You are on page 1of 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mineral merupakan zat padat homogen yang terdapat di alam yang

terbentuk secara anorganik serta memiliki komposisi kimia dan struktur atom.

Mineral merupakan zat yang membentuk batuan melalui agregasi dari beberapa

mineral yang membentuk batuan beku dari hasil evolusi magma meliputi

kristalisasi, asimilasi serta diferensiasi dan lainnya.

Batuan tertentu yang mengandung mineral kemudian pada suatu saat akan

berubah menjadi mineral lain oleh proses-proses tertentu bahkan mineral-mineral

tesebut dapat menjadi suatu zat yang memiliki nilai ekonomis. Bukan hanya

mineral yang dapat menjadi sesuatu yang ekonomis akan tetapi juga dapat berupa

biji (ore).

Nilai ekonomis dari suatu mineral dan biji merupakan salah satu kajian

dari endapan mineral. Endapan mineral merupakan salah satu disiplin ilmu dalam

geologi yang mempelajri tentang kosentrsi mineral dalam suatu deposit.

Konsentarsi mineral sangat dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur serta

kandungan air. Hal ini juga sangat berkaitan erat dengan ciri serta sifat fisik dan

kimia dari suatu mineral serta tekstur khusus yang dapat menjelaskan jenis suatu

endapan mineral. Maka dilaksanakanlah praktikum ini untuk mengetahui ciri fisik

dan tekstur khusus dari mineral yang terdapat dalam suatu deposit batuan sebagai

pengantar awal dalam pembahasan endapan mineral sebagai relasi antara materi

yang diterima di perkuliahan dan praktikum serta perwujudannya di lapangan.


1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dilaksanakannya praktikum ini yaitu untuk memberi pemahaman

kepada mahasiswa tentang ciri dan sifat fisik mineral srta tekstur khusus yang

sangat berkaitan dengan konsentrasi mineral dalam suatu deposit.

Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini yaitu:

1. Praktikan mampu mengetahui tekstur khusus mineral dari sampel yang telah

diamati.

2. Praktikan mampu mengetahui jenis endapan mineral dari sampel yang telah

diamati.

1.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:

1. Sampel mineral

2. Alat tulis menulis

3. Kamera

4. Lembar kerja praktikum

5. Pensil warna

6. Rocks and mineral

7. Loop

8. Alat uji kekerasan


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Endapan Mineral

Mineral bijih (ore mineral) adalah mineral yang mengandung logam, atau

suatu agregat mineral logam, yang dari sisi penambang dapat diambil suatu profit,

atau dari sisi ahli metalurgi dapat diolah/diekstrak menjadi suatu profit. Mineral

Deposit atau ore Deposit ; penggambaran secara geologi atau keterjadian dari

akumulasi lokal sumberdaya mineral tertentu yang memiliki ukuran dan

konsentrasi (grade) yang cukup sehingga dianggap memiliki potensi ekonomis

untuk dieksploitasi.

2.2 Mineral

2.2.1 Definisi dan klasifikasi Mineral

Mineral dapat kita definisikan sebagai bahan padat anorganik yang

terdapat secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam

perbandingan tertentu, dimana atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu

pola yang sistimatis. Mineral dapat kita jumpai dimanamana disekitar kita, dapat

berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai.

Beberapa daripada mineral tersebut dapat mempunyai nilai ekonomis karena

didapatkan dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan untuk ditambang

seperti emas dan perak. Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk

tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur

didalamnya. Apabila kondisinya memungkinkan, mereka akan dibatasi oleh


bidang-bidang rata, dan diasumsikan sebagai bentukbentuk yang teratur yang

dikenal sebagai “kristal”. Dengan demikian, kristal secara umum dapat di-

definisikan sebagai bahan padat yang homogen yang memiliki pola internal

susunan tiga dimensi yang teratur. Studi yang khusus mempelajari sifat-sifat,

bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan padat tersebut dinamakan

kristalografi.

Pengetahuan tentang “mineral” merupakan syarat mutlak untuk dapat

mempelajari bagian yang padat dari Bumi ini, yang terdiri dari batuan. Bagian

luar yang padat dari Bumi ini disebut litosfir, yang berarti selaput yang terdiri dari

batuan, dengan mengambil “lithos” dari bahasa latin yang berarti batu, dan

“sphere” yang berarti selaput. Tidak kurang dari 2000 jenis mineral yang kita

ketahui sekarang. Beberapa daripadanya merupakan benda padat dengan ikatan

unsur yang sederhana. Contohnya adalah mineral intan yang hanya terdiri dari

satu jenis unsur saja yaitu “Karbon”. Garam dapur yang disebut mineral halit,

terdiri dari senyawa dua unsur “Natrium” dan “Chlorit” dengan simbol NaCl.

Setiap mineral mempunyai susunan unsur-unsur yang tetap dengan perbandingan

tertentu.

Studi yang mempelajari segala sesuatunya tentang mineral disebut

“Mineralogi”, didalamnya juga mencakup pengetahuan tentang “Kristal”, yang

merupakan unsur utama dalam susunan mineral. Pengetahuan dan pengenalan

mineral secara benar sebaiknya dikuasai terlebih dahulu sebelum mempelajari

dasar-dasar geologi atau “Geologi Fisik”, dimana batuan, yang terdiri dari
mineral, merupakan topik utama yang akan dibahas. Diatas telah dijelaskan bahwa

salah satu syarat utama untuk dapat mengenal jenis-jenis batuan sebagai bahan

yang membentuk litosfir ini, adalah dengan cara mengenal mineral-mineral yang

membentuk batuan tersebut. Dengan anggapan bahwa pengguna buku ini telah

mengenal dan memahami “mineralogi”, maka untuk selanjutnya akan diulas

secara garis besar tentang mineral sebagai penyegaran saja.

2.2.2 Sifat Fisik Mineral

Terdapat dua cara untuk dapat mengenal suatu mineral, yang pertama

adalah dengan cara mengenal sifat fisiknya. Yang termasuk dalam sifat fisik

mineral adalah (1) bentuk kristalnya, (2) berat jenis, (3) bidang belah, (4) warna,

(5) kekerasan, (6) goresan, dan (7) kilap. Adapun cara yang kedua adalah melalui

analisa kimiawi atau analisa difraksi sinar X, cara ini pada umumnya sangat mahal

dan memakan waktu yang lama.

Berikut ini adalah sifat-sifat fisik mineral yang dapat dipakai untuk

mengenal mineral secara cepat, yaitu :

1. Bentuk kristal (crystall form): Apabila suatu mineral mendapat

kesempatan untuk berkembang tanpa mendapat hambatan, maka ia akan

mempunyai bentuk kristalnya yang khas. Tetapi apabila dalam perkembangannya

ia mendapat hambatan, maka bentuk kristalnya juga akan terganggu. Setiap

mineral akan mempunyai sifat bentuk kristalnya yang khas, yang merupakan

perwujudan kenampakan luar, yang terjadi sebagai akibat dari susunan kristalnya
didalam. Bentuk bentuk kristal antara lain adalah (gambar 3.1): Triklin, Monoklin,

Tetragonal, Orthorombik, Hexagonal, Kubik, Trigonal dll.

Gambar 2.1 Bentuk-bentuk kristal

Gambar 2.2 Bentuk-bentuk mineral


2. Berat jenis (specific gravity): Setiap mineral mempunyai berat jenis

tertentu. Besarnya ditentukan oleh unsur-unsur pembentuknya serta kepadatan

dari ikatan unsur-unsur tersebut dalam susunan kristalnya. Umumnya “mineral-

mineral pembentuk batuan”, mempunyai berat jenis sekitar 2.7, meskipun berat

jenis rata-rata unsur metal didalamnya berkisar antara 5. Emas murni umpamanya,

mempunyai berat jenis 19.3.

3. Bidang belah (fracture): Mineral mempunyai kecenderungan untuk pecah

melalui suatu bidang yang mempunyai arah tertentu. Arah tersebut ditentukan

oleh susunan dalam dari atom-atomnya. Dapat dikatakan bahwa bidang tersebut

merupakan bidang “lemah” yang dimiliki oleh suatu mineral.

4. Warna (color): Warna mineral memang bukan merupakan penciri utama untuk

dapat membedakan antara mineral yang satu dengan lainnya. Namun paling tidak

ada warnawarna yang khas yang dapat digunakan untuk mengenali adanya unsur

tertentu didalamnya. Sebagai contoh warna gelap dipunyai mineral,

mengindikasikan terdapatnya unsur besi. Disisi lain mineral dengan warna terang,

diindikasikan banyak mengandung aluminium.

5. Kekarasan (hardness): Salah satu kegunaan dalam mendiagnosa sifat mineral

adalah dengan mengetahui kekerasan mineral. Kekerasan adalah sifat resistensi

dari suatu mineral terhadap kemudahan mengalami abrasi (abrasive) atau mudah

tergores (scratching). Kekerasan suatu mineral bersifat relatif, artinya apabila dua

mineral saling digoreskan satu dengan lainnya, maka mineral yang tergores

adalah mineral yang relatif lebih lunak dibandingkan dengan mineral lawannya.
Skala kekerasan mineral mulai dari yang terlunak (skala 1) hingga yang terkeras

(skala 10) diajukan oleh Mohs dan dikenal sebagai Skala Kekerasan Mohs.

6. Goresan pada bidang (streak): Beberapa jenis mineral mempunyai goresan pada

bidangnya, seperti pada mineral kuarsa dan pyrit, yang sangat jelas dan khas.

7. Kilap (luster): Kilap adalah kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari

permukaan suatu mineral. Kilap pada mineral ada 2 (dua) jenis, yaitu Kilap

Logam dan Kilap NonLogam. Kilap Non-logam antara lain, yaitu: kilap

mutiara, kilap gelas, kilap sutera, kelap resin, dan kilap tanah.

2.3 Kelompok Mineral

1. Mineral Silikat

Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang

merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur

metal. Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi

terdiri dari mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai

kedalaman 2900 Km dari kerak Bumi). Silikat merupakan bagian utama yang

membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun batuan malihan. Silikat

pembentuk batuan yang umum adalah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

kelompok ferromagnesium dan non-ferromagnesium. Berikut adalah Mineral

Silikat: 1. Kuarsa: ( SiO2 ) 2. Felspar Alkali: ( KalSi3O8 ) 3. Felspar Plagiklas:

(Ca,Na)AlSi3O8) 4. Mika Muskovit: (K2Al4(Si6Al2O20)(OH,F)2 5. Mika Biotit:

K2(Mg,Fe)6Si3O10(OH)2 6. Amfibol: (Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH) 7.

Pyroksen: (Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si2O6 8. Olivin: (Mg,Fe)2SiO4. Nomor 1


sampai 4 adalah mineral non-ferromagnesium dan 5 hingga 8 adalah mineral

ferromagnesium.

2. Mineral ferromagnesium

Umumnya mempunyai warna gelap atau hitam dan berat jenis yang besar.

Olivine: dikenal karena warnanya yang “olive”. Berat jenis berkisar antara 3.27 –

3.37, tumbuh sebagai mineral yang mempunyai bidang belah yang kurang

sempurna. Augitit: warnanya sangat gelap hijau hingga hitam. BD berkisar antara

3.2 – 3.4 dengan bidang belah yang berpotongan hampir tegak lurus. Bidang belah

ini sangat penting untuk membedakannya dengan mineral hornblende.

Hornblende: warnanya hijau hingga hitam; BD. 3.2 dan mempunyai bidang belah

yang berpotongan dengan sudut kira-kira 56° dan 124° yang sangat membantu

dalam cara mengenalnya. Biotite: adalah mineral “mika” bentuknya pipih yang

dengan mudah dapat dikelupas. Dalam keadaan tebal, warnanya hijau tua hingga

coklat-hitam; BD 2.8 – 3.2. Felspar: Merupakan mineral pembentuk batuan yang

paling banyak . Namanya juga mencerminkan bahwa mineral ini dijumpai hampir

disetiap lapangan. “Feld” dalam bahasa Jerman adalah lapangan (Field).

Jumlahnya didalam kerak Bumi hampir 54 %. Nama-nama yang diberikan kepada

felspar adalah “plagioklas” dan “orthoklas”. Plagioklas kemudian juga dapat

dibagi dua, “albit” dan “anorthit”. Orthoklas adalah yang mengandung Kalium,

albit mengandung Natrium dan Anorthit mengandung Kalsium. Orthoklas:

mempunyai warna yang khas yakni putih abu-abu atau merah jambu. BD. 2.57.

Kuarsa: Kadang disebut “silika”. Adalah satu-satunya mineral pembentuk batuan


yang terdiri dari persenyawaan silikon dan oksigen. Umumnya muncul dengan

warna seperti asap atau “smooky”, disebut juga “smooky quartz”. Kadang-kadang

juga dengan warna ungu atau merah-lembayung (violet). Nama kuarsa yang

demikian disebut “amethyst”, merah massip atau merah-muda, kuning hingga

coklat. Warna yang bermacam-macam ini disebabkan karena adanya unsur-unsur

lain yang tidak bersih.

3. Mineral oksida

Mineral kelompom ini Terbentuk sebagai akibat perseyawaan langsung antara

oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral

oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka

juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam oksida adalah

besi, Chroom, mangan, timah dan aluminium. Beberapa mineral oksida yang

paling umum adalah “es” (H2O), korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3) dan

kassiterit (SnO2).

4. Mineral Sulfida.

Mineral kelompok ini Merupakan mineral hasil persenyawaan langsung antara

unsur tertentu dengan sulfur (belerang), seperti besi, perak, tembaga, timbal, seng

dan merkuri. Beberapa dari mineral sulfida ini terdapat sebagai bahan yang

mempunyai nilai ekonomis, atau bijih, seperti “pirit” (FeS3), “chalcocite” (Cu2S),

“galena” (PbS), dan “sphalerit” (ZnS).

5. Mineral-mineral Karbonat dan Sulfat.

Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut “karbonat”,

umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium karbonat”, CaCO3


dikenal sebagai mineral “kalsit”. Mineral ini merupakan susunan utama yang

membentuk batuan sedimen.

2.4 Tekstur Endapan Mineral

Salah satu hal yang paling penting dalam mempelajari endapan epitermal,

terutama untuk membedakan antasa sistem endapan LS dan HS adalah dengan

mempelajari tekstur vein atau urat.

Pada endapan sistem LS yang mengandung emas, reaksi antara larutan

hidrotermal dan batuan samping memakan waktu yang relatif lama. Akibatnya,

larutan menjadi encer dan netral yang menyebabkan silika akan larut. Silika

selanjutnya akan mengalami presipitasi pada urat-urat sebagai kuarsa. Presipitasi

kuarsa ini diikuti oleh presipitasi emas dan menghasilkan urat-urat yang berlapis

yang setiap lapisan uratnya mewakili tahapan yang berbeda. Seperti yang

dijelaskan di atas, endapan tipe LS biasanya memperlihatkan zonasi lateral dan

proksimal yaitu kuarsa-kalsedon-adularia pada daerah mineralisasi, yang

umumnya menampakkan tekstur perlapisan crustiform-coloform dan pipih

(lattice-textured quartz). Morisson dkk. (1990) membuat klasifikasi tekstur

kuarsa pada endapan epitermal. Tekstur kuarsa dikelompokkan berdasarkan

genetiknya, yaitu tekstur pertumbuhan primer, rekristalisasi, tekstur penggantian.

2.4.1 Tekstur Pertumbuhan Primer

Tekstur pertumbuhan primer (primary growth texture) yaitu tekstur yang

menunjukkan presipitasi atau pertumbuhan dalam tahap awal kristalisasi di open

space. Termasuk dalam tekstur ini antara lain:


1. Chalcedonic texture

Tekstur ini dicirikan kuarsa kristalin yang memperlihatkan kilap lemak yang

mengindikasikan silika yang terbentuk pada suhu yang rendah dan umumnya

pada kedalaman yang dangkal di atas zona up flow dan kemungkinan menindih

daerah mineralisasi

2. Saccharoidal texture

Tekstur ini dicirikan oleh kumpulan butiran masif yang berwarna puith susu

atau mempunyai kilap kaca dengan bentuk menyerupai kumpulan gula.

3. Comb texture

Tekstur ini dicirikan oleh kenampakan sebuah kumpulan kristal-kristal yang

euhedral-subhedral membentuk seperti gigi yang menyerupai sisir. Tekstur ini

terbentuk akibat adanya pengisian celah oleh larutan-larutan hidrotermal yang

selanjutnya mengakibatkan pembentukan mineral disepanjag dinding bagian

dalam rekahan. Kristal-kristak kemudian tumbuh ke bagian tengah dari rekahan

sehingga bentuk atau morfologinya menyerupai sisir.

4. Zone crystal

Tekstur ini merupakan kelompok dari lapisan atau kristal. Setiap kristal

memilki zona yang berwarna terang dan milky yang saling berselingan.

5. Colloform texture

Tekstur ini memperlihatkan adanya kesan perlapisan kalsedon yang halus

dengan bentuk botroydal di penampang dan permukaan seperti ginjal

(lonjong).
6. Crustiform texture

Tekstur ini memperlihatkan perlapisan yang mempunyai orientasi paralel

terhadap dinding urat dan dipertegas oleh adanya perbedaan pada komposisi

mineral dan warnanya. Tekstur ini terbentuk akibat dari pengisian rekahan

pada dinding bukaan secara berlapis dan berulang. Pada umumnya bentuk atau

morfologi dari tekstur ini mempunyai bentuk berlapis dan berulang-ulang.

2.4.2 Tekstur rekristalisasi

Tekstur ini terbentuk akibat perubahan fase metastabil atau silika amorf.

1. Moss texture

Tekstur ini dicirikan oleh kenampakan seprti kumpulan buah anggur

2. Microplumose texture

Tekstur ini memperlihatkan adanya bulu-bulu pada kristal kuarsa.

2.4.3 Tekstur penggantian

Tekstur penggantian atau replacement merupakan tekstur dari hasil produk

silika yang menggantikan sebagian atau seluruhnya dari mineral sebelumnya.

Tekstur penggantian ini biasanya hadir akibat adanya perubahan pada komposisi

larutan dan batuan samping.

1. Mold texture

Tekstur ini memperlihatkan adanya bekas pelarutan atau penggantian sebagian

dari mineral yang mudah larut dalam urat kuarsa.


2. Bladed texture

Tekstur ini menunjukkan kumpulan kuarsa kristalin yang tersusun dalam

bentuk pipih.

2.5 Jenis-jenis Endapan

2.5.1 Endapan Hidrotermal

Larutan hidrotermal adalah larutan panas dengan suhu 50-500 oC yang

berasal dari sisa cairan magma dari dalam bumi yang bergerak ke atas dan kaya

akan komponen-komponen pembentuk mineral bijih dan terbentuk pada tekanan

yang relatif tinggi. Akibat larutan hidrotermal bersifat sangat cair, larutan ini

sangat mudah untuk melalui bidang-baidang rekahan pada batuan yang

dilewatinya kemudian mengalami proses pendinginan dan mengendapkan ion-ion

logam yang membentuk endapan dalam bentuk urat. Kuarsa sebagai mineral yang

paling akhir terbentuk umunya hadir dan terendapkan dalam urat-urat ini yang

sering sekali dijumpai bersama dengan emas. Endapan hidrotermal (skarn, porfiri,

VMS, epitermal) dicirikan dengan adanya endapan tipe urat yang merupakan

daerah tempat mineralisasi bijih terjadi dan membentuk tubuh yang diskordan

(memotong batuan yang ada disekelilingnya).

2.5.2 Endapan Sedimenter

Endapan sedimenter adalah endapan mineral ekonomis yang terbentuk

oleh proses sedimentasi termasuk presipitasi unsur-unsur tertentu pada suatu

lingkungan sedimen tertentu, baik dengan atau tanpa batuan dari organisme.

adapun yang termasuk andapan sedimenter yaitu banded iron formation, placer

deposit, evaporate, weathering deposit, laterite deposit, supergene deposit.


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kuarsa

Gambar 3.1 Kuarsa dengan tekstur khusus Saccharoidal

Mineral dengan nomor urut 1 dan nomor peraga EM 12 ini memiliki ciri-

ciri fisik tertentu. Ciri-ciri fisiknya yaitu antara lain, Warna yang terlihat dari

mineral ini dalam keadaan segar yaitu Putih dan dalam keadaan lapuk yaitu putih

kekuningan. Dalam keadaan bubuk, mineral ini memiliki kenampakan warna

putih. Kilap dari mineral ini yaitu kilap kaca. Mineral ini tidak memperlihatkan

kesan belahan. Adapun pecahan dari mineral ini yaitu conchoidal yang merupakan

pecahan dari suatu mineral yang menyerupai lapisan kulit bawang. Mineral ini

tidak memiliki belahan yang merupakan kecenderungan mineral untuk terpisah

melalui suatu bidang yang rata. Kesan yang didapatkan ketika mineral dikenai

sinar atau yang biasa dikenal dengan kilap mineral yaitu menyerupai kaca

sehingga memiliki kilap kaca dengan kekerasan yaitu 7 skala Mohs (Rocks and

Mineral) Tenacity atau sifat dalam yang dimiliki oleh mineral ini ketika diberikan
tekanan adalah brittle yakni mudah rapuh dengan berat jenis atau perbandingan

berat mineral ketika berada di air dan ketika berada di udara adalah 2,65 gr/cm3

serta bersifat transparant yakni mentransmisikan atau meneruskan cahaya yang

masuk ke dalamnya. Komposisi kimianya adalah SiO2 dengan bentuk mineral

prismatik yakni memiliki bentuk seperti prisma serta sistem kristal hexagonal, dan

termasuk dalam golongan mineral silikat. Berdasarkan sifat fisik di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa nama mineral ini adalah Kuarsa, dengan jenis endapan

Hidrotermal.

Proses pembentukan kuarsa yaitu melalui pembekuan magma yang

bersifat asam, setelah proses magmatisme ataupun proses hidrotermal yang

bersuhu rendah (berkisar 2000 –4000C atau pada kondisi epitermal). Awalnya

magma mengintrusi batuan dipermukaan dan menghasilkan gejala-gejala intrusi

sehingga terbentuklah mineral-mineral yang bersifat holokristalin dan asam.

Kemudian seiring dengan penurunan suhu karena penyerapan panas oleh batuan

yang dilaluinya serta penurunan tekanan akibat semakin menjauhnya magma dari

dapur magma dan pengaruh gravitasi sehingga memasuki tahap pada suhu

pembentukan kristal kuarsa, selanjutnya terbentuklah mineral kuarsa dengan

kondisi tertentu sehingga membentuk tekstur yang tertentu pula. Pada mineral

kuarsa yang ditemukan ini memiliki tekstur yang berupa tekstur saccharoidal

yaitu tekstur mineral yang menyerupai butiran gula.

Mineral kuarsa digunakan untuk alat optik, batu asah (gerinda) dan kaca.

Kuarsa juga sering digunakan dalam industri keramik dan sebagai bahan baku

pembuatan tegel dan dalam industri.


3.2 Kuarsa

Gambar 3.2 Kuarsa dengan tekstur khusus Comb

Mineral dengan nomor urut 2 dan nomor peraga EM 1 ini memiliki ciri-

ciri fisik tertentu. Ciri-ciri fisiknya yaitu antara lain, Warna yang terlihat dari

mineral ini dalam keadaan segar yaitu Putih dan dalam keadaan lapuk yaitu putih

keabu-abuam. Dalam keadaan bubuk, mineral ini memiliki kenampakan warna

putih. Kilap dari mineral ini yaitu kilap kaca. Mineral ini tidak memperlihatkan

kesan belahan. Adapun pecahan dari mineral ini yaitu conchoidal yang merupakan

pecahan dari suatu mineral yang menyerupai lapisan kulit bawang. Mineral ini

tidak memiliki belahan yang merupakan kecenderungan mineral untuk terpisah

melalui suatu bidang yang rata. Kesan yang didapatkan ketika mineral dikenai

sinar atau yang biasa dikenal dengan kilap mineral yaitu menyerupai kaca

sehingga memiliki kilap kaca dengan kekerasan yaitu 7 skala Mohs (Rocks and

Mineral) Tenacity atau sifat dalam yang dimiliki oleh mineral ini ketika diberikan

tekanan adalah brittle yakni mudah rapuh dengan berat jenis atau perbandingan

berat mineral ketika berada di air dan ketika berada di udara adalah 2,65 gr/cm3

serta bersifat transparant yakni mentransmisikan atau meneruskan cahaya yang


masuk ke dalamnya. Komposisi kimianya adalah SiO2 dengan bentuk mineral

prismatik yakni memiliki bentuk seperti prisma serta sistem kristal hexagonal, dan

termasuk dalam golongan mineral silikat. Berdasarkan sifat fisik di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa nama mineral ini adalah Kuarsa, dengan jenis endapan

Hidrotermal.

Proses pembentukan kuarsa yaitu melalui pembekuan magma yang

bersifat asam, setelah proses magmatisme ataupun proses hidrotermal yang

bersuhu rendah (berkisar 2000 –4000C atau pada kondisi epitermal). Awalnya

magma mengintrusi batuan dipermukaan dan menghasilkan gejala-gejala intrusi

sehingga terbentuklah mineral-mineral yang bersifat holokristalin dan asam.

Kemudian seiring dengan penurunan suhu karena penyerapan panas oleh batuan

yang dilaluinya serta penurunan tekanan akibat semakin menjauhnya magma dari

dapur magma dan pengaruh gravitasi sehingga memasuki tahap pada suhu

pembentukan kristal kuarsa, selanjutnya terbentuklah mineral kuarsa dengan

kondisi tertentu sehingga membentuk tekstur yang tertentu pula. Pada mineral

kuarsa yang ditemukan ini memiliki tekstur yang berupa tekstur comb yaitu

tekstur mineral dimana kristal-kristal tumbuh ke bagian tengah dari rekahan

sehingga bentuk atau morfologinya menyerupai sisir atau gigi.

Mineral kuarsa digunakan untuk alat optik, batu asah (gerinda) dan kaca.

Kuarsa juga sering digunakan dalam industri keramik dan sebagai bahan baku

pembuatan tegel dan dalam industri.


3.3 Kuarsa

Gambar 3.3 Kuarsa dengan tekstur khusus zoning

Mineral dengan nomor urut 3 dan nomor peraga EM 2 ini memiliki ciri-

ciri fisik tertentu. Ciri-ciri fisiknya yaitu antara lain, Warna yang terlihat dari

mineral ini dalam keadaan segar yaitu Putih dan dalam keadaan lapuk yaitu putih

kekuningan. Dalam keadaan bubuk, mineral ini memiliki kenampakan warna

putih. Kilap dari mineral ini yaitu kilap kaca. Mineral ini tidak memperlihatkan

kesan belahan. Adapun pecahan dari mineral ini yaitu conchoidal yang merupakan

pecahan dari suatu mineral yang menyerupai lapisan kulit bawang. Mineral ini

tidak memiliki belahan yang merupakan kecenderungan mineral untuk terpisah

melalui suatu bidang yang rata. Kesan yang didapatkan ketika mineral dikenai

sinar atau yang biasa dikenal dengan kilap mineral yaitu menyerupai kaca

sehingga memiliki kilap kaca dengan kekerasan yaitu 7 skala Mohs (Rocks and

Mineral) Tenacity atau sifat dalam yang dimiliki oleh mineral ini ketika diberikan

tekanan adalah brittle yakni mudah rapuh dengan berat jenis atau perbandingan

berat mineral ketika berada di air dan ketika berada di udara adalah 2,65 gr/cm3

serta bersifat transparant yakni mentransmisikan atau meneruskan cahaya yang


masuk ke dalamnya. Komposisi kimianya adalah SiO2 dengan bentuk mineral

prismatik yakni memiliki bentuk seperti prisma serta sistem kristal hexagonal, dan

termasuk dalam golongan mineral silikat. Berdasarkan sifat fisik di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa nama mineral ini adalah Kuarsa, dengan jenis endapan

Hidrotermal.

Proses pembentukan kuarsa yaitu melalui pembekuan magma yang

bersifat asam, setelah proses magmatisme ataupun proses hidrotermal yang

bersuhu rendah (berkisar 2000 –4000C atau pada kondisi epitermal). Awalnya

magma mengintrusi batuan dipermukaan dan menghasilkan gejala-gejala intrusi

sehingga terbentuklah mineral-mineral yang bersifat holokristalin dan asam.

Kemudian seiring dengan penurunan suhu karena penyerapan panas oleh batuan

yang dilaluinya serta penurunan tekanan akibat semakin menjauhnya magma dari

dapur magma dan pengaruh gravitasi sehingga memasuki tahap pada suhu

pembentukan kristal kuarsa, selanjutnya terbentuklah mineral kuarsa dengan

kondisi tertentu sehingga membentuk tekstur yang tertentu pula. Pada mineral

kuarsa yang ditemukan ini memiliki tekstur yang berupa tekstur zoning yaitu

tekstur mineral yang berwarna terang yang saling berselingan, merupakan

kelompok dari lapisan atau kristal.

Mineral kuarsa digunakan untuk alat optik, batu asah (gerinda) dan kaca.

Kuarsa juga sering digunakan dalam industri keramik dan sebagai bahan baku

pembuatan tegel dan dalam industri.


3.4 Kuarsa

Gambar 3.4 Kuarsa dengan tekstur khusus comb

Mineral dengan nomor urut 4 dan nomor peraga EM 117 ini memiliki ciri-

ciri fisik tertentu. Ciri-ciri fisiknya yaitu antara lain, Warna yang terlihat dari

mineral ini dalam keadaan segar yaitu Putih dan dalam keadaan lapuk yaitu putih

kekuningan. Dalam keadaan bubuk, mineral ini memiliki kenampakan warna

putih. Kilap dari mineral ini yaitu kilap kaca. Mineral ini tidak memperlihatkan

kesan belahan. Adapun pecahan dari mineral ini yaitu conchoidal yang merupakan

pecahan dari suatu mineral yang menyerupai lapisan kulit bawang. Mineral ini

tidak memiliki belahan yang merupakan kecenderungan mineral untuk terpisah

melalui suatu bidang yang rata. Kesan yang didapatkan ketika mineral dikenai

sinar atau yang biasa dikenal dengan kilap mineral yaitu menyerupai kaca

sehingga memiliki kilap kaca dengan kekerasan yaitu 7 skala Mohs (Rocks and

Mineral) Tenacity atau sifat dalam yang dimiliki oleh mineral ini ketika diberikan

tekanan adalah brittle yakni mudah rapuh dengan berat jenis atau perbandingan

berat mineral ketika berada di air dan ketika berada di udara adalah 2,65 gr/cm3

serta bersifat transparant yakni mentransmisikan atau meneruskan cahaya yang


masuk ke dalamnya. Komposisi kimianya adalah SiO2 dengan bentuk mineral

prismatik yakni memiliki bentuk seperti prisma serta sistem kristal hexagonal, dan

termasuk dalam golongan mineral silikat. Berdasarkan sifat fisik di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa nama mineral ini adalah Kuarsa, dengan jenis endapan

Hidrotermal.

Proses pembentukan kuarsa yaitu melalui pembekuan magma yang

bersifat asam, setelah proses magmatisme ataupun proses hidrotermal yang

bersuhu rendah (berkisar 2000 –4000C atau pada kondisi epitermal). Awalnya

magma mengintrusi batuan dipermukaan dan menghasilkan gejala-gejala intrusi

sehingga terbentuklah mineral-mineral yang bersifat holokristalin dan asam.

Kemudian seiring dengan penurunan suhu karena penyerapan panas oleh batuan

yang dilaluinya serta penurunan tekanan akibat semakin menjauhnya magma dari

dapur magma dan pengaruh gravitasi sehingga memasuki tahap pada suhu

pembentukan kristal kuarsa, selanjutnya terbentuklah mineral kuarsa dengan

kondisi tertentu sehingga membentuk tekstur yang tertentu pula. Pada mineral

kuarsa yang ditemukan ini memiliki tekstur yang berupa tekstur comb yaitu

tekstur mineral dimana kristal-kristal tumbuh ke bagian tengah dari rekahan

sehingga bentuk atau morfologinya menyerupai sisir atau gigi.

Mineral kuarsa digunakan untuk alat optik, batu asah (gerinda) dan kaca.

Kuarsa juga sering digunakan dalam industri keramik dan sebagai bahan baku

pembuatan tegel dan dalam industri.


3.5 Kuarsa

Gambar 3.5 Kuarsa dengan tekstur khusus stockwork

Mineral dengan nomor urut 5 dan nomor peraga EM 3 ini memiliki ciri-

ciri fisik tertentu. Ciri-ciri fisiknya yaitu antara lain, Warna yang terlihat dari

mineral ini dalam keadaan segar yaitu Putih dan dalam keadaan lapuk yaitu putih

kekuningan. Dalam keadaan bubuk, mineral ini memiliki kenampakan warna

putih. Kilap dari mineral ini yaitu kilap kaca. Mineral ini tidak memperlihatkan

kesan belahan. Adapun pecahan dari mineral ini yaitu conchoidal yang merupakan

pecahan dari suatu mineral yang menyerupai lapisan kulit bawang. Mineral ini

tidak memiliki belahan yang merupakan kecenderungan mineral untuk terpisah

melalui suatu bidang yang rata. Kesan yang didapatkan ketika mineral dikenai

sinar atau yang biasa dikenal dengan kilap mineral yaitu menyerupai kaca

sehingga memiliki kilap kaca dengan kekerasan yaitu 7 skala Mohs (Rocks and

Mineral) Tenacity atau sifat dalam yang dimiliki oleh mineral ini ketika diberikan

tekanan adalah brittle yakni mudah rapuh dengan berat jenis atau perbandingan

berat mineral ketika berada di air dan ketika berada di udara adalah 2,65 gr/cm3

serta bersifat transparant yakni mentransmisikan atau meneruskan cahaya yang


masuk ke dalamnya. Komposisi kimianya adalah SiO2 dengan bentuk mineral

prismatik yakni memiliki bentuk seperti prisma serta sistem kristal hexagonal, dan

termasuk dalam golongan mineral silikat. Berdasarkan sifat fisik di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa nama mineral ini adalah Kuarsa. dengan jenis endapan

Hidrotermal.

Proses pembentukan kuarsa yaitu melalui pembekuan magma yang

bersifat asam, setelah proses magmatisme ataupun proses hidrotermal yang

bersuhu rendah (berkisar 2000 –4000C atau pada kondisi epitermal). Awalnya

magma mengintrusi batuan dipermukaan dan menghasilkan gejala-gejala intrusi

sehingga terbentuklah mineral-mineral yang bersifat holokristalin dan asam.

Kemudian seiring dengan penurunan suhu karena penyerapan panas oleh batuan

yang dilaluinya serta penurunan tekanan akibat semakin menjauhnya magma dari

dapur magma dan pengaruh gravitasi sehingga memasuki tahap pada suhu

pembentukan kristal kuarsa, selanjutnya terbentuklah mineral kuarsa dengan

kondisi tertentu sehingga membentuk tekstur yang tertentu pula. Pada mineral

kuarsa yang ditemukan ini memiliki tekstur yang berupa tekstur stockwork yaitu

tekstur mineral pada batuan yang saling berpotongan. Hal tersebut karena mineral

mengisi rekahan pada batuan tersebut.

Mineral kuarsa digunakan untuk alat optik, batu asah (gerinda) dan kaca.

Kuarsa juga sering digunakan dalam industri keramik dan sebagai bahan baku

pembuatan tegel dan dalam industri.


3.6 Limonit

Foto 3.5 Limonit dengan tekstur khusus colloform

Sampel dengan nomor urut 05 dan nomor peraga EM 1 dalam keadaan

segar berwarna coklat kemerahan dan dalam keadaan lapuk berwarna kuning

keabu-abuan. Sampel ini pada saat dalam bentuk bubuk memiliki cerat coklat

kemerahan, pada saat terkena sinar memiliki kilap nonlogam dengan jenis kilap

tanah, belahan dari sampel ini tidak ada, pecahan dari sampel ini yaitu tidak

dijumpai pecahan, kekerasan dari sampel ini yaitu 5-5,5 Skala Mohs, memiliki

berat jenis 4 gr/cm3, sifat kemagnetan dari sampel ini yaitu diamagnetik artinya

tidak memiliki daya tarik sama sekali pada saat didekatkan dengan magnet,

derajat kejernihan dari sampel ini yaitu opak karena tidak dapat meneruskan

cahaya, sifat dalam dari sampel ini yaitu brittle artinya mineral memiliki

kenampakan yang mudah hancur, bentuk mineral granular yaitu seperti granul

atau buitiran bulat-bulat, sistem kristal dari sampel ini yaitu tidak ada. Komposisi

kimia dari sampel ini yaitu tidak ada. Sampel mineral ini termasuk dalam

kelompok oksida yaitu persenyawaan antara unsur logam dengan unsur O.


Berdasarkan deskripsi di atas maka dapat disimpulkan bahwa nama mineral ini

yaitu Limonit, dengan jenis endapan residual.

Mineral ini terbentuk melalui proses oksidasi dan pengkayaan supergen

(supergen enrichment). Batuan ultrabasa yang banyak mengandung besi (Fe)

mengalami pelapukan lalu masuk melalui celah-celah batuan karena adanya

perembesan air dan udara kemudian mengalami proses pencucian (leaching).

Akibat proses leaching ini , batuan yang tadinya kompak (padat) menjadi porous

dan batuan yang terbentuk disebut gossan. Mineral ini kemudian bereaksi dengan

oksigen (O2) sehingga membentuk mineral Limonit.

Mineral ini memiliki terkstur khusus colloform atau mineral berbentuk

bulat atau bundar seperti ginjal yang menyebar di permukaan batuan . Tekstur ini

terbentuk pada zona oksidasi endapan mineral besi atau mineral residu dan

terbentuk karena adanya proses disolusi batuan karbonat dan silica atau laterit.

Ukuran mineral yang berbeda-beda pada permukaan batuan terbentuk oleh zona

litoral lingkungan pengendapan danau atau laut sebagai hasil flokulasi hidroksida

akibat elektrolitik atau aktivitas bakteri.

Mineral ini berasosiasi dengan endapan mineral sekunder seperti pirit,

hematite, prolusit, psilomelane, kalsit dan kuarsa. Limonit terdapat pada zona

oksidasi endapan besi, diproduksi oleh proses dekomposisi dari banyak mineral

besi, dan pada produk alterasi dari bijih besi khususnya sulfide.

Dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk dilebur menjadi besi dan

baja, untuk cat, semen, industri dasar, flux pada peleburan logam nonferous,
sebagai katalisator, jig bed, untuk mobil, kapal, keretaapi, mesin-mesin, alat-alat

pertambangan, alat-alat bangunan, dan alat-alat pertanian. Limonit merupakan

mineral sekunder di permukaan. Zona oksidasi yang berasal endapan atau

penguraian mineral setelah pelarutan pada batuan karbonat dan batuan sedimen

pada daerah subtropis. Besi mengalami hidrodidasi baik pada zona litoral, danau

ataupun laut. Limonit digunakan sebagai bahan pewarna.

3.7 Pirit

Foto 3.7 Pirit dengan tekstur khusus diseminasi

Sampel dengan nomor urut 07 dan nomor peraga EM 5 dalam keadaan

segar berwarna kuning kecoklatan dan dalam keadaan lapuk berwarna coklat.

Sampel ini pada saat dalam bentuk bubuk memiliki cerat coklat kehitaman, pada

saat terkena sinar memiliki kilap logam, belahan dari sampel ini tidak ada,

pecahan dari sampel ini yaitu tidak ada, kekerasan dari sampel ini yaitu 6-6,5

Skala Mohs, memiliki berat jenis 5,0-5,2 gr/cm3, sifat kemagnetan dari sampel ini

yaitu paramagnetik artinya memiliki daya tarik yang lemah pada saat didekatkan

dengan magnet, derajat kejernihan dari sampel ini yaitu opak karena tidak dapat
meneruskan cahaya, sifat dalam dari sampel ini yaitu brittle artinya mineral

memiliki kenampakan yang mudah hancur, bentuk mineral prismatik, sistem

kristal dari sampel ini yaitu isometrik. Komposisi kimia dari sampel ini yaitu

FeS2. Sampel mineral ini termasuk dalam kelompok sulfida yaitu persenyawaan

antara unsur logam dengan unsur S. Berdasarkan deskripsi di atas maka dapat

disimpulkan bahwa nama mineral ini yaitu Pirit, dengan jenis endapan

Hidrotermal.

Pirit dapat brasal dari batuan beku dalam, vulkanik, batuan sedimen

bahkan batuan metamorf. Berasosiasi dengan kalkopirit dalam segregasi magma

pada endapan batuan beku basa. Pirit terbentuk dari proses mineralisasi pada zona

alterasi dimana larutan hidrotermal membawa unsur-unsur logam yang kemudian

berikatan dengan unsur S. Mineral ini memilki tekstur khusus Diseminasi yaitu

tekstur yang menunjukkan penyebaran mineral di permukaan batuan. Asosiasi

dengan spalerit dan galena dalam urat hidrotermal, dengan temperatur sedang

hingga rendah pada urat kuarsa. Menyebar dalam magma bersifat basa. Pirit

digunakan sebagai manufaktur dalam asam sulfur, serta salah satu sumber untuk

produkdi besi, emas, tembaga, kobalt, nikel dan lainnya.


3.8 Malasit

Foto 3.8 Malasit dengan tekstur khusus segregation

Sampel dengan nomor urut 08 dan nomor peraga EM 100 dalam keadaan

segar berwarna hijau dan dalam keadaan lapuk berwarna abu-abu. Sampel ini

pada saat dalam bentuk bubuk memiliki cerat coklat keabu-abuan, pada saat

terkena sinar memiliki kilap nonlogam jenis tanah, belahan dari sampel ini t ada,

pecahan dari sampel ini tidak rata atau uneven, kekerasan dari sampel ini yaitu

3,5-4 Skala Mohs, memiliki berat jenis 3,5-4 gr/cm3, sifat kemagnetan dari sampel

ini yaitu diamagnetik artinya tidak memiliki daya tarik sama sekali pada saat

didekatkan dengan magnet, derajat kejernihan dari sampel ini yaitu opak karena

tidak dapat meneruskan cahaya, sifat dalam dari sampel ini yaitu brittle artinya

mineral memiliki kenampakan yang mudah hancur, bentuk mineral anhedral,

sistem kristal dari sampel ini yaitu monoklin. Komposisi kimia dari sampel ini

yaitu Cu2(CO3)(OH)2. Sampel mineral ini termasuk dalam kelompok oksida yaitu

persenyawaan antara unsur logam dengan unsur O. Berdasarkan deskripsi di atas

maka dapat disimpulkan bahwa nama mineral ini yaitu Malasit. dengan jenis

endapan Hidrotermal.
Mineral Malasit biasa ditemukan pada zona oksidasi endapan tembaga,

yang terbentuk dari reaksi antara sulfida dengan karbonat. Terutama pada daerah

yang terdapat batugamping. Malasit terbentuk dari hasil larutan hidrotermal yang

melalui batuankarbonatan. Malasit berasosiasi azurite, limonite, kalsit, tenorit,

atacamite, chrysocolla. Mineral yang dijumpai ini memilki tekstur khusus

Segregation yaitu tekstur dimana mineral sejenis bergabung atau tidak menyebar.

Kegunaan mineral malasit banyak digunakan sebagai batu dekoratif yang

berharga dan dibuat untuk meja dan ornamen hias. Banyak juga digunakan

sebagai perhiasan seperti mata cincin atau kalung. Malasit juga digunakan sebagai

pigmen pewarna hijau dengan cara dihaluskan terlebih dahulu, atau sekarang tidak

banyak lagi digunakan. Malasit berguna juga sebagai bijih tembaga atau koleksi

para kolektor.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan maka diperoleh beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Sampel 1 memilki tekstur khusus saccharoidal dengan nama mineral kuarsa,

sampel 2 memliki tekstur khusus comb dengan nama mineral kuarsa, sampel

3 memilki tekstur khusus zoning dengan nama mineral kuarsa, sampel 4

memilki tekstur khusus comb dengan nama mineral kuarsa, sampel 5

memiliki tekstur khusus stockwork dengan nama mineral kuarsa, sampel 6

memilki tekstur khusus colloform dengan nama mineral limonit, sampel 7

memilki tekstur khusus diseminasi dengan nama mineral pirit dan sampel 8

memiliki tekstur khusus segregasi dengan nama mineral malasit.

2. Jenis endapan pada sampel 1 yaitu endapan hidrotermal, pada sampel 2 yaitu

endapan hidrotermal, pada sampel 3 yaitu endapan hidrotermal, pada sampel

4 yaitu endapan hidrotermal, pada sampel 5 yaitu endapan hidrotermal, pada

sampel 6 yaitu endapan sedimenter, pada sampel 7 yaitu endapan

hidrotermal, pada sampel 8 yaitu endapan hidrotermal.

4.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan pada praktikum ini yaitu sampel lebih

diperbanyak lagi dan alangkah baiknya kalau sampelnya sampel mineral lain yang

tidak hanya mineral umum yang diumpai.


DAFTAR PUSTAKA

Graha, Doddy Setia. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: NOVA

Maulana, Adi. 2017. Endapan Mineral. Yogyakarta: Ombak.

Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi Edisi Pertama. Bogor: Graha Ilmu.

Rusman, Muh. Khairil. 2016. Geologi Dasar. Kendari: Universitas Halu Oleo.

Simon & Schuster's lnc, 1988. Rocks And Mineral. The American museum of
natural history, New York.
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM ENDAPAN MINERAL


ACARA II: TEKSTUR KHUSUS

LAPORAN

OLEH :
YUSRIL
D061171014

GOWA
2019
L

You might also like