You are on page 1of 3

Sumatera Selatan Waspadai Bahaya Terorisme

dan Konflik SARA

Palembang – Menghadiri Rapat Koordinasi Kominda Provinsi Sumatera


Selatan, Kepala BNPT Komjen. Pol. Drs. Suhardi Alius, M.H., turut hadir
sebagai salah satu narasumber, yang dihadiri oleh puluhan anggota komunitas
intelijen daerah(KOMINDA) dan berbagai elemen masyarakat. Selain Kepala
BNPT, hadir juga sebagai narasumber, Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum,
Kemendagri, Mayjen TNI Soedarmo, serta warga binaan mantan teroris, Nasir
Abbas.
Rapat Koordinasi yang digelar pada Kamis (3/8/2017) di Gedung Griya Agung,
Palembang, mengangkat tema penanganan konflik SARA dan
penanggulangan terorisme di Sumatera Selatan. Menyambut undangan
Gubernur Sumatera Selatan, Ir. Alex Noerdin, dalam paparannya Kepala
BNPT membahas mengenai kewaspadaan nasional dalam rangka
menghadapi radikalisme serta penanggulangan terorisme.
“Dalam membangun kewaspadaan terhadap radikalisme dan terorisme kita
harus menyadari kehadiran radikalisme di tengah masyarakat Indonesia yang
dinamis. Sementara kita juga menghadapi tantangan global terorisme yang
luar biasa,” demikian penjelasan mantan Kabareskrim Polri.
Dalam paparannya, Alumni Akpol 1985 tersebut menekankan optimalisasi
fungsi Kominda dalam mendeteksi benih-benih terorisme dan radikalisme.
Terlebih dengan akan dihelatnya pilkada serta Asean Games, menurut Komjen
Pol Drs. Suhardi Alius, M.H., keramaian menjadi sasaran terorisme.
“Kita ini berhadapan dengan ideologi, dan targetnya penyebarannya itu anak
muda, adanya radikalisasi di lingkungan remaja dalam tingkat keluarga dan
pendidikan. Pola baru terorisme zaman sekarangpun menggunakan media
sosial, social messenger bahkan ada rekrutmen terbuka dan bai’at online,”
papar mantan Wakapolda Metro Jaya ini.
Gubernur Sumatera Selatan, Ir. Alex Noerdin, menyampaikan apresiasi dan
terima kasih atas kunjungan dan kesediaan Kepala BNPT sebagai
narasumber dalam kegiatan tersebut. Dengan maksud mewujudkan dan
peningkatan koordinasi Kominda, digelarnya Rapat Koordinasi ini juga terkait
acara-acara besar mendatang serta peringatan situasi bahaya tertentu yang
terjadi di Provinsi Sumatera Selatan.
“Kami harus selalu waspada terkait dengan ancaman yang ada. Terlebih
dengan akan diselenggarakannya Pilkada serta Asean Games di Palembang
tahun 2018. Ancaman lainnya adalah konflik sosial, terorisme, tersebarnya
senjata rakitan, narkoba, kebakaran lahan dan hutan, dan yang tidak lupa
terkait dengan Perppu tentang Pembubaran Ormas Anti Pancasila”, jelas
Gubernur Sumatera Selatan terkait fokus bahasan.
Mantan Kepala Divisi Humas Polri Komjen Pol Drs. Suhardi Alius, MH, juga
mengingatkan agar Kominda dan Kepolisian Daerah selalu waspada akan
bahaya yang dapat mengancam kedamaian masyarakat dan dapat
mendukung keamanan masyarakat di masa mendatang. “Kalau merasa ada
gerak-gerik yang tidak biasa dari lingkungan sekitar, lebih baik ingatkan dan
laporkan. Karena lebih baik mencegah sebelum kejadian,” tutup beliau.

Konflik Agraria di Sumsel Cenderung Meningkat

Palembang - Konflik agraria di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) akhir-akhir


ini cenderung mengalami peningkatan, sehingga perlu dilakukan penanganan
segera, agar tidak semakin banyak warga kehilangan lahan sumber
penghidupan keluarga mereka.
"Sekarang ini sedikitnya ada 20 kasus sengketa agraria yang terungkap,
bahkan berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan informasi dari
masyarakat jumlahnya lebih banyak lagi," kata aktivis Wahana Lingkungan
Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Selatan, Syarifudin Kobra, di Palembang.
Menurut dia, konflik agraria antara masyarakat dengan perusahaan
perkebunan swasta dan badan usaha milik negara itu, perlu segera
diselesaikan sehingga tidak terus menimbulkan gejolak sosial.
Jika konflik tersebut dibiarkan tanpa penyelesaian secara tuntas, dapat
berpotensi menimbulkan permasalahan sosial serta gangguan keamanan dan
ketertiban masyarakat, kata dia lagi.
Ia menjelaskan, sebagai gambaran kasus sengketa agraria yang terjadi antara
masyarakat di Kabupaten Ogan Ilir dengan PT Perkebunan Nusantara (PTPN)
VII Unit Usaha Pabrik Gula Cinta Manis telah berlangsung cukup lama, yakni
lebih dari 20 tahun, namun hingga kini belum ada solusi yang tepat.
Sengketa lahan antara PTPN VII Unit Usaha Cinta Manis dengan warga dan
petani Kabupaten Ogan Ilir yang berkepanjangan itu telah menelan korban
jiwa, merupakan salah satu di antara sekian banyak permasalahan agraria
yang belum dapat dituntaskan di Sumsel.
Melihat banyak koflik agraria yang belum diselesaikan dengan baik, Walhi
Sumsel mendesak pemerintah daerah dan pihak berwenang segera
mencarikan solusinya.
Semua pihak harus mendorong adanya solusi setiap permasalahan agraria di
Sumsel, sehingga tidak ada lagi pertikaian dan korban, serta lahan yang
bersengketa dapat dikelola secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat
setempat.
Guna membantu masyarakat dan petani menghadapi konflik agraria itu,
pihaknya saat ini terus berupaya memberikan pendampingan dan membantu
menyelesaikan masalah dengan pihak terkait sesuai dengan aturan yang
berlaku, ujar Syarifudin.

You might also like