You are on page 1of 4

Chitosan adalah serat makanan yang terdapat pada tempurung udang dan kepiting.

Sebenarnya ada
banyak sekali manfaat dari chitin chitosan, namun pada jaman dahulu manusia menganggap chitosan
sebagai limbah, ini dikarenakan chitosan tidak larut dalam air, asam, basa maupun pelarut organik
lainnya, selain itu chitosan sangat sulit untuk diproses agar bisa dikonsumsi sehingga modal yang
dikeluarkan untuk memprosesnya jauh lebih mahal daripada penggunaan serat pada umumnya.
Namun seiring berkembangnya teknologi, manusia menemukan bahwa chitosan mempunyai
keistimewaan yang tidak dimiliki serat lainnya, yakni merupakan satu-satunya serat hewan yang dapat
dimakan yang mengandung ion positif. Chitosan merupakan satu-satunya zat molekul tinggi
pembawa listrik positif yang ada di alam bebas, dimana ketika masuk ke dalam tubuh manusia,
chitosan akan menangkap asam lemak yang membawa listrik negatif, mengelilinginya sehingga tidak
diserap oleh saluran usus, lalu diekresi keluar dari tubuh.

II. MANFAAT CHITIN CHITOSAN

1. Manfaat chitin chitosan dalam memperbaiki mekanisme pencernaan.


Chitosan sama seperti serat pada umumnya yang dapat menahan air, bersifat mengembang,
bersifat menyerap, dan sulit dicerna. Oleh karena itu, chitosan dapat meningkatkan
pergerakan saluran usus, menyerap racun di dalam usus, menambah tinja, sehingga dapat
memperbaiki sembelit, dan berfungsi menghilangkan racun.
2. Manfaat chitin chitosan untuk menurunkan lemak darah dan kolesterol.
Chitosan dapat menyatu dengan zat asam empedu yang membawa muatan listrik negatif,
sehingga menghambat penyerapan kolesterol. Setelah zat asam empedu yang disekresi liver
membantu pencernaan zat lemak, sebagian besar akan diserap ulang dan disekresi ulang ke
dalam rongga usus. Setelah chitosan dan zat asam empedu menyatu maka dapat menghalangi
penyerapan zat asam empedu, sehingga kolesterol dalam darah dengan jumlah yang besar
setelah masuk ke dalam liver diubah menjadi zat asam empedu untuk mencapai tujuan
mengurangi kolesterol dalam darah.
3. Manfaat chitin chitosan untuk mengatur bakteri dalam saluran usus.
Chitosan dapat mengurangi kadar PH pada saluran usus, meningkatkan perkembangbiakan
bakteri yang berguna, menghambat perusakan oleh bakteri jahat terhadap protein makanan
yang belum dicerna dan diserap, sehingga mampu mengurangi produksi zat racun oleh amino
dan fenol terhadap metil fenol, indole, dan sebagainya.
4. Manfaat chitin chitosan untuk mengurangi kadar gula darah.
Chitosan dapat mengatur kadar PH dalam cairan tubuh, sehingga ketika PH meningkat maka
akan menambah sensitivitas insulin, dengan demikian mampu mengurangi kadar gula.
Ketika menderita diabetes, metabolisme gula dalam tubuh mengalami masalah. Tubuh akan
memproduksi zat asam secara berlebihan, kadar PH cairan tubuh cenderung akan rendah,
sehingga sensitivitas insulin menurun. Chitosan dapat mengurangi penyerapan CL, ion positif
dalam cairan tubuh terutama terdiri dari CL dan HCO3. Sewaktu kadar CL berkurang, HCO3
akan meningkat secara relatif. Pemulihan cairan tubuh cenderung bersifat basa, sehingga
meningkatkan sensitivitas insulin, dan dapat memperbaiki kadar gula darah.

5. Manfaat chitin chitosan untuk mencegah diabetes.

Chitosan dapat mengurangi penyerapan zat gula dalam makanan, menurunkan kadar gula
dalam darah sehingga dapat mencegah timbulnya diabetes.
Chitosan merupakan satu-satunya zat molekul tinggi pembawa ion positif yang ada di alam bebas.
Zat Chitin bermanfaat untuk mengaktifkan sel tubuh manusia, mengatur saraf simpatik dan sekresi
hormon serta melancarkan metabolisme tubuh. Chitosan adalah zat molekul tinggi pembawa ion
positif yang dapat mengikat penyerapan kolesterol sehingga kolesterol tidak mengendap didalam
liver. Chitosan juga akan menangkap dan mengikat senyawa asam lemak sehingga tidak bisa diserap
usus, lalu dikeluarkan dari tubuh, sehingga mampu mencegah liver berlemak, menormalkan pembuluh
darah dan tekanan darah, mempercepat pencernaan sehingga dapat menurunkan berat badan

Chitosan pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Perancis, Ojier, pada tahun 1823. Ojier meneliti
chitosan hasil ekstrak kerak binatang berkulit keras, seperti udang, kepiting, dan serangga.

Dijelaskan DR. Ir. Linawati Hardjito, Ketua Departemen Teknologi Hasil Perikanan (THP) Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, chitosan merupakan produk turunan dari
polymer chitin, yakni produk limbah dari pengolahan industri perikanan, khususnya udang dan
rajungan. Limbah kepala udang mencapai 35-50 persen dari total berat udang.

Proses pembuatan chitosan, menurut Dr. Setiawan, pertama-tama kulit udang atau kepiting dicuci
dengan larutan alkali encer untuk menghilangkan protein (deproteinisasi). Selanjutnya bahan dicuci
dengan larutan asam hidroklorik encer untuk menghilangkan kerak kapur (demineralisasi). Proses
deproteinisasi dan demineralisasi usai, yang tersisa adalah zat kerak (crust).

“Dalam zat kerak terdapat unsur butylosar yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Zat kerak tak larut
dalam asam maupun basa, dan sulit diserap oleh tubuh manusia,” ungkapnya.

Untuk mendapatkan unsur butylosar secara utuh, dokter yang berpraktik di daerah Pluit, Jakarta Utara
ini menguraikan prosesnya. Pertama kali, zat kerak dimasukkan ke dalam larutan alkali pekat.
Selanjutnya, dipanaskan dalam suhu 80-120 derajat Celsius untuk melepaskan asetil.

Butylosar yang telah didapatkan itu hanya larut dalam asam encer dan cairan tubuh manusia. Dengan
demikian, butylosar dapat diserap oleh tubuh.

Kerak yang telah dilepaskan asetilnya merupakan zat murni, tinggi sifat basanya, serta mengandung
banyak molekul glukosa. Zat itu merupakan satu-satunya selulosa yang dapat dimakan.

Ditambahkan DR. Linawati, zat ini mempunyai muatan positif yang kuat, dan dapat mengikat muatan
negatif dari senyawa lain. Selain itu, zat ini mudah mengalami degradasi secara biologis dan tidak
beracun.

Pengganti Formalin
Lebih lanjut, Dr. Setiawan menguraikan khasiat butylosar, yakni meningkatkan fungsi pembunuh sel
kanker. Dalam sebuah riset antitumor, katanya, butylosar mempunyai daya penekan terhadap
penyebaran sel tumor sekaligus merangsang kemampuan kekebalan tubuh serta mendorong
tumbuhnya sel T limpa dari pankreas.

“Bahaya kanker terletak pada kemungkinan peralihannya. Kemampuan zat butylosar dalam menekan
sifat peralihan sudah diakui oleh ilmuwan biologi di berbagai negara melalui cara yang berbeda-beda.
Selain itu, dalam pemakaiannya terhadap pasien memperlihatkan keberhasilan yang cukup tinggi,”
kata Dr. Setiawan.
Butylosar mempunyai kemampuan menempel pada molekul sel di permukaan bagian dalam pembuluh
darah. Kondisi ini mencegah sel tumor menempel pada sel permukaan pembuluh darah, artinya
mencegah perembesan jaringan kanker ke daerah sekitar.

Butylosar dapat juga mengurangi penyerapan tubuh terhadap ion-ion klor. Zat ini meningkatkan
fungsi pembesaran pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan tekanan darah.

Sejak tahun 2004, menurut DR. Linawati, Departemen THP telah melakukan uji aplikasi zat kerak
pada beberapa produk ikan asin, seperti jambal roti, teri, dan cumi. Dalam berbagai konsentrasi,
chitosan dilarutkan dalam asam asetat, kemudian ikan asin yang akan diawetkan dicelupkan beberapa
saat dan ditiriskan.

Hasilnya, pada konsentrasi 1,5 persen saja penggunaan chitosan dapat menyamai pemakaian formalin
yang merupakan bahan berbahaya. Indikasinya, lalat yang hinggap lebih sedikit, penampakannya
lebih baik daripada ikan asin kontrol (tanpa formalin dan chitosan) maupun ikan asin dengan
formalin.

Pemakaian chitosan sebagai bahan pengawet juga tidak menimbulkan perubahan warna dan aroma.
Setengah berpromosi, DR. Linawati membandingkan segi ekonomis penggunaan chitosan dibanding
formalin. Untuk 100 kg ikan asin diperlukan satu liter chitosan seharga Rp 12.000, sedangkan
formalin Rp 16.000.

Butylosar dapat mengurangi penyerapan tubuh terhadap ion-ion khlor, di bawah pengaruh asam
lambung akan terjadi muatan positif dan gen-gen ion positif yang bergabung dengan ion-ion khlor,
mengurangi kekentalan ion khlor di dalam gula darah, meningkatkan fungsi pembesaran pembuluh
darah, meningkatkan fungsi pembesaran pembuluh darah yang pada gilirannya menurunkan tekanan
darah.

Senyawa karbohidrat yang dikonsumsi oleh manusia akan diubah menjadi glukosa. Meningkatnya
jumlah karbohidrat yang dikonsumsi akan meningkatkan jumlah glukosa dalam darah. Pada kondisi
ini pankreas akan memproduksi hormon insulin untuk mengontrol
jumlah glukosa dalam darah. Insulin merupakan suatu hormon polipeptida yang terdiri dari 51 asam
amino dan berperan penting bagi kesehatan manusia [1]. Ketidakmampuan insulin dalam mengontrol
kadar glukosa dalam darah dapat menyebabkan penyakit diabetes. Ada dua jenis diabetes yang
disebabkan oleh ganguan insulin. Ketika pankreas tidak bisa memproduksi insulin disebut diabetes
tipe 1. Sedangkan diabetes tipe 2 terjadi ketika pankreas bisa memproduksi insulin, tetapi jumlah
insulin yang dihasilkan tidak cukup untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah [2]. Oleh karena itu
pengukuran insulin menjadi suatu hal yang penting bagi tim medis untuk mengambil keputusan dalam
penanganan pasien diabetes

Udang merupakan salah satu andalan komiditi perikanan Indonesia yang diekspor ke luar
negeri dalam bentuk tanpa kepala atau tanpa kepala dan kulit (dikupas). Dari aktivitas
pengambilan daging udang oleh industri pengolahan/pembudidayaan udang dihasilkan
limbah kulit udang oleh (cangkang) cukup banyak yang jumlahnya dapat mencapai sekitar
30-40 % dari berat udang, tergantung bentuk olahannya (Soegiarto, Toro, Soegiarto, 1979).
Secara umum, cangkang kulit udang mengandung 27,6% mineral, 34,9% protein, 18,1%
chitin, dan komponen lain seperti zat terlarut. Lemak dan protein tercerna sebesar 19,4%
(Suhardi, 1992). Selama ini, limbah kulit udang hanya dimanfaatkan sebagai tepung dan
campuran pakan ternak, tetapi pemanfaatan ini belum dapat mengatasi limbah kulit udang
secara maksimal. Dengan melihat komposisi dalam cangkang kulit udang diatas, maka
limbah kulit udang dapat dimanfaatkan menjadi produk yang mempunyai nilai ekonomis
yang lebih tinggi, salah satunya dengan chitosan

You might also like