You are on page 1of 15

31

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Bumi


Minyak bumi (petroleum) atau minyak mentah adalah campuran rumit senyawa alifatik dan
aromatik termasuk pula senyawa sulphur dan nitrogen (16%). Menurut American Society for Testing
and Materials (ASTM) minyak bumi merupakan campuran yang terjadi di bumi, sebagian besar
terdiri atas hidrokarbon, sedikit belerang, nitrogen, yang dibebaskan dalam tanah dan disertai
dengan zat-zat lain seperti air garam anorganik dan impurities lain yang apabila dipisahkan akan
mengubah sifat minyak (Hardjono, 2007)
Minyak bumi terdiri dari ribuan zat kimia termasuk gas, cairan dan zat padat mulai dari metana
sampai dengan asphalt. Komponen utama minyak bumi dan hasil-hasilnya tersusun dari komponen
utama yang terdiri dari ikatan atom karbon (C) dan atom hidrogen (H), sehingga minyak bumi
sering juga disebut hidrokarbon. Selain karbon dan hidrogen didalam minyak bumi juga terdapat
senyawa sulphur, oksigen, nitrogen dan logam yang termasuk dalam senyawa nonhidrokarbon.
Perbandingan unsur-unsur tersebut dalam minyak bumi sangat bervariasi dengan komposisi sebagai
berikut:
Tabel 13. Komposisi Minyak Bumi
JENIS ATOM % BERAT
Karbon (C) 83-87
Hidrogen (H) 10-14
Nitrogen (N) 0,1-2
Oksigen (O) 0,05-1,5
Sulphur (S) 0,05-0,6
(Hardjono, 2007)
Secara umum komposisi hidrokarbon minyak bumi terdiri dari dua komponen, yaitu :
a. Komponen hidrokarbon
b. Komponen nonhidrokarbon

2.1.1 Senyawa Hidrokarbon


Senyawa Hidrokarbon merupakan senyawa-senyawa organik dimana setiap molekulnya hanya
mempunyai unsur Hidrogen (H) dan Carbon (C) saja. Senyawa hidrokarbon dapat dibagi menjadi
32

empat golongan, yaitu senyawa hidrokarbon parafin,olefin, naften, dan aromat. (Hardjono, 2007)
1. Hidrokarbon Parafin
Merupakan ikatan rantai hydrocarbon jenuh dengan rumus umum CnH2n+ 2 yang mempunyai
tingkat kestabilan tinggi. Paraffin terdapat dalam bentuk ikatan paraffin hydrocarbon rantai lurus (n-
Paraffin) maupun cabang (iso-Paraffin). Pada umumnya umpan FCC didominasi oleh paraffinic
dengan kandungan paraffin antara 50 - 60 % dari total feed. Paraffinic stocks mudah dilakukan
perengkahan dan normalnya jumlah yield terbesar dengan total liquid produk paling banyak adalah
gasoline dan paling sedikit fuel gas namun octane number rendah. (Hardjono, 2007)

Sifat dari hidrokarbon paraffin antara lain :


 Pada kondisi temperatur normal (ruang) hidrokarbon paraffin dengan jumlah atom karbon 1-4
akan berbentuk gas,
 Pada kondisi temperatur normal (ruang) hidrokarbon paraffin dengan jumlah atom karbon 5-
15 akan berbentuk cair,
 Pada kondisi temperatur normal (ruang) hidrokarbon paraffin dengan jumlah atom karbon
lebih dari 15 akan berbentuk padatan.
 Memiliki tingkat kestabilan yang tinggi,
 Pada suhu kamar tidak bereaksi dengan asam dan basa

2. Hidrokarbon Olefin

Merupakan ikatan rantai hydrocarbon tak jenuh dg rumus umum CnH2 n yang bersifat kurang
stabil sehingga anggota-anggotanya dapat langsung bereaksi, baik antar senyawa olefin itu sendiri
maupun dengan senyawa lain seperti Chlorine, Bromine, Hydrochloric acid dan Sulfuric acid tanpa
pertukaran atom hidrogen. Olefin terdapat dalam bentuk ikatan Olefin rantai lurus (n-Olefin, al :
Ethylene, Propylene, Butylene dst) maupun Olefin rantai cabang (iso-Olefin, al : iso-Butylene, iso-
Pentene dst). Olefin tidak disukai terdapat dalam feedstock FCC karena umumnya akan terengkah
menjadi produk yang tidak diinginkan seperti slurry dan coke. Olefin content dalam umpan dibatasi
< 5 % wt. (Hardjono, 2007)
33

3. Hidrokarbon Napthen
Merupakan ikatan rantai hydrocarbon jenuh dengan rumus umum CnH2n yang sama dengan
olefin tetapi memiliki sifat-sifat yang jauh berbeda. Naphthene merupakan senyawa hydrocarbon
melingkar / tertutup dengan ikatan tunggal, sedangkan olefin dengan rantai hydrocarbon terbuka
dan ikatan ganda ( Cyclopentane, Cyclohexane, Methyl-cyclohexane ). Naphthene lebih disukai
sebagai umpan FCC karena dapat menghasilkan gasoline dengan angka octane tinggi. Gasoline
hasil perengkahan naphthene mempunyai sifat lebih aromatik dan lebih berat dibanding hasil dari
perengkahan paraffin. (Hardjono, 2007)

4. Hidrokarbon Aromatik
Merupakan rantai hydrocarbon tak jenuh dengan rumus umum CnH2n-6 atau sering disebut
dengan seri Benzene yang memiliki sekurang-kurangnya satu cincin ikatan rangkap Benzene
(Benzene, Toluene, Aniline dll) dan bersifat sangat stabil serta tidak dapat terengkah menjadi
komponen yang lebih kecil. Aromatik kurang disukai sebagai umpan FCC karena sebagian
besar molekulnya tidak dapat terengkah. Perengkahan aromatik pada dasarnya hanya akan
memutuskan rantai sampingnya saja sehingga akan menghasilkan fuel gas berlebihan.
Beberapa senyawa aromatik yang terdiri beberapa cincin (poly nuclear aromatic - PNA) dapat
secara terpadu membentuk “chicken wire” yang akan menempel pada catalyst sebagai carbon
residue (coke) dan sebagian akan menjadi produk slurry. Dibanding dengan paraffin,
perengkahan aromatik stock akan menghasilkan koversi yang lebih rendah, yield gasoline lebih
rendah dan sedikit liquid dengan Octane Number yang lebih tinggi. Contoh : benzena dan
toluena. (Hardjono, 2007)
34

2.1.2 Senyawa Nonhidrokarbon


Didalam minyak bumi selain mengandung senyawa hidrokarbon juga mengandung sejumlah
senyawa nonhidrokarbon, terutama senyawa sulphur, senyawa nitrogen, senyawa oksigen, dan
senyawa organo metalik/logam (dalam jumlah kecil/trace sebagai larutan). Unsur-unsur tersebut
umumnya tidak dikehendaki ada dalam produk-produk minyak bumi sehingga keberadaannya
meskipun dalam jumlah sedikit namun akan sangat mempengaruhi pengolahan terhadap minyak
bumi.
1. Senyawa Sulphur
Minyak bumi yang densitinya lebih tinggi mempunyai kandungan sulphur yang lebih
tinggi pula. Keberadaan sulphur dalam minyak bumi sering banyak menimbulkan dampak
negatif, misalnya dalam gas oil dapat menyebabkan korosi (khususnya dalam keadaan dingin atau
berair) pada mesin kendaraan akibat dari terbentuknya asam yang dihasilkan dari oksida sulphur
(sebagai hasil pembakaran gas oil) dan air. Beberapa jenis senyawa sulphur yang terdapat dalam
minyak bumi diantaranya adalah hidrogen sulfida dan merkaptan.
2. Senyawan Oksigen
Kandungan total oksigen dalam minyak bumi adalah kurang dari 2 % dan jumlahnya akan
semakin meningkat jika bobot molekul dan titik didih fraksi semakin tinggi. Kandungan oksigen
bisa menaik apabila produk itu lama berhubungan dengan udara. Oksigen dalam minyak bumi
berada dalam bentuk ikatan sebagai asam karboksilat, keton, ester, eter, anhidrida, senyawa
monosiklo dan disiklo serta phenol. Sebagai asam karboksilat berupa asam naphthenat (asam
alisiklik) dan asam alifatik. Contoh dari senyawa oksigen yang terdapat dalam minyak bumi
diantaranya adalah furan dan benzofuran.
3. Senyawa Nitrogen
Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sangat rendah, yaitu 0,1 – 0,9 %.
Kandungan tertinggi terdapat pada fraksi berat (residu). Nitrogen mempunyai sifat racun terhadap
katalis dan dapat membentuk gum / getah pada fuel oil. Kandungan nitrogen terbanyak terdapat
pada fraksi titik didih tinggi. Nitrogen yang mempunyai berat molekul yang relatif rendah dapat
diekstrak dengan asam mineral encer, sedangkan yang mempunyai berat molekul yang tinggi
tidak dapat diekstrak dengan asam mineral encer. Contoh senyawa nitrogen yang terdapat dalam
minyak bumi diantaranya adalah pyridin dan pyrrol.
35

4. Senyawa Logam
Unsur-unsur logam seperti natrium, kalium, magnesium, besi, vanadium, dan nikel yang
terkandung didalam minyak bumi dapat terikat baik sebagai senyawa anorganik yang
biasanya larut dalam air maupun sebagai senyawa kompleks logam organik. Logam – logam
seperti besi, tembaga, terutama nikel dan vanadium pada proses catalytic cracking mempengaruhi
aktifitas katalis, sebab dapat menurunkan produk minyak bumi seperti menghasilkan banyak gas
dan pembentukkan coke. (Anonim2, 2015)

2.2 Bahan Baku dan Bahan Pembantu


2.2.1 Bahan Baku
Unit Residue Catalytic Cracking (RCC) menggunakan feed dari bottom product unit CDU yang
berupa atmosferic residue (AR) (C31-C40) dan hasil olahan unit ARHDM yang berupa
Dehydrometalized Atmosferic Residue (DMAR) (C31 - C40). Perbandingan feed desain DMAR
dengan AR adalah 65:35.
Tabel 15.Perbandingan Bahan Baku Desain
Feed Ton/jam %wt
DMAR 325,543 65
AR 179,505 35
Total 505,048 100
(Anonim2, 2015)
Tabel 16.Spesifikasi Komposisi Atmospheric Residue (AR)
Komposisi AR Jumlah (%wt)
Hidrokarbon Min. 57,2161
Sulphur Max. 0,4200
Nitrogen Max. 0,5870
Hydrogen Max. 20,2400
Nickel Max. 0,1739
Vanadium Max. 2,9020
Sodium Max. 0,7510
Asphaltane Min. 0,5500
Carbon residu Max. 17,1600
Total 100
(Qadim, 2008)
36

Tabel 17. Spesifikasi Komposisi Dehydrometalized Atmosferic Residue (DMAR)


Spesifikasi Jumlah (%wt)
Hidrokarbon Min. 80,8503
Sulphur Max.0,3200
Nitrogen Max. 0,5070
Hydrogen Max.17,2400
Nickel Max.0,0132
Vanadium Max.0,0420
Sodium Max. 0,0210
Asphaltane Min.0,6500
Carbon residu Max. 0,3565
Total 100
(Qadim, 2008)

Tabel 18.Spesifikasi Komposisi Combined Feed


Komposisi AR Jumlah (%wt)
Hidrokarbon Min. 75,4638
Sulphur Max. 0,3200
Nitrogen Max. 0,4870
Hydrogen Max.16,2400
Nickel Max. 0,0139
Vanadium Max. 0,092
Sodium Max. 2,0701
Asphaltane Min.0,5500
Carbon residu Max. 4,7632
Total 100
(Qadim, 2008)

2.2.2 Bahan Pembantu


RCC merupakan kilang minyak tingkat lanjut (Secondary Processing) yang berfungsi untuk
mendapatkan nilai tambah dari pengolahan residu dengan cara perengkahan memakai katalis. Bahan
pembantu yang digunakan adalah katalis. Katalis yang digunakan berupa zeolite yang merupakan
37

komponen kristal aluminosilikat berpori yang tersusun dari SiO4 dan AlO4 tetrahedral dengan
struktur kerangka bercabang yang terdiri dari satu atom silicon atau aluminium pada titik pusat
dengan satu atom oksigen pada keempat sudutnya. Empat sifat-sifat yang menentukan performance
katalitis zeolite adalah :
1. Zeolite mempunyai kemampuan pertukaran kation.
2. Kation dipertukarkan dengan H+, menghasilkan sejumlah besar sisi asam yang sangat kuat.
3. Zeolite mempunyai diameter pori tertentu dan rongga yang teratur dengan dimensi terbatas
yang memungkinkan reaksi transisi dan intermedia sesuai batasan.
4. Diameter pori zeolite disesuaikan dengan dimensi molekul (< 10 Å) yang membatasi akses
molekul masuk-keluar sisi dalam tempat terjadinya transformasi katalitis.

Katalis RCC berbentuk bubuk halus dengan ukuran diameter partikel rata-rata 75 micron. Zeolit
mempunyai jaringan yang teratur dengan pori yang sangat kecil. Zeolit menghasilkan selektifitas
produk dan aktifitas katalis yang tinggi. Keaktifan suatu katalis terdapat pada sisi asam yang sangat
memungkinkan untuk melakukan pemecahan molekul dengan baik menjadi fraksi-fraksi ringan
seperti yang diinginkan tanpa banyak terjadi pengendapan karbon yang berwarna hitam (coke) pada
permukaan katalis.

Gambar 6. Struktur molekul Silika/Alumina oksigen


(Nelson, 1964)
38

Adapun sifat-sifat dari katalis zeolit adalah sebagai berikut :


Tabel 19. Sifat Katalis Zeolit RCC
Sifat Katalis Unit Spesifikasi
Sifat Fisika :
Berat jenis Bulk gr/ml 0.7 – 0.79
Luas permukaan m2/g 200 min
Ukuran partikel % wt
0-20 micron 2.0 max
0-40 micron 20.0 max
0-150 micron 78.0 min
Ukuran partikel rata-rata micron 69.0 min
Sifat Kimia :
Al2O3 % wt 30.0 min
Na2O % wt  0.6

(Qadim, 2008)

2.3 Proses Pengolahan Minyak Bumi


2.3.1 Proses Perengkahan (Cracking)
Proses perengkahan merupakan satu teknologi proses yang digunakan di pengilangan yang
berfungsi untuk merengkah/memotong rantai hydrocarbon dengan molekul rantai panjang menjadi
light hydrocarbon pada kondisi temperatur dan tekanan tertentu.
Perengkahan yang dilakukan dapat dicapai dengan tekanan dan temperatur yang tinggi dalam
bentuk reaksi konvensional akan tetapi dengan keberadaan katalis maka perengkahan tersebut dapat
dilaksanakan pada temperatur lebih rendah dan tekanan operasi moderat. Molekul minyak fraksi
berat apabila direngkah akan terurai menjadi bahan-bahan yang mudah menguap yang mempunyai
jarak didih seperti bensin (gasoline), minyak bakar (fuel oil) , dan residu atau kokas. Reaksi
perengkahan berlangsung secara endotermis, besarnya pengaruh panas tergantung pada umpan,
katalis, dan kondisi reaksi. Reaksi perengkahan (cracking) pada unit RCC :
a. Paraffin
CnH2n+2 CmH2m + CpH2p+2
Paraffin olefin Paraffin
39

b. Olefin
CnH2n CmH2m + CpH2p
Olefin olefin olefin
c. Aromatik
ArCnH2n+1 ArCmH2m-1 + CmH2m
Aromatik aromatik olefin
d. Naphthene
Cyclo-CnH2n CmH2m + CpH2p
Naphthene olefin olefin
Terdapat dua jenis cracking yaitu thermal cracking dan catalytic cracking.
1. Perengkahan Thermal (Thermal Cracking)
Proses perengkahan thermal (thermal Cracking) adalah suatu proses pemecahan rantai
hidrokarbon dari senyawa rantai panjang menjadi hidrokarbon dengan rantai yang lebih kecil
melalui bantuan panas 425 ºC ke 650ºC meningkatkan temperatur (biasanya terjadi pada suhu >
4000C dan tekanan tidak terlalu tinggi) . Proses ini dapat meningkatkan kualitas hasil destilasi dan
juga jumlah produksi seperti misal napta yang dihasilkan memiliki bilangan oktan yang lebih tinggi
dibandingkan napta yang diperoleh langsung dari destilasi. Panas yang di berikan akan memutus
ikatan rantai C dengan H pada kedua ujungnya, sehingga merengkah namun akan membuat tangan
C kosong dan akan menggumpal sehingga membentuk coke. Proses ini tidak banyak diminati
lantaran peluangnya dalam membentuk coke yang akan menutupi sisi aktif katalis. (Anonim2, 2015).
2. Perengkahan katalis
Perengkahan katalis merupakan proses perengkahan dengan bantuan katalis (biasanya berbahan
dasar alumina, SiO2, Al2O3) dimana katalis akan terjadi kontak dan akan dihasilkan fraksi ringan
lebih banyak dengan selektifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan thermal cracking. Di antara
proses-proses tersebut yang paling banyak digunakan adalah proses FCCU (Fluidized Catalytic
Cracking Unit). Pada proses fluidisasi ini, umpan minyak dan katalis saling terfluidisasi dan
bersirkulasi antara reaktor dan regenerator dimana katalis diregenerasi secara terus-menerus.
(Anonim2, 2015).
310

2.3.2 Destilasi
Distilasi merupakan metoda operasi pemisahan suatu campuran (cairan saling melarutkan),
berdasarkan perbedaan titik didih atau perbedaan tekanan uap murni, (masing-masing komponen
yang terdapat dalam campuran) dengan menggunakan sejumlah panas sebagai tenaga pemisah.
(Soebagio, 2003)
Distilasi termasuk proses pemisahan menurut dasar operasi difusi. Secara difusi, proses
pemisahan terjadi karena adanya perpindahan massa secara lawan arah, dari fasa uap ke fasa cair
atau sebaliknya, sebagai akibat adanya beda potensial diantara dua fasa yang saling kontak,
sehingga pada suatu saat, pada suhu dan tekanan tertentu sistem berada dalam keseimbangan.
Pada proses pemisahan secara distilasi, fasa uap akan segera terbentuk setelah campuran
dipanaskan. Uap dan sisa cairannya dibiarkan saling kontak sehingga pada suatu saat, semua
komponen yang terdapat dalam campuran akan terdistribusi dalam kedua fasa membentuk
keseimbangan. Setelah keseimbangan tercapai, uap akan segera dipisahkan dari cairannya,
kemudian dikondensasikan membentuk distilat. Pada keadaan seimbang, komposisi distilat
tidak sama dengan residunya sebab komponen dengan tekanan uap murni tinggi lebih banyak
terdapat pada distilat, sedangkan komponen dengan tekanan uap murni rendah sebagian besar
terdapat dalam residu. (Soebagio, 2003).

2.3.2.1. Macam-macam Destilasi


 Berdasarkan cara penggunaan steam sebagai sumber energi, penggunaan steam dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a. Closed Steam
Steam dimasukkan ke dalam reboiler dan panas dari steam dimanfaatkan untuk
menguapkan kembali sebagian atau semua cairan jenuh yang masuk reboiler. Cara demikian dikenal
sebagai distilasi dengan sistem uap tertutup atau distilasi closed steam.
b. Open Steam
Steam secara kontinyu dimasukkan langsung melalui dasar kolom. Setelah melepas panas,
steam berubah fase menjadi embunan kemudian mengalir ke bawah keluar bersama hasil dasar
kolom.cara demikian dikenal sebagai distilasi dengan sistem uap terbuka atau distilasi open steam.
311

 Berdasarkan tekanan kerjanya proses distilasi dibedakan menjadi enam, yaitu :


1. Destilasi Atmosfer
Proses distilasi atmospheric adalah suatu proses pengolahan minyak mentah (crude oil) menjadi
produk-produk yang setengah jadi maupun produk jadi. Proses ini adalah suatu proses awal (primeri
proses) dimana minyak bumi dalam hal ini crude oil dipisahkan berdasarkan perbedaan titik didih
dari suatu komponen. Tekanan dari distilasi atmospheric pada tekanan atmosfir yaitu tekanan
operasi antara 1 atmosfir sampai dengan 1,5 atmosfir.

2. Destilasi Sederhana
Adalah teknik pemisahan untuk memisahkan dua atau lebih komponen zat cair yang memiliki
perbedaan titik didih yang jauh. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu
kecenderungan sebuah zat untuk menjadi gas. Distilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer yang
normal. Aplikasi distilasi sederhana digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol.

3. Destilasi Bertingkat/Fraksionasi
Adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan
perbedaan titik didihnya yang berdekatan. Distilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan
perbedaan titik didih kurang dari 20°C dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan
rendah. Aplikasi dari destilasi jenis ini digunakan pada industri minyak mentah, untuk memisahkan
komponen-komponen dalam minyak mentah. Perbedaan Distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana
adalah adanya kolom fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu
yang berbeda-beda pada setiap kolomnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk
pemurnian distilat yang lebih dari kolom-kolom dibawahnya. Sehingga komponen yang memiliki
titik didih yang lebih tinggi akan tetap berada dibawah dan tidak bisa melewati kolom kolom
fraksionasi tersebut sedangkan yang titik didihnya paling rendah akan naik dan lolos dari kolom
fraksinasi dan terpisah dari zat lainnya.

4. Destilasi Azeotrop
Memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen yang sulit dipisahkan)
biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tersebut,
atau dengan menggunakan tekanan tinggi. Selain itu campuran azeotrop dapat didistilasi dengan
312

menggunakan tambahan pelarut tertentu, misalnya penambahan benzena atau toluena untuk
memisahkan air. Air dan pelarut akan ditangkap oleh penangkap Dean-Stark. Air akan tetap tinggal
di dasar penangkap dan pelarut akan kembali ke campuran dan memisahkan air lagi. Campuran
azeotrop merupakan penyimpangan dari hukum Raoult.

5. Destilasi Uap
Adalah teknik pemisahan zat cair yang tidak larut dalam air dan titik didihnya cukup tinggi.
Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam
tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang fundamental dari distilasi
uap adalah dapat mendistilasi campuran senyawa di bawah titik didih dari masing-masing senyawa
campurannya. Selain itu distilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di
semua temperatur, tapi dapat didistilasi dengan air. Aplikasi dari distilasi uap adalah untuk
mengekstrak beberapa produk alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari
lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan.

6. Destilasi Vaccum
Proses distilasi vakum adalah suatu proses lanjutan dari distilasi atmospheric dimana minyak
bumi dipisahkan berdasarkan perbedaan titik didih dari masing-masing komponen dalam suatu
campuran. Distilasi vakum ini dimaksudkan untuk memisahkan minyak yang terkandung dalam
produk long residue dari distilasi atmospheric yang tidak dapat dipisahkan dalam kondisi
atmospheric, karena minyak-minyak tersebut mempunyai titik didih diatas suhu crack-nya sehingga
dengan tekanan vakum minyak tersebut titik didihnya akan turun dan dapat dipisahkan pada suhu
dibawah suhu crack dalam tekanan dibawah atmospheric (tekanan vakum). Residue yang didapat
dari distilasi atmosferik ini tidak dapat dipisahkan dengan distilasi atmosferik, apabila dipanaskan
pada tekanan atmosfir akan terjadi cracking sehingga akan merusak mutu produk dan menimbulkan
coke. Prinsip ini didasarkan pada hukum fisika dimana zat cair akan mendidih dibawah titik didih
normalnya apabila tekanan pada permukaan zat cair itu diperkecil atau vakum. Untuk memperkecil
tekanan permukaan zat cair dipergunakan dengan alat jet ejector dan barometric condensor. Pada
prinsipnya proses vakum ini tidak jauh dari proses distilasi atmosferik.
313

 Dalam proses High Vacuum Unit kualitas produk yang diutamakan adalah kekentalan
(viscositas) disamping % yield produk. Dari distilasi vakum didapatkan hasil-hasil sebagai
berikut :
a. LVGO (Light Vacum Gasoil)
LVGO yang dihasilkan dari distilasi vakum diproses secara lanjut di unit Cracking.
b. SPO (Spindel Oil).
Secara umum kekentalan dijaga antara 12,5 - 14 Cst pada 140◦F, diproses lebih lanjut untuk bahan
baku minyak pelumas.
c. LMO (Light Mechine Oil).
Viskositas LMO dijaga antara 26 - 27 Cst pada 140◦F diproses lebih lanjut untuk bahan baku minyak
pelumas.
d. MMO (Medium Mechine Oil).
Viskositas MMO dijaga antara 62 - 65 Cst pada 140◦F diproses lebih lanjut untuk bahan baku
minyak pelumas
e. Short Residue.
Viskositas Short Residue dijaga minimum 460 Cst pada 210◦F diproses lebih lanjut untuk Aspal.
(Nelson, 1964)

2.4 Produk Utama dan Produk Samping


Adapun produk yang dihasilkan pada unit RCC adalah sebagai berikut :
Tabel 20. Produk yang dihasilkan pada unit RCC sesuai desain awal
Produk Ton/jam % wt
RCC Overhead Vapor 323,817 45,7
RCC LCO 84,588 16,6
Decant Oil 40,904 8
Total 505,048 100
(Qadim, 2008)

2.3.1 Produk Utama

2.3.1.1 Overhead Vapour


Unstabillized gasoline (C1-C5) dan gas-gas ringan keluar dari main column dan meninggalkan
column sebagai vapour. Overhead vapour didinginkan dan dikondensasikan pada fractionator
314

overhead condenser lalu mengalir menuju overhead receiver drum untuk dipisahkan hidrokarbon
vapour, hidrokarbon liquid dan air. Hidrokarbon vapour dialirkan menuju wet gas compressor.
Hidrokarbon liquid sebagian dipompakan kembali ke main column sebagai reflux dan sebagian
dipompakan menuju gas plant yang akan diolah lebih lanjut di Unit 16 untuk dipisahkan menjadi
Untreated LPG, stabilized gasoline (RCC Naphta) dan non condensable lean gas (off
gas).(Sadeghbeigi, 1995)

Tabel 21. Spesifikasi Overhead vapour


Spesifikasi Jumlah
Specific Gravity, 15 / 4 °C 1,238
Berat Molekul 35,86
(Qadim, 2008)

2.3.2 Produk Samping

2.3.2.1 Light Cycle Oil


Light Cycle Oil (LCO) (C10-C20) dari unit RCC merupakan aromatic dengan typical cut point
221-354oC yang akan diolah lebih lanjut di Unit 21 yaitu Unit LCO-HTU (Light Cycle Oil Hydro
Treating Unit) untuk dihilangkan sulfur dan nitrogen yang nantinya digunakan sebagai blending
stock pada heating oil atau diesel fuel.
Tabel 22. Spesifikasi Light Cycle Oil
Parameter Satuan Light Cycle Oil
API gravity 17
Density at 15 oC o
C 952,6
Specific gravity 60/60oF 0.9626
o
Titik Nyala C Min 85
o
Titik Didih C 205
(Qadim, 2008)

2.3.2.2 Decant Oil (DCO)


Decant oil (C16 – C20) merupakan fraksi paling berat yang mempunyai harga jual paling rendah.
DCO disebut juga sebagai slurry oil atau residu. DCO kualitas baik (kadar sulphur,logam dan ash
rendah) dapat digunakan untuk di jual feedstock bagi carbon black.
315

Tabel 23. Spesifikasi Decant Oil


Parameter Satuan Decant Oil
Specific gravity 60/60oF Max 1.05
Sediment %wt Max 0,15
Kandungan Belerang %wt Max 4
Viskositas 50 oC Cst Max 150
Condarson Carbon %wt Max 18
Kandungan Katalis Ppm wt Max 30
o
Titik Nyala C Min 70
(Qadim, 2008)

2.5 Pengembangan Proses di Industri


Unit Residue Catalytic Cracking (RCC) merupakan unit terpenting di kilang PT PERTAMINA
RU VI karena merupakan unit yang merubah residu menjadi minyak ringan yang mempunyai nilai
jual yang tinggi dengan cara perengkahan memakai katalis dengan kapasitas produksi 83000 BPSD.
Kapasitas unit ini merupakan yang terbesar di dunia untuk saat ini.
PT PERTAMINA RU VI terus berusaha dalam melakukan pengembangan dengan membangun
RCC Off gas to Propylene Project(ROPP) untuk memanfaatkanRCC Off Gas dan Butane di dalam
C4 Mixed menjadi propylene, dan hasil produksi ROPP RU VI Balongan dijual ke PT. Polytama
Propindo. Selain itu proyek ROPP merupakan bagian dari upaya mendukung visi RU VI Balongan
"Menjadi Kilang Terkemuka di Asia tahun 2025".

You might also like