You are on page 1of 29

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBIBITAN TANAMAN PADI

Oleh
Golongan A/ Kelompok 8B
1. Arya Wiranegara (171510501167)
2. Farah Dyta Putri (171510501159)
3. Giacinta Swasti Anindyajati (171510501163)
4. Alifiana Rezi Kusdiyanti (171510501168)

LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
PROGRAMSTUDIAGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
201 8
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan rumput
berumpun yang memiliki akar serabut dan mempunyai peranan penting dalam
kehidupan manusia. Padi termasuk salah satu genus Oryza L. yang meliputi
kurang lebih 25 spesies, padi banyak tersebar didaerah tropik dan daerah
subtropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Padi beranak melalui tunas
yang tumbuh dari pangkal batang sehingga membentuk suatu rumpun seperti jenis
tanaman rumput-rumputan yang lainnya. Satu batang padi pada umumnya dapat
beranak lebih dari satu batang. Anakan padi yang tumbuh tersebut tidak semuanya
dapat menghasilkan buah padi yang berkualitas, dalam artian tidak terlalu baik
untuk digunakan sebagai bibit.
Tanaman padi merupakan tanaman pangan yang utama yang banyak
dikonsumsi di Indonesia, sebagian besar penduduk Indonesia menjadikan beras
sebagai sumber makanan pokok. Padi termasuk golongan tanaman semusim atau
tanaman muda yang biasanya berumur pendek yaitu kurang dari satu tahun dan
hanya dapat berproduksi satu kali secara optimal, setelah berproduksi tanaman
padi akan mati atau sengaja dimatikan. Tanaman padi memiliki ciri identik yaitu
tumbuh dengan cara tergenangi oleh air. Sistem budidaya padi biasanya dimulai
dari persemaian benih, bibit padi yang digunakan sebaiknya memiliki varietas
unggul dan berlabel. Benih yang akan disemai minimal memiliki peluang tumbuh
90% sehingga tidak banyak memiliki resiko kerugian yang tinggi. Padi ditebar
pada lahan yang sebelumnya sudah diolah terlebih dahulu.
Benih tanaman padi biasanya yang sudah tumbuh pada umur 18-25 hari
setelah penebaran sudah bisa dipindah ke lahan. Bibit tanaman padi yang sudah
siap dipindah biasanya memiliki ciri-ciri yaitu berdaun 5-6 helai, tinggi tanaman
sekitar 22-25 cm, batang bawah besar dan mulai mengeras, bebas dari hama dan
penyakit, serta memiliki pertumbuhan yang seragam. Bibit-bibit dengan ciri-ciri
tersebut sudah siap untuk dicabut. Pencabutan bibit dilakukan dengan
mempertahankan bagian akarnya agar tetap menempel dan tidak rusak. Bibit padi

1
yang telah dicabut dikumpulkan dalam ikatan-ikatan lalu ditaru di lahan sawah
dengan sebagian bagian akrnya terbenam di air.
Klasifikasi Tanaman Padi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Familli : Graminae
Genus :Oryza Linn
Spesies : Oryza sativa L.
Benih yang kemudian disemai terlebih dahulu akan menghasilkan bibit
tanaman padi yang nantinya dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman padi.
Tanaman padi cocok tumbuh didaerah yang bersuhu panas dan banyak
mengandung uap air. Curah hujan yang baik bagi tanaman padi rata-rata 200 mm
per bulan atau lebih dengan distribusi hujan selama 4 bulan, curah hujan yang
dikehendaki per tahun sekitar 1500-2000 mm. Tanaman padi dapat tumbuh
dengan optimal pada suhu 23°C. Tumbuhan muda yang akan sangat menentukan
untuk pertumbuhan tanaman selanjutnya disebut bibit.
Benih memiliki arti yaitu suatu biji tanaman yang dipergunakan untuk
pengembangan usaha tani dan memiliki fungsi agronomis tersendiri. Benih dalam
konteks agronomi dituntut untuk memiliki mutu yang tinggi atau lebih unggul,
karena benih harus mampu menghasilkan tanaman yang dapat berproduksi
maksimum dengan penggunaan sarana teknologi yang semakin maju. Pembibitan
benih atau persemaian benih dilakukan guna memperoleh hasil yang maksimal
dari benih yang akan ditanam.
Seiring dengan perkembangan teknologi disektor pertanian pada saat ini,
menyebabkan adanya perkembangan organism pengganggu tanaman yang
semakin tak terkendali. Salah satu cara yang tepat untuk meningkatkan produksi
pertanian adalah dengan pemilihan suatu bibit tanaman yang memiliki tingkat
ketahanan yang tinggi terhadap serangan organism pengganggu tanaman (OPT).
Kriteria pertama yang harus dipenuhi dalam pemilihan bibit tanaman adalah

2
tingkat ketahanan tanaman terhadap serangan OPT. Ketahanan bibit tanaman
menjadi kriteria utama sebelum menentukan kriteria yang lain misal seperti
produktivitas, kualitas hasil produksi, maupun umur pemanenan. Tanaman yang
memiliki tingkat ketahanan tinggi terhadap serangan OPT diharapkan tanaman
padi yang dibudidayakan akan dapat tumbuh dengan baik dan sehat. Kriteria
selanjutnya adalah memilih bibit tanaman yang memiliki produktivitas tinggi,
umur tanaman serta jenis atau bentuk tanaman padi.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui cara menentukan mutu benih padi berdasar konsentrasi larutan uji.
2. mengetahui cara pembibitan tanaman padi menggunakan metode pembibitan
basah.

3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Padi merupakan suatu tanaman yang menghasilkan biji, sehingga dalam


perbanyakan tanaman, padi menghasilkan biji untuk dijadikan benih dan
kemudian benih tersebut mengalami perlakuan atau penyemaian yang akhirnya
akan menjadi bibit atau bakal tanaman baru. Penanaman padi menggunakan biji
atau benih sulit dilakukan sehingga perlu dilakukan penyemaian untuk
mempermudah proses penanaman. Perbanyakan tanaman dengan menggunakan
benih merupakan perbanyakan secara generatif, di mana hasil anakannya tidak
memiliki sifat yang sama dengan induknya. Banyak studi kasus mengatakan
bahwa saat ini banyak sekali varietas padi baru yang dapat menyesuaikan dengan
iklim, sehingga petani dapat menanamnya di 3 musim (Goyari et al., 2014)
Pembibitan merupakan suatu kegiatan usahatani yang sangat berpengaruh
terhadap hasil dari usahatani. Pengaruhnya dalam usahatani adalah dalam
pembentukan bibit atau anakan yang produktif. Kegiatan pembentukan bibit yang
produktif ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: faktor jenis pupuk, dosis
pupuk dan serangan hama yang menyerang bagian tanaman. Jumlah bibit yang
ditanam pada satu lubang dan dosis pupuk yang tinggi mampu digunakan
tanaman dengan baik dalam proses membentuk anakan yang produktif. Serangan
hama dapat mengganggu bibit pada masa produktif, contohnya hama keong mas
yang menyerang batang tanaman padi muda hingga patah. Serangan hama keong
mas ini dapat mengurangi jumlah anakan yang produktifitas dan juga merusak
tanaman (Susilo dkk., 2015)
Tempat persemaian benih harus berbeda dengan tempat penanaman,
supaya ketika tanah sawah telah selesai diolah bisa langsung ditanami oleh bibit
hasil penyemaian pada lahan lain. Jenis padi ada dua, yaitu padi gogo yang
ditanam pada lahan kering dan padi sawah yang di tanam pada lahan yang cukup
air. Padi sawah membutuhkan pembibitan dan persemaian yang tepat
dibandingkan dengan padi gogo. Kegiatan pembibitan harus dilakukan berurutan,
yaitu pemilihan benih, penyiapan tempat persemaian, penaburan benih, dan
pemeliharaan persemaian. Hasil yang maksimal dalam menghasilkan bibit padi

4
dapat diperoleh dengan menyeleksi benih padi terlebih dahulu sebelum dilakukan
penyemaian. Penyeleksian benih padi ini bertujuan untuk menghilangkan benih-
benih padi yang tidak layak tanam karena terinfeksi oleh jamur, bakteri, virus atau
OPT lainnya yang dapat menurunkan produktivitas tanaman ketika sudah mulai
berproduksi nanti. Perbaikan mutu benih, perdagangan benih, dan perlindungan
tanaman sangat dipengaruhi oleh hasil dari uji kesehatan benih (Rahayu, 2016).
Menurut Ishaq (2009), bibit ditanam pada kedalaman 1-2 cm. Penanaman
padi dilakukan pada saat bibit berumur 15-21 hari, dengan 1 bibit per lubang
(pada sistem SRI). Bibit yang ditanam sebaiknya memiliki umur fisiologi yang
sama (dicirikan oleh jumlah daun yang sama, misal 2 atau 3 daun/batang.
Penyemaian bibit harus ditranslantasikan pada kedalaman 2 cm ke sawah pada
tingkat 2 per rumpun yang dilakukan tiga kali ulangan untuk mendukung
keberhasilan usahatani budidaya tanaman padi sawah (Ohsumi, 2015).
Penggunaan bibit bermutu dan bibit yang sehat pada saat penyemaian
adalah sebuah persyaratan untuk mendapatkan produksi tanaman yang lebih baik.
Bibit yang baik dan bermutu ini juga mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil
tanaman atau panen padi, namun penggunaan bibit yang baik saja tidak
sepenuhnya dapat menghasilkan suatu hasil panen yang baik tetapi ada faktor-
faktor lainya yang mempengaruhi hal tersebut (Napitupulu, 2015).
Faktor-faktor yang mempengaruhi contohnya seperti iklim, keadaan air,
kesuburan tanah, perbedaan cuaca, keadaan tata air dan jenis tanah mengakibatkan
hasil yang beragam. Teknologi pembenihan juga dapat mempengaruhi potensi
produksi suatu bibit padi. Pengobatan atau perawatan benih hingga menjadi bibit
merupakan salah satu teknologi untuk menjaga potensi produksi tanaman padi.
Pengaplikasian zat-zat tertentu seperti Insektisida thiamethoxam mengubah
fisiologi dan morfologi tanaman, mempercepat perkembangannya, sehingga
meningkatkan pertumbuhan (Almeida et al., 2014).

5
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Pengantar Teknologi Pertanian acara Pembibitan Tanaman Padi
dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 7 April 2018 bertempat di UPT
Agrotechnopark Jubung pukul 09.00 WIB sampai selesai.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
a. Timba
b. Alat Tulis

3.2.2 Bahan
a. Benih Padi
b. Pupuk ZA
c. Air
d. Jerami

3.3 Pelaksanaan Praktikum


1. Menentukan Mutu Benih
a. Membuat larutan pupuk ZA dengan melarutkan 225 g ZA dalam setiap
liter air dalamtimba, sampai mencapai volume larutan dua kali volume
benih yang akan diuji.
b. Memasukkan secara hati-hati benih padi yang akan diuji ke dalam larutan
sambil diaduksecara merata.
c. Mengambil benih padi yang mengapung kemudian timbang dan catat
beratnya.
d. Membuang secara hati-hati larutan uji sehingga yang tersisa tinggal benih
padi yang tenggelam pada dasar timba. Timbang dan catat beratnya.
e. Mencuci benih padi yang telah lolos uji dengan air bersih, kemudian
rendam benih padi yang telah dicuci dalam air bersih selama 24 jam.

6
f. Mentiriskan benih padi yang sudah direndam dan benih padi siap untuk
ditabur ke pesemaian.
2. Pembibitan Padi Secara Basah
a. Menyiapkan tempat pembibitan dilahan sawah yang subur sesuai dengan
baku teknis yang telah ditetapkan. Ukuran bedengan pembibitan tinggi
20 cm lebar 120 cm dan panjang1000 cm atau menyesuaikan kondis
lahan.
b. Menabur benih padi yang telah lolos uji secara merata pada media semai
yang basahtetapi tidak menggenang. Bila dikhawatirkan masih ada hujan
tutup permukaan mediasemai menggunakan potongan jerami setebal satu
lapisan.
c. Menjaga kondisi air selama berlangsungnya kegiatan pembibitan dan
lakukan kegiatanpemeliharaan lain sesuai dengan baku teknis yang telah
ditetapkan.
d. Mencabut bibit setelah berumur 21 hari dan ikat setiap kumpulan bibit
sampai bibit siap diangkut dan ditanam di areal tanam.

3.4 Variabel Pengamatan


 Tinggi Tanaman.
 Berat benih yang mengapung.
 Berat benih yang tenggelam.

3.5 Analisis Data


Analisis data dalam penelitian praktikum kali ini adalah menggunakan
analisis statistik deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran atau penyebaran data
sampel atau populasi.

7
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan pelaksanaan praktikum dan pengamatan pembibitan tanaman padi,
didapatkan hasil sebagai berikut:
Menentukan Mutu Benih
Uraian Hasil Pengamatan Keterangan
Jumlah Benih Dari pengamatan 100
yang Mengapung sampel benih yang ada,
terdapat 11 benih yang
mengapung di permukaan
air.
Jumlah Benih Dari pengamatan 100
yang Tenggelam sampel benih yang ada,
terdapat 89 benih yang
mengapung di permukaan
air.
Presentase Benih Presentase benih yang baik
Baik adalah 89% dari 100
sampel. Hal ini ditandai
dengan benih tenggelam dan
berisi.

Pembibitan Tanaman Padi


Uraian Hasil Pengamatan Keterangan
Varietas MEKONGGA ss

8
Tanggal Sebar 7 April 2018

Tanggal Tanam 21 April 2018

PEKERJAAN PEMBIBITAN TANAMAN PADI


1 Penyiapan Benih
1 Tahap Pekerjaan
 Dari 0,5 kg benih yang diberikan per kelompok, diambil 100 benih
sebagai sampel untuk dilakukan pengujian kesehatan benih.

 100 sampel benih tersebut, direndam dengan air hingga bagian

gelas, kemudian diaduk .


 Benih dengan rendaman air didiamkan sejenak.
 Kemudian benih diamati dan dipisahkan antara benih yang bernas
(tenggelam) dan benih yang tidak bernas (mengapung).
2 Pengamatan Hasil
 Benih bernas (tenggelam) = 89 benih (89%)
 Benih tidak bernas (mengapung) = 11 benih (11%)
 Benih yang terdapat kotoran = 5 benih (5%) dihitung secara
keseluruhan

9
 Warna benih yang normal berwarna cokelat muda sebanyak 96%,
sedangkan 4% sisanya berwarna cokelat tua hingga kehitaman.
 Terdapat benih yang memiliki bercak kehitaman dan tersebar
sebanyak 12%
3 Keterangan

2 Pembuatan Bedengan Pembibitan


1 Tahapan Pekerjaan (Bedengan Basah)
 Membersihkan rumput dan jerami yang masih tertinggal di lahan
 Lahan sawah digenangi air
 Dilakuan pembajakan dan penggaruan tanah agar tanah menjadi
halus dan melumpur
 Dibuat bedengan dengan tinggi ±20 cm dan memperbaiki
pematang.
 Membuat bedengan dengan ukuran 50cm x 50cm.
2 Pengamatan Hasil
 Setelah lahan dibuat bedengan-bedengan, lahan menjadi tertata rapi
dan tekstur tanah menjadi halus dan melumpur karena telah
dilakukan pembajakan
 Terdapat saluran irigasi yang terdapat diantara bedengan-bedengan.
Hal ini ditandai dengan adanya genangan air

10
3 Keterangan

3 Penyebaran Benih
1 Tahap Pekerjaan
Benih disiapkan pada gelas-gelas untuk disebar, setelah tiba di
bedengan, benih disebar secara merata.
2 Pengamatan Hasil
Benih menjadi tersebar secara merata, diharapkan pertumbuhan benih
secara merata.
3 Keterangan

4 Pemeliharaan Pembibitan
1 Tahapan Pekerjaan
(H+7)
 Mengamati kondisi lahan meliputi ketersediaan air, gulma, dan
kondisi tanah.
 Membersihkan areal pembibitan dengan mencabut gulma yang
tersebar pada bedengan

11
 Mendokumentasikan kondisi areal pembibitan
(H+14)
 Mengamati kondisi lahan meliputi kondisi air, gulma, dan kondisi
tanah
 Membersihkan gulma pada bedengan
2 Pengamatan Hasil
(H+7)
 Terdapat 15% gulma yang tumbuh di bedengan
 Terdapat keong, keong mas, ikan kecil, dan laba-laba
 Pada lahan tinggi rendahnya bedengan tidak merata sehingga
mempengaruhi kondisi air yang tergenang
 Areal tengah bedengan Gol. A benih tidak tumbuh karena bedengan
tergenang air cukup banyak.
(H+14)
 Ukuran padi makin besar
 Kondisi air makin dikit
 Hama keong makin banyak pada bedengan
3 Keterangan

4.2 Pembahasan
Tanaman padi merupakan jenis tanaman yang umumnya dibudidayakan
pada awal tanam dengan menggunakan bibit. Proses pembibitan pada tanaman
padi memiliki beberapa tahapan yang perlu diperhatikan. Uji kesehatan benih

12
merupakan salah satu tahapan utama ketika mendapatkan benih sebelum
disemaikan. Padi varietas MEKONGGAss diambil sampel sebanyak 100 benih
kemudian dilakukan pengujian kdesehatan benih dengan cara merendam sampel
benih dengan air. Pengujian kesehatan benih didapatkan hasil 89 benih dikatakan
bernas ditandai dengan tenggelamnya benih di dalam rendaman air. Benih yang
tidak bernas atau ditandai dengan benih yang mengapung didapatkan 11 benih
dari 100 sampel yang diambil secara acak. Presentase benih yang baik sebanyak
89% dari sampel yang telah dilakukan pengujian, tahap selanjutnya benih yang
telah dilakukan pengujian siap untuk disemaikan.
Media yang digunakan pada pembibitan benih padi adalah lahan sawah
yang sebelumnya harus dilakukan pengolahan lahan. Pembuatan bedengan
dilakukan dengan metode bedengan basah dikarenakan sesuai dengan kondisi
lahan yang ada. Tahapan awal yang dilakukan dalam pengolahan lahan/persiapan
pembuatan bedengan yakni dengan membersihkan rumput dan sisa jerami yang
tersisa di lahan, selanjutnya lahan digenangi oleh air. Tujuan dilakukannya
penggenangan lahan dengan air adalah tanah menjadi lunak, rumput-rumputan
yang tumbuh akan mati, dan dapat memusnahkan berbagai macam serangga yang
dapat mengganggu proses pembibitan. Lahan sawah dilakukan pembajakan dan
penggaruan dengan tujuan tanah menjadi halus dan melumpur. Bedengan dibuat
dengan tinggi ±20 cm dan juga dilakukan peraikan pada pematang. Bedengan
dibuat dengan ukuran 50cm x 50cm agar lahan terlihat rapi. Pembuatan saluran
irigasi juga diperlukan untuk menahan air agar tidak keluar lahan sawah.
Penyebaran benih dilakukan setelah lahan siap tanam dan benih telah
dilakukan uji kesehatan. Benih disiapkan pada gelas-gelas kecil untuk kemudian
disebar secara merata pada bedengan. Penyebaran benih secara merata diharapkan
benih tumbuh secara merata pada lahan. Tujuan lainnya untuk didapatkannya
benih dengn pertumbuhan yang baik dan seragam. Ketidakseragaman pada
pertumbuhan benih mengakibatkan ketidakseragaman pertumbuhan pada lahan
dan menurunnya hasil dan mutu gabah yang diperoleh.
Pemeliharaan benih dilakukan pada H+7 penyemaian dan H+14
penyemaian. Pemeliharaan dilakukan dengan menjaga dan mengamati kondisi air,

13
gulma, dan adanya hama pada lahan. Kondisi lahan pada H+7 didapatkan benih
padi tumbuh dengan baik dan konsisi air pada lahan tegenang, namun pada bagian
depan tampak tinggi bedengan tidak merata sehingga genangan air juga tidak
merata. Kondisi OPT yang menyerang pada saat proses pembibitan yakni adanya
gangguan hama dan gulma. Hama yang menyerang pada lahan pembibitan berupa
keong dan keong mas. Menurut Wijayanti, dkk. (2016) keong mas menyerang dan
merusak tanaman mudah yang ditandai dengan munculnya gejala batang yang
rusak akibat rautan dari lidah keong as, daun daun banyak yang mengambang, dan
terdapat beberapa batang yang roboh. Adanya genangan air sawah yang banyak
juga memudahkan mobilisasi keong mas pada lahan persawahan. Gangguan lain
yang menyerang pada lahan pembibitan adalah adanya gulma yang tumbuh di
bedengan yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman
utama yakni padi.
Pembibitan perlu dilakukan pada budidaya tanaman padi karena untuk
memudahkan proses budidaya selanjutnya. Menurut Misran (2014) perlakuan
yang dilakukan pada saat pembibitan mempengaruhi hasil produksi gabah yang
dihasilkan oleh tanaman padi. Pembibitan perlu dilakukan agar benih dapat
tumbuh secara maksimal dan mencegah benih gagal tumbuh, karena lahan untuk
pembibitan memiliki unsur hara yang kompleks dan media yang mendukung agar
benih dapat berkecambah dan tumbuh dengan baik. Pembibitan juga bertujuan
untuk meratakan tumbuh benih agar mempermudah perawatan dan mempermudah
menghitung umur tanaman sehingga mempermudah pemanenan. Tanaman padi
yang rata mempermudah dalam budidaya karena mempermudah perawatan baik
pemupukan maupun penanggulangan hama.
Pembibitan bertujuan agar tanaman mudah beradaptasi dengan lingkungan
baru. Tanaman muda yang tidak beradaptasi rentan mati karena penyakit, hama
maupun perebutan nutrisi dengan gulma. Bibit yang baru tumbuh akan merasa
kaget apabila langsung berada pada lingkungan yang ekstrim sehingga adanya
pembibitan membuat tanaman muda dapat beradaptasi terhadap lingkungan baru
di lahan sawah. Bibit tanaman yang baru tumbuh juga mempunyai daun, batang
dan akar yang masih muda dan rentan terhadap serangan hama, utamanya adalah

14
hama keong mas. Tujuan pembibitan yang lain yaitu mencegah apabila ada
tanaman yang mati atau layu pada saat di lahan sawah dapat diganti dengan
tanaman yang ada di persemaian, sehingga dapat melakukan penyulaman dan
meratakan umur dan tinggi tanaman di lahan sawah.
Kendala yang dihadapi pada saat pembibitan ada dua permasalahan yaitu
adanya hama dan tekstur lahan sawah. permasalahan yang pertama yaitu hama,
kebanyakan hama yang menyerang bibit-bibit padi yaitu keong mas karena keong
mas memakan bibit padi muda sehingga padi rentan mati. Menurut Tjahjadi (1989)
hama merupakan salah satu organisme yang merusak tanaman dan menghambat
produktivitas tanaman sehingga dapat merugikan petani dalam skala besar. Keong
mas merupakan salah satu hama yang dapat merugikan para petani karena
memakan tanaman padi muda dalam jumlah besar. Mengatasi permasalahan hama
keong mas petani dapat membasmi secara manual yaitu mengambil keong mas
dan telur-telurnya, selain itu dapat dilakukan penyemprotan pestisida untuk
mengatasi hama keong mas.
Kendala kedua yang diahadapi adalah tekstur lahan penyemaian padi yang
tidak rata dan mengakibatkan benih tidak tumbuh secara maksimal. Lahan
penyemaian padi yang tidak rata mengakibatkan air merendam lahan penyemaian,
sehingga benih menjadi terendam oleh air dan tidak dapat tumbuh dan
mengakibatkan benih menjadi membusuk. Selain lahan penyemaian padi yang
terendam, terdapat juga permasalahan yang diakibatkan oleh lahan penyemaian
tanaman padi yang terlalu tinggi. Lahan penyemaian yang terlalu tinggi
mengakibatkan lahan semai menjadi kering dan pecah-pecah karena tidak
mendapatkan air secara maksimal. Lahan semai yang kering mengakibatkan
benih-benih tidak dapat tumbuh karena syarat tumbuh benih agar dapat
berkecambah yaitu membutuhkan adanya air. Apabila lahan semai kering dan
tidak terkena air maka benih tanaman padi akan tetap berdomansi dan tidak
berkecambah sehingga mengakibatkan benih padi tumbuh tidak merata. Sehingga
permasalahan dan kendala yang ada pada saat pembibitan perlu diperhatikan agar
nantinya tidak merugikan dan menyulitkan para petani pada proses budidaya
selanjutnya.

15
BAB 5. KESIMPUAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Menentukan mutu benih padi berdasarkan konsentrasi larutan uji dengan
indikator telur yang melayang saat direndam. Melihat mutu benih yaitu
dengan melihat benih yang direndam pada larutan konsentrasi uji apabila
benih tenggelam maka menandakan jika benih tersebut bernas, sedangkan
apabila benih yang direndam mengapung maka menandakan jika benih
tersebut tidak bernas dan tidak dapat tumbuh.
2. Pembibitan padi pada metode pembibitan basah yaitu dengan memberikan
bedengan semai dengan air agar tanah menjadi lunak dan pada metode basah
benih yang disemai langsung dilakukan di sawah.

5.2 Saran
Sebaiknya lahan sawah untuk penyemaian benih dapat ditambah agar
praktikan dapat melakukan praktikum dengan kondusif. Praktikan juga harus
memperhatikan arahan yang diberikan agar tidak terjadi kebingungan saat
melakukan praktikum.

16
DAFTAR PUSTAKA

Almeida, Andreia da Siva., C. Deuner, C.T. Borges, A. Jauer, G.E. Meneghello,


L.M. de Tunes, F.A. Villela, P.D. Zimmer. 2014. Physiological
Performance of Rice Seeds Treated to Thiamethoxam and Placed under
Storage. American Journal of Plant Sciences, 5: 3788-3795.

Goyari, Phanindra. 2014. Irrigation Difference and Productivity Variations in


Paddy Cultivation: Field Evidences From Udalguri District of Assam.
Indian Journal Of Agricultural Economics, 69(1): 89- 106.

Ijshaq, Iskandar. 2009. Petunjuk Teknis Penangkaran Benih Padi. Balai


Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.

Misran. 2014. Efisiensi Penggunaan Jumlah Bibit Terhadap Pertumbuhan dan


Produksi Padi Sawah. Penelitian Pertanian Tropika. 14(1): 39-43.

Napitupulu, Delima. 2015. Pengkajian Uji Adaptasi Varietas Padi Unggul Baru Di
Kabupaten Tapanuli Selatan Sumatera Utara. Jurnal Pertanian Tropik,
2(3): 239-245.

Ohsumi, Akihro., H. Heinai, dan S. Yoshinaga. 2015. Nursery Management for


Improving Seedling Length and Early Growth after Transplanting in a
Semi-Dwarf Rice Cultivar Hokuriku 193. Plant Prod. Sci, 18(3): 407-413.

Rahayu, Mudji. 2016. Patologi dan Teknis Pengujian Kesehatan Benih Tanaman
Aneka Kacang. Buletin Palawija, 14(2): 78- 88.

Tjahjadi, N. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta: Kanisius Media.

Wijayanti, Rani., L. Wibowo, dan Solikhin. 2016. Pengaruh Varietas Padi (Oryza
Sativa L.) dan Jenis Kelamin Keong Emas (Pomaceae sp.) Terhadap Daya
Rusak Keong Emas pada Tanaman Padi. Jurnal Agrotek, 4(2): 141- 145.

17
LAMPIRAN
DOKUMENTASI

Uji kesehatan benih dengan dilakukan Benih padi varietas MEKONGGAss


perendaman pada sampel

Benih bernas yang didapatkan setelah


Pembagian benih sebelum dilakukan
dilakukan uji kesehatan benih
penyemaian

Penyemaian benih pada media tanam Proses pembajakan menggunakan


traktor sebagai upaya pengolahan
lahan

18
Penanaman bibit padi pada lahan Kondisi lahan pada H+7 penyemaian

Terdapat hama keong mas pada lahan


pembibitan
Adanya gulma sebagai tanaman
pesaing di lahan persawahan

19
LAMPIRAN

Tjahjadi, N. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta: Kanisius Media.

20
Wijayanti, Rani., L. Wibowo, dan Solikhin. 2016. Pengaruh Varietas Padi (Oryza
Sativa L.) dan Jenis Kelamin Keong Emas (Pomaceae sp.) Terhadap Daya
Rusak Keong Emas pada Tanaman Padi. Jurnal Agrotek, 4(2): 141- 145.

21
Ishaq, Iskandar. 2009. Petunjuk Teknis Penangkaran Benih Padi. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.

22
Rahayu, Mudji. 2016. Patologi dan Teknis Pengujian Kesehatan Benih Tanaman
Aneka Kacang. Buletin Palawija, 14(2): 78- 88.

23
Ohsumi, Akihro., H. Heinai, dan S. Yoshinaga. 2015. Nursery Management for
Improving Seedling Length and Early Growth after Transplanting in a
Semi-Dwarf Rice Cultivar Hokuriku 193. Plant Prod. Sci, 18(3): 407-413.

24
Napitupulu, Delima. 2015. Pengkajian Uji Adaptasi Varietas Padi Unggul Baru Di
Kabupaten Tapanuli Selatan Sumatera Utara. Jurnal Pertanian Tropik,
2(3): 239-245.

25
Goyari, Phanindra. 2014. Irrigation Difference and Productivity Variations in
Paddy Cultivation: Field Evidences From Udalguri District of Assam.
Indian Journal Of Agricultural Economics, 69(1): 89- 106.

26
Almeida, Andreia da Siva., C. Deuner, C.T. Borges, A. Jauer, G.E. Meneghello,
L.M. de Tunes, F.A. Villela, P.D. Zimmer. 2014. Physiological
Performance of Rice Seeds Treated to Thiamethoxam and Placed under
Storage. American Journal of Plant Sciences, 5: 3788-3795.

27
Rahayu, Mudji. 2016. Patologi dan Teknis Pengujian Kesehatan Benih Tanaman
Aneka Kacang. Buletin Palawija, 14(2): 78- 88.

28

You might also like