You are on page 1of 7

LAPORAN

PRAKTIKUM AEROFISIOLOGI
HUET

(Helicopter Underwater Escape Training)

OLEH :

Adhi Pasha Dwitama


1806150673

LABORATORIUM AEROFISIOLOGI LAKESPRA


PROGRAM PENDIDIKAN SPESIALIS KEDOKTERAN PENERBANGAN
UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA
2018
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Based on combined reports from the National Transportation Safety Board, Civil
Aviation Authority, and various other sources, the international offshore community
experienced 60 helicopter ditchings/crashes between January 2000 and December 2009.
Of the 60 events, 29 (48%) involved fatalities and resulted in the death of 152 of the 294
(52%) individuals onboard. The information has not been divided into classifications
such as a ditching (controlled/semi-controlled intentional emergency landing on water) or
a crash (uncontrolled flight into terrain/water). However, the number of fatalities
represents a survival rate well below that suggested by previous studies.
Brooks, MacDonald, Donati, and Taber suggest that the average worldwide
ditching survival rate is approximately 78%. With this in mind, it is noteworthy that the
world offshore ditching survival rate is at least 24% less than that of previous reports.
Based on the assertion that 85% of all aircraft crashes are survivable, the rate indicated is
a full 36% below what should be considered an acceptable average. Further statistical
analyses of these offshore cases would be beneficial in identifying survival factors related
to external flotation, amount of warning, time of day, previous underwater escape
training, and position of the helicopter when passengers and crew escaped.
Considerable attempts have been made to mitigate known risks associated with
helicopter transportation over water; however, survivability rates remain lower than what
should be expected and these events stand as a sobering reminder that a more critical
understanding of how to manage helicopter emergency situations is needed. Specifically,
a better understanding of Helicopter Underwater Escape Training (HUET) standards and
how they might affect survival rates is essential to directing future research.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Untuk menambah pengetahuan mengenai kesehatan penerbangan.
2. Mengetahui tahap – tahap yang harus dilakukan untuk penyelamatan diri dalam
keadaan darurat dalam air jika pesawat atau helikopter jatuh ke air atau tenggelam
II. TINJAUAN PUSTAKA

Definisi HUET
Helicopter underwater escape training adalah latihan menyelamatkan diri dari
helicopter ketika berada di dalam air. HUET merupakan paket pendidikan dan pelatihan
prosedur pelepasan diri (escape) penerbangan dan penumpang helicopter yang
mengalami pendaratan darurat di laut atau di danau. Untuk praktek pelatihan (stimulasi)
helicopter masuk ke dalam air digunakan sarana HMTS (Helicopter Mock-Up Training
Stimulator) yang diceburkan ke dalam kolam air. Sistem HUET terdiri dari perangkat
keras dan perangkat lunak pendidikan dan pelatihan yang ditujukan bagi personil pemula
(initial training), personil yang sedang bertugas (recurrent training) serta personil yang
perlu diperiksa kecakapannya (proficiency check). Teori dasar metode dan prosedur
pelepasan diri dari helicopter cockpit atau cabin diajarkan di dalam ruang kelas yang
ditunjang dengan perangkat CBT (computer based training) dan disertai dengan peragaan
serta praktek pelatihan sebenarnya yang dialami oleh siswa peserta pelatihan dengan
memakai HMTS di kolam air.

Praktek
• Profile I (adaptasi) Pelatihan adaptasi pada helicopter di dalam air dengan
menggunakan METS pada posisi jatuh vertical dengan statis tanpa pintu dan jendela
• Profile II (reaction atau kecekatan) Menggunakan METS pada posisi jatuh vertical
dengan statis menggunakan pintu dari jendela dan mengetahui bagaimana membukanya
• Profile III (disorientation) Menggunakan METS pada posisi vertical degan rotation
tanpa pintu dan jendela
• Profile IV (evacuation) Menggunakan METS pada posisi jatuh vertical dengan rotation
menggunakan pintu dan jendela dan mengetahui bagaimana membukanya
• Profile V (evacuation trouble) Menggunakan METS pada posisi jatuh vertical dengan
rotation satu pintu keluar dan jendela dan mengetahui alternative jalan keluar
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Waktu : Kamis, 12 Desember 2018, pukul 11..00 – 14.00 WIB
Tempat : Bagian Aerofisiologi Lakespra Saryanto, Kolam Renang HUET
Peserta : PPDS Kedokteran Penerbangan FKUI (6 orang)
Pengawas : Operator 12 orang

3.2 Alat dan Bahan


● Helm
● Modul simulasi mirip helikopter yang digantung dengan crane, dengan kelengkapan kursi
pilot, kursi penumpang dilengkapi sabuk pengaman, pintu keluar dan handel
● Alat kontrol untuk menaikan dan menurunkan modul

3.3 Cara kerja


1. peserta memasuki modul yang tergantung diatas air dan duduk menempati kursi masing-
masing dan menggunakan sabuk pengaman dan pastikan terkunci erat.
2. Mengingat posisi pintu keluar terhadap tubuh kita
3. Melakukan brace position, salah satu tangan memegang erat bagian bawah kursi dan satu
tangan lainnya memeluk erat pundak tangan sebaliknya, kepala tertunduk tetapi mata
tetap terbuka. Tangan yang memeluk pundak tangan ini digunakan pula untuk membuka
jendela atau pintu nantinya.
4. Persiapan impact
5. Pelatih memberi aba-aba yaitu ditching sebanyak 3 kali
6. Modul akan dimasukan ke air dan atau diputar 1800
7. Saat air mencapai dada, lakukan tarik nafas panjang diikuti menahan nafas serta
penghitung dalam hati 1000 sampai 5000
8. Buka pintu atau jendela
9. Lepaskan sabuk pengaman
10. Keluar dari modul simulasi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1. Hasil pengamatan


● Semua peserta berhasil keluar dengan baik dari dalam modul pada semua model
percobaan
● Saat Modul dilakukan putaran 1800 didalam air, peserta merasakan nyeri kepala
(terutama bagian frontalis)

1.2. Pembahasan
Hal penting yang perlu diingat dalam penyelamatan diri ketika helicopter jatuh di laut :
1. 92% penumpang akan selamat jika mendapat informasi dan penjelasan dari pilot lebih
kurang 1 menit terlebih dahulu. Kemudian 78% akan selamat jika telah mendapatkan info
dari captain kurang dari 11 detik
2. Usahakan menahan untuk tidak meminum air laut, karena air laut di dalam tubuh akan
memperparah paru-paru kita dalam bernafas dan melemaskan keadaan tubuh lainnya
3. Jangan langsung membuka seatbelt, saat helicopter sedang jatuh karena
memungkinkan kita disorientasi dan ada barang-barang lain diatas kepala kita ketika
pesawat terbalik di laut. Usahakan membuka seatbelt sesudah tidak ada gelembung udara,
tidak kehilangan arah dan sudah menemukan arah keluar pintu maupun jendela
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Simulasi HUET sangat penting untuk memberikan pengetahuan dan kemampuan kepada crew
dan penumpang agar dapat melakukan dan menyelamatkan diri secara maksimal pada situasi
keadaan darurat ketika helicopter terpaksa mendarat di air dan kemungkinan tenggelam.

5.2 Saran

Langkah-langkah tindakan penyelamatan yang sudah dipelajari pada simulasi HUET harus
diingat dengan baik, karena jika tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan urutan yang benar,
akan dapat mengakibatkan kegagalan dalam penyelamatan diri dalam keadaan darurat.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. https://www.academia.edu/12368642/ILA_Indoktrinasi_Latihan_dan_Aerofisiologi
2. Direktorat Kesehatan TNI-AU. Buku Pedoman Dokter Penerbangan TNIAU. Jakarta,
1990.
3.

You might also like