Professional Documents
Culture Documents
ACARA I
PENCANDRAAN TANAMAN
Disusun oleh:
Nama : Ailsa Nur Rahma Apta W.
NIM : 17/409532/PN/14920
Gol./Kel. : B2
RUANG MENDEL
LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
ACARA I
PENCANDRAAN TANAMAN
A. Hasil Pengamatan
a) Tanaman Anggrek (Dendrodium lasianther)
1. Akar
2. Batang
3. Daun
Sumber:
Sumber: dokumentasi Sumber: gorzavel.com
alamendah.org
pribadi
5. Buah
Sumber:
krbogor.lipi.go.id
b) Tanaman Anggrek Tanah
1. Akar
Sumber:
bibitbunga.com
Sumber dokumen
pribadi
2. Batang
Sumber dokumen
pribadi
3. Daun
5. Buah
Sumber: dokumentasi
pribadi
Sumber: mediatani.co
Sumber: ngasih.com
2.
2. Batang
Sumber:
Sumber dokumentasi Sumber dokumentasi
metrobali.com
pribadi pribadi
3. Daun
4. Bunga
Sumber:
gerbangpertanian.com (Pemimpin Redaksi
Sumber: dokumen Trubus, 2010)
pribadi
5. Buah
d.) Tanaman Cabai Besar ( Capsicum annum )
1. Akar
Sumber: mediatani.co
Sumber: ngasih.com
2. Batang
Sumber :
hlub.video.com
4. Bunga
Sumber:
imgaagro.com
Sumber: steemit.com
5. Buah
Sumber:
Sumber dokumentasi daquagrotechno.org
pribadi (Pemimpin Redaksi
Trubus, 2010)
Sumber Sumber:
ilmubudidaya.com mangonyono.com
2. Batang
Sumber: jitunews.com
Sumber dokumentasi Sumber dokumentasi
pribadi pribadi
3. Daun
4. Buah
Sumber: pixabay.com
Sumber dokumentasi Sumber dokumentasi
pribadi pribadi
5. Bunga
Sumber:
kabartani.com
Akar
Sumber Sumber:
ilmubudidaya.com mangonyono.com
Batang
Sumber: jitunews.com
Sumber dokumentasi Sumber dokumentasi
pribadi pribadi
Daun
Buah
Sumber:
petanijeruk.co.vu
Sumber dokumentasi Sumber dokumentasi
pribadi pribadi
Bunga
Sumber:
biodiversitywarriors.org
Tabel 1.1 Hasil pecandraan palsma nutfah Padi (Oryza sativa) Menthik wangi
Tabel 1.2 Hasil pecandraan palsma nutfah Padi (Oryza sativa) Saponyono
Pemuliaan tanaman atau yang sering disebut dengan plant breeding ialah gabungan
antara seni dengan ilmu (science) untuk dapat menarik keragaman genetik pada suatu tanaman
agar mendapatkan karakteristik yang diinginkan. Pada mulanya, pemuliaan tanaman hanya
difokuskan pada seleksi. Hal ini dikarenakan seleksi berperan untuk menilai atau meramal
tanaman yang dapat menjadi varietas unggul. Kegiatan pemuliaan tanaman bertujuan untuk
menggembangkan, memperoleh varrietas yang daya gunanya lebih efisien dalam penggunaan
unsur hara dan juga tahan akan cekaman. Tahapan yang dilakukan pada proses pemuliaan
tanaman yakni adanya koleksi plasma nutfah, karakterisasi, seleksi, perluasan keankaragaman
genetik, seleksi setelah perluasan keanekaragaman genetik, evaluasi serta pelepasan atau
perbanyakan kultivar. Tiga aspek penting dalam pemuliaan tanaman ialah keanekaragaman,
seleksi dan hibridisasi. Perluasan keanekaragaman genetik memiliki banyak cara yakni dengan
hibridisasi, mutasi, fusi protoplas dan rekayasa genetika (Syukur et al., 2012).
Data yang sesuai dan kebenaran mengenai keragaman dibutuhkan dalam pemuliaan
tanaman sebagai dasar dari seleksi. Informasi mengenai keragaman dan klasifikasi didapatkan
dengan pencandraan atau karakterisasi. Informasi keragaman dapat menujukan tingkat dan
hubungan antara kultivar. Semakin jauh kekerabatan suatu spesies tanaman maka akan sulit
untuk disilangkan. Penentuan hubungan kekerabatan suatu tanaman dilakukan secara fenotipik
dan genotipik (Hartati & Darsana, 2014).
Keberhasilan kegiatan pemuliaan tanaman bergantung pada ketersediaan sumber
genetic yang diperoleh dalam pencandraan. Dalam mengetahui keragaman sumber genetik
dibutuhkan pengetahuan mengenai hubungan kekerabatan antara satu tanaman dengan
tanaman lain. Hal ini dapat dilihat salahsatunya dari karakter morfologis tanaman tersebut
(Aisah et al,, 2017).
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil pencandraan Padi (Oryza sativa)
varietas Mentik Wangi yang berasal dari Magelang dan padi (Oryza sativa) varietas Soponyono
yang berasal dari Kulon Progo. Berdasarkan pencandraan yang dilakukan terhadap tanaman
Padi (Oryza sativa) varietas Menthik Wangi, diperoleh hasil sebagai berikut. Padi varietas
soponyono yang diamati telah memasuki fase pembungaan dengan tinggi tanaman tergolong
pendek ( sawah : < 110 cm, gogo : < 90 cm). Padi varietas soponyono termasuk golongan
Indica. Permukaan daun sedang, memiliki pelepah daun berwarna hijau. Panjang lidah daun 1
cm dan bentuk lidah daun Acute-acuminate. Padi varietas soponyono memiliki diameter ruas
batang bawah 4,5 mm dan warna ruas batang kuning emas. Tipe malainya antara sedang dan
terbuka serta poros malai terkulai. Bulu ujung gabah pendek dan sehanya sebagian berbulu dan
warna ujung bulu kuning jerami. Panjang biji Panjang (6,61-7,50 mm). Lebar biji 0,3 cm.
Kemudian Padi (Oryza sativa) varietas Soponyono, diperoleh hasil sebagai berikut.
Padi varietas soponyono yang diamati telah memasuki fase pembungaan dengan tinggi
tanaman tergolong pendek ( sawah : < 110 cm, gogo : < 90 cm). Lebar daun ±1 cm. Padi
varietas soponyono termasuk golongan Indica. Permukaan daun berambut, memiliki pelepah
daun berwarna hijau. Panjang lidah daun 0,8 cmdan bentuk lidah daun 2-cleft. Padi varietas
soponyono memiliki diameter ruas batang bawah 0,6 cm dan warna ruas batang hijau. Tipe
malainya kompak serta poros malai lurus. Bulu ujung gabah tidak berbulu dan warna ujung
bulu tidak berbulu. Panjang Sangat panjang (>7,50 mm). Lebar biji 0,3 cm.
Padi (Oryza sativa) varietas Soponyono dengan Padi varietas mentik wangi memiliki
hampir sebagian besar sama. Hal ini karena tanaman Padi (Oryza sativa) varietas Soponyono
dengan Padi varietas mentik wangi masih berada dalam satu spesies hanya berbeda varietas.
Oleh karena itu, tanaman Padi (Oryza sativa) varietas Soponyono dengan Padi varietas mentik
wangi memiliki hubungan kekerabatan. Perbedaan yang paling menonjol antara keduanya
adalah warna ruas batang. Padi (Oryza sativa) varietas Soponyono memiliki ruas batang
berawarna kuning emas. Sedangkan Padi varietas mentik wangi memiliki ruas batang
berawarna hijau
Terdapat lebih dari 10.000 varietas pad di Dunia, 2 diantaranya menthik wangi dan
saponyono dari Indonesia. deskriptor morfologis yang digunakan pada padi selain manual
juga dapat berupa multigenik, kuantitatif atau karakter kontinu, yang ekspresinya adalah
diubah oleh faktor lingkungan dan analisisnya yang membutuhkan tes statistik, dalam
kefesienannya lalu deskriptor morfologis dapat dilakukan sedikit cepat dan lebih murah
teknik laboratorium, seperti, tes fenol yang dimodifikasi, protein elektroforesis dan analisis
isozim Identifikasi Varietas Padi (Oryza sativa L.) melalui Biokimia marker, (Singh et. al,
2009)
Kesimpulan
Aisah, B.N., A. Soegijanto dan N. Basuki. 2017. Identifikasi morfologi dan hubungan
kekerabatan tanaman Porang (Amorphallus muellery Blume) di Kabupaten Nganjuk,
Madiun, dan Bojonegoro. Jurnal Produksi Tanaman 5(6) : 1035-1043.
Anggrek Lintang. 2007. Dendrobium Antennatum Lindley Var. D’albertisii Rchb.F.1878.
<www.anggrek- lintang.com>. Diakses pada 22 April 2019
Pemimpin Redaksi Trubus. 2010. Bertanam Cabai dalam Pot. Penebar Swadaya, Yogyakarta
Hartati,S. & L. Darsana. 2014. Karakterisasi anggrek alam secara morfologi dalam rangka
pelestarian plasma nutfah. Jurnal Agronomi Indonesia. 43(2): 133-134
Singh, Diwakar, Jayant Govindlal Talati, and Reetu Mehta. 2009. Identification of Rice (Oryza
sativa L.) Varieties through Biochemical Markers Indian J Agric Biochem Indian J
Agric Biochem 22 (1), 18-25,
Syukur, M., R. Yuniati, R. Dermawan. Sukses Panen Cabai. 2012. Penebar Swadaya, Jakarta
LAMPIRAN