You are on page 1of 20

LAPORAN PRAKTIKUM

TERMODINAMIKA

KONSEP TEMPERATUR DAN HUKUM KE NOL TERMODINAMIKA

Oleh:
Reta Dewi Listiowati
NIM A1C017012

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari hari hukum ke nol ini banyakan ditemukan atau di

gunakan. Seperti pada saat kita memasukkan es batu kedalam air hangat, yang terjadi

yaitu es batu akan mencair (suhu es meningkat) dan suhu air hangat menjadi turun,

kemudian lama kelamaan es nya mencair semua dan tinggalah air dingin. Air dingin

ini menunjukkan campuran antara es batu dan air hangat yang bersuhu sama atau kata

lainnya sudah masuk dalam keadaan kesetimbangan termal.contoh lainnya yaitu pada

saat kita memasak air didalam panci, benda pertama panci dan benda kedua air. Panci

dibakar dengan api sehingga temperaturnya berubah. Air yang bersentuhan dengan

panci juga temperaturnya naik dan akhirnya air mendidih.

Dalam kehidupan sehari hari hukum ke nol ini banyakan ditemukan atau di

gunakan. Seperti pada saat kita memasukkan es batu kedalam air hangat, yang terjadi

yaitu es batu akan mencair (suhu es meningkat) dan suhu air hangat menjadi turun,

kemudian lama kelamaan es nya mencair semua dan tinggalah air dingin. Air dingin

ini menunjukkan campuran antara es batu dan air hangat yang bersuhu sama atau kata

lainnya sudah masuk dalam keadaan kesetimbangan termal.contoh lainnya yaitu pada

saat kita memasak air didalam panci, benda pertama panci dan benda kedua air. Panci

dibakar dengan api sehingga temperaturnya berubah. Air yang bersentuhan dengan

panci juga temperaturnya naik dan akhirnya air mendidih. Presisi menunjukkan tingkat
keandalan dari data pengukuran yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat dari standar

deviasi yang diperoleh dari pengukuran, presisi yang baik akan memberikan standar

deviasi yang kecil dan bias yang rendah. Jika diinginkan hasil pengukuran yang valid,

maka perlu dilakukan pengukuran berulang.

Hukum ke nol termodinamika menjelaskan prinsip kerja termometer, alat

pengukur suhu. Sebuah termometer alkohol atau raksa bersentuhan dengan kaca dan

kaca bersentuhan dengan benda yang diukur suhunya, misalnya udara, air atau tubuh

manusia. Walaupun raksa tidak bersentuhan dengan udara atau air atau tubuh manusia,

tetapi karena raksa bersentuhan dengan kaca maka ketika kaca dan udara atau air atau

tubuh manusia berada dalam kesetimbangan termal, maka raksa dan udara atau air atau

tubuh manusia juga berada dalam kesetimbangan termal

.Temperatur adalah suatu penunjuk nilai panas atau nilai dingin yang dapat

diperoleh atau diketahui dengan menggunakan suatu alat yang dinamakan termometer.

Temperatur ini memilki beberapa satuan diantaranya adalah ͦ Celcius, ͦ Reamur , ͦ

Fahrenheit dan Kelvin.

B. Tujuan

1. Praktikan memahami cara melakukan kalibrasi.

2. Praktikan dapat melakukan kalibrasi terhadap alat ukur baku dan tidak baku.

3. Praktikan mampu memahami hukum termodinamika ke-nol.

4. Praktikan mengerti konsep hukum termodinamika ke-nol.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Hukum termodinamika ini banyak dijumpai dalam kehidupan sehari hari. Karena

sifatnya yang sangat umum dan mudah dijumpai dalam kehidupan sehari hari, maka

karena itulah banyak yang malah mengabaikan dan tidak terlalu memperhatikan

peristiwa fisika ini.

Temperatur atau Suhu merupakan istilah untuk menyatakan derajat panas

dinginnya suatu benda, dengan alat pengukur yang di gunakan adalah thermometer,

Sedangkan kalor atau panas merupakan salah satu bentuk energi yang dapat

dipindahkan karena perbedaan suhu.

Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai

penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar

ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar nasional maupun internasional untuk

satuan ukuran dan/atau internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi (Umardani,

2014).

Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai

dengan rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar

yang terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan

tersertifikasi (Morris, 2001).

Kalibrasi adalah kegiatan yang menghubungkan nilai yang ditunjukkan oleh

instrument ukur atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur dengan nilai yang sudah
diketahui tingkat kebenarannya, (yang berkaitan dengan kisaran yang diukur0.

Kalibrasi yang biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standarisasi (ISO, 2005).

Kalibrasi adalah memastikan hubungan antara harga-harga yang ditunjukkan

oleh suatu alat ukur dengan harga yang sebenarnya dari besaran yang diukur. Atau

dengan kata lain kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran

konvensional nilai penunjukan alat inspeksi, alat pengukuran dan alat pengujian

(Puspita, 2010).

Berdasarkan hukum ke-nol, jika tiga buah sistem A, B dan C, masing-masing

dengan pasangan koordinat tekanan dan volume (PA, VA), (PB, V B) dan (PC ,VC ).

setimbang termal maka akan ada fungsi bernilai tunggal T sedemikian (W. Greiner dkk,

1995).

T = TA (PA, VA) = TB (PB, VB) = Tc (PC, VC) ...... (1)

Artinya ada hubungan fungsional antara P, V dan T, dengan perkataan lain ketiganya

tidak saling bebas sehingga dapat dituliskan sebagai:

T = T (P, V) → f(P,V,T) = 0 ....... (2)

Implikasi matematiknya adalah bahwa ruang keadaan dari sistem termodinamik akan

berupa permukaan.

Selang kalibrasi biasanya dinyatakan dalam beberapa cara yaitu:

1. Dinyatakan dalam waktu kalender, misalnya 6 (enam) bulan sekali, 1 (satu)

tahun sekali, dan seterusnya.

2. Dinyatakan dalam waktu pemakaian, misalnya 1000 jam pakai, 5000 jam

pakai, dan seterusnya.


3. Kombinasi cara pertama dan kedua, misalnya 6 bulan atau 1000 jam pakai,

tergantung mana yang lebih dulu tercapai.

Instrumen ukur besaran dasar yang perlu dikalibrasi dapat dikelompokkan

sebagai berikut:

1. Panjang: Micrometer, Jangka sorong, Mistar

2. Massa: Neraca Teknis, Timbangan

3. Waktu: Stopwacth, Timer, Frequency Counter

4. Arus listrik: Ampere meter, Multimeter

5. Suhu: Thermometer, Thermocouple, Furnance

6. Jumlah Zat: Mole

7. Intensitas Cahaya: Luxmeter, Intensity meter

Sedangkan instrumen ukur besaran turunan yang harus dikalibrasi sebagai

berikut:

1. Tekanan: Pressure gauge (manometer), Hidrolic

2. Isi: Gelas volumetric (buret, pipet, dan lainnya)

3. Kecepatan: Tachomete

4. Aliran (Flowrate): Flowmeter, Anemometer (velocity)

5. Gaya: Mesin uji tarik/tekan, Mesin uji kekerasan

6. Frekuensi: Frekuensi meter

7. Luas: Planimetri

8. Energi: Watt meter (Darmawan, 2005).


Tujuan kalibrasi adalah menentukan deviasa atau penyimpanan kebenaran nilai

konvensional pennkukkan suatu instrumen ukur, menjamin hasil – hasil pengukuran

sesuai dengan standar nasional maupun internasional. Manfaat kalibrasi ini adalah

menjaga kondisi instrument ukur dan bahan ukur agar sesuai dengan spesifikasinya.

Kemampuan untuk tepat mengukur volume larutan sangat penting untuk akurasi dalam

kimia analisi (Fatimah, 2003).

Adapun persyaratan kalibrasi, yaitu (Hendayana, 1994):

1. Standar acuan yang mampu telusur ke standar nasional maupun internasional

2. Metode kalibrasi yang telah diakui

3. Personil kalibrasi yang telah dibuktikan dengan sertifikasi dari laboratoium

yang terakreditasi

4. Ruangan atau tempat kalibrasi yang terkondisi, seperti suhu, kelembaban,

tekanan udara, aliran udara dan kedap getaran

5. Alat yang dikalibrasi dalam keadaan berfungsi baik


III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Air

2. Alat Tulis

3. Bunsen

4. Es batu

5. Gelas ukur

6. Kasa kaki tiga

7. Kompor gas

8. Modul praktikum

9. Panci

10. Spiritus

11. Stopwatch

12. Thermometer raksa

13. Timbangan

B. Prosedur Kerja

1. Fase perubahan zat

a. Gelas ukur massanya ditimbang, lalu gelas ukur diberi es yang kemudian

ditimbang lagi setelah itu massa gelas ukr isi es dikurangi massa gelas ukur

saja.
b. Es dalam gelas ukur dipanasi diatas spiritus sampai mencapai fase menguap

c. Setiap perubahan fase dihitung suhu awal akhirnya, durasi dan waktu dalam

perubahan fase

d. Data yang di dapat dimasukan ke dalam tabel dan grafik.

2. Fase kalibrasi

a. Air diukur sebanyak 500ml menggunakan gelas ukur

b. Gelas ukur ditimbang, kemudian bongkahan es ditimbang menggunakan

timbangan. Hasil masa total dikurangi dengan massa gelas ukur.

c. Suhu es diukur menggunakan thermometer air raksa

d. Air 500 ml dimasukan kedalam panci bersamaan dengan bongkahan es,

kemudian kompor serta stopwatch dinyalakan.

e. Saat es pertama mencair suhunya diukur dan dicatat

f. Saat es sudah melebur waktu dan suhu dicatat

g. Saat air mendidih dicatat waktu dan suhunya


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Tabel Fase Perubahan Zat

Tabel 1. Fase Perubahan Zat


Durasi
No Titik Fase Waktu Q (KJ) T (°C)
(menit)
1 A Padat 0 0 840 -1
2 A-B Mencair 1.12 0 - 1,12 16 0
3 B-C Melebur 7.41 1.12 - 8.53 55440 25
4 C-D Mendidih 22.56 8.53 - 31.15 108 91
Perhitungan:

𝑄1 = 𝑚. 𝑐. ∆𝑇

= 200 . 4200 . (0 − (−1))

= 840 KJ

𝑄1 = 𝑚. 𝐿

= 200 . 80

= 16 𝐾𝐽 .

𝑄1 = 𝑚. 𝑐. ∆𝑇

= 200 . 4200 . (91 − (23))

= 55440 𝐾𝐽 .

𝑄1 = 𝑚. 𝑢

= 200 . 540

= 180 𝐾𝐽
2. Tabel Kalibrasi

Tabel 2. Kalibrasi
No Titik Waktu Durasi (Menit) T Teori (°C) T Kalibrasi (°C)
1 A 0 0 -4 -1
2 B 0-1 1 0 25
3 C 1-33 32 0 75
4 D 33-36 3 100 92

3. Grafik Fase Perubahan Zat

Fase Perubahan Zat


Fase Perubahan Zat

100

50

0
0 5 10 15 20 25
-50

Gambar 1. Grafik Fase Perubahan Zat

Keterangan :

Sumbu x = waktu

Sumbu y = temperature

4. Grafik Kalibrasi
KALIBRASI
Fase Perubahan Suhu

100

50

0
0 10 20 30 40
-50

Gambar 2. Grafik Kalibrasi

Keterangan :

Sumbu x = waktu

Sumbu y = temperature

V. Gambar Skema

SKEMA
120

100

80

60

40

20

0
0 5 10 15 20 25 30
-20

Keterangan :

Sumbu x = waktu

Sumbu y = temperature
B. Pembahasan

Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai

penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar

ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar nasional maupun internasional untuk

satuan ukuran dan/atau internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi (Umardani,

2014).

Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai

dengan rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu

standar yang terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-

bahan acuan tersertifikasi (Morris, 2001).

Kalibrasi adalah kegiatan yang menghubungkan nilai yang ditunjukkan oleh

instrument ukur atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur dengan nilai yang sudah

diketahui tingkat kebenarannya, (yang berkaitan dengan kisaran yang diukur0.

Kalibrasi yang biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standarisasi (ISO,

2005).

Menurut saya, kalibrasi adalah sebuah proses verifikasi alat ukur yang mana akan

disesuaikan oleh rancangannya. Jadi sebelum pengukuran menggunakan alat ukur,

sangat diperlukan sebuah kalibrasi agar hasil pengukuran akurat dan sesuai standar

yang ditentukan, baik nasional maupun internasional.

Kegunaan kalibrasi alat ukur antara lain, yaitu: (LKU UAD ISO/IEC 17025:2005)
1. Untuk mendukung sistem manajemen mutu ISO yang diterapkan diberbagai

industri, layanan kesehatan, dan pendidikan pada peralatan laboratorium dan

produksi yang dihasilkannya.

2. Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar nasional ataupun

internasional.

Dengan melakukan kalibrasi, dapat diketahui seberapa jauh perbedaan

(penyimpangan) antara nilai kebenaran standar dengan nilai yang ditunjukkan oleh alat

ukur.

Faktor yang memengaruhi kalor pada suatu benda yaitu sudah tertera seperti

yang ada pada rumus menghitung kalor, yaitu Q = m.c.∆t dengan penjelasan :

a. Q adalah banyaknya kalor (jumlah panas) dalam joule

b. adalah massa benda dalam kg

c. adalah kalor jenis dalam joule/kg °C, dan

adalah besarnya perubahan suhu dalam °C.

90 D E
80
70
60
50
40 B C
(T) °C

30
20 Gambar 4.4 Grafik perubahan fase (kelompok 9 & 10)
10
A 0
Pada
0 gambar diatas, Proses A - B. Es dengan temperatur 3 C dipanaskan. Dalam
0 10 20 30 40 50
arti, api bunsen memberikan kalor (jumlah panas) kepada tabung yang berisi es yang
(t) menit
mempunyai temperatur lebih rendah dari api bunsen. Pemanasan dilakukan pada

tekanan tetap. Dengan kata lain, pemanasan dilaksanakan di bawah tekanan udara luar
5
sebesar 1 atmosfer = 1,013 x 10 pascal (Pa). Akibat pemanasan ini ialah temperatur es
0
naik menjadi 32 C. Ini berarti, ada kalor (jumlah panas) yang digunakan untuk

menaikkan rasa panas (rasa kepanasan atau temperatur) es di bawah tekanan udara luar

sebesar 101,3 kPa.


0
Proses B - C. Es dengan temperatur 32 C dipanaskan, sehingga semua es berubah
0
menjadi air dengan temperatur 32 C. Ini berarti ada kalor (jumlah panas) yang

digunakan untuk merubah tingkat wujud (fase) es (padat) menjadi air (cair) di bawah

tekanan udara luar sebesar 101,3 kPa. Kenyataannya, pada proses perubahan fase
0
temperatur zat tetap, yaitu 32 C. Jadi pada proses perubahan fase temperaturnya tetap.
0
Proses C - D. Air dengan temperatur 32 C dipanaskan, sehingga temperaturnya
0
naik sampai 81 C. Dalam proses ini ada kalor (jumlah panas) yang digunakan untuk

menaikkan rasa kepanasan atau temperatur air.

0
Proses D - E. Air dengan temperatur 81 C dipanaskan, sehingga air berubah

0
fasenya menjadi uap air dengan temperatur 81 C. Dalam proses ini ada kalor (jumlah

panas) yang digunakan untuk merubah wujud air (fase cair) menjadi uap air (fase gas)

dengan temperatur yang tetap di bawah tekanan udara luar yang tetap, yaitu: 1

atmosfer. Proses perubahan fase ini berjalan cukup lama, dari proses mendidih

sampai pada proses penguapan secara perlahan-lahan (Pyzdek, 2003).


Aplikasi lain hukum termodinamika ke nol juga diantaranya seperti pada saat kita

memasukkan es batu ke dalam air panas, yang terjadi adalah es batu akan mencair (suhu

es meningkat) dan suhu air hangat menjadi turun. Contoh lainnya yaitu ketika memasak

air di dalam panci, panci yang diletakkan diatas api akan mengalami perubahan

temperatur. Sementara air yang bersentuhan dengan panci suhunya juga akan naik dan

pada akhirnya mendidih. Jika ingin mengetahui apakah dua benda memiliki temperatur

yang sama, maka kedua benda tersebut tidak perlu disentuhkan dan diamati perubahan

sifatnya. Melainkan melakukan pengamatan apakah kedua benda tersebut akan

mengalam kesetimbangan termal jika terdapat termometer. Dalam pelaksanaan

praktikum kali ini termometer yang digunakan adalah termometer kaca. Termometer

kaca terdiri dari pipa kaca kapiler yang berhubungan dengan bola kaca yang berisi

cairan raksa/alkohol ruang diatas cairan berisi uap cairan atau gas inert. Ketika

temperatur meningkat, maka volume cairan bertambah dan panjang cairan dalam pipa

kapiler akan bertambah. Panjang cairan dalam pipa kapiler ini bergantung pada

temperatur cairan.

Hubungan kegunaan konsep hukum termodinamika ke nol dalam bidang

Keteknikan Pertanian adalah pada saat pengukuran temperatur. Pengukuran temperatur

ini berdasarkan prinsip hukum termodinamika ke nol. Jika kita ingin mengetahui

apakah dua benda memiliki temperatur yang sama, maka kedua benda tersebut tidak

perlu disentuhkan dan diamati perubahan sifatnya. Yang perlu dilakukan adalah

mengamati apakah kedua benda tersebut mengalami kesetimbangan termal dengan

benda ketiga. Benda ketiga tersebut adalah termometer. Selain itu contoh lainnya
adalah pada saat kita memasukkan suatu benda (makanan) ke dalam mesin pendingin

seperti kulkas kemudian kita pindahkan ke mesin yang bersuhu tinggi seperti oven,

maka suhu benda tersebut akan mengalami perubahan dari rendah ke tinggi, serta selain

mengalami perubahan suhu, sebuah benda akan mengalami perubahan bentuk juga.

Pada konsep hukum Termodinamika ke nol yang terjadi adalah sifat dari suatu

benda berubah ketika kita mengubah temperaturnya, misalnya dengan memindahkan

benda tersebut dari kulkas ke oven. Seperti beberapa contoh nyata: sejalan dengan

peningkatan suhu, volume dari suatu cairan akan meningkat, batang logam mengalami

pertambahan panjang dan hambatan listrik dari kawat meningkat, seperti halnya

tekanan yang diberikan oleh gas. Kita dapat menggunakan salah satu sifat-sifat sebagai

dasar instrumen yang akan membantu kita mempelajari konsep dari suhu. Contohnya

sebuah termoskop yang nilainya akan meningkat ketika perangkat dipanaskan dan

menurun ketika didinginkan (Milka, 2015).

Hasil praktikum Termodinamika acara 2 ini yaitu pada kelompok 5 untuk

perubahan fase nya dimulai dari pengukuran suhu awal es batu yaitu sekitar -1oC,

padahal dilihat dari beberapa sumber seperti jurnal suhu es batu akan selalu dibawah

0oC mulai -6 oC sampai -2 oC kemungkinan besar yang menentukan perbedaan suhu

awal itu dikarenakan penggunaan alat ukur termometer atau kesalahan dari pengamat

sendiri yang kurang teliti. Setelah itu es yang sudah menjadi air tersebut dididihkan dan

diukur waktunya. Hasil dari kelompok 4 menunjukan bahwa suhu akhir air disaat air

benar-benar mendidih adalah sekitar 91 oC padahal idealnya air mendidih itu memiliki

suhu 100 oC. Kemungkinan besar yang menentukan perbedaan suhu pada saat air
mendidih antara hasil eksperimen dengan berbagai sumber literatur adalah penggunaan

alat ukur termometer dan human error.

Berdasarkan hukum termodinamika ke-nol “Ketika dua sistem dalam keadaan

setimbang dengan sistem ketiga, maka ketiganya dapat saling setimbang satu dengan

lainnya”. Maka, hasil praktikum sesuai dengan hukum tersebut, karena jika es

dinaikkan temperaturnya es mulai mencair dan akhirnya es berubah menjadi air

semuanya. Jika air dinaikkan temperaturnya, maka air mulai mendidih dan berubah

sifatnya menjadi uap air (Tim Dosen dan Asisten, 2017). Sedangkan pada jurnal berisi

tentang produksi kakao melalui pengeringan paksa dalam oven menjadi pilihan utama

karena proses produksinya lebih cepat. Pengeringan dengan memanfaatkan tenaga

surya (solar dryer), dan pengeringan dengan menggunakan batch dryer sudah banyak

dikembangkan. Namun kapasitas produksi biji kakao yang dihasilkan dari kedua

metode tersebut masih rendah. Pengeringan udara paksa dilakukan untuk

meningkatkan produksi biji kakao saat panen kakao bersamaan datangnya musin hujan.

Kendala praktikum acara 2 termodinamika ini, yaitu peralatan praktikum yang

minim sehingga membuat praktikum menjadi lebih lama. Percobaan yang dilakukan

oleh kelompok lelaki mengalami masalah, sehingga membuat pratikum semakin lama.,

Kurangnya bimbingan dari asisten praktikum saat melakukan percobaan, dan yang

terakhir keterlambatan dimulainya praktikum.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan

rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar

yang terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan

acuan tersertifikasi

2. Dalam proses pengukuran paling tidak ada tiga faktor yang terlibat yaitu: Alat ukur,

Benda ukur, dan Orang yang melakukan pengukuran.

3. Hukum termodinamika ke-nol yaitu “ketika dua sistem dalam keadaan setimbang

dengan sistem ketiga, maka ketiganya dapat saling setimbang satu dengan lainnya”.

B. Saran

Praktikum sudah berlangsung dengan baik dan materi yang disampaikan

sebagian besar dimengerti oleh praktikan, tetapi untuk praktikum acara-acara

selanjutnya diharapkan para asisten praktikum menjelaskan materi dengan lebih detail

dan jangan terlalu cepat agar nantinya tidak ada praktikan yang tertinggal materinya.
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, D. 2005. “Komputasi Distribusi Suhu dalam Keadaan Mantap (Steady


State) pada Logam dalam Berbagai Dimensi”. Jurnal Penelitian. Jurusan
Pendidikan fisika FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.

Fatimah, Soja. 2003. Kalibrasi dan Perawatan Spektrofotometer UV-Vis.Jurusan


Pendidikan Kimia FPMIPA UPI: Bandung.

Hendayana, Sumar. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Smarang Press.

ISO. International Standart Operational. 2005. ISO/IEC 17025 (Versi Bahasa


Indonesia) Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan
Laboratorium Kalibrasi.

Marvilles, Milka, dkk. 2015. Hukum Ke-Nol Termodinamika dan Termometri.


Palembang: Universitas Sriwijaya.

Morris, Alan S.2001, “Measurement and Instrumentation Principles”, Butterworth


Heinemann, ISBN 0-7506-5081-8
Tim Dosen dan Asisten. 2017. Modul Praktikum Termodinamika. Purwokerto:
Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman.

Tipler, P. A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik. Penebit Erlangga. Jakarta.
Umardani, Y. 2014. Kalibrasi Suhu (Enclosure). Yoyakarta: LPPT, UGM.

W. Greiner, L. Neise, H. St¨ocker, Thermodynamics and Statistical Mechanics.


Springer. Berlin, 1995.

You might also like