You are on page 1of 10

Laboratorium Hidrologi Lingkungan

Jurusan Teknik Lingkungan


Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2018/2019

ACARA IX
NERACA AIR

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat mengetahui cara menganalisis neraca air pada suatu daerah.
II. ALAT DAN BAHAN
1. Alat Tulis
2. Kalkulator
3. Komputer
4. Buku Sumber
5. Milimeter Block
6. Data curah hujan (CH)
III. DASAR TEORI
Jumlah air di suatu luasan tertentu hamparan permukaan bumi dipengaruhi
oleh masukan (input) dan keluaran (output) yang terjadi. Pertimbangan antara
masukan dan keluaran air di suatu tempat dikenal sebagai neraca air (water
balance), dan nilainya berubah-ubah dari waktu ke waktu. Penyusunan neraca
air di suatu tempat dan pada periode dimaksudkan untuk mengetahui jumlah
netto air yang diperoleh sehingga dapat diupayakan pemanfaatan sebaik
mungkin. Kebenaran suatu perhitungan neraca air sangat tergantung pada
pertambahan waktu yang dipertimbangkan. Sebagai patokan, evapotranspirasi
tekanan normal dapat dihitung secara meyakinkan sebagai perbedaan antara
hujan dan aliran rata-rata jangka panjang, karena perubahan simpanan dalam
periode tahunan yang panjang tidak dapat dihitung (Asrifah, 2019).
Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air
disuatu tempat pada periode tertentu, sehingga dapat untuk mengetahui jumlah
air tersebut kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit). Kegunaan
mengetahui kondisi air pada surplus dan defisit dapat mengantisipasi bencana
yang kemungkinan terjadi, serta dapat pula untuk mendayagunakan air sebaik-
baiknya (Soewarno, 2000).
Besaran tiap komponen siklus dapat diukur dan digabungkan satu dengan
yang lain sehingga menghasilkan neraca air atau kesetimbangan air. Beberapa

NERACA AIR
Laboratorium Hidrologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2018/2019

sifat tanah yang merupakan komponen-komponen neraca air, misalnya kapasitas


menyimpan air (jumlah ruang pori), infiltrasi, kemantapan pori sangat
dipengaruhi olehmacam penggunaan lahan atau jenis dan susunan tanaman yang
tumbuh di tanah tersebut. Jadi jenis-jenis pohon atau tanaman semusim yang
ditanam pada suatu bidang tanah dapat mempengaruhi siklus dan kesetimbangan
air pada sistem tersebut. Sebaliknya siklus dan kesetimbangan air dalam sistem
ini pada gilirannya juga mempengaruhi kompetisi antara komponen tanaman
yang ada (Suprayogo, 2000).
Air merupakan bahan alami yang secara mutlak diperlukan tanaman dalam
jumlah cukup dan pada saat yang tepat. Kelebihan ataupun kekurangan air mudah
menimbulkan bencana. Tanaman yang mengalami kekeringan akan berdampak
penurunan kualitas ataupun gagal panen. Kelebihan air dapat menimbulkan
pencucian hara, erosi ataupun banjir yang memungkinkan gagal panen. Manfaat
secara umum yang dapat diperoleh dari analisis neraca air antara lain (Asrifah,
2019):
1. Digunakan sebagai bahan dasar pembuatan bangunan penyimpanan dan
pembagian air serta saluran-salurannya. Hal ini terjadi jika hasil analisis
neraca air didapat banyak bulan-bulan yang defisit air.
2. Sebagai dasar pembuatan saluran drainase dan teknik pengendalian banjir.
Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan
yang surplus air.
3. Sebagai dasar pemanfaatan air alam untuk berbagai keperluan pertanian
seperti tanaman-hortikultura, perkebunan, kehutanan, hingga perikanan.
Secara kuantitatif, neraca air menggambarkan prinsip bahwa selama periode
waktu tertentu masukan air total sama dengan keluaran air total ditambah dengan
perubahan air cadangan (change in storage). Nilai perubahan air cadangan ini
dapat bertanda positif atau negatif (Soewarno, 2000).
Model neraca ini cukup banyak, namun yang biasa dikenal terdiri dari tiga
model neraca air yang didasarkan pada tujuan penggunaanya, antara lain:
A. Model Neraca Air Umum.
Model ini menggunakan data-data klimatologis dan bermanfaat untuk
mengetahui berlangsungnya bulan-bulan basah (jumlah curah hujan

NERACA AIR
Laboratorium Hidrologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2018/2019

melebihi kehilangan air untuk penguapan dari permukaan tanah atau


evaporasi maupun penuapan dari sistem tanaman atau transpirasi,
penggabungan keduanya dikenal sebagai evapotranspirasi).
B. Model Neraca Air Lahan.
Model ini merupakan penggabungan data-data klimatologis dengan data-
data tanah terutama data kadar air pada Kapasitas Lapang (KL), kadar air
tanah pada Titik Layu Permanen (TLP), dan Kapasitas Air Tersedia/ KAT
(Water Holding Capacity/ WHC)
1. Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang
menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah
terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang dapat ditahan tanah tersebut
akan terus-menerus diserap akar tanaman atau menguap sehingga
tanah makin lama makin kering. Pada suatu saat akar tanaman tidak
lagi mampu menyerap air sehingga tanaman menjadi layu. Kandungan
air pada kapasitas lapang diukur pada tegangan 1/ 3 bar atau 33 kPa
atau pF 2,53 atau 346 cm kolom air.
2. Titik layu permanen adalah kondisi air tanah dimana akar-akar
tanaman tidak mampu lagi menyerap air tanah, sehingga tanaman
layu. Tanaman akan tetap layu pada siang atau malam hari.
Kandungan air pada titik layu permanen diukur pada tegangan 15 bar
atau 1500 kPa atau F 4, 18 atau 15, 849 cm tinggi air kolam.
C. Model Neraca Air Tanaman.
Model ini merupakan penggabungan data klimatologis, data tanah,
dan data tanaman. Neraca air ini dibuat untuk tujuan khusus pada jenis
tanaman tertentu. Data tanaman yang digunakan adalah data koefisien
tanaman pada komponen keluaran dari neraca air.

NERACA AIR
Laboratorium Hidrologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2018/2019

IV. HASIL PRAKTIKUM


1. Nilai PET
Tabel 9.1 Hasil Perhitungan Nilai PET Tahun 2006
PET PET
Bulan T°C I a
(cm/bulan) (mm/bulan)
Januari 29,8 14,918 4,165 21,159 211,585
Februari 29,9 14,994 4,165 21,456 214,558
Maret 26,9 12,776 4,165 13,813 138,126
April 25,9 12,064 4,165 11,796 117,963
Mei 27,0 12,848 4,165 14,028 140,278
Juni 28,9 14,242 4,165 18,621 186,213
Juli 26,3 12,347 4,165 12,574 125,739
Agustus 28,3 13,796 4,165 17,063 170,630
September 27,9 13,502 4,165 16,081 160,807
Oktober 26,5 12,490 4,165 12,977 129,770
November 27,4 13,138 4,165 14,914 149,139
Desember 27,5 13,210 4,165 15,142 151,420
ƩI 160,326
Keterangan :
T = Suhu
i = Indeks panas bulanan
I = Indeks panas tahunan
a = Konstanta panas
PET = Evapotranspirasi potensial

NERACA AIR
Laboratorium Hidrologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2018/2019

Tabel 9.2 Hasil Perhitungan Nilai PET Tahun 2007


Bulan T°C I a PET (cm/bulan) PET (mm/bulan)
Januari 29 14,316 4,524 18,947 189,469
Februari 30,1 15,146 4,524 22,422 224,223
Maret 30,0 15,070 4,524 22,087 220,873
April 26,9 12,776 4,524 13,485 134,851
Mei 29,3 14,541 4,524 19,850 198,499
Juni 27,8 13,429 4,524 15,650 156,499
Juli 29,4 14,616 4,524 20,158 201,582
Agustus 28,5 13,944 4,524 17,513 175,134
September 27,9 13,502 4,524 15,906 159,062
Oktober 27,4 13,138 4,524 14,657 146,568
November 28,1 13,649 4,524 16,429 164,286
Desember 28,3 13,796 4,524 16,964 169,642
ƩI 167,925

Keterangan :
T = Suhu
i = Indeks panas bulanan
I = Indeks panas tahunan
a = Konstanta panas
PET = Evapotranspirasi potensial
Berdasarkan hasil perhitungan (terlampir) didapatkan nilai PET bulan Juli tahun
2007 sebesar 201,582 mm/bulan.

NERACA AIR
Laboratorium Hidrologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2018/2019

Tabel 9.3 Hasil Perhitungan Nilai PET Tahun 2008


PET PET
Bulan T°C I a
(cm/bulan) (mm/bulan)
Januari 26,7 12,633 4,126 13,424 134,235
Februari 26,4 12,418 4,126 12,812 128,121
Maret 27,9 13,502 4,126 16,093 160,929
April 28,0 13,576 4,126 16,332 163,322
Mei 30,5 15,452 4,126 23,242 232,420
Juni 29,6 14,767 4,126 20,540 205,404
Juli 28,4 13,870 4,126 17,316 173,165
Agustus 28,9 14,242 4,126 18,609 186,092
September 25,6 11,853 4,126 11,285 112,846
Oktober 25,3 11,644 4,126 10,749 107,490
November 26,3 12,347 4,126 12,613 126,131
Desember 27,4 13,138 4,126 14,936 149,360
ƩI 159,442
Keterangan :
T = Suhu
i = Indeks panas bulanan
I = Indeks panas tahunan
a = Konstanta panas
PET = Evapotranspirasi potensial

NERACA AIR
Laboratorium Hidrologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2018/2019

2. Nilai EP
Tabel 9.5 Hasil Perhitungan Nilai EP Tahun 2006
Bulan PET (mm/bulan) STz/30.12 EP (mm/bulan)
Januari 211,585 1,068 225,973
Februari 214,558 0,964 206,834
Maret 138,126 1,044 144,204
April 117,963 0,996 117,491
Mei 140,278 1,016 142,522
Juni 186,213 0,972 180,999
Juli 125,739 1,012 127,248
Agustus 170,630 1,022 174,384
September 160,807 1,000 160,807
Oktober 129,770 1,054 136,778
November 149,139 1,054 157,193
Desember 151,420 1,076 162,928
Januari 211,585 1,068 225,973
Keterangan :
PET = Evapotranspirasi potensial
STz/30.12 = Lama penyinaran
EP = Evapotranspirasi

NERACA AIR
Laboratorium Hidrologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2018/2019

Tabel 9.6 Hasil Perhitungan Nilai EP Tahun 2007


Bulan PET (mm/bulan) STz/30.12 EP (mm/bulan)
Januari 189,469 1,068 202,353
Februari 224,223 0,964 216,151
Maret 220,873 1,044 230,592
April 134,851 0,996 134,312
Mei 198,499 1,016 201,675
Juni 156,499 0,972 152,117
Juli 201,582 1,012 204,001
Agustus 175,134 1,022 178,986
September 159,062 1,000 159,062
Oktober 146,568 1,054 154,482
November 164,286 1,054 173,157
Desember 169,642 1,076 182,535
Keterangan :
PET = Evapotranspirasi potensial
STz/30.12 = Lama penyinaran
EP = Evapotranspirasi
Berdasarkan hasil perhitungan (terlampir) didapatkan nilai EP bulan Juli tahun
2007 sebesar 204,001 mm/bulan.

NERACA AIR
Laboratorium Hidrologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2018/2019

Tabel 9.7 Hasil Perhitungan Nilai EP Tahun 2008


Bulan PET (mm/bulan) STz/30.12 EP (mm/bulan)
Januari 134,235 1,068 143,363
Februari 128,121 0,964 123,509
Maret 160,929 1,044 168,010
April 163,322 0,996 162,669
Mei 232,420 1,016 236,139
Juni 205,404 0,972 199,653
Juli 173,165 1,012 175,243
Agustus 186,092 1,022 190,186
September 112,846 1,000 112,846
Oktober 107,490 1,054 113,294
November 126,131 1,054 132,942
Desember 149,360 1,076 160,711
Keterangan :
PET = Evapotranspirasi potensial
STz/30.12 = Lama penyinaran
EP = Evapotranspirasi

NERACA AIR
Laboratorium Hidrologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2018/2019

DAFTAR PUSTAKA

Asrifah, Dina, dkk. 2017. Buku Panduan Praktikum Hidrologi Lingkungan,


Yogyakarta : Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta
Soewarno.2000. Hidrologi Operasional Jilid Kesatu. Bandung: PT. Aditya Bakti
Suprayogo D. 2000. Testing the safety-net hypothesis in hedgerow intercropping:
waterbalance and mineral-N leaching in the humid tropics. PhD. Thesis.
Imperial College of Science, Technology and Medicine, University of London.

NERACA AIR

You might also like