setinggi 10 cm. Tujuan dari penjenuhan ini adalah agar daerah diluar ring kecil menjadi jenuh
yang berakibat menurunnya gaya kapiler, sehingga air yang terinfiltrasi hanya akan
dipengaruhi oleh gaya gravitasi, dapat dikatakan bahwa penjenuhan ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya perembesan secara lateral. Dengan begitu data pengamatan akan lebih
akurat, karena air yang terinfiltrasi hanya terbatas pada daerah yang dikehendaki yaitu wilayah
di dalam ring dalam infiltrometer.

Proses infiltrasi merupakan bagian yang penting dalam siklus hidrologi maupun dalam
proses pengalihragaman hujan menjadi aliran di sungai. Dengan adanya proses infiltrasi, maka
kebutuhan vegetasi terhadap air termasuk transpirasi, menyediakan air untuk evaporasi,
mengisi kembali reservoir tanah dan menyediakan aliran sungai pada saat musim kemarau akan
dapat terpenuhi, selain itu manfaat dari infiltrasi adalah dapat mengurangi terjadinya erosi
tanah dan mengurangi terjadinya banjir (Seyhan, 1990). Dapat menjadi salah satu model
konstruksi untuk meningkatkan pemanfaatan lingkungan dan menjadi konstruksi yang
berwawasan lingkungan (agro). Infiltrasi dapat pula digunakan untuk mengurangi limpasan
(runoff) banjir dari air hujan untuk diresapkan ke dalam tanah yang berguna untuk
mengembalikan air tanah. Karena manfaat air tanah begitu besar, selain untuk tumbuh-
tumbuhan juga bermanfaat untuk manusia untuk kebutuhan sehari-hari.
VI. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa laju
infiltrasi adalah laju yang mengukur perjalanan air ke dalam tanah sebagai akibat adanya
kapiler dan gaya gravitasi. Pengukuran laju infiltrasi dapat dilakukan dengan menggunakan
Ring infiltrometer. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi yaitu tekstur dan
struktur tanah, kelembaban tanah awal, kegiatan biologi dan unsur organik, jenis dan tebal
serasah, tipe vegetasi dan tumbuhan bawah, karakteristik permukaan tanah, transmisi lapisan
tanah dan pengatusan dari kapasitas penampungan. Hasil infiltrasi yang terjadi di tanah dengan
vegetasi lebih tinggi dari pada non vegetasi.
DAFTAR PUSTAKA

Corn dan S. Digest. 2011. Soil Factors Determine Beneficial Infiltration Rates from Rainfall.
<http://search.proquest.com.ezproxy.ugm.ac.id/>. Diakses tanggal 27 Februari 2019.
Darajat, A. R., Nurrochmad, F., dan Jayadi, R. 2019. Analisis infiltrasi di Saluran Primer
daerah Irigasi Boro Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah. Renovasi : Rekaya dan
Inovasi Teknik Sipil 4(1): 1-9
Isnaini, R., Sumono, Rohanah, A. 2010. Kajian laju infiltrasi tanah pada berbagai penggunaan
lahan di Desa Sempaja Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Fakultas Pertanian USU,
Medan.
Mendoza dan Rusli HAR. Kajian laju infiltrasi ditinjau dari perbedaan litologi batuan,
kemiringan lahan dan sifat fisik tanah pada DAS Sungai Pisang Kota Padang. Jurnal
Bina Tambang 3 (3): 1244-1254
Molden, D. 2007. Water for Food Water for life : A Comprehensive Assessment of Water
Management in Agriculture. Internasional Water Management Institute.
Neris, J., C. Jiménez, J. Fuentes, G. Morillas and M. Tejedor. 2012. Vegetation and Land Use
Effects on Soil Properties and Water Infiltration of Andisols in Tenerife (Canary Islands,
Spain). Catena (98) : 55 – 62.
Seyhan, E. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Wang L., C. Zhong, P. Gao, W. Xi, and S. Zhang. 2015. Soil infiltration characteristics in
agroforestry systems and their relationships with the temporal distribution of rainfall on
the loess plateau in China. Journal Pone. Plos One, 10.
Wibowo, M. 2006. Model Penentuan Kawasan Resapan Air Untuk Perencanaan Tata Ruang
Berwawasan Lingkungan. Jurnal Hidrosfir, vol 1 (1): 1-7
Wibowo, H. 2010. Laju Infiltrasi pada Lahan Gambut yang Dipengaruhi Air Tanah (Study
Kasus Sei Raya Dalam Kecamatan Sei Raya Kabupaten Kubu Raya). Jurnal Belian Vol
9 (1): 90 - 103
.
LAMPIRAN

A. Perhitungan Interpolasi Laju Infiltrasi y = 62,47 mm/jam


x−x1 y−y1 f. Waktu kumulatif 30 menit
= 𝑦2−𝑦1
𝑥2−𝑥1
30−29 y−62,07
1. Laju infiltrasi vegetasi =
37− 29 60−62,07
1 y−62,07
a. Waktu kumulatif 5 menit =
8 −2,07
Laju infiltrasi = 72 mm/jam 1
𝑦 − 62,07 = 8 (-2,07)
b. Waktu kumulatif 10 menit
10− 9 y−66,67 y = 62,07 – 0,26
=
13 − 9 60−66,67
y = 61.81 mm/jam
1 y−66,67
= g. Waktu kumulatif 35 menit
4 −6,67
1 35−29 y−62,07
𝑦 − 66,67 = 4 (-6,67) = 60−62,07
37− 29

y = 66,67 – 1,6675 6 y−62,07


=
8 −2,07
y = 65,0025 mm/jam 6
𝑦 − 62,07 = 8 (-2,07)
c. Waktu kumulatif 15 menit
15−13 y−60 y = 62,07 – 1,5525
=
17 − 13 60−60
y = 60,5175 mm/jam
2 y−60
= h. Waktu kumulatif 40 menit
4 0
2 40−37 y−60
𝑦 − 60 = 4 (0) =
45− 37 62,67−60

y = 60 + 0 3 y−60
=
8 2,67
y = 60 mm/jam 3
𝑦 − 60 = 8 (2,67)
d. Waktu kumulatif 20 menit
20−17 y−60 y = 60 + 1,00125
=
21− 17 62,86−60
y = 61,00125 mm/jam
3 y−60
= i. Waktu kumulatif 45 menit
4 2,86
3
𝑦 − 60 = 4 (2,86) Laju Infiltrasi = 62,67

y = 60 + 2,145 j. Waktu kumulatif 50 menit


50−45 y−62,67
y = 62,145 mm/jam =
55− 45 61,09−62,67

e. Waktu kumulatif 25 menit 5


=
y−62,67
10 −1,58
25−21 y−62,86
= 5
29− 21 62,07−62,86 𝑦 − 62,67 = 10 (-1,58)
4 y−62,86
= y = 62,67 – 0.79
8 62,07−62,86
4
𝑦 − 62,86 = 8 (-0,79) y = 61,88 mm/jam

y = 62,86 – 0,395 k. Waktu kumulatif 55 menit


Laju infiltrasi = 61,09 2
𝑦 − 50,77 = 4 (2,17)
l. Waktu kumulatif 60 menit
y = 50,77 + 1,085
60−55 y−61,09
= 61,85−61,09 y = 51,855 mm/jam
65− 55
5 y−61,09 d. Waktu kumulatif 20 menit
=
10 0.76
20−17 y−52,94
5 = 51,43−52,94
𝑦 − 61,09 = 10 (0,76) 21− 17
3 y−52,94
y = 61.09 + 0.38 =
4 −1,51

y = 61,47 mm/jam 3
𝑦 − 52,94 = 4 (-1,51)
m. Waktu kumulatif 65 menit
y = 52,94 -1,1325
Laju infiltrasi = 61,85
y = 51,8075 mm/jam
n. Waktu kumulatif 70 menit
e. Waktu kumulatif 25 menit
70−65 y−61,85
= 59,2−61,85 25−21 y−51,43
75− 65 =
29− 21 49,66−51,43
5 y−61,85
= 4 y−51,43
10 −2,65 =
8 −1,77
5
𝑦 − 61,85 = 10 (-2,65) 4
𝑦 − 51,43 = 8 (-1,77)
y = 61.85 - 1,325
y = 51,43 – 0,885
y = 60,525 mm/jam
y = 50,545 mm/jam
o. Waktu kumulatif 75 menit
f. Waktu kumulatif 30 menit
Laju infiltrasi = 59,2 30−29 y−49,66
= 50,27−49,66
37− 29
2. Laju infiltrasi non vegetasi
1 y−49,66
a. Waktu kumulatif 5 menit =
8 0,61

Laju infiltrasi = 60 mm/jam 1


𝑦 − 49,66 = 8 (0,61)
b. Waktu kumulatif 10 menit
y = 49,66 + 0,076
10− 9 y−46,67
= 50,77−46,67 y = 49,74 mm/jam
13 − 9
1 y−46,67
=
4 4,1
1 g. Waktu kumulatif 35 menit
𝑦 − 46,67 = 4 (4,1)
35−29 y−49,66
= 50,27−49,66
y = 46,67 – 1,025 37− 29
6 y−49,66
y = 47,695 mm/jam =
8 0,61

c. Waktu kumulatif 15 menit 6


𝑦 − 49,66 = 8 (0,61)
15−13 y−50,77
17 − 13
= 52,94−50,77 y = 49,66 + 0,46
2 y−50,77
= y = 50,12 mm/jam
4 2,17
h. Waktu kumulatif 40 menit
40−37 y−50,27 60−55 y−51,27
= =
45− 37 50,67−50,27 65− 55 50,77−51,27
3 y−50,27 5 y−51,27
= =
8 0,4 10 −0,5
3 5
𝑦 − 50,27 = 8 (0,4) 𝑦 − 51,27 = 10 (-0,5)

y = 50,27 + 0,15 y = 51,27 – 0,25


y = 50,42 mm/jam y = 51,02 mm/jam
i. Waktu kumulatif 45 menit m. Waktu kumulatif 65 menit
Laju Infiltrasi = 50,67 Laju infiltrasi = 50,77
j. Waktu kumulatif 50 menit n. Waktu kumulatif 70 menit
50−45 y−50,67 70−65 y−50,77
= =
55− 45 51,27−50,67 75− 65 54,4−50,77
5 y−50,67 5 y−50,77
= =
10 0,6 10 3.63
5 5
𝑦 − 50,67 = 10 (0,6) 𝑦 − 50,77 = 10 (3,63)

y = 50,67 + 0.3 y = 50,77 + 1,82


y = 61,97 mm/jam y = 52,59 mm/jam
k. Waktu kumulatif 55 menit o. Waktu kumulatif 75 menit
Laju infiltrasi = 51,27 Laju infiltrasi = 54,4
l. Waktu kumulatif 60 menit
Pengaruh laju infiltrasi
Tinggi air (cm) Infiltrasi laju Infiltrasi
waktu Waktu Non
No
Interval Kumulatif 0 Vegetasi Vegetasi Tanpa Vegetasi Tanpa
H1 H2 H1 H2 (cm) (cm) (mm/jam) (mm/jam)
1 1 1 10.6 10.5 15 14.9 0.1 0.1 60 60
2 1 2 10.5 10.4 14.9 14.9 0.1 0 60 30
3 1 3 10.4 10.3 14.9 14.8 0.1 0.1 60 40
4 2 5 10.3 10 14.8 14.5 0.3 0.3 72 60
5 2 7 10 9.9 14.5 14.4 0.1 0.1 60 51.43
6 2 9 9.9 9.6 14.4 14.3 0.3 0.1 66.67 46.67
7 4 13 9.6 9.3 14.3 13.9 0.3 0.4 60 50.77
8 4 17 9.3 13 13.9 13.5 0.4 0.4 60 52.94
9 4 21 13 12.5 13.5 13.2 0.5 0.3 62.86 51.43
10 8 29 12.5 11.7 13.2 12.6 0.8 0.6 62.07 49.66
11 8 37 11.7 11 12.6 11.9 0.7 0.7 60 50.27
12 8 45 11 10 11.9 11.2 1 0.7 62.67 50.67
13 10 55 10 9.1 11.2 10.3 0.9 0.9 61.09 51.27
14 10 65 9.1 8 10.3 9.5 1.1 0.8 61.85 50.77
15 10 75 8 7.3 9.5 8.2 0.7 1.3 59.2 54.4

laju Infiltrasi
waktu
Vegetasi Tanpa
Kumulatif
(mm/jam) (mm/jam)
5 72 60
10 65.0025 47.695
15 60 51.855
20 62.145 51.538
25 62.47 50.545
30 61.81 49.74
35 60.52 50.12
40 61 50.42
45 62.67 50.67
50 61.88 50.97
55 61.09 51.27
60 61.47 51.02
65 61.85 50.77
70 60.525 52.59
75 59.2 54.4
Golongan B3 PAUP
> #### Input data yang langsung dicopy dari ms. excel####
> Lat2b<- read.table("clipboard",header = T,sep="\t")
> Lat2b
perlakuan laju_infiltrasi
1 vegetasi 72.0000
2 vegetasi 65.0025
3 vegetasi 60.0000
4 vegetasi 62.1450
5 vegetasi 62.4700
6 vegetasi 61.8100
7 vegetasi 60.5200
8 vegetasi 61.0000
9 vegetasi 62.6700
10 vegetasi 61.8800
11 vegetasi 61.0900
12 vegetasi 61.4700
13 vegetasi 61.8500
14 vegetasi 60.5250
15 vegetasi 59.2000
16 tanpa 60.0000
17 tanpa 47.6950
18 tanpa 51.8550
19 tanpa 51.5380
20 tanpa 50.5450
21 tanpa 49.7400
22 tanpa 50.1200
23 tanpa 50.4200
24 tanpa 50.6700
25 tanpa 50.9700
26 tanpa 51.2700
27 tanpa 51.0200
28 tanpa 50.7700
29 tanpa 52.5900
30 tanpa 54.4000
> #### Uji Pendahuluan Uji t: Uji Homoskedasitas ####
> var.test(Lat2b$laju_infiltrasi~Lat2b$perlakuan,data=Lat2b)

F test to compare two variances

data: Lat2b$laju_infiltrasi by Lat2b$perlakuan


F = 0.82726, num df = 14, denom df = 14, p-value = 0.7277
alternative hypothesis: true ratio of variances is not equal to 1
95 percent confidence interval:
0.2777349 2.4640594
sample estimates:
ratio of variances
0.8272577

> #### Uji t jika Varians 2 Populasi Homogen ####


> t.test(Lat2b$laju_infiltrasi~Lat2b$perlakuan,var.equal=T,data=Lat2b)

Two Sample t-test

data: Lat2b$laju_infiltrasi by Lat2b$perlakuan


t = -10.14, df = 28, p-value = 7.07e-11
alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0
95 percent confidence interval:
-12.823767 -8.513499
sample estimates:
mean in group tanpa mean in group vegetasi
51.57353 62.24217

> t.test(Lat2b$laju_infiltrasi~Lat2b$perlakuan,var.equal=T,alternative=c("less"),da
ta=Lat2b) ## Hipotesis Alternatif Dicantumkan ##
Two Sample t-test

data: Lat2b$laju_infiltrasi by Lat2b$perlakuan


t = -10.14, df = 28, p-value = 3.535e-11
alternative hypothesis: true difference in means is less than 0
95 percent confidence interval:
-Inf -8.878869
sample estimates:
mean in group tanpa mean in group vegetasi
51.57353 62.24217

Kesimpulan : Laju infiltrasi pada tanah tanpa vegetasi secara nyata


kurang dari tanah dengan vegetasi (alfa 5%)

Laju Infiltrasi
80
70
60
Laju Infiltrasi

50
40
30
20
10
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75
Waktu

vegetasi tanpa

You might also like