You are on page 1of 10

DOSEN : Drs.

Novri, MM

MAKALAH
HASIL QUICK COUNT DARI
LEMBAGA SURVEI DI INDONEISA
2019

DISUSUN OLEH :

Rizky Aulia Tanjung


(178530097)

Program Studi Ilmu Komunikasi


Fakultas Ilmu Sosial Ilmu dan Ilmu Politik
Universitas Medan Area

MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai.Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk
para pembaca.Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 24 april 2019


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Indonesia merupakan negara demokratis yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat. Dalam
proses kepemimpinan, diperlukan suatu mekanisme pergantian kepemimpinan yang dilakukan secara
periodik (berkala). Pesta demokrasi rakyat seperti Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan suatu sarana
dimana rakyat dapat turut serta menentukan nasib dan masa depannya sendiri dengan cara memilih wakil-
wakil mereka yang akan duduk di pemerintahan (legislatif maupun eksekutif) secara jujur, adil, langsung,
umum, bebas, dan rahasia sebagai bentuk perwujudan kedaulatan rakyat (Hermawan, 2008). Dalam
proses pelaksanaan Pemilu di Indonesia masih sering dijumpai kekurangan seperti pada tahap perhitungan
suara yang dilakukan oleh KPU/KPUD yang membutuhkan waktu cukpu lama, terlebih jika ditinjau dari
segi geografis yaitu terdapat wilayah yang sulit dijangkau untuk memperoleh informasi, sehingga hasil
Pemilu tidak dapat segera diumumkan kepada publik. Dalam proses yang cukup lama ini memungkinkan
terjadinya ketidakpastian atau kekosongan politik yang mengancam stabilitas nasional suatu negara atau
wilayah. Selain itu, adanya manipulasi hasil perolehan suara juga bersifat rentan akan tindak kecurangan
(Hermawan, 2008). Selain itu, dalam mengawasi hasil pemilu agar tidak terjadi kecurangan diperlukan
suatu alat kontrol yaitu berupa data pembanding terhadap hasil perhitungan manual dari KPUD. Oleh
karena halhal tersebut, mulai bermunculan lembaga-lembaga survei yang melakukan perhitungan suara
secara cepat atau disebut Quick Count. Quick Count atau perhitungan suara cepat adalah prediksi hasil
Pemilu berdasarkan fakta bukan berdasarkan opini dan mampu mendeteksi dan melaporkan adanya
penyimpangan, atau membongkar kecurangan. Banyak contoh membuktikan bahwa quick count dapat
membangun kepercayaan atas kinerja penyelenggaraan Pemilu atau Pilkada dan memberikan legitimasi
terhadap proses Pemilu atau Pilkada (Bagus, 2006). Sehingga secara tidak langsung quick count sebagai
bagian dari kontrol terhadap Pemilu dan bagian dari upaya untuk menegakkan demokrasi dengan
mendorong berlangsungnya pemilu yang jujur dan adil. Dalam melakukan quick count digunakan metode
sampling tertentu. Kekuatan data quick count bergantung pada bagaimana sampel itu ditarik. Pada
umumnya terdapat tiga macam metode pengambilan sampel yaitu simple random sampling, cluster
sampling dan stratified random sampling. Dalam analisis quick count, metode yang dapat memprediksi
urutan pemenang Pemilu dengan akurat dan menghasilkan presisi yang kecil dikatakan metode yang baik.
Dalam memprediksi hasil quick count sangat dipengaruhi oleh pemilihan sampel yang dilakukan dengan
metode sampling tertetentu. Sampel yang baik adalah sampel yang dapat mewakili karakteristik seluruh
populasi. Ketika populasi bersifat heterogen, akan sulit mengambil sampel secara acak dari populasi yang
heterogen, hal tersebut disebabkan oleh sampel yang diambil secara acak belum tentu mewakili setiap
bagian yang heterogen dari populasi tersebut. Sedangkan ketika populasi bersifat homogen, maka sampel
yang diambil secara acak dari setiap anggota populasi dapat mewakili karakteristik populasi dengan baik.
Metode stratified random sampling membagi populasi yang heterogen ke dalam sub-sub populasi
(stratum) yang homogen kemudian sampel diambil dari setiap stratum, sehingga sampel tersebut dapat
merepresentasikan karakteristik populasi dengan baik. Quick count dengan stratified random sampling
menghasilkan tingkat ketepatan (kedekatan dengan hasil) dan kesalahan sampling yang relatif lebih kecil
bila dibandingkan dengan pengunaan metode sampling lainnya (Angga, Anton, Hendra, 2009).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu survei lembaga pemilu
2. Bagaimana lembaga survei melakukan kegiatan kerjanya
3. Berapa hasil
BAB II

A. Lembaga Survei Pemilu


Lembaga Survei Indonesia (LSI) adalah lembaga riset opini publik terkemuka di
Indonesia, berdiri sejak September 2003. Riset yang dilakukan terutama yang terkait
dengan kontestasi politik seperti pemilihan umum nasional maupun daerah dan
pembuatan kebijakan publik. LSI bersifat independen, non-partisan dan tidak berafiliasi
pada partai politik maupun tokoh atau kelompok. LSI didirikan oleh tokoh-tokoh yang
tepercaya independensinya, profesional, dan pro-demokrasi, antara lain Denny JA yang
juga menjadi Direktur Eksekutif pertama Lembaga ini.

Lembaga Survei Indonesia (LSI) didirikan atas dasar pemikiran bahwa demokrasi
Indonesia akan berfungsi efektif dan stabil jika responsif terhadap persepsi, harapan dan
evaluasi publik. Monitoring opini publik secara berkala akan menjadi masukan bagi
proses politik dan pembuatan kebijakan yang merupakan kebutuhan dasar sistem
demokrasi. Survei yang dilakukan secara benar merupakan cara yang paling efisien,
efektif dan akurat untuk memantau opini publik. Di negara dengan demokrasi yang telah
maju, selalu ditandai kehadiran lembaga survei atau polling yang kuat. Di AS misalnya
ada GALLUP POLL, HARRIS POLL, ROPER atau CROSLEY POLL. Lembaga-
lembaga survei ini berguna untuk mengukur apa yang dipikirkan masyarakat, bagaimana
mereka menilai kebijakan pemerintah, dan apa pendapat (opini) serta harapan mereka
terhadap pejabat/politisi maupun institusi yang ada. Survei opini publik membantu
mendekatkan keputusan-keputusan publik dengan aspirasi publik, dan elit mengetahui
keputusan-keputusan yang kurang populer tapi harus dibuat sehingga perlu dijelaskan
kepada publik secara luas. Dengan demikian, pemerintahan demokrasi akan menjadi
semakin legitimate, stabil, bertanggungjawab, dan efektif. Dengan cara itu pula survei
opini publik menjadi ‘barometer’ aspirasi masyarakat; dan pembuat kebijakan tak perlu
menunggu Pemilu 5 tahun lagi atau referendum untuk mengetahui pendapat publik. Opini
publik dan pergeseran perilaku sosial-politik bisa didapatkan dalam waktu yang singkat,
akurat, dan efisien lewat survei opini publik yang benar. Karena itu survei opini publik
bisa menjadi pilar demokrasi kelima setelah lembaga legislatif, eksekutif, yudikatif dan
pers.

Kapan Didirikan: Lembaga Survei Indonesia (LSI) didirikan oleh YAYASAN


PENGEMBANGAN DEMOKRASI INDONESIA (YPDI) pada bulan Agustus 2003,
bersifat independen, non-partisan atau tidak berafiliasi pada partai politik maupun tokoh
atau kelompok yang terlibat dalam kontestasi politik, dan nirlaba. LSI didirikan oleh
tokoh-tokoh yang tepercaya independensinya, profesional, dan pro-demokrasi.

Keanggotaan: Lembaga Survei Indonesia (LSI) adalah anggota konsorsium lembaga


international: Comparative National Election Project (CNEP) yang melakukan studi
perbandingan pemilihan umum di Eropa, Amerika, Asia, Afrika, dan Amerika Latin;
Perwakilan Indonesia di ASIAN BAROMETER yang secara reguler melakukan survei
tentang konsolidasi demokrasi di negara-negara Asia
(http://www.asianbarometer.org/newenglish/network/)

Jasa Riset: Lembaga Survei Indonesia (LSI) menyediakan jasa riset bagi berbagai
kalangan yang berkepentingan dengan opini publik, terutama yang terkait dengan
kontestasi politik seperti pemilihan umum nasional maupun daerah dan pembuatan
kebijakan publik yang responsif terhadap aspirasi masyarakat. Data hasil survei akan
membantu mengevaluasi dan memperbaiki kinerja pejabat publik, politisi, partai politik,
lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga sosial-kemasyarakatan.

Jenis Survei Yang Dilakukan: Lembaga Survei Indonesia (LSI) melakukan 2 (dua) jenis
survei: 1) Survei Publik (non-komersial) yang dilakukan atas permintaan lembaga-
lembaga publik, baik domestik maupun international dan untuk dipublikasikan. Survei

ini berskala nasional dan dilakukan rutin setiap 3 (tiga) bulan sekali. 2) Survei Komersial
yang dilakukan atas permintaan individu, kelompok atau lembaga swasta lainnya. Hasil
survei ini sepenuhnya untuk klien dan tidak dipublikasikan kecuali klien bersangkutan
menghendakinya. Omibus: pertanyaan titipan. Lembaga Survei Indonesia (LSI) juga
menyediakan jasa ‘menitipkan pertanyaan’ yang disesuaikan dengan kebutuhan yang
diinginkan klien. Ini adalah cara praktis untuk mendapatkan data survei berskala nasional
maupun lokal dengan biaya lebih murah.

Prinsip Kerja: LSI bekerja atas dasar prinsip-prinsip akademik dan analisis statistik yang
relevan, serta bersandar pada kode etik survei opini publik: International Association of
Public Opinion Research (IAPOR). Dewan pembina, ahli/peneliti Lembaga Survei
Indonesia (LSI) secara rutin dan intensif mengontrol dan mengevaluasi metodelogi dan
hasil survei yang dilakukan secara detail, sesuai dengan prinsip-prinsip akademis dan
ilmiah.
BAB III

A.Kegiatan Kerja Lembaga Survei Pemilu

ada beberapa tahapan yang dilakukan lembaga survei buat melakukan quick count, yaitu:

Pertama tentukan dahulu sampel pada TPS, sampel trsebut harus diambil secara acak dan
representatif dengan mewakili karakteristik populasi di Indonesia.

Semakin besar sampel yang diambil, semakin kecil kesalahannya, dan satu hal yang harus
diketahui adalah penentuan sampel harus dilakukan mulai dari tingkat nasional, provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan, dan juga TPS.

Kedua, lembaga survei juga mulai merekrut relawan yang tugasnya memantau TPS hingga
rekapitulasi suara dan selanjutnya akan dikirimkan ke pusat data.

Relawan tentunya sebelumnya diberikan bekal pengetahuan soal quick count dan biasanya
mereka yang dipilih adalah orang-orang yang berasal dari kelurahan terkait sehingga dia
bisa lebih paham akan tantangan geografis dan sosial di wilayah TPS tersebut.

Tahapan ketiga, adalah melakukan simulasi. Poltracking akan melakukan simulasi, simulasi
ini sebagai cara untuk memastikan kalau alat bekerja dengan baik.

Selanjutnya tahap keempat adalah mengirimkan rekapitulasi ke pusat data.Relawan yang


ada di TPS, akan mengirimkan hasil rekapitulasi data dengan menggunakan SMS.Nantinya
akan dijumlahkan dengan data yang lain sehingga hasil jumlah suara bisa segera terlihat.
Ada sekitar 50 orang yang bertugas di tingkat pusat lho dengan layanan call center,
sehingga data yang ada enggak terlambat masuk.

Langkah kelima atau yang terakhir adalah data yang sudah masuk, akan diolah
menggunakan perangkat lunak (software) yang dibuat oleh programer.Programnya pun
canggih, dan catatannya adalah jika data sudah masuk sebanyak 80% maka hasilnya akan
cenderung stabil dan tidak akan ada banyak perubahan.
BAB IV

A.Hasil Quick Qount Sementara

Pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul sementara atas pasangan Prabowo Subianto-
Sandiaga Uno berdasarkan hasil hitung cepat atau quick count 10 lembaga atas Pilpres 2019,
Rabu (17/4/2019).

Berikut rangkuman hasil quick count 10 lembaga hingga pukul 19.40 WIB, dari berbagai
sumber.

1.Litbang Kompas data 86,50 persen Jokowi-Ma'ruf: 54,43 persen Prabowo-Sandiaga: 45,57
persen

2. Indobarometer data 92 persen Jokowi-Ma'ruf: 54,30 persen Prabowo-Sandiaga: 45,70 persen

3. Charta Politika data 94,15 persen Jokowi-Ma'ruf: 54,44 persen Prabowo-Sandiaga: 45,56
persen

4. Poltracking Indonesia data 94,10 persen Jokowi-Maruf: 55,11 persen Prabowo-Sandiaga:


44,89 persen

5. Indikator Politik Indonesia data 88,04 persen Jokowi-Maruf: 54,12 persen Prabowo-Sandiaga:
45,88 persen

6. SMRC data 91,83 persen Jokowi-Maruf: 54,91 persen Prabowo-Sandiaga: 45,09 persen

7. LSI Denny JA data 97,05 persen Jokowi-Maruf: 55,38 persen Prabowo-Sandiaga: 44,62
persen

8. CSIS dan Cyrus Network data 95,05 persen Jokowi-Maruf: 55,60 persen Prabowo-Sandiaga:
44,40 persen

9. Median data 60,54 persen Jokowi-Maruf: 54,62 persen Prabowo-Sandiaga: 45,28 persen

10. Kedai Kopi data 75,15 persen Jokowi-Maruf: 52,17 persen Prabowo-Sandiaga: 45,5 persen

You might also like