You are on page 1of 6

ACARA I

PENGUKURAN LAJU INFILTRASI

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seluruh keperluan air bagi tanaman dan untuk kelembaban tanahnya dicukupi oleh
ketersedian air pengairan yang berasal dari air permukaan dan air tanah. Ketersedian air
pengairan bagi pertanian itu berbeda-beda tergantung pada musim, lokasi sumber air dan
usaha-usaha konservasi air. Tiap jenis tanah dengan ciri-ciri fisika, kimia, biologi, dan
mineralogi yang berbeda-beda memerlukan perhitungan kebutuhan air yang berbeda-beda
dalam tujuan pemberian airnya. Ketersedian air bagi lahan pertanian dapat diusahaakan
juga dengan memberikan irigasi, yang dimana dalam pemberian air irigasi pada lahan
harus mengetahui laju infiltrasinya agar tidak terjadi run-off.
Pada tata guna lahan yang berbeda akan dijumpai jenis vegetasi dan tingkat
pengolahan lahan yang berbeda. Dimana kedua hal tersebut juga akan menyebabkan
terjadinya laju infiltrasi yang berbeda. Laju infiltrasi yang tinggi tidak hanya
meningkatkan jumlah air yang tersimpan dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman, tetapi
juga mengurangi banjir dan erosi yang diakibatkan oleh run off. . Pengukuran hasil laju
infiltrasi dapat mengetahui bagaimana kondisi tanah khususnya sifat fisiknya. Semakin
cepat air masuk ke dalam tanah maka air akan sedikit terjerap oleh pori-pori dan
sebaliknya. Oleh karena itu, dalam pengelolaan lahan pertanian menetapkan laju infiltrasi
pada lahan sangat diperlukan.
B. Tujuan
Mengadakan pengukuran laju infiltrasi dan mempelajari faktor faktor yang
mempengaruhinya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Infiltrasi adalah proses dimana air berada di atas permukaan tanah kemudian masuk
kedalam tanah. Infiltrasi didefinisikan sebagai masuknya air ke bawah ke tanah atau sedimen
sedangkan laju infiltrasi (kapasitas infiltrasi) sebagai laju maksimum di mana tanah akan
menyerap air yang terdapat di permukaan tanah pada kedalaman yang dangkal. Pengetahuan
tentang infiltrasi menjadi penting karena pengaruh kapasitas air yang dapat masuk ke tanah.
Dalam perencanaan pengembangkan suatu wilayah, laju infiltrasi adalah menjadi salah satu
parameter yang memiliki pengaruh besar untuk menentukan area mana yang harus dan
memiliki potensi untuk dikembangkan. Banyak peneliti telah melakukan analisis infiltrasi air
dalam berbagai macam tujuan seperti stabilitas lereng, laju indiltrasi udara, limpasan curah
hujan dan erodibilitas tanah (Suryadi et al., 2017).
Dua parameter penting yang digunakan dalam mengidentifikasi infiltrasi air ke dalam
profil tanah adalah laju dan jumlah kumulatif. Pengukuran dan solusi numerik telah
menunjukkan bahwa laju infiltrasi dalam tanah yang seragam, awalnya tanah yang kering
ketika curah hujan tidak membatasi infiltrasi, berkurang seiring waktu dan mendekati tingkat
minimum asimptotik. Data yang tersedia dalam beberapa literatur menunjukkan bahwa ada
variasi dalam tingkat infiltrasi pada daerah. Variasi ini disebabkan oleh curah hujan yang
tinggi, tipe penggunaan lahan, dan pengaruh vegetasi. Dapat diamati, dinamika karakteristik
tanah dalam kaitannya dengan laju infiltrasi yang berubah ini dapat bertindak dalam proporsi
yang berbeda sebagai keuntungan atau kendala terhadap kualitas sumber daya lahan. Beberapa
peneliti telah mempelajari pengaruh beberapa parameter sifat fisik tanah seperti ukuran
partikel, kepadatan massal, porositas total dan konduktivitas hidrolik jenuh (Ks), jika dikaitkan
dengan terjadinya infiltrasi (Akintoye & Ayorinde, 2012) .
Proses infiltrasi bisa tergantung dari jenis tekstur tanah. Perbedaan lapisan tanah dan
susunannya merupakan faktor yang signifikan dalam mempengaruhi infiltrasi. Laju infiltrasi
pada tanah liat akan lebih lambat daripada pada tanah berpasir. Dalam Sosrodarsono dan
Takeda (1977), lapisan yang dapat dilalui dengan mudah oleh air tanah seperti lapisan pasir
atau lapisan kerikil disebut lapisan permeabel. Lapisan yang sulit dilalui air tanah seperti
lapisan lempung atau silt disebut lapisan kedap air (aquiclude) dan lapisan yang menahan air
seperti lapisan batuan disebut lapisan kebal air (aquifuge). Kedua jenis lapisan ini disebut
lapisan impermeabel. Simpanan air dalam tanah tergantung dari keseimbangan air dalam tanah.
Perubahan air di dalam simpanan air akan tergantung dari jumlah air yang masuk dan keluar.
Air yang terinfiltrasi ke dalam tanah akan tersimpan sampai kapasitas tanah untuk menampung
air terpenuhi kemudian air akan bergerak secara vertikal menuju groundwater melalui perkolasi
dan sebagian lagi akan mengalir ke samping menjadi aliran permukaan atau mengalir dibawah
permukaan.
Laju infiltrasi suatu tanah pada umumnya lebih tinggi dan cenderung akan menurun
dan mencapai konstan dengan bertambahnya waktu pengamatan. Laju infiltrasi pada awalnya
tinggi karena tanah pada awalnya kering, kemudian cenderung menurun secara bertahap dan
mencapai laju yang tetap (infiltrasi konstan), menurunnya laju infiltrasi ini disebabkan
berkurangnya hisapan matrik tanah, yang dikarenakan semakin dalamnya profil tanah yang
basah akibat terjadinya infiltrasi, yang pada akhirnya hanya tarikan grafitasi saja yang
menyebabkan air bergerak ke bawah, dengan berjalannya waktu mendekati tak hingga tarikan
gravitasi akan mencapai konduktivitas yang maksimum atau jenuh. (Kunze dan karkuri, 1983).
Laju Infiltrasi dapat diperbesar dengan mempengaruhi salah satu dari faktor-faktor
yang mempengaruhi laju infiltrasi yaitu, meningkatkan banyaknya air yang masuk kedalam
tanah dengan meningkatkan simpanan depresi yang ditimbulkan oleh pengolahan tanah,
pembuatan galengan atau pengolahan lahan menurut kontur, mengurangi besarnya evaporasi,
dengan pemberian mulsa misalnya juga memperbesar jumlah air yang masuk kedalam tanah,
pemupukan dengan pupuk organik, penutupan tanah dengan vegetasi atau sisa-sisa tanaman
dan menjaga ekosistem flora dalam tanah karena lubang atau celah-celah pada tanah yang
ditimbulkan oleh binatang-binatang tanah, seperti cacing dan serangga dapat memperbesar
jumlah air yang meresap ke dalam tanah. Berdasarkan Arsyad (2006) penutupan tanah dengan
vegetasi dapat meningkatkan laju infiltrasi suatu lahan. Hal ini didukung pula dalam penelitian
Utaya (2008), dimana perbedaan kapasitas infiltrasi pada berbagai penggunaan lahan
menunjukkan bahwa faktor vegetasi memiliki peran besar dalam menentukan kapasitas
infiltrasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kapasitas infiltrasi pada tanah bervegetasi
akan cenderung lebih tinggi dibanding tanah yang tidak bervegetasi.
DAPUS :

Arsyad, Sitanala. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor hal : 49-54.
Akintoye., O. Ayorinde. 2012. The effects of landuse on the infiltration capacity of coastal
plain soils of calabar– nigeria. International Journal of Applied Science and
Technology 2(2) : 80-84.
Kunze RJ., Kar-Kuri HR.1983.Gravitational flow in infiltration. In: Proceedings of national
conference on advances in infiltration. ASAE (pp) : 14-23.
Sosrodarsono, Suyono.,K.Takeda., 1977. Bendungan Tipe Urugan. PT. Pradnya Paramita :
Jakarta.
Suryadi, Adi., T. Choanji1., D. Wijayanti1. 2017. Infiltration rate of quarternary sediment at
rumbio jaya, kampar, riau. Journal of Geoscience, Engineering, Environment, and
Technology 3(1) : 57-62.
Utaya, Sugeng. 2008. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Sifat Biofisik Tanah
dan Kapasitas Infiltrasi di Kota Malang.Forum Geografi 22, 99- 112

You might also like