Professional Documents
Culture Documents
KIMIA ANALITIK
KELOMPOK 6:
1. Ani Fatmawati H0915008
2. Helmi Muamar H. H0915031
3. Herlis Pratiwi H0915033
4. Katarina Candy A. P. H0915037
5. Kristanti Endah S. H0915041
6. Mufty Muthmainna H1915052
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum Kimia Anialitik Acara II Kompleksometri adalah
agar mahasiswa:
1. Memahami prinsip penentuan kesadahan air menggunakan metode
kompleksometri.
2. Mengetahui tingkat kesadahan air dari berbagai daerah.
3. Mengetahui factor yang mempengaruhi tingkat kesadahan air.
B. Tinjauan Pustaka
Air merupakan kebutuhan yang paling utama bag makhluk hidup.
Manusia dan makhluk hidup lainnya sangat bergantung dengan air demi
mempertahankan hidupnya. Air yang digunakan untuk konsumsi sehari-hari
harus memenuhi standar kualitas air bersih. Kualitas air bersih dapat ditinjau
dari segi fisik, kimia, mikrobiologi, dan radioaktif. Namun kualitas air yang
baik ini tidak selamanya tersedia di alam sehingga diperlukan upaya
perbaikan, baik itu secara sederhana maupun modern. Jika air yang
digunakan belum memenuhi standar kualitas air bersih, akibatnya akan
menimbulkan masalah lain yang dapat menimbulkan kerugian bagi
penggunanya. Belakangan ini timbul masalah yang sangat krusial yaitu sulit
untuk mendapatkan air bersih. Banyak sumber air yang biasa dipakai tidak
sebagus dulu lagi. Penyebab susahnya mendapat air bersih adalah adanya
pencemaran air yang disebabkan oleh limbah rumah tangga, limbah
pertanian, dan limbah industri. Selain itu, adanya pembangunan dan
penjarahan hutan merupakan penyebab berkurangnya kualitas mata air dari
pegunungan karena banyak bercampur dengan lumpur yang terkikis terbawa
aliran sungai (Yusuf, 2012).
EBT adalah indikator metallochromic yang banyak digunakan dalam
titrasi kompleksometri. Adalah jenis elektroaktif dengan kelompok azo (-N =
N-) dalam struktur molekul yang ditunjukkan. Kelompok azo mudah
direduksi pada elektroda pasta karbon dengan voltametri siklik. Voltamogram
siklik dari 2x10-3 M EBT tercatat di 80x10-3. Berbagai siklus diterapkan, yang
menghasilkan penurunan puncak sangat reduktif saat ini dengan peningkatan
pemindaian siklus. Ini adalah karakteristik adsorpsi yang kuat perilaku EBT
pada elektroda pasta karbon (Chandra et al., 2008).
EDTA adalah bahan kimia yang digunakan dalam struktur deterjen.
EDTA adalah agen chelating sintesis yang kompleks dan kuat dengan kation.
EDTA sendiri banayk digunakan dalam sistem pangan sebagai stabiliser
(Shamoushaki et al, 2012).
Kesadahan air dianggap sebagai ukuran kemampuan air untuk mengendapkan
sabun atau istilah yang digunakan pada air yang mengandung kation penyebab
kesadahan dalam jumlah yang tinggi. Pada umumnya kesadahan disebabkan oleh
adanya logam-logam atau kation-kation yang bervalensi 2, seperti Fe, Sr, Mn, Ca
dan Mg. Tetapi penyebab utama dari kesadahan adalah kalsium (Ca) dan magnesium
(Mg) (Marsidi, 2001).
Kesadahan air berkaitan erat dengan kemampuan air untuk membentuk busa.
Semakin berat kesadahan air, semakin sulit bagi sabun untuk membentuk busa
karena terjadi presipitasi. Busa tidak akan terbentuk sebelum semua kation
pembentuk kesadahan mengendap. Pada kondisi ini, air mengalami pelunakan
(softening) atau penurunan kesadahan yang disebabkan oleh sabun. Endapan yang
terbentuk dapat mengakibatkan pewarnaan pada bahan yang dicuci. Residu endapan
tertahan pada pori-pori pakaian sehingga pakaian terasa kasar. Demikian juga, kulit
tangan menjadi kasar setelah mencuci (Effendi, 2003).
Kesadahan air dapat dibedakan atas 2 macam, yaitu kesadahan
sementara (temporer) dan kesadahan tetap (permanen). Kesadahan sementara
disebabkan oleh garam-garam karbonat (CO32-) dan bikarbonat (HCO3-) dari
kalsium dan magnesium. Kesadahan karbonat merupakan bagian dari
kesadahan total yang ekivalent dengan alkalinitas yang disebabkan oleh
(CO32-) dan (HCO3-). Kesadahan ini dapat dihilangkan dengan cara
pemanasan atau dengan pembubuhan kapur tohor. Kesadahan tetap
disebabkan adanya garam-garam khlorida (Cl-) dan sulfat (SO42-) dari
kalsium dan magnesium. Kesadahan ini disebut juga kesadahan non karbonat
yang tidak dapat dihilangkan dengan cara pemanasan, tetapi dapat
chdihilangkan dengan cara pertukaran ion (Widayat, 2002).
Kesadahan air adalah terkait dengan konsentrasi mineral, seperti
kalsium dan magnesium, dilarutkan dalam air. Mineral ini secara alami
ditemukan di dalam tanah dan batuan dilokasi dengan konsentrasi tinggi batu
kapur, dolomit, atau gypsum di dalam tanah. Air keras adalah diproduksi
sebagai mineral dari deposito tanah ini menjadi dilarutkan dalam air yang
mengalir melalui bumi. Konsentrasi tinggi kalsium dan magnesium
terkandung dalam air keras dapat mengikat pembersih (Hinton, 2009).
Menurut Ma’mum (2008), pengkelat merupakan proses pengikatan
logam dalam suatu cairan oleh suatu senyawa yang memiliki lebih dari satu
pasang elektron bebas. Pengikatan logam tersebut menyerupai penjepitan
(pengkelatan), senyawa yang menjepit disebut senyawa pengkelat dan ion
logam dinamakan ion pusat, karena berada di titik pusat. Mekanisme
pengkelatan ini terjadi karena adanya penggunaan elektron bersama (sharing
elektron) antara ion loga dan ion bahan pengkelat, metode tersebut
dinamakan metode kompleksometri atau kelatometri.
Setiap daerah memiliki kesadahan air yang berbeda-beda. Perbedaan ini
dikarenakan beberapa faktor, diantaranya, keadaan geologi suatu daerah
susunan lapisan tanah suatu daerah apakah termasuk tanah yang banyak
mengandung kalsium, selain itu polusi dan limbah industri juga dapat
mengakibatkan kesadahan air suatu wilayah (Nurullita dkk, 2010).
Kesadahan dalam air sangat tidak dikehendaki baik untuk penggunaan
rumah tangga maupun untuk penggunaan industri. Bagi air rumah tangga
tingkat kesadahan yang tinggi mengakibatkan konsumsi sabun lebih banyak
karena sabun menjadi kurang efektif akibat salah satu bagian dari molekul
sabun diikat oleh unsur Ca/Mg. Bagi air industri unsur Ca dapat
menyebabkan kerak pada dinding peralatan sistem peralatan sistem
pemanasan sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan industri,
disamping itu dapat menghambat proses pemanasan (Marsidi, 2001).
C. Metodologi
1. Alat
a. Beaker
b. Buret
c. Corong
d. Erlenmeyer
e. Gelas Ukur
f. Pipet tetes
g. Pipet volume
h. Pro pipet
i. Statif
2. Bahan
a. Sampel air sumur berbagai daerah
b. Larutan buffer pH 10
c. Indikator EBT
d. Larutan Na2EDTA 0,05 M
3. Cara Kerja
25 ml sampel
air
Pemasukkan dalam erlenmeyer
2,5 ml larutan
buffer pH 10 Pehomogenan
Vol M Tingkat
Vol Kesadaha Perubahan
Kel Wilayah Sam Na2EDT Kesadaha
Na2EDTA n Air Warna
pel A n
Semburat
pink –
1,8 Ngoresan 25 ml 0,05 M 1,1 ml 6,16 DH Lunak
semburat
biru
Semburat
Sangat
2 Mojolaban 25 ml 0,05 M 12,2 ml 70,56 DH pink – tidak
keras
berubah
Semburat
pink –
3 Kadipiro 25 ml 0,05 M 3,3 ml 18,48 DH Keras
semburat
biru
Merah
4 Jebres 25 ml 0,05 M 4,7 ml 26,32 DH anggur – Keras
biru
Semburat
ungu –
5 Gondangrejo 25 ml 0,05 M 1,5 ml 8,4 DH Agak keras
semburat
biru
Semburat
pink – Sangat
6 Banjarsari 25 ml 0,05 M 6,5 ml 34,72 DH
semburat keras
biru
Semburat
pink –
7 FP 25 ml 0,05 M 2,5 ml 14 DH Agak keras
semburat
biru
Semburat
ungu –
9,10 Ngoresan 25 ml 0,05 M 4,4 ml 24,64 DH Keras
semburat
biru
Semburat
pink – Sangat
11,12 Mojolaban 25 ml 0,05 M 6,2 ml 34,72 DH
semburat keras
biru
Semburat
Sangat
13 Kadipiro 25 ml 0,05 M 8,6 ml 48,16 DH pink – biru
keras
kehitaman
Bening –
14 Gondangrejo 25 ml 0,05 M 2,7 ml 20,72 DH semburat Keras
biru hitam
Semburat
Sangat
15,16 Jebres 25 ml 0,05 M 7 ml 39,2 DH pink –
keras
jernih
Sumber : Laporan Sementara
E. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
a. Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan senyawa
kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks.
b. Sampel air yang memiliki tingkat kesadahan terendah yaitu sampel
kelompok 1 dan 8 dari daerah Ngoresan, yaitu sebesar 6,16 termasuk
kategori kesadahan lunak.
c. Sampel air sumur yang memiliki tingkat kesadahan paling tinggi adalah
sampel dari daerah Mojolaban pada kelompok 2 dengan kesadahan sebesar
70,56 DH dengan tingkat kesadahan sangat keras.
d. Perbedaan tingkat kesadahan air ditiap daerah disebabkan karena beberapa
faktor diantaranya, faktor geologi tanah tiap daerah serta adanya limbah
industri (polusi).
DAFTAR PUSTAKA
1000
Kesadahan Air = 𝑚𝑙 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡 x (M x ml) Na2EDTA X 2,8 DH
Shift 2
1) Kelompok 1&8 (sampel air daerah Ngoresan)
1000
Kesadahan Air = x (0,05 x 1,1) Na2EDTA X 2,8 DH
25
= 6,16 DH
2) Kelompok 2 (sampel air daerah Mojolaban)
1000
Kesadahan Air = x (0,05 x 12,2) Na2EDTA X 2,8 DH
25
= 70,56 DH
3) Kelompok 3 (sampel air daerah Kadipiro)
1000
Kesadahan Air = x (0,05 x 3,3) Na2EDTA X 2,8 DH
25
= 18,48 DH
4) Kelompok 4 (sampel air daerah Jebres)
1000
Kesadahan Air = x (0,05 x 4,7) Na2EDTA X 2,8 DH
25
= 26,32 DH
5) Kelompok 5 (sampel air daerah Gondangrejo)
1000
Kesadahan Air = x (0,05 x 1,5) Na2EDTA X 2,8 DH
25
= 8,4 DH
6) Kelompok 6 (sampel air daerah Banjarsari)
1000
Kesadahan Air = x (0,05 x 6,2) Na2EDTA X 2,8 DH
25
= 34,72 DH
7) Kelompok 6 (sampel air daerah FP)
1000
Kesadahan Air = x (0,05 x 2,5) Na2EDTA X 2,8 DH
25
= 14 DH
Gambar 2.2. Sampel air sumur