You are on page 1of 3

Critical Review Jurnal

Awakening The Conscience Inside: The Spirituality Of Code Of Ethics For


Professional Accountants

Digunakan untuk memenuhi Ujian Tengah Semester

Dosen Pengampu: Prof. Iwan Triyuwono, Ph.D., Ak

Oleh

Mutia Riska Faridani

186020300011009

MAGISTER PROGRAM ILMU AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2019
Menganalisis dan menilai jurnal Bapak Prof. Iwan Triyuwono, Ph.D., Ak
dengan judul Awakening the conscience inside: the spirituality of code of ethics
for professional accountants menggunakan teori ketundukan dan kepatuhan
secara total kepada Allah swt.

I. Analisis Jurnal

Jurnal yang berjudul Awakening the conscience inside: the spirituality of


code of ethics for professional accountants berbicara tentang makna yang lebih
luas tentang kode etik yang harus dimiliki oleh akuntan profesional yang didasari
oleh paradigma spiritualitas. Paridigma tersebut meyakini bahwa kehidupan
manusia sebenarnya adalah sebuah perjalanan untuk bersatu dengan Tuhan
(Chodjim, 2013; 2007). Paradigma spiritualitas menekankan perjalanan manusia
melibatkan hati nurani untuk menjalankan kehidupan dengan benar-benar menaati
kehendak Tuhan.
Untuk seorang profesional akuntan, memberikan penilaian secara etis
sangat penting, karena memberikan penilaian mengarahkan kepada pembuatan
keputusan, perilaku, dan tindakannya menjadi etis. Tindakan etis adalah syarat
untuk mewakili kualitas layanan profesional akuntan. Namun, banyak kegiatan
ekonomi dan akuntansi modern yang telah dijalani oleh seorang akuntan sekarang
adalah mengarah kepada memuaskan dan memaksimalkan keuntungan hanya
untuk memenuhi kepentingan yang bersifat materi semata. Hal ini berangkat dari
asumsi bahwa seorang manusia (homo economicus) diakui sebagai sebagai
individu yang memiliki rasionalitas ekonomi dan kepentingan diri sendiri dan
memiliki karakter kecenderungan yang kuat untuk merespon kehidupan manusia
sebagai sesuatu yang bersifat ekonomi yang diekonomikan untuk kepentingannya
sendiri dan manusia (homo economicus) memaksimalkan kepentingan untuk
mendapatkan kekayaan (Xin & Liu, 2013; Sigmund, 2010; Thaler, 2000).
Akan tetapi, untuk menjadi seorang akuntan profesional yang beretikan
tidaklah menjadi seorang yang akuntan yang beretika jika hanya mengedepankan
kepentingan diri sendiri serta hanya memiliki tujuan memperkaya diri sendiri
dengan yang sifatnya materi. Di dalam jurnal Awakening the conscience inside:
the spirituality of code of ethics for professional accountants ini mengatakan
bahwa manusia dapat menjadi homo economicus, homo socialogicalus dan homo
spiritus. Homo spiritus adalah manusia yang memiliki keyakinan agama dan
spiritual yang kuat pada hubungannya dengan Tuhan. Homo spiritus percaya dan
yakin bahwa hanya ada satu Tuhan serta tidak ada pemisahan antara semua
makhluk dengan Tuhan (Chodjim, 2013; 2007; Tinker, 2004; Boteach, 1996).
Kesatuan memiliki beberapa makna Pertama, secara fisik dan spiritual semua
makhluk (termasuk manusia) terbuat dari bahan baku ilahi. Mereka diciptakan
dari tubuh Allah. Mereka semua berada dalam satu kesatuan.
Homo spiritus memiliki elemen yang disebut hati nurani. Itu adalah tempat
roh ilahi atau tempat dari Esensi Allah yang ditanamkan oleh Allah ke dalam
manusia. Fungsinya adalah untuk mengarahkan secara ilahi perilaku dan tindakan
manusia untuk selalu sesuai dengan kehendak Tuhan. Dengan kata lain, ketika
seseorang secara sadar dan total mengikuti perintah roh ilahi (hati nurani), maka
kita dapat mengatakan bahwa dia telah menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada
kehendak Allah. Ini adalah kondisi ideal homo spiritus untuk menjadikan roh
sebagai sumber dan pusat ilahi untuk berperilaku.
Oleh sebab itu, idealnya seoarang akuntan profesional harusnya menjadi
manusia homo spiritus. Seorang akuntan profesional harus menjalankan tugasnya
dengan memngikuti kehendak Tuhan yang diperintahkan kepada dirinya melalui
hati nurani. Tentu saja, tidak semata-mata hanya demi keuntungan yang bersifat
materi namun juga menjalani kegiatannya dengan penuh rasa cinta dan kasih
sayang. Indonesia sendiri telah mengapresiasi seorang akuntan profesional dengan
berbagai macam sertifikat dan tentu dapat menguntungkan pekerjaannya dan juga
mereka yang memiliki sertifikat tersebut mendapatkan kompensasi yang baik
sepanjang jalan karir mereka. Dengan kata lain, kita dapat mengarahkan
profesional akuntan untuk berperilaku etis berada dalam kesadaran rasional,
kesadaran psiko-spiritual, dan kesadaran ilahi melalui sertifikasi. Tentu saja bukan
sertifikasi yang diorientasikan untuk meningkatkan gaji seoarang akuntan
profesional, melainkan untuk meningkatkan kualitas diri internal akuntan menjadi
yang sempurna. Melalui perbaikan batin, akuntan memperoleh beberapa manfaat.
Salah satunya adalah kebahagiaan spiritual, yaitu perasaan dekat secara spiritual
dengan Tuhan, dengan orang lain, dan dengan alam.

II. Penilaian dan Kritik


Saya sangat setuju bahwa seorang akuntan profesional dalam menjalankan
karirnya dengan selalu tunduk dan patuh secara total kepada kehendak Allah.
Karena, jika seorang manusia tunduk dan patuh kepada satu-satunya Tuhan yang
menciptakannya maka manusia itu pasti akan beperilaku baik dan memiliki moral
yang baik pula. Akuntan profesional di Indonesia mungkin sudah terbukti
kecerdasan intelektualnya. Namun, kita belum dapat percaya secara keseluruhan
terhadap tujuannya. Apakah memang untuk mensejahterakan manusia lain, atau
hanya untuk memenuhi kepentingan pribadi.
Salah satu yang menyebabkan seorang akuntan profesional berperilaku
negatif adalah kurangnya kesadaran spiritual dalam dirinya yang tidak dapat
membedakan mana perbuatan yang hanya untuk memenuhi hasratnya saja mana
yang memang tindakan sesuai kehendak Tuhan.
Saya percaya bahwa, ketika akuntan profesional sudah menerapkan nilai-
nilai spiritualitas terhadap dirinya dan mengikuti semua kehendak Tuhan akan
dirinya tidak akan ada lagi kecurangan-kecurangan yang dapat terjadi didunia
bisnis. Karena, saya percaya perintah dan kehendak Tuhan pasti akan membawa
manusia ke dalam kebaikan.

You might also like