Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
empat golongan, yaitu senyawa hidrokarbon parafin,olefin, naften, dan aromat. (Hardjono, 2007)
1. Hidrokarbon Parafin
Merupakan ikatan rantai hydrocarbon jenuh dengan rumus umum CnH2n+ 2 yang mempunyai
tingkat kestabilan tinggi. Paraffin terdapat dalam bentuk ikatan paraffin hydrocarbon rantai lurus (n-
Paraffin) maupun cabang (iso-Paraffin). Pada umumnya umpan FCC didominasi oleh paraffinic
dengan kandungan paraffin antara 50 - 60 % dari total feed. Paraffinic stocks mudah dilakukan
perengkahan dan normalnya jumlah yield terbesar dengan total liquid produk paling banyak adalah
gasoline dan paling sedikit fuel gas namun octane number rendah. (Hardjono, 2007)
2. Hidrokarbon Olefin
Merupakan ikatan rantai hydrocarbon tak jenuh dg rumus umum CnH2 n yang bersifat kurang
stabil sehingga anggota-anggotanya dapat langsung bereaksi, baik antar senyawa olefin itu sendiri
maupun dengan senyawa lain seperti Chlorine, Bromine, Hydrochloric acid dan Sulfuric acid tanpa
pertukaran atom hidrogen. Olefin terdapat dalam bentuk ikatan Olefin rantai lurus (n-Olefin, al :
Ethylene, Propylene, Butylene dst) maupun Olefin rantai cabang (iso-Olefin, al : iso-Butylene, iso-
Pentene dst). Olefin tidak disukai terdapat dalam feedstock FCC karena umumnya akan terengkah
menjadi produk yang tidak diinginkan seperti slurry dan coke. Olefin content dalam umpan dibatasi
< 5 % wt. (Hardjono, 2007)
33
3. Hidrokarbon Napthen
Merupakan ikatan rantai hydrocarbon jenuh dengan rumus umum CnH2n yang sama dengan
olefin tetapi memiliki sifat-sifat yang jauh berbeda. Naphthene merupakan senyawa hydrocarbon
melingkar / tertutup dengan ikatan tunggal, sedangkan olefin dengan rantai hydrocarbon terbuka
dan ikatan ganda ( Cyclopentane, Cyclohexane, Methyl-cyclohexane ). Naphthene lebih disukai
sebagai umpan FCC karena dapat menghasilkan gasoline dengan angka octane tinggi. Gasoline
hasil perengkahan naphthene mempunyai sifat lebih aromatik dan lebih berat dibanding hasil dari
perengkahan paraffin. (Hardjono, 2007)
4. Hidrokarbon Aromatik
Merupakan rantai hydrocarbon tak jenuh dengan rumus umum CnH2n-6 atau sering disebut
dengan seri Benzene yang memiliki sekurang-kurangnya satu cincin ikatan rangkap Benzene
(Benzene, Toluene, Aniline dll) dan bersifat sangat stabil serta tidak dapat terengkah menjadi
komponen yang lebih kecil. Aromatik kurang disukai sebagai umpan FCC karena sebagian
besar molekulnya tidak dapat terengkah. Perengkahan aromatik pada dasarnya hanya akan
memutuskan rantai sampingnya saja sehingga akan menghasilkan fuel gas berlebihan.
Beberapa senyawa aromatik yang terdiri beberapa cincin (poly nuclear aromatic - PNA) dapat
secara terpadu membentuk “chicken wire” yang akan menempel pada catalyst sebagai carbon
residue (coke) dan sebagian akan menjadi produk slurry. Dibanding dengan paraffin,
perengkahan aromatik stock akan menghasilkan koversi yang lebih rendah, yield gasoline lebih
rendah dan sedikit liquid dengan Octane Number yang lebih tinggi. Contoh : benzena dan
toluena. (Hardjono, 2007)
34
4. Senyawa Logam
Unsur-unsur logam seperti natrium, kalium, magnesium, besi, vanadium, dan nikel yang
terkandung didalam minyak bumi dapat terikat baik sebagai senyawa anorganik yang
biasanya larut dalam air maupun sebagai senyawa kompleks logam organik. Logam – logam
seperti besi, tembaga, terutama nikel dan vanadium pada proses catalytic cracking mempengaruhi
aktifitas katalis, sebab dapat menurunkan produk minyak bumi seperti menghasilkan banyak gas
dan pembentukkan coke. (Anonim2, 2015)
komponen kristal aluminosilikat berpori yang tersusun dari SiO4 dan AlO4 tetrahedral dengan
struktur kerangka bercabang yang terdiri dari satu atom silicon atau aluminium pada titik pusat
dengan satu atom oksigen pada keempat sudutnya. Empat sifat-sifat yang menentukan performance
katalitis zeolite adalah :
1. Zeolite mempunyai kemampuan pertukaran kation.
2. Kation dipertukarkan dengan H+, menghasilkan sejumlah besar sisi asam yang sangat kuat.
3. Zeolite mempunyai diameter pori tertentu dan rongga yang teratur dengan dimensi terbatas
yang memungkinkan reaksi transisi dan intermedia sesuai batasan.
4. Diameter pori zeolite disesuaikan dengan dimensi molekul (< 10 Å) yang membatasi akses
molekul masuk-keluar sisi dalam tempat terjadinya transformasi katalitis.
Katalis RCC berbentuk bubuk halus dengan ukuran diameter partikel rata-rata 75 micron. Zeolit
mempunyai jaringan yang teratur dengan pori yang sangat kecil. Zeolit menghasilkan selektifitas
produk dan aktifitas katalis yang tinggi. Keaktifan suatu katalis terdapat pada sisi asam yang sangat
memungkinkan untuk melakukan pemecahan molekul dengan baik menjadi fraksi-fraksi ringan
seperti yang diinginkan tanpa banyak terjadi pengendapan karbon yang berwarna hitam (coke) pada
permukaan katalis.
(Qadim, 2008)
b. Olefin
CnH2n CmH2m + CpH2p
Olefin olefin olefin
c. Aromatik
ArCnH2n+1 ArCmH2m-1 + CmH2m
Aromatik aromatik olefin
d. Naphthene
Cyclo-CnH2n CmH2m + CpH2p
Naphthene olefin olefin
Terdapat dua jenis cracking yaitu thermal cracking dan catalytic cracking.
1. Perengkahan Thermal (Thermal Cracking)
Proses perengkahan thermal (thermal Cracking) adalah suatu proses pemecahan rantai
hidrokarbon dari senyawa rantai panjang menjadi hidrokarbon dengan rantai yang lebih kecil
melalui bantuan panas 425 ºC ke 650ºC meningkatkan temperatur (biasanya terjadi pada suhu >
4000C dan tekanan tidak terlalu tinggi) . Proses ini dapat meningkatkan kualitas hasil destilasi dan
juga jumlah produksi seperti misal napta yang dihasilkan memiliki bilangan oktan yang lebih tinggi
dibandingkan napta yang diperoleh langsung dari destilasi. Panas yang di berikan akan memutus
ikatan rantai C dengan H pada kedua ujungnya, sehingga merengkah namun akan membuat tangan
C kosong dan akan menggumpal sehingga membentuk coke. Proses ini tidak banyak diminati
lantaran peluangnya dalam membentuk coke yang akan menutupi sisi aktif katalis. (Anonim2, 2015).
2. Perengkahan katalis
Perengkahan katalis merupakan proses perengkahan dengan bantuan katalis (biasanya berbahan
dasar alumina, SiO2, Al2O3) dimana katalis akan terjadi kontak dan akan dihasilkan fraksi ringan
lebih banyak dengan selektifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan thermal cracking. Di antara
proses-proses tersebut yang paling banyak digunakan adalah proses FCCU (Fluidized Catalytic
Cracking Unit). Pada proses fluidisasi ini, umpan minyak dan katalis saling terfluidisasi dan
bersirkulasi antara reaktor dan regenerator dimana katalis diregenerasi secara terus-menerus.
(Anonim2, 2015).
310
2.3.2 Destilasi
Distilasi merupakan metoda operasi pemisahan suatu campuran (cairan saling melarutkan),
berdasarkan perbedaan titik didih atau perbedaan tekanan uap murni, (masing-masing komponen
yang terdapat dalam campuran) dengan menggunakan sejumlah panas sebagai tenaga pemisah.
(Soebagio, 2003)
Distilasi termasuk proses pemisahan menurut dasar operasi difusi. Secara difusi, proses
pemisahan terjadi karena adanya perpindahan massa secara lawan arah, dari fasa uap ke fasa cair
atau sebaliknya, sebagai akibat adanya beda potensial diantara dua fasa yang saling kontak,
sehingga pada suatu saat, pada suhu dan tekanan tertentu sistem berada dalam keseimbangan.
Pada proses pemisahan secara distilasi, fasa uap akan segera terbentuk setelah campuran
dipanaskan. Uap dan sisa cairannya dibiarkan saling kontak sehingga pada suatu saat, semua
komponen yang terdapat dalam campuran akan terdistribusi dalam kedua fasa membentuk
keseimbangan. Setelah keseimbangan tercapai, uap akan segera dipisahkan dari cairannya,
kemudian dikondensasikan membentuk distilat. Pada keadaan seimbang, komposisi distilat
tidak sama dengan residunya sebab komponen dengan tekanan uap murni tinggi lebih banyak
terdapat pada distilat, sedangkan komponen dengan tekanan uap murni rendah sebagian besar
terdapat dalam residu. (Soebagio, 2003).
2. Destilasi Sederhana
Adalah teknik pemisahan untuk memisahkan dua atau lebih komponen zat cair yang memiliki
perbedaan titik didih yang jauh. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu
kecenderungan sebuah zat untuk menjadi gas. Distilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer yang
normal. Aplikasi distilasi sederhana digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol.
3. Destilasi Bertingkat/Fraksionasi
Adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan
perbedaan titik didihnya yang berdekatan. Distilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan
perbedaan titik didih kurang dari 20°C dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan
rendah. Aplikasi dari destilasi jenis ini digunakan pada industri minyak mentah, untuk memisahkan
komponen-komponen dalam minyak mentah. Perbedaan Distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana
adalah adanya kolom fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu
yang berbeda-beda pada setiap kolomnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk
pemurnian distilat yang lebih dari kolom-kolom dibawahnya. Sehingga komponen yang memiliki
titik didih yang lebih tinggi akan tetap berada dibawah dan tidak bisa melewati kolom kolom
fraksionasi tersebut sedangkan yang titik didihnya paling rendah akan naik dan lolos dari kolom
fraksinasi dan terpisah dari zat lainnya.
4. Destilasi Azeotrop
Memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen yang sulit dipisahkan)
biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tersebut,
atau dengan menggunakan tekanan tinggi. Selain itu campuran azeotrop dapat didistilasi dengan
312
menggunakan tambahan pelarut tertentu, misalnya penambahan benzena atau toluena untuk
memisahkan air. Air dan pelarut akan ditangkap oleh penangkap Dean-Stark. Air akan tetap tinggal
di dasar penangkap dan pelarut akan kembali ke campuran dan memisahkan air lagi. Campuran
azeotrop merupakan penyimpangan dari hukum Raoult.
5. Destilasi Uap
Adalah teknik pemisahan zat cair yang tidak larut dalam air dan titik didihnya cukup tinggi.
Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam
tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang fundamental dari distilasi
uap adalah dapat mendistilasi campuran senyawa di bawah titik didih dari masing-masing senyawa
campurannya. Selain itu distilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di
semua temperatur, tapi dapat didistilasi dengan air. Aplikasi dari distilasi uap adalah untuk
mengekstrak beberapa produk alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari
lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan.
6. Destilasi Vaccum
Proses distilasi vakum adalah suatu proses lanjutan dari distilasi atmospheric dimana minyak
bumi dipisahkan berdasarkan perbedaan titik didih dari masing-masing komponen dalam suatu
campuran. Distilasi vakum ini dimaksudkan untuk memisahkan minyak yang terkandung dalam
produk long residue dari distilasi atmospheric yang tidak dapat dipisahkan dalam kondisi
atmospheric, karena minyak-minyak tersebut mempunyai titik didih diatas suhu crack-nya sehingga
dengan tekanan vakum minyak tersebut titik didihnya akan turun dan dapat dipisahkan pada suhu
dibawah suhu crack dalam tekanan dibawah atmospheric (tekanan vakum). Residue yang didapat
dari distilasi atmosferik ini tidak dapat dipisahkan dengan distilasi atmosferik, apabila dipanaskan
pada tekanan atmosfir akan terjadi cracking sehingga akan merusak mutu produk dan menimbulkan
coke. Prinsip ini didasarkan pada hukum fisika dimana zat cair akan mendidih dibawah titik didih
normalnya apabila tekanan pada permukaan zat cair itu diperkecil atau vakum. Untuk memperkecil
tekanan permukaan zat cair dipergunakan dengan alat jet ejector dan barometric condensor. Pada
prinsipnya proses vakum ini tidak jauh dari proses distilasi atmosferik.
313
Dalam proses High Vacuum Unit kualitas produk yang diutamakan adalah kekentalan
(viscositas) disamping % yield produk. Dari distilasi vakum didapatkan hasil-hasil sebagai
berikut :
a. LVGO (Light Vacum Gasoil)
LVGO yang dihasilkan dari distilasi vakum diproses secara lanjut di unit Cracking.
b. SPO (Spindel Oil).
Secara umum kekentalan dijaga antara 12,5 - 14 Cst pada 140◦F, diproses lebih lanjut untuk bahan
baku minyak pelumas.
c. LMO (Light Mechine Oil).
Viskositas LMO dijaga antara 26 - 27 Cst pada 140◦F diproses lebih lanjut untuk bahan baku minyak
pelumas.
d. MMO (Medium Mechine Oil).
Viskositas MMO dijaga antara 62 - 65 Cst pada 140◦F diproses lebih lanjut untuk bahan baku
minyak pelumas
e. Short Residue.
Viskositas Short Residue dijaga minimum 460 Cst pada 210◦F diproses lebih lanjut untuk Aspal.
(Nelson, 1964)
overhead condenser lalu mengalir menuju overhead receiver drum untuk dipisahkan hidrokarbon
vapour, hidrokarbon liquid dan air. Hidrokarbon vapour dialirkan menuju wet gas compressor.
Hidrokarbon liquid sebagian dipompakan kembali ke main column sebagai reflux dan sebagian
dipompakan menuju gas plant yang akan diolah lebih lanjut di Unit 16 untuk dipisahkan menjadi
Untreated LPG, stabilized gasoline (RCC Naphta) dan non condensable lean gas (off
gas).(Sadeghbeigi, 1995)