You are on page 1of 24

ACARA 2

PREDATOR: Morfologi, Biologi dan Pemangsaan

I. TUJUAN

Mengenal cemiri morfologi, biologi dan pemangsaan species penting predator

II. BAHAN DAN METODE

Praktikum Pengendalian Hayati Hama dan Gulma dilaksanakan pada Senin,21


April 2019 di Laboratorium Entomologi Terapan, Fakultas Pertanian,Universitas
Gadjah Mada. Pada praktikum ini dilaksanakan dua kegiatan yaitu pengenalan
predator dan pemangsaan. Bahan yang digunakan untuk pengenalan predator adalah
preparat berbagai jenis predator yakni Tyto alba, Lanius sp. Laba-laba, Mantidae,
Asilidae, Coccinellidae, Syrphidae, Pentatomidae, Reduviidae, Myrmelontidae,
Odonata, Vespidae dan Chrysopidae, kertas dan pulpen. Sedangkan, untuk kegiatan
pengamatan pemangsaan dibutuhkan koloni kutu Aphis craccivora kacang tanah atau
tunggak, larva kumbang buas predator jenis Menochilus sexmaculatus, kaca pembesar,
hand counter dan kuas halus.

Kegiatan pengenalan predator dimulai dengan mengamati secara umum preparat


yang disediakan dengan mata telanjang, kemudian untuk melihat bagian tubuh
sebagai cemiri morfologinya digunakan kaca pembesar atau mikroskop. Selanjutnya,
ditulis spesies, genus, famili dan ordo dari spesimen yang diamati. Kemudian ditulis
pada kertas yang sudah disediakan

Kegiatan pengamatan pemangsaan dimulai dengan menghitung populasi induk


individu kutu Aphis craccivora inang kacang tanah atau kacang tunggak. Kemudian
larva M. sexmaculatus yang lapar dilepaskan pada tanaman inang. Diamati kinerja
predator memangsa kutu selama 20 menit. Dicatat bagaimana predator mencari,
menemukan dan memangsa kutu.
III. HASIL PRAKTIKUM

A. Pengendalan Predator

1. Tyto alba

Sumber: http://paul-stein.com

Ordo : Strigiformes

Famili : Tytonidae

Genus : Tyto

Spesies : Tyto alba

Kebanyakaan burung hantu aktif pada malam hari terutama saat senja dan subuh.
Pada siang hari waktu dihabiskan unutuk istirahat atau bertengger dengan tenang.
Umumnya mereka bertengger sendiri dan kadang berpasangan. Aktivitas harian
burung hantu dimulai dengan membersihkan, menjilati, menguap dan menggaruk
kepala dengan cakar. Bulu-bulu seringkali disisir dan sayap dibersihkan dengan kaki
dan paruh. T. alba ketika meninggalkan tempat bertengger kadang dengan bersuara
(Baskoro, 2005).

T. alba mempunyai ciri-ciri kepala besar dan membulat, wajah berbentuk hati
berwarna putih dengan tepi kecoklatan, mata menghadap ke depan sehingga mudah
dikenali, iris mata berwarna hitam. Paruh tajam menghadap kebawah, warna
keputihan. Sayap dan punggung terdapat tanda mengkilap. Sayapnya didominasi
warna kelabu, sawo matang dan berwarna putih Kaki panjang dan kelihatan sangat
kokoh serta mempunyai daya cengkeram yang kuat. Mangsanya dicengkeram dengan
jarijari yang bercakar tajam. Bulu pada kaki sangat jarang (Hadi,2008).

2. Lanius sp.

Sumber: http://animal.memozee.com/view.php?tid=3&did=5716

Ordo : Passeriformes

Famili : Laniidae
Genus : Lanius

Spesies : Lanius sp.

Panjang tubuh 20-25 cm. Paruh ujungnya berkait pendek dan kokoh. Kuku cukup
panjang dan kuat untuk mencengkeram mangsa. Sayap pendek, ujung bulat, jumlah
bulu sayap luar primer sebanyak 10 bulu, ekor panjang, dan memiliki bulu kemudi 12
buah. Burung L. schach jantan dicirikan oleh bulu hitam pekat di atas mata sedangkan
betina strip coklat. Burung ini biasanya bertengger pada pohon yang tingginya sedang
sampai tinggi dan dengan cepat mampu menangkap serangga yang hinggap pada
permukaan bagian tanaman maupun di permukaan tanah (Lala, 2016)

Burung L. schach termasuk polifagus, memiliki mangsa lebih dari satu jenis. Seleksi
alam membentuk burung L. schach mampu memperoleh pakan yang efisien. Dalam
waktu paling singkat predator mampu mencari, menemukan, dan memilih mangsa
untuk memenuhi kebutuhan energi tubuhnya (Sukarsono, 2009). Dalam mencari
mangsa burung L. schach sangat agresif. Burung L. schach terbang dengan gerakan
bergelombang diselingi terbang meluncur dan menukik dekat tanah sehingga ketika
kembali ke tempat pengawasannya harus terbang kembali tegak lurus.

3. Laba-laba
Sumber:https://bugguide.net/node/view/1136054/bgimage

Ordo : Araneae

Famili : Araneidae

Laba-laba Famili Araneidae dikenal sebagai laba-laba pemintal yang membuat sarang
berbentuk lingkaran. Pada beberapa spesies laba-laba ini membuat jaring dengan pola
zig-zag pada bagian tengah sarang yang disebut dengan stabilimentum (Syahfriansyah
et al., 2016)

Laba-laba dari famili Araneidae memiliki 8 buah mata yang tersusun menjadi 2 baris
dengan mata lateral terpisah jauh dengan mata median. Menurut Platnick (1997),
ukuran prosoma Araneidae berkisar antara 1,5-4 mm dan ophistosoma lebih besar
yaitu 2,5-6,9 mm. Berdasarkan hasil penelitian, laba-laba Famili Araneidae memiliki
ukuran prosoma 2,0-3,5 mm dan ophistosoma 2,7-6,4 mm. Karapaks bagian prosoma
mendatar, bentuk ophistosoma membulat dan memiliki pola yang spesifik pada
bagian dorsal untuk setiap spesies yang berbeda.

4. Mantidae
Sumber: https://www.treehugger.com/animals/

Ordo : Mantodea

Famili : Mantidae

Genus : Manthis

Spesies : Manthis sp.

Belalang sembah ini memiliki ciri-ciri tubuh besar dan memanjang berwarna coklat
muda, antena pendek, protoraks panjang, femur dilengkapi dengan duri-duri. Tungkai
depan yang panjang dan kuat berfungsi untuk menangkap mangsa (Herlinda et al.,
2010)

Tubuh belalang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu kepala, dada (thorax) dan perut
(abdomen). Belalang juga memiliki 6 enam kaki bersendi, 2 pasang sayap, dan 2
antena. Kaki belakang yang panjang digunakan untuk melompat sedangkan kaki
depan yang pendek digunakan untuk berjalan. Meskipun tidak memiliki telinga,
belalang dapat mendengar. Alat pendengar pada belalang disebut dengan tympanum
dan terletak pada abdomen dekat sayap. Tympanum berbentuk menyerupai disk bulat
besar yang terdiri dari beberapa prosesor dan saraf yang digunakan untuk memantau
getaran di udara, secara fungsional mirip dengan gendang telinga manusia. Belalang
bernafas dengan trakea. Organ reproduksi belalang jantan disebut dengan nama
aedeagus (Surya dan Rubiah, 2016).
5. Asilidae

Sumber:http://entnemdept.ufl.edu

Ordo : Diptera

Famili : Asilidae

Robber fly tidak menyergap mangsanya di daratan atau di dedaunan, melainkan ketika
serangga yang menjadi mangsa itu sedang terbang. Lalat Perampok adalah salah satu
lalat predator yang sangat kuat dan mematikan. Walaupun menyandang nama lalat,
tetapi lalat perampok sangat berbeda dengan lalat yang lainnya.

Selain memiliki penglihatan yang tajam, dapat terbang dengan kecepatan tinggi, dan
menangkap mangsanya di udara. Lalat ini juga akan menyuntikkan racun saraf dan
cairan pencerna lewat mulutnya terhadap mangsanya, untuk kemudian ia hisap cairan
tubuh mangsanya hingga kering

Lalat Asilidae juga memiliki kaki yang kuat serta berduri, dan mereka memiliki tiga
mata tunggal dalam suatu lekukan khusus di atas kepala mereka di antara dua mata
majemuk besar. Selain itu lalat ini juga memiliki bulu-bulu kaku yang rapat di wajah
yang disebut mystax, suatu istilah yang berasal dari bahasa Yunani mystakos yang
artinya “kumis” atau “bibir atas”. Mystax diduga merupakan upaya perlindungan bagi
kepala dan wajah ketika sedang berburu (Wisuda, 2018)

6. Coccinellidae

Sumber: http://entnemdept.ufl.edu/creatures/BENEFICIAL/lady_beetles.htm

Ordo : Coleoptera

Famili : Coccinellidae

Genus : Coccinella
Spesies : Coccinella sp.

Panjang tubuh berkisar 3-6,5 mm berbentuk oval, elitra mengkilat berwarna oranye,
merah menyala, atau kuning. Pada elitra terdapat enam bintik berwarna hitam, yaitu
dua garis berbentuk zig-zag dan satu bintik bulat pada satu sisi elitra. Kepala
berwarna hitam. Antena terdiri dari 11 ruas dengan tipe clavate (Slipinski et al .,
2007).Panjang tubuh larva sekitar 2,9 mm. Larva berbentuk lonjong, pipih, berwarna
hitam kecoklatan dengan sedikit warna oranye pada bagian dorsal

Kepik predator umumnya memerlukan berbagai jenis mangsa untuk hidup dan
berkembang biak. Tahap perilaku kepik predator saat memangsa dimulai dengan cara
menggunakan tungkai depan untuk menangkap mangsa, lalu menusukkan alat mulut,
diikuti dengan menginjeksikan toksin yang dapat melumpuhkan mangsa dengan
sangat cepat

7. Syrphidae
Sumber: https://bugguide.net/node/view/1043933

Ordo : Diptera

Famili : Syrphidae

Genus : Coccinella

Spesies : Coccinella sp.

Famili Syrphidae mempunyai ukuran, warna dan kenampakan yang bervariasi.


Beberapa warna cerah, kuning, cokelat dan hitam, ada juga yang hitam semuanya.
Umumnya memiliki tubuh yang ramping. Proboscis pendek dan berdaging. Famili ini
merupakan lalat yang mirip dengan lebah madu, tawon besar dan tabuhan. Umumnya
serangga ini berperan sebegai predator aphids pada tanaman cabai, jagung, tebu,
kapas tembakau dan tanaman leguminosa lainnya (Siwi, 1991).

Ukuruan tubuh 8mm, memiliki warna bergaris hitam dan kuning. Bentuk abdomen
bulat memanjang dengan ujung abdomen lancip, berwarna kuning dan hitam. Sayap
oval dan toraks berwarna hitam hingga kecokelatan.

8. Pentatomidae
Sumber:https://uwm.edu/field-station/stinkbugs/

Ordo : Hemiptera

Famili : Pentatomidae

Ukuran tubuh berkisar antara 8–12 mm dengan rata-rata 10 mm. Antena berwarna
agak kemerah-merahan, mata berwarna merah gelap, ocelus berwarna merah
cerah.pada bagian tubuh arah dorsal terdapat garis yang menghubungkan kedua
pangkal sayap. Warna garis tersebut ada tiga macam yaitu merah, merah muda, dan
putih.Antara imago yang memiliki warna garis berbeda-beda tersebut dapat
berkopulasi sehingga disebut varietas. Ukuran badan imago jantan berkisar antara
8,00–9,00 mm dan betina berkisar antara 09,00–10,00 mm. Telur diletakkan secara
berkelompok membentuk barisan. Tiap kelompok telur terdiri dari dua baris. Bentuk
telur seperti tong, berwarna abu-abu kehitaman serta memiliki garis putih (Bayu dan
W. Tengkano, 2014)
9. Reduviidae

Sumber: https://bugguide.net/node/view/1043933

Ordo : Hemiptera

Famili : Reduviidae

Genus : Rhinocoris

Spesies : Rhinocoris fuscipes

Nimfa instar I umumnya nimfa berwarna coklat terang dengan sedikit bagian
berwarna hitam pada ujung abdomen dan umumnya bergerombol, untuk instar II
umumnya ukurannya lebih besar dari instar I dengan bertambahnya bagian berwarna
warna hitam pada bagian abdomen sampai setengah abdomen, untuk instar III
ukurannya lebih besar dari instar II dan dengan bagian abdomen berwarna hitam yang
lebih pekat mencapai setengah dari abdomen, untuk instar IV memiliki ciri-ciri lebih
besar dari instar III dan selain setengah abdomen berwarna hitam pekat terdapat bakal
sayap yang muncul, untuk instar V memiliki ciri-ciri bagian tubuh yang lebih besar
dari instar IV dan bakal sayap yang lebih besar. Pada fase imago R. fuscipes memiliki
ciri-ciri yaitu berwarna kuning kecoklatan dengan sedikit terdapat bagian berwarna
hitam, pada bagian abdomen berwarna putih, bentuk tubuh dari R. fuscipes jantan dan
betina berbeda, umumnya ukuran dari imago R. fuscipes betina lebih besar dari pada
ukuran imago R. fuscipes jantan, pada bagian abdomen umumnya imago R. fuscipes
jantan lebih ramping dari pada imago R. fuscipes betina (Najib et al., 2014)

R. fuscipes merupakan salah satu predotor yang cukup bagus dilihat dari siklus hidup
yang tidak terlalu panjang dan memiliki kemampuan mangsa yang generalis,
kaitannya dengan penggunaan R. fuscipes sebagai agen pengendalian hayati di lapang
kemampuan R. fuscipes dalam mengendalikan hama juga cukup efektif

10. Myrmeleontidae

Sumber:https://www.amentsoc.org/insects/glossary/terms/myrmeleontidae

Ordo : Neuroptera

Famili : Myrmeleontidae

Genus : Myrmeleon
Spesies : Myrmeleon sp.

Undur-undur (Myrmeleon sp.) merupakan larva serangga dari famili Myrmeleontidae,


ordo Neuroptera yang merupakan predator dari semut (Conomyrma sp.)
(Ardhanyswariputri et al.,2014).

Kepala mencakup satu pasang mata facet (majemuk), mata tunggal (ocellus), dan satu
pasang antena sebagai alat peraba. Alat mulut yang disesuaikan untuk mengunyah,
menghisap, menjilat dan menggigit. Bagian mulut ini terdiri atas rahang belakang
(mandibula), rahang depan (maksila), dan bibir atas (labrum) serta bibir bawah
(labium).

Dada (thorax) terdiri atas tiga ruas yaitu prothorax,mesothorax dan metathorax. Pada
masing-masing ruas terdapat sepasang kaki. Kaki insek memiliki banyak variasi
bentuk sesuai dengan fungsinya.Pada setiap mesotoraks dan metatoraks terdapat dua
pasang sayap, tetapi ada pula yang tidak memiliki sayap.

Perut (abdomen) memiliki 11 ruas atau beberapa ruas saja. Pada insek betina
(belalang misalnya), bagian belakang perut terdapat ovipositor yang berfungsi untuk
meletakkan telurnya (Anonim, 2007)

11. Odonata
Sumber: http://entnemdept.ufl.edu/creatures/misc/odonata/odonata.htm

Ordo : Odonata

Famili : Libellulidae

Genus : Rhinagrion

Spesies : Rhinagrion sp

Memiliki mata yang besar, bagian toraks berwarna hijau dan hitam, bagian atas toraks
dekat sayap memiliki pola setengah lingkaran berwarna hijau, bagian abdomen
berwarna hijau, merah dan hitam, bagian ruas abdomen kedelapan sampai kesembilan
berwarna biru dilengkapi dengan ruas segmen kesepuluh hingga appendages berwarna
hitam. Sayap pada spesies ini sangat tipis dan kecil, sayap menyempit pada bagian
dasar dan memiliki bentuk pterostigma yang memanjang berwarna hitam. Menurut
Kalkman (2008), ciri utama dari R. borneense yang membedakannya dari jenis lain
dilihat dari abdomen segmen kedelapan dan kesembilan yang berwarna biru dan
appendages yang berwarna hitam. Bentuk corak setengah lingkaran berwarna hijau
pada toraks juga merupakan ciri dari spesies ini selain pada ruas segmen dan
appendages (Julaika et al., 2018)

12. Vespidae
Sumber:https://elp.tamu.edu/

Ordo : Hymenopthera

Famili : Vespidae

Tubuh terdiri dari tiga bagian utama, yaitu kepala (caput), dada (thorax) dan perut
(abdomen). Seperti halnya insekta lebah tidak mempunyai kerangka internal tempat
otot bertaut, tetapi sebagai penggantinya adalah penutup tubuh eksternal yang
mengandung Chitin dan menutupi organ dalam.

Abdomen berhubungan dengan toraks oleh sebuah ptiolud yang ramping. Sungut
terdiri dari kurang lebih 13 ruas. Sayap melipat longitudinal pada waktu istirahat.
Sebagian besar berwarna hitam dan beberapa jenis berwarna kuning dibagian muka
dan abdomennya.
13. Chrysopidae

Sumberhttps://bugguide.net/node/view/114661/bgpage

Ordo :Neuroptera

Famili :Chrysopidae

Lacewings Green adalah serangga halus dengan lebar sayap 6 sampai lebih dari 65
mm, meskipun bentuk terbesar adalah tropis . Mereka dicirikan oleh luas lapangan
kosta di venasi sayap mereka, yang meliputi vena lintas. Tubuh biasanya hijau terang
ke-coklat kehijauan, dan mata majemuk yang mencolok emas di banyak spesies.
Sayap biasanya tembus dengan sedikit permainan warna, beberapa memiliki vena
sayap hijau atau pola sayap berawan kecoklatan. Nama vernakular "stinkflies",
digunakan terutama untuk Chrysopa spesies tetapi juga bagi orang lain
(misalnyaCunctochrysa ) mengacu pada kemampuan mereka untuk merilis bau busuk
dari pasangan prothoracal kelenjar saat ditangani.
Larva memiliki sebuah lebih ramping " bongkok "bentuk dengan tonjolan terkemuka
di dada , atau gemuk, dengan panjang bulu menonjol keluar dari samping. Bulu-bulu
tersebut akan mengumpulkan puing-puing dan sisa makanan.

Tabel 1. Pemangsaan M.sexmaculatus terhadap A.craccivora

No Jumlah mangsa sebelum Jumlah mangsa sesudah Daya makan


dimakan dimakan

1 65 59 6

2 28 18 10

3 152 145 7

4 17 7 10

5 42 38 4

6 33 30 3

7 35 32 3

8 60 57 3

Rata-Rata 5,75
Pada ekosistem masih banyak jenis dan jumlah musuh alami yang berhasil
menjadi regulator hama-hama yang merusak tanaman. Efektivitas musuh alami dalam
perannya sebagai regulator hama dapat diukur dari daya predasinya. Berdsarkan daya
predasi tersebut dapat dinilai kemampuan musuh alami dalam mengatur
keseimbangan populasi inang ataupun mangsanya. Musuh alami yang efektiv
dicirikan oleh: 1) daya mencari (searching and hunting) yang tinggi; 2) kekhusuan
(uniquty) terhadap mangsa; 3) potensi berkembang biak tinggi (higher reproductive
capacity); 4) kisaran toleransi terhadp lingkungan lebar serta 5) kemampuan
memangsa berbagai instar inang (Sanjaya,2000)

Kumbang predator Menochilus sexmaculatus merupakan salah satu agens hayati


yang dapat digunakan untuk mengendalikan kutu daun. Pengendalian hama kutudaun
biasanya dengan memanfaatkan musuh alami. Musuh alami merupakan salah satu
komponen dalam pengendalian hama terpadu (PHT), sehingga penelitian pemanfaatan
musuh alami (predator, parasitoid dan cendawan entomopatogen) sangat penting
untuk mendukung keberhasilan pengendalian hama tanaman yang berwawasan
lingkungan. Salah satu predator yang dapat digunakan untuk memangsa kutudaun
adalah Menochilus sexmaculatus (Coleoptera: Coccinellidae). Predator ini dikenal
sangat rakus dalam memangsa jenis kutudaun. Sepasang kumbang ini dapat
memangsa kutudaun sebanyak 50-200 individu dalam sehari. Pada percobaan
pemangsaan M.sexmaculatus terhadap A.craccivora diperoleh daya makan sebesar 5,
75. Waktu yang digunakan pada percobaan ini adalah 30 menit. Keadaan suhu,
kelembaban, luas areal pencarian atau umur tanaman dan kerapatan mangsa sangat
mempengaruhi keefektifan predator dalam proses pemangsaan (Nelly et al., 2012)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Mengenal Undur Undur. Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup.
Mojokerto

Ardhanyswariputri, Yanuwiadi dan Leksono. 2014. Potensi Halaman Sekolah sebagai


Mikrohabitat, serta Persepsi Masyarakat Sekitar Sekolah tentang
Undur-undur (Myrmeleon sp.) sebagai Predator di Kec. Campurdarat, Kab.
Tulungagung. Jurnal Biotropika. 2(2):78-86

Baskoro, K. 2005. Tyto alba : Biologi, Perilaku, Ekologi dan Konservasi. Pencinta
Alam Haliaster Biologi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Bayu,M.S.Y.I. dan W. Tengkano. 2014. Endemik Kepik Hijau Pucat Piezodorus


hybneri Gmelin (Hemiptera: Pentatomidae) dan Pengendaliannya. Buletin
Palawija. 24: 73-83

Hadi,M. 2008. Pola Aktivitas HarianPasangan Burung Serak Jawa (Tyto alba) di
Sarang Kampus Psikologi Universitas Diponegoro Tembalang Semarang.
Jurnal Bioma. 6(2):23-29

Herlinda S., C.Wati, Khodijah, H.Nunilahwati, D.Meidalima dan A. Mazid. 2010.


Eksplorasi dan Identifikasi Serangga Predator Lipaphis erysimi (Kalt.)
(Homoptera: Aphididae) dari Ekosistem Sayuran Dataran Rendah dan Tinggi
Sumatera Selatan. Seminar Nasional Hasil Penelitian Bidang Pertanian.
Palembang.

Julaika, W. Junardi dan Kustiati. 2018. Spesies Capung (Ordo: Odonata) di Taman
Nasional Gunung Palung Kalimantan Barat. Jurnal Protobiont. 7(2):37-42

Kalkman, V, J., 2008, Global Diversity of Dragonflies in Freshwater, Hidrobiologia,


595:351-363

Lala,F. 2016. Kemapanan Burung Bentet Kelabu (Lanius schach) Asal Yogyakarta di
Pulau Salibabu. Buletin Palma.17(1):25-34

Najib,M.A., H. Purnomo dan M.W.Jadmiko. 2014. Siklus Hidup Rhinocoris fuscipes


(Hemiptera: Reduviidae) Pada Inang Pengganti. Jurnal Berkala Ilmiah
Pertanian

Nelly,N.Trizelia dan Q.Syuhadah. 2012. Tanggap fungsional Menochilus


sexmaculatus Fabricius (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Aphis gossypii
(Glover) (Homoptera: Aphididae) pada umur tanaman cabai berbeda. Jurnal
Entomologi Indonesia.9(1):23-31

Platnick, N, I, 2011, The World Spider Catalog, Version 12.0, American Museum of
Natural History, New York

Sanjaya,Y.2000.Potensi Pemangsaan Predator Reduviidae (Rhinocoris fuscipes F.)


terhadap Helicovepa spp. Jurnal Pengajaran MIPA. 6(1):30-35

Siwi, S.S. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius. Yogyakarta

Slipinski A, Hastings A, Boyd B. 2007. Australian Ladybird Beetle.


www.ento.csiro.au/Ladybird of Australian. Diakses pada tanggal 28 Maret
2019

Sukarsono, 2009. Pengantar ekologi hewan: Konsep, perilaku, psikologi, dan


komunikasi. UMM Press. Malang

Surya,E dan Rubiah. 2016. Kelimpahan Musuh Alami (Predator) Pada Tanaman
Jagung di Desa Saree Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar.
Jurnal Serambi Saintia.4(2): 10-18

Syahfriansyah.M.G., T.R. Setyawati dan A.H.Yanti. 2016. Karakter Morfologi


Laba-laba yang Ditemukan di Area Hutan Bukit Tanjung Datok Kabupaten
Sambas. Jurnal Protobiont. 5(3):19-27

Wisuda,A. 2018. Ini Robber Fly, Serangga Predator yang Ditakuti.


https://www.mongabay.co.id/2018/09/02/ini-robber-fly-serangga-predator-ya
ng-ditakuti/. Diakses tanggl 28 April 2019
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

PENGENDAHLIAN HAYATI

HAMA DAN GULMA

Disusun Oleh

Nama : Ervina Lorenza Tumangger


NIM :16/398752/PN/14723

Golongan :C1

Asisten :Fadhila Syahla K.

Olivia Mutiara

LABORATORIUM ENTOMOLOGI TERAPAN


DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019

You might also like