You are on page 1of 10

TUGAS

Asuhan Keperawatan pada Pasien Alzheimer

Disusun Oleh :

1. Eldha Ayu Kumalasari 7. Gilang Yuangga Mukti


2. Evinatalia 8. Heni Rohayati
3. Fariza Ilham 9. Ikha Yulia W
4. Fathonah Eka P 10. Ilham Aziz Purnama
5. Febriana Lukita W 11. Indah Novitasari
6. Fruisca Valentine F 12. Indriani

Program Studi Sarjana Keperawatan

STIKes Kusuma Husada

Surakarta

2017

A. Definisi
Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan gangguan
degeneratif otak dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan untuk
merawat diri.( Suddart, & Brunner, 2002 ).
Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan penurunan
daya ingat, intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat disembuhkan, pengobatan
ditujukan untuk menghentikan progresivitas penyakit dan meningkatkan kemandirian
penderita. (Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk, 2008)
Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang
terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas (patofiologi : konsep klinis proses-
proses penyakit, juga merupakan penyakit dengan gangguan degeneratif yang
mengenai sel-sel otak dan menyebabkan gangguan fungsi intelektual, penyakit ini
timbul pada pria dan wanita dan menurut dokumen terjadi pada orang tertentu pada
usia 40 tahun. (Perawatan Medikal Bedah : jilid 1 hal 1003)

B. Manifestasi Klinis
1. Gejala ringan (lama penyakit 1-3 tahun)
a) Lebih sering bingung dan melupakan informasi yang baru dipelajari
b) Disorientasi atau tersesat didaerah sekitar yang dikenalnya dengan baik
c) Bermasalah dalam melaksanakan tugas rutin
d) Mengalami perubahan dalam kepribadian dan penilaian misalnya mudah
tersinggung, mudah menuduh ada yang mengambil barangnya bahkan
menuduh pasangannya tidak setia lagi/selingkuh
2. Gejala sedang (lama penyakit 3-10 tahun)
a) Kesulitan dalam mengerjakan aktifitas hidup sehari-hari seperti makan dan
mandi
b) Mengalami gangguan tidur
c) Keluyuran
d) Kesulitan mengenali keluarga dan teman
3. Gejala berat (lama penyakit 8-12 tahun)
a) Sulit/kehilangan kemampuan berbicara
b) Kehilangan nafsu makan sehingga mengakibatkan menurunnya berat badan
c) Perubahan perilaku, misalnya mudah curiga, depresi, apatis atau mudah
mengamuk

C. Pathofisiologi dan Pathway


1. Pathofisiologi
Pathologi anatomi dari penyakit alzheimer meliputi dijumpainya
Neurofibrilary Tangles (NFTs), plak senilis dan atropi serebrokorteks yang
sebagian besar mengenai daerah asosiasi korteks khususnya pada aspek medial
dari lobus temporal. Distribusi NFTs dan plak senilis harus dalam jumlah yang
signifikan dan menempati topografik yang khas untuk alzheimer. NFTs dengan
berat molekul yang rendah dan terdapat hanya di hippokampus, merupakan tanda
dari proses penuaan yng normal. Tapi bila terdapat didaerah medial lobus
temporal, meski hanya dalam jumlah yang kecil sudah merupakan suatu keadaan
yang abnormal. Jadi, mekanisme pathofisiologis yang mendasari penyakit
alzheimer adalah terputusnya hubungan antar bagian-bagian korteks akibat
hilangnya neuron pyramidal berukuran medium yang berfungsi sebagai
penghubung bagian-bagian tersebut, dan digantikan oleh lesi-lesi degeneratif yang
bersifat toksik terhadap sel-sel neuron terutama pada daerah hipokampus, korteks
dan ganglia basalis. Hilangnya neuron-neuronyang bersifat kolinergik tersebut,
menyebabkan menurunnya kadar neurotransmitter asetilkolin di otak. Otak
menjadi atropi dengan sulkus yang melebar dan terdapat peluasan ventrikel-
ventrikel serebal.

2. Pathway

D. Komplikasi
Komplikasi alzheimer erat kaitannya dengan gangguan immobilisasi, seperti :
1. Pneuomonia
Kesulitan menelan makanan dan cairan menyebabkan penderita alzheimer
menghirup (menghisap) apa yang mereka makan atau minum kedalam saluran
pernafasan dan paru, yang dapat menyebabkan pneumonia
2. Inkontinensia urine dan bowel
3. Infeksi
Kesulitan menahan air seni membuat penderita membutuhkan kateter urine
yang dapat menyebabkan infeksi
4. Dekubitus

E. Penatalaksanaan
1. Pengobatan Simptomatik:
a) Inhibitor kolinesterase
Tujuan pemeberian obat ini adalah untuk mencegah penurunan kadar
asetilkolin dapat digunakan anti kolinesterase yang bekerja secara sentral,
pemberian obat ini dapat memperbaiki memori dan apraksia selama pemberian
berlangsung. Efek samping obat ini adalah dapat menyebabkan mual & muntah,
bradikardi, menaikkan HCl, dan menurunnya nafsu makan. Contohnya
fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine), donepezil (Aricept), galantamin
(Razadyne), & rivastigmin
b) Thiamin
Tujuan pemberian obat ini adalah perbaikan bermakna terhadap fungsi
kognisi dibandingkan placebo selama periode yang sama dengan dosis 3 gr/hari
selama 3 bulan peroral. Contohnya thiamin hydrochloride
c) Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik. Tujuan pemberian obat ini adalah
untuk memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar. Tetapi pemberian 4000 mg
pada penderita alzheimer tidak menunjukkan perbaikan klinis yang bermakna.
d) Klonidin
Tujuan pemberian obat ini adalah untuk memperbaiki fungsi kognitif akan
tetapi kurang memuaskan. Dosisnya maksimal 1,2 mg peroral selama 4 minggu.
Contohnya klonidin (catapres) yang merupakan noradrenergik alfa 2 reseptor
agonis
e) Haloperiodol
Pada penderita alzheimer dengan gangguan psikosis (delusi, halusinasi) dan
tingkah laku maka diberikan oral haloperiodol 1-5 mg/hari selama 4 minggu
akan memperbaiki gejala tersebut, sedangkan pada penderita alzheimer yang
depresi berikan tricyclic anti depresant(amitryptiline 25-100 mg/hari)
f) Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu substrat endogen yang disintesa didalam mitokondria
dengan bantuan enzym ALC transferase. Tujuan pemberian obat ini adalah untuk
meningkatkan aktivitas asetil kolinesterase, kolin asetiltransferase. Efek samping
obat ini adalah memperbaiki atau menghambat progresifitas kerusakan fungsi
kognitif. Dosisnya yaitu 1-2 gr/hari/peroral selama 1 tahun dalam pengobatan
2. Terapi Nonfarmakologi Support nutrisi dan cairan
a. Diet cair atau lunak
b. Fisioterapi
c. Istirahat yang cukup
d. Terapi musik dan terapi relaksasi
F. Pengkajian
1. Anamnesis
a) Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, agama, tanggal dan
jam masuk rumah sakit, nomor register dan diagnostik medis
b) Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasanya dirasakan klien adalah penurunan daya
ingat, perubahan kognitif dan kelumpuhan gerak ekstermitas
2. Riwayat Penyakit Saat ini
Biasanya klien mengeluhkan sering lupa dan hilangnya ingatan yang baru.
Pada tahap lanjut, keluarga sering mengeluhkan bahwa klien menjadi tidak dapat
mengatur buang air, tidak dapat mengurus keperluan dasar sehari-hari atau
mengenali anggota keluarga
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi, diabetes
melitus, penyakit jantung dan penggunaan obat-obatan antikolinergik
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pengkajian ini diperluka untuki melihat adanya komplikasi penyakit lain yang
dapat mempercept progresifnya penyakit karena penyebab penyakit alzheimer
ditemukan memiliki hubungan genetik yang jelas.
5. Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respons
emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-
hari baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat
6. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Klien dengan penyakit Alzheimer umumnya mengalami penurunan
kesadaran sesuai dengan degenerasi neuron kolinergik dan proses senilisme.
Adanya perubahan pada tanda-tanda vital, meliputi bradikardi, hipotensi, dan
penurunan frekuensi pernafasan
1) B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernafasan yaitu berkaitan dengan hipoventilasi
inaktifitas, aspirasi makanan atau saliva dan berkurangnya fungsi
pembersihan saluran nafas.
a. Inspeksi : didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk
batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan
penggunaan otot Bantu nafas.
b. Palpasi : Traktil premitus seimbang kanan dan kiri
c. Perkusi : adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
d. Auskultasi : bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, stridor,
ronkhi, pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan
batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien dengan
inaktivitas.
2) B2 (Blood)
Hipotensi postural : berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan
juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem persarafan
otonom.
3) B3 (Brain)
Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan dengan pengkajian pada sistem lainnya.
a. Inspeksi umum, didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan
tingkah laku.
b. Pengkajian Tingkat Kesadaran: Tingkat kesadaran klien biasanya apatis
dan juga bergantung pada perubahan status kognitif klien.
b) Pemeriksaan Fungsi Serebri
Biasanya status mental klien mengalami perubahan yang berhubungan
dengan penurunan status
c) Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga bergantung pada
perubahan status kognitif klien
d) Pemeriksaan Saraf Kranial
1) Saraf I. Biasanya pada klien penyakit alzherimer tidak ada kelaianan fungsi
penciuman
2) Saraf II. Tes ketajaman penglihatan mengalami penurunan ketajaman
penglihatan sesuai tingkat usia
3) Saraf III, IV dan VI. Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan pada saraf
ini
4) Saraf V. Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf ini.
5) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal
6) Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses
senilis serta penurunan aliran darah regional
7) Saraf IX dan X. Kesulitan dalam menelan makanan yang berhubungan
dengan perubahan status kognitif
8) Saraf XI. Tidak atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapezius.
9) Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
vasikulasi dan indera pengecapan normal
e) Pengkajian sistem Motorik
1) Inspeksi umum pada tahap lanjut klien akan mengalami perubahan dan
penurunan pada fungsi motorik secara umum.
2) Tonus Otot. Didapatkan meningkat.
3) Keseimbangan dan Koordinasi. Didapatkan mengalami gangguan karena
adanya perubahan status kognitif dan ketidakkooperatifan klien dengan
metode pemeriksaan.
f) Pengkajian Refleks
Pada tahap lanjut penyakit alzheimer sering mengalami kehilangan refleks
postural, apabila klien mencoba untuk berdiri dengan kepala cenderung ke
depan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam
berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya ke depan atau ke
belakang) dapat menyebabkan klien sering jatuh.
g) Pengkajian Sistem sensorik
Sesuai barlanjutnya usia, klien dengan penyakit alzheimer mengalami
penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensori yang
ada merupakan hasil dari neuropati perifer yang dihubungkan dengan disfungsi
kognitif dan persepsi klien secara umum.
1) B4 (Bladder)
Pada tahap lanjut, beberapa klien sering berkemih tidak pada
tempatnya, biasanya berhubungan dengan penurunan status kognitif
2) B5 (Bowel)
Pemenuhan kebutuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan
asupan nutrisi yang kurang karena kelemahan fisik umum dan perubahan
status kognitif
3) B6 (Bone)
Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan
pergerakan disebabkan karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku
seluruh gerakan akan memberikan risiko pada trauma fisik bila melakukan
aktivitas

G. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan kehilangan fungsi neurologi/tonus
otot, ketidakmampuan untuk menentukan letak kamar mandi/mengenali kebutuhan.
2. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan intelektual (pikun,
disorientasi, penurunan kemampuan mengatasi masalah)
3. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori

H. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1 : Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan kehilangan fungsi
neurologi/tonus otot, ketidakmampuan untuk menentukan letak kamar
mandi/mengenali kebutuhan.
a) Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pola eliminasi terpenuhi
dengan kriteria hasil : Mampu menciptakan pola eliminasi yang adekuat/sesuai
b) Intervensi Keperawatan
1) Kaji pola sebelumnya dan bandingkan dengan pola yang sekarang
2) Letakkan tempat tidur dekat dengan kamar mandi jika memungkinkan.
Buatkan tanda tertentu atau pintu berkode khusus. Berikan cahaya yang
cukup terutama malam hari.
3) Buat program latihan defekasi atau kandung kemih. Tingkatkan partisipasi
pasien sesuai tingkat kemampuannya.
4) Pantau penampilan atau warna urine, catat konsistensi dari feses.
5) Berikan obat pelembek feses metamacil, gliserin suppositoria sesuai
dengan indikasi.
2. Diagnosa 2 : Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan
intelektual (pikun, disorientasi, penurunan kemampuan mengatasi masalah)
1. Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien tidak mengalami
hambatan komunikasi verbal dengan kriteria hasil : Membuat teknik/metode
komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan
kemampuan berkomunikasi
2. Intervensi Keperawatan
1) Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi.
2) Tentukan cara-cara berkomunikasi seperti mempertahankan kontak mata,
pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak, menggunakan kertas dan
pensil/bolpoint, gambar, atau papan tulis; bahasa isyarat, penjelas arti dari
komunikasi yang disampaikan.
3) Letakkan bel/lampu panggilan di tempat mudah dijangkau dan berikan
penjelasan cara menggunakannya.
4) Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa.
3. Diagnosa 3 : Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori
a) Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan perubahan pola tidur
klien dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1) Tidak terjadi perubahan tingkah laku dan penampilan (gelisah)
2) Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap
pikiran yang melayang-layang (melamun)
3) Mampu menentukan penyebab tidur inadekuat

b) Intervensi Keperawatan
1) Berikan lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan tidur (mematikan
lampu, ventilasi ruang adekuat, suhu yang sesuai, hindari kebisingan)
2) Anjurkan latihan saat siang hari dan turunkan aktivitas mental/fisik pada
sore hari
3) Turunkan jumlah minuman sore hari. Lakukan berkemih sebelum tidur
4) Kolaborasikan pemberian obat sesuai indikasi, seperti :
a. Antidepresi, seperti amitriptilin (elavil), doksepin (senequan), trasolon
(desyrel)
b. Oksazepam (serax), triazolam (halcion)

I. Evaluasi
1. Diagnosa 1 : Perubahan pola eliminasi urine/alvi berhubungan dengan kehilangan
fungsi neurologi/tonus otot, ketidakmampuan untuk menentukan letak kamar
mandi/mengenali kebutuhan
Evaluasi : Klien mampu menciptakan pola eliminasi yang adekuat/sesuai
2. Diagnosa 2 : Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan
intelektual (pikun, disorientasi, penurunan kemampuan mengatasi masalah)
Evaluasi : Teknik/metode klien komunikasi yang dapat dimengerti sesuai
kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi
4. Diagnosa 3 : Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori
Evaluasi :
a) Tidak terjadi perubahan tingkah laku dan penampilan (gelisah)
b) Klien menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap
pikiran yang melayang-layang (melamun)
c) Klien menentukan penyebab tidur inadekuat

You might also like