You are on page 1of 73

ANALISIS RASIO KEUANGAN

UNTUK MENILAI KINERJA PERUSAHAAN

PADA PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK.

SKRIPSI

Oleh:

Aloysius Gonsaga Ari Eko Santo

(20140110832)

FAKULTAS BISNIS

UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA

TANGERANG

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dalam perindustrian usaha dan bisnis, kinerja adalah hal yang

harus diperhatikan dan berpengaruh cukup besar untuk pencapaian visi

dan misi sebuah organisasi. Manajemen dapat melakukan pengukuran

kinerja sebagai alat untuk evaluasi dan perbaikan-perbaikan kinerja dalam

proses pencapaiannya. Dengan semakin banyaknya persaingan dalam

berorganisasi diperlukan langkah-langkah yang dapat meningkatkan dan

memperbaiki kinerja.

Perusahaan baiknya selalu memperhatikan kinerja di setiap

prosesnya baik dari sisi keuangan maupun manajemen. Perusahaan

bertujuan untuk mencari keutungan (profit oriented) maka harus

memperhatikan kinerja keuangannya. Dengan kinerja keuangan yang

cukup kuat maka membuat perusahaan siap menghadapi persaingan yang

tajam.

Di era pasar bebas yang menyebabkan persaingan semakin

meningkat, maka organisasi bisnis mau tidak mau harus mempersiapkan

strategi dalam mempertahankan, meningkatkan bahkan menguasai pasar

yang cukup banyak pesaing yang ada di dalamnya. Untuk peningkatan

kinerja tersebut tentunya perusahaan harus mengetahui bagaimana kinerja


perusahaan yang sudah berjalan selama ini. Apakah sudah berjalan dengan

baik ataukah masih ada hambatan-hambatan yang terjadi pada perusahaan.

Laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan labarugi,

laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan

keuangan. Dari laporan-laporan tersebut dapat digunakan sebagai bahan

untuk penilaian kinerja, pengawasan dan sarana pengambilan keputusan.

Laporan keuangan tersebut biasanya digunakan dan dimanfaatkan oleh

pemegang saham, investor, manajer, karyawan, pemasok/ supplier,

customer, kreditur, dan pemerintah.

Untuk melakukan perbaikan performa dalam kinerja manajemen

selain evaluasi juga melakukan perencanaan tujuan untuk masa

mendatang. Informasi dan data dikumpulkan untuk dapat mengawasi,

mengendalikan dan mempertanggungjawabkan semua yang telah

dilakukan. Proses tersebut dilakukan untuk melihat pencapaian efisiensi

dan efektivitas pada perusahaan yang sudah dilakukan pada tiap proses

bisnis dalam perusahaan tersebut.

Kinerja yang sudah berjalan dapat dilihat dengan hasil laporan

keuangan tiap tahunnya. Di dalam laporan keuangan tersebut dapat dilihat

pada rasio laporan keuangan pada tahun-tahun sebelumnya. Rasio

keuangan dapat digunakan untuk menganalisa kinerja dan layak digunakan

sebagai pedoman pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan

dapat digunakan sebagai alat prediksi banyaknya perubahan yang terjadi


dalam perekonomian yang tidak menentu. Laporan keuangan yang

diterbitkan perusahaan sangat berguna untuk pengambilan keputusan.

Laba yang menjadi tujuan perusahaan sangat diperlukan untuk

kelangsungan hidup dalam persaingan yang dapat membuat tersingkir dari

perekonomian. Berbagai strategi digunakan perusahaan agar dapat

mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya, minimal perusahaan dapat

mempertahankan kelangsungan perusahaan agar tetap bisa berjalan.

Perusahaan dapat mengukur kinerja dan melihat perkembangan

serta peningkatan yang terjadi dalam perusahaan yang selalu berubah-ubah

dari tahun ke tahunnya. Rasio keuangan dapat melihat dan memberi

penilaian sebagai sarana analisis kinerja perusahaan. Rasio keuangan

dibagi menjadi 4 yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio

profitabilitas, dan rasio aktivitas. Pada setiap rasio memiliki fungsi dan

tujuan perhitungan perbandingan pada laporan keuangan untuk melihat

kemampuan dan peningkatan perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut

diatas, penulis membuat rumusan masalah yang akan menjadi pembahasan

lebih lanjut dalam penelitian ini. Rumusan masalah yang akan penulis

teliti adalah bagaimana kinerja keuangan perusahaan pada PT. Indocement

Tunggal Prakarsa tbk pada tahun 2014 - 2016 dilihat dari rasio keuangan

yang terdiri dari :


1. rasio likuiditas terdiri dari :

2. rasio solvabilitas terdiri dari :

3. rasio profitabilitas terdiri dari :

4. rasio aktivitas terdiri dari :

1.3 Batasan Masalah

Agar pembahasan pada skripsi ini lebih terfokus dan terarah, maka

ruang lingkup penelitian ini hanya dibatasi pada :

1. Analisa hanya dilakukan pada perusahaan manufaktur PT. Indocement

Tunggal Prakarsa tbk pada laporan keuangan tahun 2014 - 2016.

2. Rasio solvabilitas yang tidak digunakan adalah rasio utang jangka panjang

terhadap modal, rasio kelipatan bunga yang dihasilkan dan rasio laba

operasional terhadap kewajiban.

3. Rasio profitabilitas yang tidak digunakan adalah margin laba operasional.

4. Rasio aktivitas yang tidak digunakan adalah rasio perputaran piutang.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian yang telah ditentukan, tujuan

utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
kinerja PT. Indocement Tunggal Prakarsa tbk melalui rasio keuangan

tahun 2014 - 2016.

1.5 Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak-

pihak yang membacanya maupun yang secara langsung terkait di

dalamnya, baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat

penelitian sebagai berikut :

- Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan saran untuk menambah

wawasan dan pengetahuan tentang pengukuran kinerja

menggunakan rasio keuangan dan faktor – faktor yang

mempengaruhi pada perusahaan PT. Indocement Tunggal Prakarsa

tbk sarta menjadi sumber informasi dan referensi untuk

pengembangan atau penelitian dimasa yang akan datang.

- Manfaat Praktis

a) Bagi akademik

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan

pengetahuan mengenai penilaian kinerja dengan menggunakan

rasio keuangan.

b) Bagi perusahaan

Dengan penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan

untuk melihat seberapa besar perubahan kinerja dan juga

efektivitas perusahaan serta mendorong penerapan untuk tujuan


strategis. Selain itu juga memberi masukan berupa pemikiran

strategis yang seimbang dengan menggunakan rasio keuangan

yang cukup memberi informasi yang layak untuk dapat

diterapkan sebagai pengukuran kinerja pada perusahaan.

c) Bagi penulis

Penelitian ini dapat menambah ilmu dan wawasan dalam

bidang akuntansi manajemen dan selain itu juga untuk

mendapatkan gelar sarjana.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistem ini disajikan untuk memberikan gambaran secara singkat

tentang susunan dan isi skripsi yang akan dibuat secara keseluruhan oleh

peneliti. Penelitian ini terdiri dari lima bab dengan sistematika penulisan,

antara lain :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang

permasalahan, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan

sistematika dari penulisan penelitian ini. Sebab dan alasan

menggunakan rasio keuangan sebagai salah satu pengukur

kinerja dalam sebuah perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI

Di dalam bab ini berisikan penjelasan mengenai landasan

teori yang dijadikan tinjauan pustaka. Landasan teori ini


terdiri dari tinjauan pustaka yang berisi pengertian rasio

keuangan beserta variabelnya yang termasuk di dalamnya

rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas dan rasio

aktivitas.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Pada bab ini membahas tentang gambaran umum perusahaan

mengenai sejarah singkat perusahaan, visi misi dan sasaran

perusahaan. Selain itu, terdiri dari objek penelitian dan

metode penelitian yaitu tipe penelitian, teknik pengumpulan

data beserta jenis data yang digunakan serta metode analisis

data yang telah dikumpulkan.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum deskripsi

objek penelitian, hasil analisa data yaitu pembahasan tentang

pengujian hipotesis menggunakan analisa tertentu serta

implikasi hasil uji hipotesis pada subjek penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini membahas tentang hasil kesimpulan dari

pemecahan masalah yang dibahas pada bab-bab sebelumnya.

Selain itu juga, berisikan saran dan solusi yang ditunjukan

untuk manajerial PT. Indocement Tunggal Prakarsa tbk untuk

melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan dalam

peningkatan kinerja perusahaan.


BAB II

LANDASAN PEMIKIRAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian laporan keuangan

Pelaporan keuangan tidak terpisahkan dari akuntansi. Akuntansi

adalah suatu aktivitas jasa. Fungsinya adalah untuk menyediakan

informasi yang kuantitatif, terutama informasi keuangan, tentang entitas-

entitas ekonomi, yang dimaksudkan untuk digunakan dalam proses

pengambilan keputusan dalam pembuatan pilihan-pilihan yang beralasan

diantara berbagai alternative tindakan yang tersedia.

Untuk membahas manajemen keuangan, tidak bisa terlepas dari

laporan keuangan. Oleh karena itu diperlukan pembahasan singkat

mengenai laporan keuangan. Laporan keuangan disusun dengan maksud

untuk menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak-

pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam

pengambilan keputusan yang terkait dengan informasi akuntansi yang

tersedia yang disebut stakeholder. Berdasarkan klasifikasi stakeholder

(internal dan eksternal), akuntansi terbagi dalam dua klasifikasi, yaitu

akuntansi manajemen (management accounting) yang berhubungan

dengan pelaporan keuangan untuk pemakai internal khususnya pihak

manajemen dan akuntansi keuangan ( financial accounting) yang


berhubungan dengan pelaporan keuangan untuk pemakai eksternal.

Berikut beberapa pendapat mengenai definisi laporan keuangan yaitu :

Menurut Hery (2011:15) mengatakan bahwa, “Laporan keuangan

adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat

untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan

kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.

Menurut kasmir (2012:7) mengatakan bahwa, “Dalam pengertian

yang sederhana, laporan keuangan adalah laporan yang dapat

menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu

periode tertentu”.

Menurut Lili M. Sadeli (2010:18) mengatakan bahwa, “Laporan keuangan

adalah laporan tertulis yang memberikan informasi kuantitatif tentang

posisi keuangan dan perubahan-perubahannya, serta hasil yang dicapai

selama periode tertentu”.

Dari beberapa definisi yang diberikan oleh beberapa ahli, maka

definisi laporan keuangan menurut penulis adalah, “semua catatan dan

laporan perihal dengan aktivitas keuangan di mana kegiatan perusahaan

dapat terlihat fluktuasi keuntungan atau kerugian yang menjadi pedoman

perusahaan dalam melangkah dan mengambil tindakan.”

2.1.1.1 Tujuan laporan keuangan

Menurut Dermawan Sjahrial (2012:25) mengatakan bahwa, “Tujuan

laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi

keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan


yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengembalian

keputusan ekonomi.”

Menurut Kasmir (2012:11) berikut ini beberapa tujuan pembuatan

atau penyususnan laporan keuangan :

1. Memberikan informasi tentang jenis dan juga aktiva (harta) yang dimiliki

perusahaan pada saat ini.

2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal

yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang

diperoleh pada suatu periode tertentu.

4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang

dikeluarkan perusahaan pada periode tertentu.

5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

aktiva, pasiva dan modal perusahaan.

6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu

periode tertentu.

7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.

8. Memberikan informasi keuangan lainnya.

Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi

keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evalusi atas

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas, dan

waktu serta kepastian dari hal tersebut.posisi keuangan perusahaan

dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan


likuiditas, dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan

lingkungan.

Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk

menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin

dikendalikan di masa depan, sehingga dapat memprediksi kapasitas

perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta untuk

merumuskan efektivitas perusahaan dlam memanfaatkan tambahan sumber

daya.

2.1.1.2 Jenis laporan keuangan

Menurut Hery (2012:15-16) urutan laporan keuangan berdasarkan

proses penyajiannya adalah sebagai berikut :

1. Laporan Laba Rugi (Income Statement)

Adalah suatu laporan yang sistematis menunjukan tentang

pendapatan dan beban perusahaan untuk satu periode waktu

tertentu. Selisih dari pendapatan dan beban inilah yang akan

menjadi nilai dari laba atau rugi yang terjadi di suatu perusahaan.

Lsbs rugi ini menjadi alat untuk mengetahui kemajuan yang dicapai

perusahaan yang memuat informasi mengenai hasil usaha

perusahaan, yaitu laba/rugi bersih yang merupakan hasil dari

pendapatan dikurangi beban.

2. Laporan perubahan ekuitas pemilik (statement of owner equity)


Adalah sebuah laporan yang menyajikan ikhtisar perubahan dalam

ekuitas pemilik suatu perusahaan untuk satu periode waktu tertentu

(laporan perubahan modal). Ekuitas pemilik akan bertambah

dengan adanya investasi (setoran modal) dan laba bersih,

sebaliknya ekuitas pemilik akan berkurang dengan adanya prive

(penarikan/pengambilan untuk kepentingan pribadi) dan rugi

bersih.

3. Neraca (balance sheet)

Adalah sebuah laporan yang sistematis tentang posisi aktifa,

kewajiban dan ekuitas perusahaan pertanggal tertentu. Dimana

aktiva merupakan sebuah nilai aset yang dimiliki perusahaan untuk

menjalankan usahanya, kewajiban adalah suatu nilai kewajiban

yang dimiliki perusahaan dalam menjalankan usahanya, ekuitas

adalah nilsi modal yang dimiliki perusahaan baik modal pemilik,

maupun laba perusahaan. Tujuan neraca adalah untuk

menggambarkan posisi keuangan perusahaan.

4. Laporan arus kas (statement of cash flows)

Adalah sebuah laporan yang menggambarkan arus kas masuk dan

arus kas keluar secara terperinci dari masing-masing aktivitas,

yaitu nulai dari aktivitas operasi, aktivitas investasi sampai pada

aktivitas pendanaan/pembiayaan untuk satu periode waktu tertentu.

Laporan arus kas menunjukan besarnya kenaikan/penurunan bersih


kas dari seluruh aktivitas selama periode berjalan serta saldo kas

yang dimiliki perusahaan sampai dengan akhir periode.

5. Catatan atas laporan keuangan (note of the financial statements)

Merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari

komponen laporan keuangan lainnya. Tjuan catatan ini adalah

untuk memberikan penjelasan yang lebih lengkap mengenai

informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

2.1.2 Rasio Keuangan

2.1.2.1 Definisi rasio keuangan

Rasio adalah perbandingan. Berarti rasio membandingkan satu

dengan yang lain yang saling terkait dan memiliki hubungan. Dengan rasio

kita dapat melihat hasil mana yang lebih dan mana yang kurang. Dari hasil

perbandingan tersebut baru dapat ditarik kesimpulan. Dalam rasio

keuangan perbandingan yang dilakukan yaitu laporan-laporan dari tahun

berjalan dengan tahun sebelumnya. Dengan melihat rasio/perbandingan

tersebut dapat diambil kesimpulan dan dapat dilihat hasil kinerja

perusahaan darii tahun ke tahun. Manajemen juga dapat terbantu dalam

pengambilan keputusan dengan adanya rasio laporan keuangan ini.

Berikut pengertian rasio keuangan menurut beberapa ahli :

Menurut James C Van Home (2012:104) “rasio keuangan

merupakan indeks yang menghubungkan 2 angka akuntansi dan diperoleh

dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan


digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja

perusahaan.”

Menurut Mahmud M. Hanadie (2010:76) “Penggabungan yang

menunjukan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam

laporan keuangan, hubungan antar unsur laporan tersebut dinyatakan

dalam bentuk matematis yang sederhana.”

Menurut Hery, S.E., M.Si (2015:161) “Rasio keuangan merupakan

suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang

berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kondisi keuangan dan kinerja

perusahaan. Rasio keuangan adalah amgka yang diperoleh dari hasil

perbandingan antara satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang

mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.”

Menurut Toto Prihadi (2011:69) “Alat analisis yang dapat memberikan

jalan keluar dan menggambarkan simptom (gejala-gejala yang tampak)

suatu keadaan.”

2.1.2.2 Jenis dan tujuan rasio keuangan

Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengukur kinerja

perusahaan jenisnya antara lain, sebagai berikut :

1. Rasio likuiditas

Merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo.

Rasio likuiditas diperlukan untuk kepentingan analisis risiko keuangan.

Rasio likuiditas terdiri dari :


a. Rasio lancar (current ratio)

Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh

tempo dengan menggunakan aset lancar yang tersedia. Rumusnya

sebagai berikut :

Aset lancar
Rasio lancar =
Kewajiban lancar

sumber : (Hery S.E., M.Si, 2015, Analisis laporan keuangan)

b. Rasio sangat lancar atau rasio cepat (quick ratio or acid test

ratio)

Merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh

tempo dengan menggunkan aset sangat lancar (kas + sekuritas jangka

pendek + piutang), tanpa memperhitungkan persediaan barang dagang

dan aset lancar lainnya (seperti perlengkapan dan biaya dibayar

dimuka).

Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung rasio

sangat lancar :

Aktiva - persediaan
Rasio sangat lancar =
Kewajiban lancar

sumber : (Hery S.E., M.Si, 2015, Analisis laporan keuangan)

c. Ratio Kas (Cash Ratio)

Rasio Kas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

seberapa besar uang kas atau setara kas yang tersedia untuk membayar
utang jangka pendek. Rasio ini menggambarkan kemampuan

perusahaan perusahaan yang sesungguhnya dalam melunasi kewajiban

lancarnya yang akan segera jatuh tempo dengan menggunakan uang

kas atau setara kas.

Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung rasio

sangat lancar :

Kas dan setara kas


Rasio kas =
Kewajiban lancar

sumber : (Hery S.E., M.Si, 2015, Analisis laporan keuangan)

2. Rasio solvabilitas

Rasio solvabilitas atau rasio struktur modal atau rasio leverage,

merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

memenuhi seluruh kewajibannya. Sama halnya dengan rasio likuiditas,

rasio solvabilitas juga diperlukan untuk kepentingan analisis kredit atau

analisis risiko keuangan. Rasio solvabilitas terdiri dari :

a. Rasio utang terhadap aset (debt to asset ratio)

Rasio utang terhadap aset merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aset,

dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar

aset perusahaan yang dibiayai oleh utang, atau seberapa besar utang

perusahaan berpengaruh terhadap aset pembiayaan. Rumusnya

sebagai berikut :
Total utang
Rasio utang terhadap aset =
Total aset

sumber : (Hery S.E., M.Si, 2015, Analisis laporan keuangan)

b. Rasio utang terhadap modal (debt to equity ratio)

Rasio utang terhadap modal merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur besarnya proporsi utang terhadap modal. Rasio ini

berguna untuk mengetahui besarnya perbandingan antara jumlah dana

yang disediakan oleh kreditor dengan jumlah dana yang berasal dari

pemilik perusahaan. Rumusnya sebagai berikut :

Total utang
Rasio utang terhadap modal =
Total modal
sumber : (Hery S.E., M.Si, 2015, Analisis laporan keuangan)

c. Rasio utang jangka panjang terhadap modal (long term debt to

equity ratio)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya

proporsi utang jangka panjang terhadapa modal. Rasio ini berguna

untuk mengetahui besarnya perbandingan antara jumlah dana yang

disediakan oleh kreditor jangka panajang dengan jumlah dana yang

berasal dari pemilik perusahaan. Rumusnya sebagai berikut :

Utang jangka panjang


Rasio utang jangka
s panjang terhadap modal =
Total modal
umber : (Hery S.E., M.Si, 2015, Analisis laporan keuangan)

d. Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan (time interest earned

ratio)
Menunjukan sejauh mana atau berapa kali kemampuan

perusahaan dalam membayar bunga. Kemampuan perusahaan di sini

diukur dari jumlah laba sebelum bunga dan pajak. Rumusnya sebagai

berikut :

Laba sebelum bunga&pajak


Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan =
Beban bunga

sumber : (Hery S.E., M.Si, 2015, Analisis laporan keuangan)

e. Rasio laba operasional terhadap kewajiban (operating income

to liabilities ratio)

Merupakan rasio yang menunjukan (sejauh mana atau seberapa

kali) kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh kewajiban.

Kemampuan perusahaan di sini diukur dari jumlah laba operasional.

Rumusnya sebagai berikut :

Laba operasional
Rasio laba operasional terhadap kewajiban =
Kewajiban
sumber : (Hery S.E., M.Si, 2015, Analisis laporan keuangan)

3. Rasio profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio ini dibedakan

jadi dua jenis, yaitu rasio tingkat pengembalian atas investasi dan rasio

kinerja operasi. Rasio tingkat pengembalian atas investasi adalah rasio

yang digunakan untuk menilai kompensasi finansial atas penggunaan aset

atau ekuitas terhadap laba bersih (laba setelah bunga dan pajak). Rasio ini
terdiri dari hasil atas pengembalian atas aset (return on assets) dan hasil

pengembalian atas ekuitas (return on equity). Rasio kinerja operasi adalah

rasio yang digunakan untuk mengevaluasi margin laba dari aktivitas

operasi (penjualan). Rasio ini terdiri dari margin laba kotor (gross profit

margin), margin laba operasional (operating profit margin) dan margin

laba bersih (net profit margin). Berikut penjelasan dari rasio-rasio

tersebut :

a. Hasil pengembalian atas aset (return on assets)

Merupakan rasio yang menunjukan seberapa besar kontribusi

aset dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini

digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang

dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset.

Rumusnya sebagai berikut :

Laba bersih
Hasil pengembalian atas aset =
Total aset

sumber : (Hery S.E., M.Si, 2015, Analisis laporan keuangan)

b. Hasil pengembalian atas ekuitas (return on equity)

Merupakan rasio yang menunjukan seberapa besar kontribusi

ekuitas dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini

digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang

akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total

ekuitas. Rumusnya sebagai berikut :


Laba bersih
Hasil pengembalian atas ekuitas =
Total ekuitas

sumber : (Hery S.E., M.Si, 2015, Analisis laporan keuangan)

c. Margin laba kotor (gross profit margin)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya

persentase laba kotor atas penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan

membagi laba kotor dengan penjualan bersih.

Rumusnya sebagai berikut :

Laba kotor
Margin laba kotor =
Penjualan bersih
sumber : (Hery S.E., M.Si, 2015, Analisis laporan keuangan)

d. Margin laba operasional (operating profit margin)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya

persentase laba operasional terhadap penjualan bersih. Rasio ini

diukur dengan membagi laba operasional terhadap penjualan bersih.

Rumusnya sebagai berikut :

Laba operasional
Margin laba operasional =
Penjualan bersih

sumber : (Hery S.E., M.Si, 2015, Analisis laporan keuangan)

e. Margin laba bersih (net profit margin)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya

persentase laba bersih terhadap penjualan bersih. Rasio ini diukur


dengan membagi laba bersih terhadap penjualan bersih. Rumusnya

sebagai berikut :

Laba bersih
Margin laba bersih =
Penjualan bersih

sumber : (Hery S.E., M.Si, 2015, Analisis laporan keuangan)

4. Rasio aktivitas

Rasio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat

efisiensi atas pemanfaatan sumber daya yang dimiliki perusahaan, atau

untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya

sehari-hari. Rasio ini dikenal juga sebagai rasio pemanfaatan aset, yaitu

yang digunakan untuk menilai efektivitas dan intensitas aset perusahaan

dalam menghasilkan penjualan. Rasio aktivitas terdiri atas :

a. Perputaran piutang usaha (account receivable turn over)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali

dana yang tertanam dalam piutang usaha akan berputar dalam satu

periode atau berapa lama (dalam hari) rata-rata penagihan piutang

usaha. Rumusnya sebagai berikut :

penjualan kredit
Rasio perputaran piutang usaha =
(piutang awal thn+akhir thn) : 2

365 hari
Lamanya rata-rata penagihan piutang usaha =
Rasio perputaran piutang usaha

sumber : (Hery S.E., M.Si, 2015, Analisis laporan keuangan)


b. Perputaran persediaan (inventory turn over)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali

dana yang tertanam dalam persediaan akan berputar dalam satu

periode atau berapa lama (dalam hari) rata-rata persediaan tersimpan

di gudang hingga akhir terjual. Rumusnya sebagai berikut :

Harga pokok penjualan atau penjualan


Rasio perputaran persediaan =
(persediaan awal thn+akhir thn) : 2

sumber : (Hery S.E., M.Si, 2015, Analisis laporan keuangan)

c. Perputaran modal kerja (working capital turn over)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur keefektifan

modal kerja (aset lancar) yang dimiliki perusahaan dalam

menghasilkan penjualan. Rumusnya sebagai berikut :

penjualan
Rasio perputaran modal kerja =
(aset lancar awal thn+akhir thn) : 2

sumber : (Hery S.E., M.Si, 2015, Analisis laporan keuangan)

d. Perputaran aset tetap (fixed assets turn over)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur keefektifan

aset tetap yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan,

atau dengan kata lain untuk mengukur seberapa efektif kapasitas aset

tetap turut berkontribusi menciptakan penjualan. Rumusnya sebagai

berikut :
Penjualan
Rasio perputaran aset tetap =
(aset tetap awal thn+akhir thn) : 2

sumber : (Hery S.E., M.Si, 2015, Analisis laporan keuangan)

e. Perputaran total aset (total assets turn over)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur keefektifan

total aset yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan,

atau dengan kata lain untuk mengukur berapa jumlah penjualan yang

akan dihasilkan dari setiaprupiah dana yang tertanam dalam total aset.

Rumusnya sebagai berikut :

Penjualan
Rasio perputaran total aset =
(total aset awal thn+akhir thn) : 2

sumber : (Hery S.E., M.Si, 2015, Analisis laporan keuangan)

2.1.3 Kinerja keuangan

2.1.3.1 Definisi kinerja keuangan

Kinerja merupakan suatu pengukuran dalam menilai pencapaian

perusahaan, sampai di tingkat manakan perkembangan yang terjadi dengan

kinerja yang selama ini dijalankan. Dari hasil tersebut kinerja dapat

dievaluasi agar bisa lebih baik lagi, dan manajemen dapat mengambil

tindakan keputusan dan penetapan kebijakan ke depan,

Pengertian kinerja keuangan menurut Irhami Fahmi (2013:239)

“kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat


sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan

aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.”

Pengertian kinerja keuangan menurut Harmono (2009:23) “kinerja

keuangan pada umumnya diukur berdasarkan penghasilan bersih (laba)

atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi (return

of investment) atau penghasilan per saham (earning per share).”

Pengetian kinerja keuangan menurut Jumingan (2011:238) “kinerja

keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan pada suatu periode

tertentu menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana,

yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan

profitabilitas.”

Jadi kinerja perusahaan adalah segala kegiatan dan aktivitas dari

semua yang menjadi bagian dari organisasi yang menyebabkan perubahan

pada organisasi sesuai visi dan misi yang telah dibuat.

2.1.3.2 Pengertian pengukuran kinerja dan penilaian kinerja

a. Pengukuran kinerja

Menurut Imam Widodo (2011:10) pengukuran kinerja merupakan

suatu tolok ukur atau bagi manajemen perusahaan dalam menentukan

kebijakan perusahaan, apakah kinerja perusahaan sudah baik dari segi

keuangan maupun non keuangan.

Jadi pengukuran kinerja adalah pengaplikasian tolak ukur perusahaan

dalam setiap aktivitasnya dan melihat seberapa besar pencapaian visi dan

misi yang telah dicapai.


b. Penilaian kinerja

Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas

operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya

berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya

menurut Rudianto (2006;311).

Melalui penilaian kinerja, manajer dapat menggunakannya dalam

mengambil keputusan penting dalam rangka bisnis perusahaan, seperti

menentukan tingkat gaji karyawan, dan sebagainya, serta langkah yang

akan diambil untuk masa depan. Sedangkan bagi pihak luar, penilaian

kinerja sebagai alat pendeteksi awal dalam memilih alternatif investasi

yang digunakan untuk meramalkan kondisi perusahaan di masa yang akan

datang.

2.2 Penelitian sebelumnya

No Nama penulis Sampel penelitian Hasil Penelitian

1 David Afandi, 2013 PT. Mayora Indah, TBK Rasio likuiditas mengalami peningkatan
diatas rata-rata.
Rasio leverage menunujkan kurang baik
Rasio profitabilitas mengalami
peningkatan.
Sedangkan pada rasio aktivitas
menunjukan hasil kinerja yang semakin
meningkat.

2 Desmayenti, 2012 PT. Hero Supermarket, TBK Rasio Likuiditas menunjukan bahwa
perusahaan tidak likuid.
Pada analisis rasio solvabilitas
perusahaan tidak solvabel karena
tidak dapat menutupi hutang-hutang.
Pada analisis rasio profitabilitas
tidak profit sebab keuntungan yang
didapat dari modal digunakan untuk
biaya operasional.

3 Sumiati, 2008 PT Century Textile Indutry,


Dari sisi likuiditas, perusahaan dalam
TBK
keadaan tidak likuid.
Dilihat dari sisi solvabilitas perusahaan
tidak dapat memenuhi kewajiban.
Dari sisi aktivitas cukup baik.
Dari sisi profitabilitas perusahaan
buruk dan membutuhkan modal.

4 Hendry Andres Maith, PT Hanjaya Mandala


Dari sisi likuiditas, perusahaan dalam
2013
Sampeorna, TBK keadaan baik likuid agar dipertahankan.
Dilihat dari sisi solvabilitas perusahaan
tidak baik dan harus diperhatikan.
Dari sisi aktivitas perusahaan dalam
keadaan baik agar dipertahankan
membuat perusahaan semakin efektif
dan efisien.
Dari sisi profitabilitas perusahaan
cukup baik dalam menghasilkan laba.

5 Rizki Putri R, 2013 Koperasi Pegawai Republik Dari sisi likuiditas, perusahaan dalam
Indonesia (KPRI) keadaan tidak baik diluar standar.
Dari sisi profitabilitas perusahaan
di modal sendiri baik

2.3 Kerangka pemikiran

Pada perusahaan tiap tahun akan mengeluarkan laporan keuangan

sebagai bentuk pertanggung jawaban pada manajemen. Untuk mengetahui

perkembangan perusahaan maka akan dilakukan penilaian salah satunya

adalah dengan rasio keuangan.


Rasio keuangan (financial ratio) sangat penting gunanya untuk

melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Rasio keuangan

menjadi tolak ukur yang menghubungkan dua data. Dengan perbadingan

rasio akan terlihat perbedaan dan dapat diambil kesimpulan apakah ada

kenaikan atau penurunan.

Rasio keuangan yang meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas,

rasio profitabitas dan rasio aktivitas dalam penelitian ini digunakan untuk

sebagai dasar penelitian dari data keuangan yang kemudian dianalisa,

dibandingkan dan disimpulkan hasilnya bagaimana kinerja keuangan

perusahaan.

Alur penelitian ini secara sistematis sebagai berikut :

RASIO LIKUIDITAS

RASIO SOLVABILITAS
ANALISA LAPORAN KINERJA KEUANGAN

KEUANGAN PERUSAHAAN

RASIO RENTABILITAS

RASIO AKTIVITAS

(Sumber : penulis)
BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Adapun objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur yang terdaftar pada

Bursa Efek Indonesia yaitu PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

Dimana data – data yang diperoleh, diolah dan dilakukan sebuah analisis

rasio keuangan perusahaan untuk melihat kinerja manajemen dalam

mengelola perusahaan selama kurun waktu tiga tahun.

3.1.1 Sejarah Perusahaan

Sejarah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (“Perseroan” atau

“Indocement”) diawali pada 1975 dengan rampungnya pendirian pabrik

Indocement yang pertama di Citeureup, Bogor, Jawa Barat. Pada Agustus

1975, pabrik yang didirikan PT Distinct Indonesia Cement Enterprise

(DICE) dan memiliki kapasitas produksi terpasang tahunan 500.000 ton ini

mulai beroperasi. Dalam kurun waktu sepuluh tahun setelah beroperasinya

pabrik pertama, Perseroan membangun tujuh pabrik tambahan sehingga

kapasitas produksi terpasangnya meningkat menjadi sebesar 7,7 juta ton

per tahun.
Peningkatan tersebut turut membantu penyediaan pasokan semen

bagi pembangunan di Indonesia yang semula merupakan negara importir

semen, berubah menjadi Negara yang mampu mengekspor semen.

Kedelapan pabrik tersebut dikelola dan dioperasikan oleh enam

perusahaan berbeda, yaitu ;

1. PT Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE);

2. PT Perkasa Indonesia Cement Enterprise (PICE);

3. PT Perkasa Indah Indonesia Cement Putih Enterprise (PIICPE);

4. PT Perkasa Agung Utama Indonesia Cement Enterprise

(PAUICE);

5. PT Perkasa Inti Abadi Indonesia Cement Enterprise (PIAICE);

6. PT Perkasa Abadi Mulia Indonesia Cement Enterprise.

Pabrik-pabrik yang dikelola keenam perusahaan ini terletak di

Kompleks Pabrik Citeureup dan memroduksi semen Portland, kecuali

pabrik PIICPE yang memroduksi semen putih dan semen sumur minyak

(OWC).

Perkembangan Perseroan berlanjut dengan didirikannya PT

Indocement Tunggal Prakarsa pada tanggal 16 Januari 1985 berdasarkan

akta pendirian dari Notaris Ridwan Suselo, S.H. No. 227, yang disahkan

oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.

C2-2876HT.01.01.Th.85 tanggal 17 Mei 1985 dan diumumkan dalam

Berita Negara Republik Indonesia No. 57, Tambahan No. 946 tanggal 16

Juli 1985.
PT Indocement Tunggal Prakarsa didirikan untuk melebur keenam

perusahaan tersebut dan mengelola serta mengoperasikan kedelapan

pabriknya dalam satu manajemen yang terpadu. Akta pendirian

Indocement kemudian mengalami perubahan dengan akta notaris Benny

Kristianto, S.H. No. 81, yang disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik

Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-3641HT.01.04.Th.85 tanggal 15

Juni 1985 dan menetapkan bahwa semua saham ekuitas yang dimiliki

keenam perusahaan berbeda tersebut telah diakuisisi oleh Indocement

melalui penerbitan sahamnya sendiri.

Pada 1989, PT Indocement Tunggal Prakarsa melakukan

Penawaran Umum Saham Perdana (Initial Public Offering) dan menjadi

perusahaan publik serta menyesuaikan namanya menjadi PT Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk. Perseroan pertama kali mencatatkan sahamnya di

Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode “INTP” pada 5 Desember 1989.

Kantor pusat Perseroan berlokasi di Wisma Indocement, lantai 13, Jl.

Jenderal Sudirman, Kav. 70-71, Jakarta Selatan.

Saat ini, entitas induk terakhir Perseroan adalah HeidelbergCement

AG, yang berbasis di Jerman dan pemimpin pasar global di bidang agregat

dan pemain terkemuka di bidang semen, beton, dan aktivitas hilir lainnya

yang menjadikan Group ini salah satu dari produsen nomor satu dunia

untuk bahan-bahan material terintegrasi, yang didukung oleh lebih dari

45.000 orang pegawai yang tersebar di 2.300 lokasi di lebih dari 40

negara.
Guna mengantisipasi pertumbuhan pasar yang semakin kuat,

Indocement terus berupaya menambah jumlah pabriknya untuk

meningkatkan kapasitas produksi. Perseroan mengakuisisi Plant 9 pada

1991 dan menyelesaikan pembangunan Plant 10 di Palimanan, Cirebon,

Jawa Barat pada 1996. Selanjutnya pada 1997, Plant 11 selesai dibangun

di Citeureup, Bogor, Jawa Barat.

Pada 29 Desember 2000, dari hasil merger antara Perseroan dengan

PT Indo Kodeco Cement (IKC), maka Perseroan menjadi pemilik pabrik

semen di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Pabrik tersebut menjadi

pabrik Perseroan keduabelas Plant 12.

Saat ini, Perseroan mengoperasikan 12 pabrik dengan total

kapasitas produksi tahunan sebesar 20,5 juta ton semen. Sembilan pabrik

berlokasi di Kompleks Pabrik Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua pabrik di

Kompleks Pabrik Palimanan, Cirebon, Jawa Barat; dan satu pabrik di

Kompleks Pabrik Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Perseroan juga

sedang membangun satu pabrik baru di Kompleks Pabrik Citeureup, yang

disebut Plant 14. Dengan pembangunan Plant 14 yang dijadwalkan akan

selesai dalam Triwulan II 2016, Kompleks Pabrik Citeureup akan menjadi

salah satu kompleks pabrik semen terintegrasi terbesar di dunia.

3.1.2 Sturktur Organisasi

Struktur organisasi adalah kumpulan dari kelompok individu yang

bekerja sama untuk dapat mencapai tujuan yang sama. Susunan organisasi

yang ada di dalam perusahaan. Struktur organisasi merupakan suatu


gambaran mengenai pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab

serta hubungan kerjasama dari berbagai pihak yang terlibat dalam

organisasi perusahaan, sehingga proses pencapaian tujuan dapat

terkoordinasi dengan baik. Dengan struktur organisasi yang baik

memungkinkan suatu pekerjaan dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Suatu struktur organsasi yang memisahkan fungsi dan tanggun jawab yang

jelas akan memberikan kemudahan dalam pengendalian aktivitas

oprasional dalam suatu perusahaan.

Dengan terbentuknya suatu organisasi yang baik akan

memungkinkan pula terselenggaranya administrasi yang baik karena

dalam suatu organisasi sudah ditetapkan secara pasti tugas seseorang

terhadap pekerjaannya masing – masing, yang diikuti tanggungjawab

terhadap atasannya.

Struktur organisasi yang baik harus berpedoman kepada ;

a. Adanya rumusan tujuan organisasi yang jelas

Dalam melakukan kegiatan hendaknya selalu mensinergikan /

menyelaraskan dengan tujuan perusahaan, demikian juga seorang

atasan harus jelas apa yang menjadi tujuan kegiatannya dan

sasaran yang hendak dicapai.

b. Adanya pembagian tugas

Pembagian tugas merupakan pembagian suatu kegiatan /

pekerjaan sesuai dengan keahlian dan keterampilan yang dimiliki

pegawai. Hal ini bertujuan agar masing-masing pegawai


mengetahui dengan jelas tugas dan tanggung jawabnya dalam

melakukan tugas dan kegiatan pekerjaannya.

c. Adanya delegasi kekuasaan

Delegasi kekuasaan adalah pemberian kekuasaan kepada bawahan

untuk melaksanakan tugas yang didelegasikan dengan sebaik-

baiknya menyangkut keputusan yang harus diambil dan

bertanggungjawab terhadap tugas yang didelegasikan.

d. Rentang kekuasaan

Hal ini dimaksudkan bahwa jumlah bawahan dan seorang atasan

haruslah sesuai dengan wewenang dan tugasnya masing-masing,

sehingga seorang atasan benar-benar dapat memperhatikan,

membimbing dan mengawasi kegiatan dengan efektif,

e. Tingkat-tingkat pengawasan

Prinsipnya adalah dengan mengusahakan tingkat pimpinan yang

tidak terlalu banyak sehingga memudahkan untuk berkomunikasi,

mendapatkan informasi dan menolong pegawai untuk meraih

tingkat tertinggi dalam organisasi.


Gambar 3.1 Sturktur Organisasi
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

( Sumber : ............................................ )

Berdasarkan Gambar 3.1 menerangkan bahwa PT Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk ini menggunakan struktur organisasi garis, sehingga

dengan melihat struktur organisasi yang ada ini Dewan Komisaris

memiliki jabatan tertinggi dan bertanggung jawab atas seluruh jalannya

kegiatan usaha.
Uraian tugas dan tanggung jawab untuk masing-masing bagian

adalah sebagai berikut ;

1. Dewan Komisaris

Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris

a. Melakukan pengawasan atas operasi perusahaan, pengurusan

perusahaan dan kegiatan usaha Perseroan serta melakukan

pengawasan dan memberikan nasihat dan rekomendasi kepada

Direksi untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud

dan tujuan Perseroan.

b. Melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan itikad baik,

tanggung jawab dan kehati-hatian.

c. Secara tanggung renteng dan sendiri-sendiri bertanggung jawab

atas kerugian Perseroan yang disebabkan oleh kelalaian atau

kesengajaan dalam pelaksanaan tugas mereka.

d. Dalam kondisi tertentu, Dewan Komisaris wajib menyelenggarakan

RUPS Tahunan dan RUPS lainnya sesuai dengan kewenangannya

sebagaimana diatur dalam peraturan perundang- undangan dan

anggaran dasar.

e. Dewan Komisaris berkewajiban untuk; melakukan evaluasi

tahunan atas kinerja Komite Audit dan Komite Nominasi dan

Remunerasi; menyiapkan risalah rapat Dewan Komisaris dan

menyimpan salinannya; melaporkan kepada Perseroan kepemilikan

saham mereka dan/atau anggota keluarga mereka di Perseroan;


menyampaikan laporan tugas pengawasan yang telah dilakukan

selama tahun buku sebelumnya kepada RUPS.

Kewenangan Dewan Komisaris

a. Dewan Komisaris berwenang untuk memberhentikan sementara

Direktur dengan menyertakan alasannya;

b. Dalam kondisi tertentu sebagaimana diatur dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku, Anggaran Dasar Perseroan

dan/atau keputusan RUPS, Dewan Komisaris dapat melakukan

tindakan kepengurusan Perseroan.

2. Direksi

Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

a. Melakukan pengurusan perusahaan sesuai dengan maksud dan

tujuan Perseroan sebagaimana diatur dalam anggaran dasar

Perseroan.

b. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan itikad baik,

tanggung jawab penuh dan kehati-hatian. Setiap saat Direksi harus

bertindak untuk kepentingan terbaik Perseroan dan harus

mempertimbangkan berbagai risiko yang relevan dengan Perseroan

dalam pengambilan keputusan dan tindakan.

c. Dalam memenuhi tugas dan tanggung jawabnya, Direksi wajib:

Menyusun rencana pengembangan Perseroan dan rencana kerja

tahunan sebelum dimulainya tahun anggaran berikutnya:

mempersiapkan sistem akuntansi Perseroan berdasarkan prinsip-


prinsip pengendalian internal, khususnya pemisahan fungsi

manajemen, fungsi pencatatan, fungsi penyimpanan serta fungsi

pengawasan; Mengadakan RUPS tahunan dan RUPS lainnya

sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku dan anggaran

dasar; Menyiapkan daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah

RUPS dan risalah rapat Direksi; menyiapkan laporan tahunan dan

laporan keuangan Perseroan; Menjaga semua daftar, risalah rapat,

dan dokumen keuangan Perseroan; dan menyampaikan laporan

kepada Perseroan mengenai saham yang dimiliki oleh masing-

masing anggota Direksi, dan/ atau kerabat mereka di Perseroan

di dalam daftar khusus.

d. Secara tanggung renteng dan sendiri-sendiri bertanggung jawab

atas kerugian Perseroan yang disebabkan oleh kelalaian atau

kesengajaan dalam pelaksanaan tugas mereka

Kewenangan Direksi

a. Direksi bertanggung jawab atas pengelolaan Perseroan sesuai

dengan kebijakan Perseroan sebagai kelanjutan dari maksud dan

tujuan Perseroan.

b. Direksi memiliki kewenangan untuk melakukan hal berikut:

menetapkan, memelihara dan mengatur kebijakan Perseroan;

mengelola tenaga kerja Perseroan, termasuk penentuan gaji,

pensiun dan tunjangan lain dari karyawan Perseroan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau keputusan


RUPS (jika ada); mengangkat dan memberhentikan karyawan

Perseroan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku; mendelegasikan kewenangan Direksi untuk mewakili

Perseroan kepada satu atau beberapa anggota Direksi yang secara

khusus ditunjuk untuk itu atau kepada satu atau lebih karyawan

Perseroan, baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan

orang atau badan lain; dan melakukan tindakan lain sesuai arahan

dan rekomendasi Dewan Komisaris.

c. Anggota Direksi mempunyai wewenang untuk mewakili Perseroan,

kecuali dalam hal mereka: memiliki sengketa dengan Perseroan;

atau memiliki konflik kepentingan dengan Perseroan,

c. Komite – komite dibawah Dewan Komisaris

A. Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit

Komite Audit memberikan pendapat yang profesional dan

independen kepada Dewan Komisaris terkait dengan laporan dan

hal-hal lain yang disampaikan oleh Direksi. Berdasarkan Piagam

Komite Audit, tugas dan tanggung jawab Komite Audit adalah

sebagai berikut:

a. Mengkaji dan mendiskusikan dengan manajemen dan auditor

independen tentang draft laporan keuangan tahunan yang telah

diaudit dan laporan keuangan triwulanan dan informasi

keuangan lainnya yang akan diterbitkan.


b. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai

penunjukan auditor independen untuk memeriksa dan

mengawasi rekening serta laporan keuangan Perseroan dengan

mempertimbangkan lingkup independensi audit dan biaya.

c. Mendiskusikan dengan manajemen dan auditor independen

setiap masalah audit dan tanggapan manajemen, termasuk

memberikan pendapat yang independen dalam hal ada terjadi

perbedaan pendapat antara manajemen dan auditor independen.

d. Mendiskusikan dengan manajemen dan auditor independen

praktik-praktik penilaian dan manajemen risiko serta hasil

penilaian auditor independen atas transaksi yang mengandung

benturan kepentingan dan transaksi dengan pihak terkait, serta

memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai

potensi terjadinya transaksi benturan kepentingan berdasarkan

informasi yang disampaikan oleh Direktur Keuangan, Internal

Audit, atau Auditor Independen.

e. Mengawasi sistem pengendalian internal Perseroan dengan

meninjau ruang lingkup Internal Audit dan hasil kajian auditor

independen atas pengendalian internal, temuan dan

rekomendasi yang signifikan bersama dengan tanggapan

manajemen.

f. Mengawasi kegiatan pelaporan keuangan Perseroan, termasuk

laporan tahunan, prinsip-prinsip akuntansi serta perubahan


akuntansi yang signifikan dan keputusan akuntansi utama yang

mempengaruhi laporan keuangan Perseroan.

g. Menelaah fungsi Internal

h. Memperoleh informasi dan mengkaji independensi perusahaan

audit dan masalah material yang diangkat oleh auditor

independen, sedikitnya setahun sekali.

i. Meninjau hal-hal yang berkaitan dengan proses dan program

kepatuhan dan secara umum bersama penasihat umum dan

kepatuhan Perseroan terhadap hukum dan peraturan yang

berlaku.

j. Bekerja sama dengan Sekretaris Perseroan dan mengawasi

penanganan keluhan atas proses pelaporan akuntansi dan

keuangan

Kewenangan Komite Audit

a. Komite mempunyai wewenang untuk meninjau atau

mengawasi hal-hal dalam ruang lingkup tanggung jawabnya,

mengakses dokumen, data dan informasi Perseroan,

berkomunikasi langsung dengan setiap karyawan, termasuk

Direksi, auditor internal, auditor independen dan pihak terkait

dan mendapatkan nasihat dari auditor eksternal atau ahli

lainnya apabila diperlukan.


B. Tugas dan Tanggung Jawab Komite Nominasi dan Remunerasi

Tugas dan tanggung jawab Komite Nominasi dan Remunerasi

sebagaimana disebutkan dalam Piagam Komite Nominasi dan

Remunerasi adalah sebagai berikut:

a. Komite Nominasi dan Remunerasi menjalankan tugasnya

secara independen.

b. Dalam menjalankan tugasnya, Komite Nominasi dan

Remunerasi bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris.

c. Menyusun dan memberikan rekomendasi kepada Dewan

Komisaris mengenai:komposisi jabatan anggota Direksi

dan/atau anggota Dewan Komisaris; Kebijakan dan kriteria

yang dibutuhkan dalam proses nominasi; dan Kebijakan

evaluasi kinerja bagi anggota Direksi dan/atau anggota Dewan

Komisaris; membantu Dewan Komisaris melakukan penilaian

kinerja anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris;

Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai

program pengembangan kemampuan anggota Direksi dan/atau

Dewan Komisaris;

d. Memberikan usulan calon yang memenuhi syarat sebagai

anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris kepada

Dewan Komisaris untuk disampaikan kepada Rapat Umum

Pemegang Saham.
d. Komite – komite dibawah Direksi

Tugas dan Tanggung Jawab Komite Keselamatan

a. Menyiapkan arah dan merumuskan strategi yang efektif dan

rencana aksi yang bisa diterapkan di antara manajemen lini.

b. Menyiapkan sistem harmonisasi keselamatan, serta tujuan dan

target yang selaras, untuk mengawasi organisasi dengan 6.953

karyawan, 33 divisi fungsional, dan 3 lini bisnis utama.

c. Membantu membangun semangat dan budaya yang seragam

dalam meningkatkan kinerja keselamatan, sejalan dengan tujuan

keselamatan kelompok.

d. Memberikan dukungan yang diperlukan untuk manajemen lini

untuk memastikan terlaksananya program peningkatan

keselamatan perseroan secara meluas.

e. Melakukan pengawasan dalam rangka kinerja keselamatan

secara menyeluruh dan menentukan tingkat pentingnya bagi

perbaikan.

e. Sekretaris Perusahaan

Tugas dan Tanggung Jawab Sekretaris Perusahaan

a. Mengikuti perkembangan Pasar Modal khususnya peraturan

perundang-undangan yang berlaku di bidang Pasar Modal;

b. Memberikan masukan kepada Direksi dan Dewan Komisaris

Perseroan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-

undangan di bidang Pasar Modal;


c. Membantu Direksi dan Dewan Komisaris dalam pelaksanaan tata

kelola perusahaan.

d. Sebagai penghubung antara Perseroan dengan pemegang saham

Perseroan, Otoritas Jasa Keuangan, dan pemangku kepentingan

lainnya.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara berfikir dan bertindak yang

dipersiapkan secara matang dalam rangka mencapai tujuan penelitian,

yaitu menemukan, mengembangkan atau mengkaji kebenaran suatu

pengetahuan secara ilmiah atau untuk pengujian hipotesis suatu penelitian.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif kualitatif dengan teknik analisis data menggunakan rasio

keuangan. Penelitian dengan metode deskriptif adalah suatu penelitian

yang bertujuan untuk mengumpulkan data, dimana data yang telah berhasil

dikumpulkan kemudian disajikan kembali dengan disertai analisis

sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas. Penelitian kualitatif

adalah study yang meneliti tentang kualitas hubungan, aktivitas dan

situasi. Penelitian kualitatif lebih menjelaskan secara detail tentang

kegiatan atau situasi yang sedang berlangsung.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam

penelitian ini, maka beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :


a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dan

membaca bahan-bahan literatur kepustakaan, buku-buku referensi

yang erat hubungannya dengan penelitian yang sedang dilakukan,

adapun data yang diperoleh dari metode ini adalah berupa data dari

hasil penelitian yang ada hubungannya dengan pengaruh laporan

keuangan perusahaan terhadap kinerja perusahaan

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data

dan informasi yang diperlukan untuk obyek penelitian. Penelitian

ini dilakukan dengan meninjau langsung obyek yang akan diteliti.

Penelitian lapangan ini dilakukan dengan cara wawancara

(interview) dan pengamatan (observation)

Wawancara (interview) merupakan suatu teknik mencari

data yang penting dan produktif yang dilakukan dengan cara

mengadakan tanya jawab dengan pihak-pihak yang berwenang dan

bertanggung jawab untuk memberikan data dan informasi yang

diperlukan sehubungan dengan obyek yang diteliti.

Pengamatan (observation) merupakan suatu teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati kegiatan-

kegiatan dalam perusahaan secara langsung. Pengamatan ini

dilakukan di lokasi perusahaan PT. Indocement Tunggal Prakarsa

Tbk. Hal-hal yang diamati secara langsung meliputi laporan


keuangan perusahan dari tahun 2014, 2015 dan 2016 serta

mencatat kejadian-kejadian yang berhubungan dengan penelitian.

Pengamatan ini sangat besar manfaatnya karena dapat

mengkonfirmasi kebenaran dari wawancara yang dilakukan dengan

pihak perusahaan dan dapat melihat secara dekat hal-hal yang

berhubungan langsung dengan obyek penelitian yang berguna

sebagai bahan untuk menganalisis permasalahan yang akan diteliti.

3.4 Sumber Data

Data adalah semua fakta dan angka yang relatif dapat dijadikan

bahana penyusunan informasi. Kegunaan data adalah untuk mengetahui

dan memperoleh gambaran mengenai suatu keadaan.

Adapun jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian

ini, yaitu :

1. Menurut Jenisnya

a. Data Kualitatif

Data yang diperoleh berdasarkan informasi yang didapatkan

dan disesuaikan dengan teori yang mendukung penelitian. Data

ini adalah data yang dicatat bukan dengan angka-angka, tetapi

menggunakan klasifikasi-klasifikasi seperti sejarah dan

kegiatan umum perusahaan.

b. Data Kuantitatif
Data berupa angka-angka yang diperoleh dari perusahaan, data

yang diperoleh dalam penelitian ini adalah laporan keuangan

seperti neraca dan laporan laba-rugi dan laporan arus kas.

2. Menurut Sumbernya

a) Data Internal

Merupakan data dari dalam perusahaan yang menggambarkan

keadaan perusahaan tersebut. Data yagn digunakan adalah data

sekunder, yang dapat diperoleh dari laporan keuangan PT.

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

b) Data Eksternal

Merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber diluar

perusahaan. Data yang digunakan adalah data sekunder yang

dapat diperoleh dari buku-buku, literatur, referensi dan hasil

penelitian tertulis yang berhubungan dengan metode yang

diteliti.

3.5 Teknik Analisis Data

Dari data yang telah dikumpulkan akan dilakukan analisis laporan

keuangan berupa analisis rasio-rasio keuangan seperti rasio likuiditas,

rasio aktivitas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas untuk menilai

kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan laporan keuangan dari

tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 pada PT. Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk.
BAB IV

HASIL DAN INTREPRETASI PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Peneliti akan menganalisa laporan keuangan PT. Indocement

Tunggal Prakarsa TBK menggunakan rasio keuangan sebagai salah satu

cara untuk melihat kinerja dari perusahaan tersebut. Data yang digunakan

untuk analisa adalah laporan keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa

TBK tahun 2014, 2015 dan 2016. Rasio keuanga yang digunakan meliputi

analisa rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan rasio

aktivitas. Peneliti akan melihat hasil dari setiap analisa rasio lalu

mengambil kesimpulan dari analisa.

Berikut garis besar laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi

PT. Indocement Tunggal Prakarsa TBK tahun 2014, 2015 dan 2016

disajikan dalam bentuk tabel dan grafik :

- Laporan posisi keuangan

POS Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

Aset Lancar 16.086.773 13.133.864 14.424.622

Aset tidak lancar 12.798.200 14.504.506 15.725.958

Liabilitas 4.100.172 3.772.410 4.011.877

Ekuitas 24.784.801 23.865.950 26.138.703


Tabel 4.1
Laporan posisi keuangan
30,000,000
25,000,000
20,000,000
15,000,000 Tahun 2014
10,000,000 Tahun 2015
5,000,000 Tahun 2016
0
Aset Lancar Aset tidak Liabilitas Ekuitas
lancar
(disajikan dalam jutaan rupiah)

Grafik 4.1

- Laporan laba rugi

POS Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016


Beban pokok
10.909.595 9.888.919 9.030.433
pendapatan
Laba kotor 9.086.669 7.909.136 6.331.461

Laba bersih 6.789.602 5.645.111 4.146.379

Laba setelah pajak 5.274.009 4.356.661 3.870.319


Tabel 4.2

Laporan laba rugi


12,000,000
10,000,000
8,000,000
6,000,000 Tahun 2014
4,000,000 Tahun 2015
2,000,000 Tahun 2016
0
Beban pokok Laba kotor Laba bersih Laba setelah
pendapatan pajak
(disajikan dalam jutaan rupiah)

Grafik 4.2
4.2 Analisis Data dan Pembahasan

4.2.1 Rasio Likuiditas

Analisa rasio likuiditas ini digunakan untuk mengukur kemampuan

kinerja keuangan (financial performance) perusahaan dalam memenuhi

setiap kewajiban – kewajiban financialnya yang harus segera dipenuhi.

Dalam analisis rasio likuiditas ini yang digunakan adalah dengan Rasio

Lancar (Current Ratio), Rasio Cepat (Quick Ratio), dan Rasio Kas (Cash

Ratio).

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Data untuk perhitungan analisis sebagai berikut :

Tahun Aset Lancar Kewajiban Lancar

2014 Rp. 16.086.773 Rp. 3.260.559

2015 Rp. 13.133.854 Rp. 2.687.743

2016 Rp. 14.424.622 Rp. 3.187.742

Pada tahun 2014


16.086.773
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 = = 4,93 atau 493%
3.260.59

Pada tahun 2015

13.133.854
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 = = 4,88 atau 488%
2.687.743

Pada tahun 2016


14.424.622
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 = = 4,52 atau 452%
3.187.742
Rasio Likuiditas 2014 2015 2016 Standar rata-rata industri

Rasio Lancar (Current Ratio) 493% 488% 452% 170%

Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja

keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang dilihat dari rasio

lancar pada tahun 2014, 2015 dan 2016 masing-masing (493%), (488%)

dan (452%). Pada tahun 2014 nilai rasio lancar 4,93 atau 493% artinya

jumlah aset lancar sebanyak 493% dari utang lancar. Dengan kata lain

setiap 1 rupiah utang lancar dijamin oleh 4,93 rupiah aset lancar. Dari

tahun ke tahun perusahaan mengalami perubahan. Dilihat dari proporsi

aset lancar, kondisi perusahaan memang mengalami penurunan dari tahun

2014 sampai dengan tahun 2016. Namun kondisi rasio lancar berada di

atas standar rata-rata industri yaitu 170% menurut Hery (2015:181).

Dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan yang

ditinjau dari perhitungan rasio lancar dinilai cukup baik karena hasil

pengukuran melebihi standar yang sudah ditentukan yaitu 170%.

Perusahaan dinilai telah mampu memaksimalkan pembayaran kewajiban

jangka pendek yang jatuh tempo dan menandakan aset lancar perusahaan

cukup dalam membayar utang lancarnya.

b. Rasio Cepat atau Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio or Acid Test

Ratio)

Data untuk perhitungan analisis sebagai berikut :


Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar persediaan

2014 Rp. 16.086.773 Rp. 3.260.559 Rp. 1.665.546

2015 Rp. 13.133.854 Rp. 2.687.743 Rp. 1.521.197

2016 Rp. 14.424.622 Rp. 3.187.742 Rp. 1.780.410

Tahun 2014
16.086.773− 1.665.546
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡 = = 4,42 atau 442%
3.260.559

Tahun 2015

13.133.854 − 1.521.197
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡 = = 4,32 atau 432%
2.687.743

Tahun 2016
14.424.622 − 1.780.410
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡 = = 3,96 atau 396%
3.187.742

Rasio Likuiditas 2014 2015 2016 Standar rata-rata industri

Rasio Cepat 442% 432% 396% 150%

Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja

keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang dilihat dari rasio

cepat pada tahun 2014, 2015 dan 2016 masing-masing (442%), (432%)

dan (395%). Pada tahun 2014 nilai rasio lancar 4,42 atau 442% artinya

jumlah aset sangat lancar sebanyak 493% dari utang lancar. Dengan kata

lain setiap 1 rupiah utang lancar dijamin oleh 4,93 rupiah aset sangat
lancar. Dari tahun ke tahun perusahaan mengalami perubahan. Dilihat dari

proporsi aset sangat lancar, kondisi perusahaan memang mengalami

penurunan dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016. Namun kondisi

rasio lancar berada di atas standar rata-rata industri yaitu 150% menurut

Hery (2015:183).

Dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan yang

ditinjau dari perhitungan rasio sangat lancar dinilai cukup baik karena

hasil pengukuran melebihi standar yang sudah ditentukan yaitu 150%.

Perusahaan dinilai telah mampu memaksimalkan pembayaran kewajiban

jangka pendek yang jatuh tempo dan menandakan aset sangat lancar

perusahaan cukup dalam membayar utang lancarnya.

c. Rasio Kas (Cash Ratio)

Data untuk perhitungan analisis sebagai berikut :

Tahun Kas / setara kas Kewajiban Lancar

2014 Rp. 11.256.129 Rp. 3.260.559

2015 Rp. 8.655.562 Rp. 2.687.743

2016 Rp. 9.674.030 Rp. 3.187.742

Pada tahun 2014


11.256.129
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑘𝑎𝑠 = = 3,45 atau 345%
3.260.559

Pada tahun 2015

8.655.562
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑘𝑎𝑠 = 2.687.743 = 3,22 atau 322%
Pada tahun 2016
9.674.030
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑘𝑎𝑠 = 3.187.742 = 3,03 atau 303%

Rasio Likuiditas 2014 2015 2016 Standar rata-rata industri

Rasio Kas 345% 322% 303% 50%

Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja

keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang dilihat dari rasio

kas pada tahun 2014, 2015 dan 2016 masing-masing (345%), (322%) dan

(303%). Pada tahun 2014 nilai rasio lancar 3,45 atau 345% artinya jumlah

kas dan setara kas sebanyak 3,45 kali dari utang lancar. Dengan kata lain

setiap 1 rupiah utang lancar dijamin oleh 3,45 rupiah kas dan setara kas.

Dari tahun ke tahun perusahaan mengalami perubahan. Dilihat dari

proporsi kas dan setara kas, kondisi perusahaan memang mengalami

penurunan dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016. Namun kondisi

rasio lancar berada di atas standar rata-rata industri yaitu 50% menurut

Hery (2015:185).

Dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan yang

ditinjau dari perhitungan rasio kas dinilai cukup baik karena hasil

pengukuran melebihi standar yang sudah ditentukan yaitu 50%.

Perusahaan dinilai telah mampu memaksimalkan pembayaran kewajiban

jangka pendek yang jatuh tempo dan menandakan kas dan setara kas

perusahaan cukup dalam membayar utang lancarnya.


4.2.2 Rasio Solvabilitas

Analisa rasio solvabilitas ini digunakan untuk mengukur kinerja

keuangan (financial performance) dimana perusahaan akan dinyatakan

sanggup atau mampukah membayar seluruh kewajiban (utang) baik jangka

panjang maupun jangka pendek jika perusahaan dilikuidasi atau

dinyatakan bubar dan dinonaktifkan. Adapun beberapa analisis yang

digunakan dalam rasio solvabilitas ini yaitu Rasio Utang terhadap Aktiva

(Debt to Asset Ratio) dan Rasio Utang terhadap Ekuitas / Modal (Debt to

Equity Ratio).

a. Rasio Utang terhadap Aset (Debt to Asset Ratio)

Data untuk perhitungan analisis sebagai berikut :

Tahun Total Utang Total Aset

2014 Rp. 4.100.172 Rp. 28.884.973

2015 Rp. 3.772.410 Rp. 27.638.360

2016 Rp. 4.011.877 Rp. 30.150.580

Pada tahun 2014


4.100.172
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑎𝑠𝑒𝑡 = 28.884.973 = 0,141 atau 14,1%

Pada tahun 2015


3.772.410
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑎𝑠𝑒𝑡 = 27.638.360 = 0,136 atau 13,6%

Pada tahun 2016


4.011.877
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑎𝑠𝑒𝑡 = 30.150.580 = 0,133 atau 13,3%
Rasio Solvabilitas 2014 2015 2016 Standar rata-rata industri

Rasio Utang terhadap Aset 14,1% 13,6% 13,3% 40%

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa

kinerja keuangan rasio utang terhadap aset perusahaan pada tahun 2014,

2015, dan 2016 masing-masing sebesar 14,1% : 13,6% : 13,3%. Pada

tahun 2014 rasio utang terhadap aset 14,1% artinya setiap 1 rupiah aset

dibiayai oleh utang 0,141 rupiah. Dari tahun ke tahun perusahaan

mengalami penurunan dalam persentase rasio ini. Pada rasio ini standar

yang baik apabila hasil pengukuran tidak melebihi 40% menurut Hery

(2015:197). Karena apabila berada diatas standar 40% akan semakin besar

resiko kegagalan pembayaran utang. Dilihat dari rasio tahun 2014-2016

perusahaan dapat dikatakan semakin baik dalam pembiayaan perusahaan.

Itu terlihat dari semakin kecilnya hasil rasio utang terhadap aset yang

berarti pembiayaan perusahaan dengan utang semakin kecil. Apabila

perusahaan mengajukan utang akan semakin mudah, karena semakin kecil

kecil rasio maka menunjukan resiko kreditur semakin kecil dalam

kegagalan pembayaran.

b. Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)

Data untuk perhitungan analisis sebagai berikut :

Tahun Total Utang Total Ekuitas

2014 Rp. 4.100.172 Rp. 24.784.801


2015 Rp. 3.772.410 Rp. 23.865.950

2016 Rp. 4.011.877 Rp. 26.138.703

Pada tahun 2014


4.100.172
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 = 24.784.801 = 0,165 atau 16,5%

Pada tahun 2015


3.772.410
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 = 23.865.950 = 0,158 atau 15,8%

Pada tahun 2016


4.011.877
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 = 26.138.703 = 0,153 atau 15,3%

Rasio Solvabilitas 2014 2015 2016 Standar rata-rata industri

Rasio Utang terhadap Aktiva 16,5% 15,8% 15,3% 50%

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa

kinerja keuangan rasio utang terhadap ekuitas perusahaan pada tahun

2014, 2015, dan 2016 masing-masing sebesar 16,5% : 15,8% : 15,3%.

Pada tahun 2014 rasio utang terhadap ekuitas 16,5% artinya setiap 1 rupiah

aset dibiayai oleh utang 0,165 rupiah. Dari tahun ke tahun perusahaan

mengalami penurunan dalam persentase rasio ini. Pada rasio ini standar

yang baik apabila hasil pengukuran tidak melebihi 50% menurut Hery

(2015:198). Karena apabila berada diatas standar 50% akan semakin besar

resiko kegagalan pembayaran utang. Dilihat dari rasio tahun 2014-2016

perusahaan dapat dikatakan semakin baik dalam pembiayaan perusahaan.


Itu terlihat dari semakin kecilnya hasil rasio utang terhadap ekuitas yang

berarti pembiayaan perusahaan dengan utang semakin kecil. Apabila

perusahaan mengajukan utang akan semakin mudah, karena semakin kecil

rasio maka menunjukan resiko kreditur semakin kecil dalam kegagalan

pembayaran.

4.2.3 Rasio Profitabilitas

Analisa rasio profitabiltas ini digunakan untuk mengukur

kemampuan kinerja keuangan (financial performance) perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan atau laba yang dihasilkan. Dalam analisis rasio

profitabilitas ini yang digunakan adalah dengan Hasil Pengembangan atas

Aset (Return on Asset), Hasil Pengembangan atas Ekuitas (Return on

Equity), Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin), dan Margin Laba

Bersih (Net Profit Margin).

a. Hasil Pengembalian atas Aset (Return on Asset)

Data untuk perhitungan analisis sebagai berikut :

Tahun Laba Bersih Total Aset

2014 Rp. 6.789.602 Rp. 28.884.973

2015 Rp. 5.645.111 Rp. 27.638.360

2016 Rp. 4.146.379 Rp. 30.150.580

Pada tahun 2014


6.789.602
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑠𝑒𝑡 = 28.884.973 = 0,235 atau 23,5%
Pada tahun 2015

5.645.111
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑠𝑒𝑡 = 27.638.360 = 0,204 atau 20,4%

Pada tahun 2016


4.146.379
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑠𝑒𝑡 = 30.150.580 = 0,137 atau 13,7%

Rasio Profitabilitas 2014 2015 2016 Standar rata-rata industri

Hasil Pengembalian atas Aset 23,5% 20,4% 13,7% 20%

Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa

kinerja keuangan hail pengembalian atas aset perusahaan pada tahun 2014,

2015, dan 2016 masing-masing sebesar 23,5% : 20,4% : 13,7%. Pada

tahun 2014 hasil pengembalian ata aset adalah 23,5% artinya perusahaan

mampu menghasilkan laba sebesar 0,235 rupiah dari setiap 1 rupiah dana

yang ada dalam total aset. Dari tahun ke tahun perusahaan mengalami

penurunan. Standar yang wajar pada rasio ini adalah apabila hasil

pengukuran lebih dari 20% menurut Hery (2015:229). Pada tahun 2014

dan 2015 perusahaan masih berada di atas standar walaupun terjadi

penurunan. Namun pada tahun 2016 besar rasio mengalami penurunan

yang cukup besar yaitu 13,7%. Dari perhitungan rasio disimpulkan bahwa

perusahaan awalnya mampu menciptakan laba bersih yang dari kontribusi

total aset. Berarti pada tahun 2016 perusahaan mengalami penurunan laba.

Selain itu terjadi peningkatan aset lancar yang kurang efektif dan kurang
maksimal dipergunakan perusahaan. Biaya operasional dan beban lain juga

mempengaruhi tingkat rasio ini.

b. Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity)

Data untuk perhitungan analisis sebagai berikut :

Tahun Laba Bersih Total Ekuitas

2014 Rp. 6.789.602 Rp. 24.784.801

2015 Rp. 5.645.111 Rp. 23.865.950

2016 Rp. 4.146.379 Rp. 26.138.703

Pada tahun 2014


6.789.602
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 = 24.784.801 = 0,274 atau 27,4%

Pada tahun 2015

5.645.111
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 = 23.865.950 = 0,236 atau 23,6%

Pada tahun 2016


4.146.379
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 = 26.138.703 = 0,158 atau 15,8%

Rasio Profitabilitas 2014 2015 2016 Standar rata-rata industri

Hasil Pengembalian atas


27,4% 23,6% 15,8% 30%
Ekuitas
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa

kinerja keuangan hail pengembalian atas ekuitas perusahaan pada tahun

2014, 2015, dan 2016 masing-masing sebesar 27,4% : 23,6% : 15,8%.

Pada tahun 2014 nilai rasi menunjukan 27,4% artinya perusahaan mampu
menghasilkan laba sebesar 0,274 dari total ekuitas yang dimiliki

perusahaan. Dari tahun ke tahun perusahaan mengalami penurunan.

Standar yang wajar pada rasio ini adalah apabila hasil pengukuran lebih

dari 30% menurut Hery (2015:231). Dapat disimpulkan bahwa perusahaan

masih belum mampu menciptakan laba bersih yang dihasilkan oleh ekuitas

dengan maksimal.

c. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Data untuk perhitungan analisis sebagai berikut :

Tahun Laba Kotor Penjualan bersih

2014 Rp. 9.086.669 Rp. 19.996.264

2015 Rp. 7.909.136 Rp. 17.798.055

2016 Rp. 6.331.461 Rp. 15.361.894

Pada tahun 2014


9.086.669
𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟 = 19.996.264 = 0,454 atau 45,4%

Pada tahun 2015


7.909.136
𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟 = 17.798.055 = 0,444 atau 44,4%

Pada tahun 2016


6.331.461
𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟 = 15.361.894 = 0,412 atau 41,2%

Rasio Profitabilitas 2014 2015 2016 Standar rata-rata industri

Margin Laba Kotor 45,4% 44,4% 41,2% 28%


Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa

kinerja keuangan margin laba kotor perusahaan pada tahun 2014, 2015,

dan 2016 masing-masing sebesar 45,4% : 44,4% : 41,2%. Pada tahun 2014

besar Mrgin laba kotor adalah 45,4% artinya bahwa dari penjualan sebesar

1 rupiah memperoleh laba kotor sebesar 4,54 rupiah. Standar yang baik

dalam pengukuran kinerja keuangan margin laba kotor adalah 28%

menurut Hery (2015:233). Pada pengukuran ini perusahaan sudah mampu

menghasilkan laba yang cukup maksimal dan menunjukan kondisi

perusahaan cukup baik. Walaupun mengalami penurunan dari rasio tahun

2014 sampai 2016 tetapi masih di atas standar, namun hasil margin laba

kotor masih di atas standar minimal industri.

d. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)

Data untuk perhitungan analisis sebagai berikut :

Tahun Laba Setelah Pajak Penjualan bersih

2014 Rp. 5.274.009 Rp. 19.996.264

2015 Rp. 4.356.661 Rp. 17.798.055

2016 Rp. 3.870.319 Rp. 15.361.894

Pada tahun 2014


5.274.009
𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ = 19.996.264 = 0,263 atau 26,3%
Pada tahun 2015

4.356.661
𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ = 17.798.055 = 0,245 atau 24,5%

Pada tahun 2016


3.870.319
𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ = 15.361.894 = 0,252 atau 25,2%

Rasio Profitabilitas 2014 2015 2016 Standar rata-rata industri

Margin Laba Bersih 26,3 24,5% 25,2% 20%

Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa

kinerja keuangan margin laba bersih perusahaan pada tahun 2014, 2015,

dan 2016 masing-masing sebesar 26,3% : 24,5% : 25,2%. Pada tahun 2014

besar margin laba bersih adalah 26,3% artinya bahwa dari penjualan

sebesar 1 rupiah perusahaan memperoleh laba bersih 0,263 rupiah. Standar

yang baik dalam pengukuran kinerja keuangan margin laba bersih adalah

20% menurut Hery (2015:237). Pada tahun 2015 perusahaan mengalami

penurunan namun pada tahun 2016 mengalami kenaikan walaupun tidak

melebihi tahun 2014.

4.2.4 Rasio Aktivitas

Analisa rasio aktivitas ini digunakan untuk mengukur kemampuan

kinerja keuangan (financial performance) perusahaan dalam menggunakan

aset-aset dan juga digunakan juga untuk mengukur tingkat efisiensi atas

pemanfaatan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Dalam analisis rasio

profitabilitas ini yang digunakan adalah Perputaran Persediaan (Inventory


Turn Over), Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over),

Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset TurnOver) dan Perputaran Total Aset

(Total Asset Turnover).

a. Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)

Data untuk perhitungan analisis sebagai berikut :

Rata-rata Persediaan
Tahun Harga Pokok Penjualan
(Persediaan awal + akhir):2

2014 Rp. 10.909.595 Rp. 1.569.595

2015 Rp. 9.888.919 Rp. 1.497.421

2016 Rp. 9.030.433 Rp. 1.690.540

Pada tahun 2014


10.909.595
𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 = = 6,9 kali
1.569.595

Pada tahun 2015


9.888.919
𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 = 1.497.421 = 6,6 kali

Pada tahun 2016


9.030.433
𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 = 1.690.540 = 5,3 kali

Standar rata-rata
Rasio Aktivitas 2014 2015 2016
industri

Perputaran Persediaan 6,9 kali 6,6 kali 5,3 kali 16 kali

Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa kinerja

keuangan rasio perputaran persediaan perusahaan pada tahun 2014, 2015,


dan 2016 masing-masing sebesar 6,9 kali : 6,6 kali : 5,3 kali. Standar yang

baik dalam pengukuran kinerja keuangan rasio perputaran persediaan

adalah 16 kali menurut Hery (2015:217). Pada tahun 2014 besar rasio

perputaran persediaan adalah 6,9 kali artinya dalam satu tahun periode,

perputaran persediaan perusahaan sebanyak 6,9 kali. Pada pengukuran

rasio ini perusahaan belum mampu memaksimalkan penjualan sehingga

persediaan tidak dapat menjadi kas. Dengan perputaran persediaan yang

kurang maksimal menyebabkan persediaan beresiko rusak atau

berkurangnya kualitas. Dan tentunya akan membutuhkan biaya tambahan

untuk tempat atau gudang. Dari tahun 2014 sampai 2016 perputaran

persediaan perusahaan masih di bawah standar rata-rata industri dan

mengalami penurunan tiap tahunnya.

b. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)

Data untuk perhitungan analisis sebagai berikut :

Rata-rata Aset Lancar


Tahun Penjualan
(Aset lancar awal + akhir):2

2014 Rp. 19.996.264 Rp. 16.467.073

2015 Rp. 17.798.055 Rp. 14.610.612

2016 Rp. 15.361.894 Rp. 13.779.238

Pada tahun 2014


19.996.264
𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 = 16.467.073 = 1,2 kali

Pada tahun 2015


17.798.055
𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 = 14.610.612 = 1,2 kali

Pada tahun 2016

15.361.894
𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 = 13.779.238 = 1,1 kali

Standar rata-rata
Rasio Aktivitas 2014 2015 2016
industri

Perputaran Modal Kerja 1,2 kali 1,2 kali 1,1 kali 7 kali

Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa kinerja

keuangan rasio perputaran modal kerja perusahaan pada tahun 2014, 2015,

dan 2016 masing-masing sebesar 1,2 kali : 1,2 kali : 1,1 kali. Pada tahun

2014 nilai rasio perputaran modal kerja adalah 1,2 kali artinya dalam satu

tahun periode, perputaran modal kerja sebanyak 1,2 kali. Standar yang

baik dalam pengukuran kinerja keuangan rasio perputaran modal adalah 7

kali menurut Hery (2015:219). Pada pengukuran ini perusahaan belum

mampu melakukan perputaran modal kerja dengan maksimal. Terlihat

pada hasil tahun 2014 sampai 2016 perputaran modal kerja tidak

mengalami perubahan.

c. Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset Turn Over)

Data untuk perhitungan analisis sebagai berikut :

Rata-rata Aset Tetap


Tahun Penjualan
(Aset Tetap awal + akhir):2

2014 Rp. 19.996.264 Rp. 10.724.312

2015 Rp. 17.798.055 Rp. 11.559.442


2016 Rp. 15.361.894 Rp. 14.228.793

Pada tahun 2014


19.996.264
𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 = 10.724.312 = 1,8 kali

Pada tahun 2015


17.798.055
𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 = 11.559.442 = 1,5 kali

Pada tahun 2016

15.361.894
𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 = 14.228.793 = 1,1 kali

Standar rata-rata
Rasio Aktivitas 2014 2015 2016
industri

Perputaran Aset Tetap 1,8 kali 1,5 kali 1,1 kali 3 kali

Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa kinerja

keuangan rasio aset tetap perusahaan pada tahun 2014, 2015, dan 2016

masing-masing sebesar 1,8 kali : 1,5 kali : 1,1 kali. Pada tahun 2014 hasil

rasio 1,8 kali artinya dalam satu tahun periode perusahaan melakukan

perputaran aset tetap 1,8 kali. Standar yang baik dalam pengukuran kinerja

keuangan rasio perputaran aset tetap adalah adalah 3 kali menurut Hery

(2015:220). Pada pengukuran ini perusahaan belum mampu melakukan

perputaran aset tetap dengan maksimal. Karena dari 3 periode pengukuran

rasio aset tetap berada dibawah standar rata-rata industri dan terjadi

penurunan dari tahun 2014 ke tahun 2016.

d. Perputaran Total Aset (Total Assets Turn Over)


Data untuk perhitungan analisis sebagai berikut :

Rata-rata Total Aset


Tahun Penjualan
(Total Aset awal + akhir):2

2014 Rp. 19.996.264 Rp. 27.747.649

2015 Rp. 17.798.055 Rp. 28.261.497

2016 Rp. 15.361.894 Rp. 28.894.470

Pada tahun 2014


19.996.264
𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡 = 27.747.649 = 0,7 kali

Pada tahun 2015

17.798.055
𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡 = 28.261.497 = 0,6 kali

Pada tahun 2016

15.361.894
𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡 = 28.894.470 = 0,5

Standar rata-rata
Rasio Aktivitas 2014 2015 2016
industri

Perputaran Total Aset 0,7 kali 0,6 kali 0,5 kali 2 kali

Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa kinerja

keuangan rasio perputaran total aset perusahaan pada tahun 2014, 2015,

dan 2016 masing-masing sebesar 0,7 kali : 0,6 kali : 0,5 kali. Pada tahun

2014 hasil rasio perputaran total aset adalah 0,7 kali artinya dalam satu

tahun periode perusahaan melakukan perputaran total aset 0,7 kali. Standar

yang baik dalam pengukuran kinerja keuangan rasio perputaran total aset
adalah 2 kali menurut Hery (2015:222). Selain masih di bawah standar

rata-rata industri, rasio perputaran total aset dari tahun 2014 sampai 2016

semakin menurun.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan rasio keuangan sebagai alat ukur

perkembangan kinerja keuangan. Rasio keuangan tersebut terdiri dari

Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitas, dan Rasio

Aktivitas. Dari hasil analisis laporan keuangan yang telah dilakukan,

berikut adalah kesimpulan mengenai hasil dari perkembangan kinerja

keuangan perusahaan PT Indocement Tunggal Prakasa TBK dari tahun

2014-2016.

Rasio Likuiditas

- Rasio Lancar

Hasil pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan rasio

lancar pada PT Indocement Tunggal Prakasa TBK tahun 2014 = 493%,

tahun 2015 = 488% dan tahun 2016 = 452%. Dari hasil tersebut kinerja

keuangan perusahaan dinilai cukup maksimal dan sudah mampu

memaksimalkan pembayaran kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo

menggunakan aset lancar. Tiap tahunnya mengalami penurunan namun

masih berada di atas standar minimal yaitu 1,7:1 atau 170%.


- Rasio Cepat atau Rasio Sangat Lancar (Quick Rasio or Acid test

Rasio)

Hasil pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan rasio

sangat lancar pada PT Indocement Tunggal Prakasa TBK tahun 2014 =

442%, tahun 2015 = 432% dan tahun 2016 = 395%. Dari hasil tersebut

kinerja keuangan perusahaan dinilai cukup maksimal dan sudah mampu

memaksimalkan pembayaran kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo

dengan menggunakan aset sangat lancar. Tiap tahunnya mengalami

penurunan namun masih berada di atas standar minimal yaitu 1,5:1 atau

150%.

- Rasio Kas (Cash Rasio)

Hasil pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan rasio kas

pada PT Indocement Tunggal Prakasa TBK tahun 2014 = 345%, tahun

2015 = 322% dan tahun 2016 = 303%. Dari hasil tersebut kinerja

keuangan perusahaan dinilai cukup maksimal dan sudah mampu

memaksimalkan pembayaran kewajiban lancarnya yang jatuh tempo

dengan menggunakan kas dan setara kas. Tiap tahunnya mengalami

penurunan namun masih berada di atas standar minimal yaitu 0,5:1 atau

50%.

Rasio Solvabilitas

- Rasio Utang terhadap aktiva (Debet to Asset Rasio)

Hasil pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan rasio

utang terhadap aktiva pada PT Indocement Tunggal Prakasa TBK tahun


2014 14,1%, 2015 13,6% dan 2016 13,3%. Dari hasil tersebut dapat

disimpulkan perusahaan mempunyai resiko yang kecil karena

pendanannya sebagian besar menggunakan aktiva dan dalam

mendapatkan pinjaman dari kreditur akan sangat mudah karena keadaan

perusahaan mampu menutupi utang-utangnya dengan aset yang dimiliki.

Rasio Profitabilitas

Rasio Aktivitas

---------------------------------------------------------------------------------------------------

Dilihat dari hasil perhitungan rasio likuiditas, kinerja keuangan

perusahaan dinilai cukup baik karena hasil pengukuran di atas standaryang

sudah ditentukan. Hasil tersebut menunjukan perusahaan sudah cukup

mampu memaksimalkan kinerja keuangan perusahaan dalam hal

memenuhi kewajiban jangka pendek. Namun tiap tahun mengalami

penurunan rasio.

Dilihat dari hasil perhitungan rasio solvabilitas, kinerja keuangan

perusahaan juga dinilai masih cukup baik karena hasil pengukuran di atas

standar yang sudah ditentukan. Hasil tersebut juga menunjukan

perusahaan sudah cukup mampu memaksimalkan kinerja keuangan dalam

hal memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang.


Sehingga dapat dikatakan perusahaan likuid. Namun tiap tahun mengalami

penurunan rasio.

Dilihat dari hasil perhitungan rasio profitabilitas, kinerja keuangan

perusahaan dalam hal tingkat pengembalian aset dinilai kurang maksimal

sebab masih berada di bawah standar. sehingga bisa dikatakan perusahaan

belum mampu menghasilkan laba bersih yang sesuai dengan jumlah aset

dan mengembalikan modal dengan cepat. Namun dalam kinerja operasi

perusahaan cukup maksimal dalam menghasilkan laba dari penjualan dan

kegiatan operasi perusahaan.

Dilihat dari hasil perhitungan rasio aktivitas kinerja keuangan

perusahaan menunjukan perusahaan kurang mampu memaksimalkan

kinerja. Dilihat dari semua perputaran pada rasio aktivitas yang masih

dibawah standar ditambah tiap tahun mengalami penurunan. Sehingga

perusahaan lambat dalam melakukan sirkulasi keuangan dan laba yang

diperoleh akan lama dan tidak sebanding dengan aset dan ekuitas yang

dimiliki perusahaan.

5.2 Saran

You might also like