You are on page 1of 116

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Jalan raya merupakan prasarana transportasi darat yang memegang
prasarana yang sangat penting dalam sekor perhubungan, terutama untuk
kesinambungan distribusi barang dan jasa. Keberadaan jalan raya sangat
dperlukan laju pertumbuhan ekonomi dan pengembangan suatu wilayah.
Perencanaan jalan raya ini bertujuan untuk merencanakan infrastruktur yaitu jalan
raya yang aman, efisien pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan rasio
tingkat penggunaan biaya/pelaksanaan.

Perencanaa geometrik jalan raya adalah bagian dari perancanaan jalan


dimana geometrik atau dimensi nyata jalan beserta bagian-bagianyayang
disesuaikan dengan tuntutan serta sifr-sifat lalu lintas. Melalui perencanaan
geometrik jalan raya ini perencana berusaha menciptakan suatu hubungan yang
baik antara ruang dan waktu sehubungan dengan kendaraan yang bersangkutan
sehingga dapat menghasilkan efisiensi keamanan serta kenyamana yang optimal
dalam pertimbangan ekonomi yang paling layak.

Jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas
dari suatu tempat ketempat yang lain. Arti lintasan disini adalah sebagai tana yang
diperkeras atau jalan tanpa perkerasan, sedangkan lalu lintas adalah semua benda
dan mahkluk hidup yang melewati jalan tersebut baik kendaraan, manusia ataupun
hewan.

1.2 Tujuan
Tujuan Dari TugasBesar Perencanaan Geometrik Jalan Raya adalah:
 Dapat mendesign geometrik jalan raya dengan aturan standart yang
berlaku di Indonesia

Perancangan Geometrik Jalan Raya 1


 Dapat merencanakan jalan yang didasarkan kepada kebutuhan dan
analisa pengaruh jalan raya terhadap perkembangan wilayah
sekitar.
 Dapat merencanakan jalan yang berpotensi pada efisiensi tingkat
pelayanan dengan mengutamakan faktor kenyamanan dan
keselamatan pengguna jalan.
 Dapat menghsilkan desain geometrik jalan yang memaksimalkan
rasio tingkat penggunaan biaya pelaksanaan.

1.3 Ruang Lingkup


Dalam perencanaa geometrik jalan raya ini perencana melakukan dan
merencanakan:
 Perencanaan trase dan penentuan medan
 Bentuk dab panjang kurva
 Penggambaran kurva
 Penentuan kemiringan melintang tiap tikungan dan penggambaran
elevasi, super elevasi badan jalan
 Menghitung jarak pandang
 Menghitung alinyemen vertikal
 Perhitungan volume dan galian

Perancangan Geometrik Jalan Raya 2


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Klarifikasi Jalan


Dalam menentukan sebuah jalan, klarifikasi jalan merupakan hal yang
paling utama. Dengan adanya klarifikasi jalan, maka dapat diambil sutu pedoman
yang dapat ditetapkan dengan syarat yang minimum.

Klarifikasi jalan di Indonesia menurut Bina Marga dalam tata cara


perencanaan Geometrik Jalan Raya Antar Kota (TPGJAK) No. 038/TBM/1997
Tabel 2.1 Klarifikasi jalan.
fungsi kelas Muatan sumbu terberat
(ton)
I >10
Arteri II 10
III A 8
III A
kolektor 8
III B
Sumber: tata cara perencanaan Geometrik Jalan Raya Antar Kota (TPGJAK) No.
038/TBM/1997

2.2 Trase rencana


Berdasarkan peta topografi yand disediakan, dimana titik asal (origin) dan
tujuan telah ditentukan, dilakukan pencarian lintasan.

L1 =√(𝑋1 − 𝑋𝑆)² + (𝑌1 − 𝑌𝑆)²

Dimana:
L1 = jarak antara titik A dn B (m)
X1, Y1 = koordinat titik A
X2, Y2 = koordinat titik B

Perancangan Geometrik Jalan Raya 3


2.3 Sudut Putar
Pada tiap-tiap lengkungan jalan raya adanya suatu sudut perputaran yang
terdapat pada bagian lengkungan. Sudut putar suatu jalan sebaiknya direncanakan
sekali-kalinya agar peralihan jalan tidak telalu besar, sehingga akan memudahkan
dalam pengemudi. Untuk menetukan besar kecilmnya sudut putar dapat dihitung
dengan persamaan :
Yc  Ya Yb  Yc
ABC = arctg  arctg
Xc  Xa Xb  Xc
ABC = Sudut Putar
Dimana:
X1, Y1 = korrdinat dari titik 1
X2, Y2 = koordinat dari titik 2
X3, Y3 = koordinat dari titik 3

2.4 Alinyemen Horizontal


Yang dimaksud dengan alinemen horizontal atau trase suatu jalan adalah
garis proyeksi sumbu jalan tegak lurus pada bidang peta yang disebut dengan
gambar situasi jalan. Untuk menentukan situasi yang paling tepat untuk
membangun suatu jalan yang dijadikan suatu pegangan dasar dalam perencanaan
alinemen horizontal adalah pencapaian keseimbangan antara besarnya kecepatan
rencana dan bentuk serta keadaan umum jalan raya, sehingga dapat menjamin
keamanan serta kenyamanan jalannya kendaraan.

Garis lurus yang berpotongan dibuat garis lengkung yang disebut dengan
tikungan. Bentuk tikungan pada suatu jalan raya ditentukan oleh tiga (3) faktor:
1. Sudut tangen yang besarnya dapat diukur langsung pada peta/gambar
situasi.
2. Kecepatan rencana tergantung dari kelas jalan yang akan
direncanakan.
3. Jari – jari kelengkungan.

Perancangan Geometrik Jalan Raya 4


2.4.1 Tikungan Spiral – Circle – Spiral (S-C-S)

Gambar 2.1 tikungan jenis S-C-S

Gambar 2.1 Bentuk Tikungan S-C-S

Keterangan:

R = jari-jari lengkung minimum (m)


Δ = sudut tangen yang diukur dari gambar trase
Es = jarak PI kelangkung peralihan (m)
Ts = jarak antar Ts dan PI
Sc = titik peralihan bagian spiral kebagian lingkara

𝐿𝑠2
Xs = 𝐿𝑠 (1 − 40 𝑅𝑐²) ........................................................................... (2.1)

𝐿𝑠2
Ys = (6 𝑥 𝑅𝑐) .........................................................................................(2.2)

90 x Ls
θs = ...........................................................................................(2.3)
𝜋 𝑥 𝑅𝑐

Perancangan Geometrik Jalan Raya 5


Ls²
p = 6 𝑥 𝑅𝑐 − 𝑅𝑐(1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃𝑠) .............................................................(2.4)

Ls3
K = 𝐿𝑠 − − 𝑅𝑐(𝑆𝑖𝑛 𝜃𝑠) ......................................................(2.5)
40 𝑥 𝑅𝑐 2

Ts = (Rc + p) . Tg ½ Δ + k .........................................................(2.6)

Es = (Rc + p) . Sec½ Δ – Rc .......................................................(2.7)

Ltotal = 2 Ls ...............................................................................(2.8)

2.4.2 Tikungan Spiral – Spiral (S-S)

Gambar 2.2 tikungan jenis S-S

Perancangan Geometrik Jalan Raya 6


Keterangan:

R = jari-jari lengkung minimum (m)


Δ = sudut tangen yang diukur dari gambar trase
Es = jarak PI kelangkung peralihan (m)
Ts = jarak antar Ts dan PI
Sc = titik peralihan bagian spiral kebagian lingkaran

𝐿𝑠2
Xs = 𝐿𝑠 (1 − 40 𝑅𝑐²) .......................................................................... (2.9)

𝐿𝑠2
Ys = (6 𝑥 𝑅𝑐) .......................................................................................(2.10)

90 x Ls
θs = .........................................................................................(2.11)
𝜋 𝑥 𝑅𝑐

Ls²
p = 6 𝑥 𝑅𝑐 − 𝑅𝑐(1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃𝑠) ...........................................................(2.12)

Ls3
K = 𝐿𝑠 − − 𝑅𝑐(𝑆𝑖𝑛 𝜃𝑠) ....................................................(2.13)
40 𝑥 𝑅𝑐 2

Ts = (Rc + p) . Tg ½ Δ + k .......................................................(2.14)

Es = (Rc + p) . Sec½ Δ – Rc .....................................................(2.15)

Ltotal = 2 Ls .............................................................................(2.16)

Perancangan Geometrik Jalan Raya 7


2.4.3 Tikungan Full Circle (F-C)

Gambar 2.3 tikungan jenis F-C

Keterengan:
Δ = Sudut tangent (dalam derajat)
T = Jarak antara TC dan PI (m)
R = Jari-jari (m)
L = Panjang Tikungan (m)
E = Jarak PI ke lengkung peralihan
PI = Point of Intersection
TC = Tangen Circle
CT = Circle Tangen

Tc = Rc . Tg ½ Δ ......................................................................(2.17)

Es = Tc . Tg½ Δ ..................................................................... (2.18)

Perancangan Geometrik Jalan Raya 8


(Δ 2π Rc)
Lc = 𝑥 𝜋 𝑥 𝑅𝑐.................................................................... (2.19)
360°

2.5 Diagram Superelevasi


Super elevasi adalah kemiringan melintang jalan pada daerah tikungan.
Untuk bagian jalan lurus, jalan mempunyai kemiringan melintang yang biasa
disebut lereng normal atau Normal Trawn yaitu diambil minimum 2 % baik
sebelah kiri maupun sebelah kanan AS jalan. Hal ini dipergunakan untuk system
drainase aktif. Harga elevasi (e) yang menyebabkan kenaikan elevasi terhadap
sumbu jalan di beri tanda (+) dan yang menyebabkan penurunan elevasi terhadap
jalan di beri tanda (-).
Sedangkan yang dimaksud diagram super elevasi adalah suatu cara
untukmenggambarkan pencapaian super elevasi dan lereng normal ke
kemiringanmelintang (Super Elevasi). Diagram super elevasi pada ketinggian
bentuknyatergantung dari bentuk lengkung yang bersangkutan.
1. Diagram Superelevasi Menurut Full-Circle menurut Bina Marga

Gambar 2.4 Diagram Superelevasi Full Circle

Perancangan Geometrik Jalan Raya 9


Ls pada tikungan Full-Cirle ini sebagai Ls bayangan yaitu untuk
perubahankemiringan secara berangsur-angsur dari kemiringan normal ke
maksimum atauminimum.

𝑊
Ls = 2 × m× (en + ed)

Dimana :
Ls = Lengkung peralihan
W = Lebar perkerasan
m = Jarak pandang
en = Kemiringan normal
ed = Kemiringan maksimum

2. Diagram superlevasi pada Spiral-Circle-Spiral.

Gambar 2.5 Diagram Super elevasi pada S-C-S


Gambar 2.5 Diagram Superelevasi Spira Circle Spiral

Perancangan Geometrik Jalan Raya 10


3. Diagram Superlevasi pada Spiral – Spiral.

Gambar 2.6 Diagram Superelevasi Spiral Spiral

2.6 Jarak Pandang


Jarak pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi
padasaat mengemudi sedemikian rupa, sehingga jika pengemudi melihat
suatuhalangan yang membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu
(antisipasi)untuk menghindari bahaya tersebut dengan aman.
Jarak pandang terdiri dari :
o Jarak pandang henti (Jh)
o Jarak pandang mendahului (Jd)

Menurut ketentuan Bina Marga, adalah sebagai berikut:


A. Jarak Pandang Henti (Jh)
1) Jarak minimum

Perancangan Geometrik Jalan Raya 11


Jh adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi
untukmenghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya
halangandidepan. Setiap titik disepanjang jalan harus memenuhi ketentuan Jh.
2) Asumsi tinggi
Jh diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105
cmdan tinggi halangan 15 cm, yang diukur dari permukaan jalan.
3) Rumus yang digunakan.
Jh dalam satuan meter, dapat dihitung dengan rumus:

untuk jalan datar :


Vr ²
Jh = 0,278 VR T + 254 fp ......................................................( 2.20)

Untuk jalan dengan kelandaian tertentu :


Vr ²
Jh = 0,278 VR T + 254( fp ±L) ..........................................( 2.21)

Dimana :
VR = Kecepatan rencana (km/jam)
T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik
Fp = koefisien gesekan memanjang antara ban kendaraan dengan
perkerasan jalan aspal, fp akan semakin kecil jika keceptan (VR)
semakin tinggi dan sebaliknya, ditetapkan fp = 0,35 – 0,55
(menurut Bina Marga)
Tabel 2. Menampilkan panjang Jh minimum yang dihitung berdasrakan
persamaan (2.) dengan pembulatan- pembulatan untuk berbagai VR.

Tabel 2.2 Jarak pandang henti (Jh) minimum


VR, km/jam 120 100 80 60 50 40 30 20
Jh minimum (m) 250 175 120 75 55 40 27 16
Sumber : ( TPGJAK) No. 038/TBM/1997

Perancangan Geometrik Jalan Raya 12


B. Jarak Pandang Mendahului (Jd)
1) Jarak adalah jarak yang memungkinkan suatu kendaraan
mendahuluikendaraan lain didepannya dengan aman sampai kendaraan
tersebut kembalikelajur semula. Lihat gambar (2.) dibawah.

Gambar 2.7 Proses gerakan mendahului

2) Asumsi tinggi
Jh diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105
cmdan tinggi halangan 105 cm.
3) Rumus yang digunakan.
Jd, dalam satuan meter ditentukan sebagai berikut :
Jd = d1 + d2 + d3 + d4
Dimana :
d1 = Jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m)
d2 =Jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan
kembalikelajursemula (m)
d3 = Jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang
dating dari arah berlawanan setelah proses mendahului selesai(m)
d4 = Jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari
arahberlawanan.

Rumus yang digunakan :


a .T1
d1 = 0,278 T1 ( VR – m + )
2

Perancangan Geometrik Jalan Raya 13


d2 = 0,278 VR T2`
d3 = antara 30 – 100 m
VR, km/jam 50 - 65 65 - 80 80 - 95 95 – 110
d3 (m) 30 55 75 90

d4 = ⅔ d2
Dimana : T1 = waktu dalam (detik) 2,12 + 0,026 VR
T2 = waktu kendaran berada di jalur lawan (detik), 6,56 + 0,048VR
a = percepatan rata-rata km/jam/detik, (km/jam/detik), 2,052 +0,0036
VR
m = perbedaan kecepatan dari kendaraan yang menyiap dan
kendaraan yang disiap, (biasanya diambil 10 – 15 km/jam)

Tabel 2.3 Panjang Jarak pandang mendahului berdasarkan VR


VR, km/jam 120 100 80 60 50 40 30 20
Jd minimum (m) 800 670 550 350 250 200 150 100
Sumber : ( TPGJAK) No. 038/TBM/1997

2..7 Pelebaran Perkerasan Pada lengkung horizontal


Kendaraan yang bergerak dari jalan lurus menuju ke tikungan, seringkali
tak dapat mempertahankan lintasannya pada lajur yang disediakan. Hal ini
disebabkan karena :
1. Pada waktu membelok yang diberi belokan pertama kali hanya roda
depan, sehingga lintasan roda belakang agak keluar lajur (off
tracking).
2. Jejak lintasan kendaraan tidak lagi berimpit, karena bemper depan dan
belakang kendaraan akan mempunyai lintasan yang berbeda dengan
lintasan roda depan dan roda belakang kendaraan.
3. Pengemudi akan mengalami kesukaran dalam mempertahankan
lintasannya tetap pada lajur jalannya terutama pada tikungan-tikungan
yang tajam atau pada kecepatan-kecepatan yang tinggi.

Perancangan Geometrik Jalan Raya 14


Untuk menghindari hal tersebut diatas maka pada tikungan-tikungan yang
tajam perlu perkerasan jalan dipelebar. Pelebaran perkerasan ini meurpakan faktor
dari jari-jari lengkung, kecepatan kendaraan, jenis dan ukuran kendaraan rencana
yang dipergunakan sebagai dasar perencanaan. Jenis kendaraan semi trailer
merupakan kendaraan yang cocok dipilih untuk kendaraan rencana. Tentu saja
pemilihan jenis kendaraan ini sangat mempengaruhi kebutuhan akan pelebaran
perkerasan dan biaya pelaksanaan jalan tersebut.
Elemen-elemen dari pelbaran perkerasan tikungan terdiri dari :
1. Off tracking (U)
2. Kesukaran dalam mengemudi di tikungan (Z)
Dari gambar 2. Dapat dilihat :
b = lebar kendaraan rencana
B = lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada
lajursebelah dalam
U = B–b
C = lebar kebebsan samping di kiri dan kanan kendaraan
Z = lebar tambahan akibat kesukaran mengemudi di tikungan
Bn = Lebar total perkerasan pada bagian lurus
Bt = lebar total perkerasan di tikungan
n = jumlah lajur
Bt = n(B + C) + Z
Δb = tambahan lebar perkerasan di tikungan
Δb = Bt – Bn

2.8 Alinyemen Vertikal


Alinyemen vertikal adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang
permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan 2 jajur 2 arah atau
melalui tepi dalam masing-masing perkerasan untuk jalur dengan median.
Seringkali disebut juga sebagai penampang menjang jalan.
Pada peencanaan alinyemen vertical terdapat kelandaian positif
(Tanjakan) dan kelandaian negatif (Turunan),sehingga kombinasinya berupa

Perancangan Geometrik Jalan Raya 15


lengkung cembung dan lengkung cekung.Disamping kedua lengkung tersebut
terdapat pula kelandaian = 0 (Datar).

Rumus – rumus yang digunakan untuk alinyemen vertikal :

𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙


g = × 100%
𝑆𝑇𝐴 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑆𝑇𝐴 𝑎𝑤𝑎𝑙

A = g2 – g1
𝐴 ×𝐿𝑣
Ev = 800
𝐴 ×𝑋²
y = 200 ×𝐿𝑣

2.8.1 Lengkung Vertikal cembung


Adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua tangent berada di
atas permukaan jalan.

PVI 1

Gambar 2.7 Lengkung Verikal Cembung

Keterangan :
PLV = titik awal lengkung parabola
PV1 = titik perpotongan kelandaian g1 dan g2
g = kemiringan tangent : (+) naik, (-) turun
A = Perbedaan aljabar landai (g2 – g1)%
EV = pergeseran vertikal titik tengah besar lingkaran (PV1 – m) (m)
Jh = Jarak pandang

Perancangan Geometrik Jalan Raya 16


h1 = tinggi mata pengaruh
h2 = tinggi halangan

2.8.2 Lengkung Vertikal cekung


Adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua tangent berada di
bawah permukaan jalan.

Gambar 2.8 Lengkung Verikal Cekung

Keterangan :
PLV = titik awal lengkung parabola
PV1 = titik perpotongan kelandaian g1 dan g2
g = kemiringan tangent : (+) naik, (-) turun
A = Perbedaan aljabar landai (g2 – g1)%
EV = pergeseran vertikal titik tengah besar lingkaran (PV1 – m) (m)
Lv = panjang lengkung vertikal
V = kecepatan rencana (km/jam)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan Alinyemen Vertikal adalah :


1. Kelandaian Maksimum
Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan truk yang bermuatan
penuhmampu bergerak dengan kecepatan tidak kurang dari separuh kecepatan
semulatanpa harus menggunakan gigi rendah.

Perancangan Geometrik Jalan Raya 17


Tabel 2.4 Kelandaian Maksimum yang diijinkan
Landai maksimum % 3 3 4 5 8 9 10 10
VR (km/jam) 120 110 100 80 60 50 40 < 40
Sumber : ( TPGJAK) No. 038/TBM/1997

2. Kelandaian Minimum
Pada jalan yang menggunakan kerb pada tepi perkerasannya, perlu
dibuatkelandaian minimum 0,5 % untuk keperluan kemiringan saluran
samping,karena kemiringan jalan dengan kerb hanya cukup untuk mengalirkan
airkesamping.
3. Panjang kritis suatu kelandaian
Panjang kritis ini diperlukan sebagai batasan panjang kelandaian
maksimum agarpengurangan kecepatan kendaraan tidak lebih dari separuh Vr.
Tabel 2.5 Panjang Kritis (m)

Kecepatan pada awal Kelandaian (%)


tanjakan (km/jam)
4 5 6 7 8 9 10
80 630 460 360 270 230 230 200
60 320 210 160 120 110 90 80
Sumber : ( TPGJAK) No. 038/TBM/1997

2.8.3 Jarak Pandang pada Lengkung Vertikal


1. Lengkung Vertikal Cembung
Jika jarak pandang lebih kecil dari panjang lengkung vertikal (S < L):

S2 A
L=
100 x ( 2 h1  2h 2 ) 2

Perancangan Geometrik Jalan Raya 18


Jika jarak pandang lebih panjang dari panjang lengkung vertikal (S > L):

200 ( 2 h1  2h 2 )2
L=2S-
A

2. Lengkung vertikal cekung


Jika jarak pandang lebih kecil dari panjang lengkung vertikal (S < L):
S2 A
L=
122  3,5 S
Jika jarak pandang lebih panjang dari panjang lengkung vertikal (S > L):
122  3,5 S
L=2S-
A

2.9 Perencanaan Melintang Jalan


Penampang melintang jalan menggambarkan bagian-bagian dari jalan
seperti lebar dan jumlah lajur, ada atau tidaknya median, drainase permukaan,
kelandaian lereng tebing galian dan timbunan, serta bangunan pelengkap lainnya.
Berdasarkan kriteria perencanaan ditetapkan:
o Lebar lajur, jalur dan lebar bahu jalan,
o Pelebaran jalan ditikungan untuk setiap tikungan, dan
 Damaja, Damija, dan Dawasja.

Gambar potongan melintang dengan skala horizontal 1 : 100 dan skala vertikal 1 :
10. Gambar potongan melintang dibuat untuk setiap titik STA. Potongan
melintang, alinemen horizontal, dan alineman vertikal digunakan untuk
menghitung volume galian, timbunan, dan pemindahan meterial galian dan
timbunan.

2.10 Galian (cut) dan Timbunan (fill)


2.10.1 Menghitung Luas
Merupakan pemindahan sejumlah volume tanah akibat adanya
perbedaaan ketinggian (ketinggian muka tanah asli dengan ketinggian rencana

Perancangan Geometrik Jalan Raya 19


trase) di suatu tempat. Pekerjaan galian dan timbunan dilakukan apabila
alinyemen vertikal dan horizontal dan penomoran stationing telah pasti.
Untuk menghitung luas dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.9 Luas kubikasi

2.10.2 Menghitung Volume


Perhitungan volume tanah antara dua stationing dilakukan dengan metoda
luas ujung rangkap, yaiut dengan mengambil rata-rata luas dua ujung penampang
dan mengalikan dengan jarak kedua stationing. Maka dengan demikian :

A1+A2
Volume = x jarak A1-A2
2

Perancangan Geometrik Jalan Raya 20


BAB III
PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

3.1 Perhitungan Titik Koordinat Trase I


PERHITUNGAN JARAK TITIK POTONG :
XS : 2.95 x 2000 = 5900 cm YS : 8.70 x 2000 = 17300 cm
X1 : 9.60 x 2000 = 19200 cm Y1 : 21.20 x 2000 = 42400 cm
X2 : 23.10 x 2000 = 46200 cm Y2 : 26.50 x 2000 = 53000 cm
X3 : 27.90 x 2000 = 55800 cm Y3 : 14.35 x 2000 = 28700 cm
XF : 28.20 x 2000 = 56400 cm YF : 2.10 x 2000 = 4200 cm

3.1.1 perhitungan jarak antar titik


Jarak titik S – Pi.1 (L1)
L1 =√(𝑋1 − 𝑋𝑆)² + (𝑌1 − 𝑌𝑆)²

=√(19200 − 5900)² + (42400 − 17300)²


=√801890000
= 28317.66 cm = 283.17 m

Jarak titik Pi.1 – Pi.2 (L2)


L2 =√(𝑋2 − 𝑋1)² + (𝑌2 − 𝑌1)²

=√(46200 − 19200)² + (53000 − 42400)²


=√841360000
= 29006.21 cm = 290.06 m

Jarak titik Pi.2 – Pi.3 (L3)

L3 =√(𝑋3 − 𝑋2)² + (𝑌3 − 𝑌2)²

=√(55800 − 46200)² + (28700 − 53000)²


=√682650000
= 26127.57 = 261.27 m

Perancangan Geometrik Jalan Raya 21


Jarak titik Pi.3 – F (L4)
L4 =√(𝑋𝐹 − 𝑋3)² + (𝑌𝐹 − 𝑌3)²

=√(56400 − 55800)² + (4200 − 28700)²


=√600610000
= 24507.35 cm = 245.07 m

Maka Jumlah Total Jumlah Panjang Trase Adalah L1 + L2 + L3 + L4 = 283.17 +


290.06 + 261.27 + 245.07= 1079.59 m.

𝒚
3.1.2 Perhitungan Sudut Putar Lengkung (Δ) Sudut Azimuth 𝒂𝒓𝒄 𝒕𝒈 = 𝒙

1. tikungan PI.1

𝑦𝑝𝑖.2−𝑦𝑝𝑖.1 𝑦𝑝𝑖.1−𝑦𝑠
Δ1 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 𝑥𝑝𝑖.2−𝑥𝑝𝑖.1 ± 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 𝑥𝑝𝑖.1−𝑥𝑠

53000−42400 42400− 17400


Δ1 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 46200− 19200 ± 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 19200−5900

Δ1 = Arc tg 0.39 – arc tg 1.88

Δ1 = 40.50°

2. tikungan PI.2

𝑦𝑝𝑖.3−𝑦𝑝𝑖.2 𝑦𝑝𝑖.2−𝑦𝑝𝑖.1
Δ2 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 ± 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔
𝑥𝑝𝑖.3−𝑥𝑝𝑖.2 𝑥𝑝𝑖.2−𝑥𝑝𝑖.1

29000− 53000 53000−42400


Δ2 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 55800−46200 ± 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 46500− 19200

Δ2 = Arc tg 2.53 – arc tg 0.39


Δ2 = 90°

Perancangan Geometrik Jalan Raya 22


3. tikungan PI.3

𝑦𝑝𝑖.𝑓−𝑦𝑝𝑖.3 𝑦𝑝𝑖.3−𝑦𝑝𝑖.2
Δ3 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 𝑥𝑝𝑖.𝑓−𝑥𝑝𝑖.3 ± 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 𝑥𝑝𝑖.3−𝑥𝑝𝑖.2

4200−28700 28700− 53000


Δ3 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 56400− 55800 ± 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 55800−46200

Δ3 = Arc tg 40.83 – arc tg 2.53

Δ3 = 157° - 180 = 23°

𝐡
3.1.3 Menetukan Kemiringan Jalan, 𝐢 = 𝒍 𝒙 𝟏𝟎𝟎% X

Dimana :
H = beda tinggi
L = jarak antara 2 (dua) titik
Titik S elevasi muka tanah
Interpolasi
L1 = 2.1
L2 = 0.9
Elevasi 1 = 1991
Elevasi = 1994

(𝑙1 𝑥 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 2) + (𝑙2 𝑥 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 1)


elevasi s =
𝑙1 + 𝑙2

(2.1 𝑥 1994) + (0.9 𝑥 1991)


elevasi s =
2.1 + 0.9
= 1993.10

Perancangan Geometrik Jalan Raya 23


Titik S elevasi muka tanah = 1993.10
Titik P.1 elevasi muka tanah = 1988.00
elevasi muka jalan = 1988.00

ℎ(𝑝𝑖. 1) + (ℎ(𝑠)
i= 𝑋 100%
𝑙

1988 − 1993.10
i= 𝑋 100%
284.05

i = -1.80 % = 0.018

Titik P.2 elevasi muka tanah = 1991.00


elevasi muka jalan = 1991.00

ℎ(𝑝𝑖. 2) − (ℎ(𝑝𝑖. 1)
i= 𝑋 100%
𝑙

1991 − 1988
i= 𝑋 100%
293.59

i = 1.02 % = 0.01022

Titik P.3 elevasi muka tanah = 1997.00


elevasi muka jalan = 1997.00

ℎ(𝑝𝑖. 3) − (ℎ(𝑝𝑖. 2 )
i= 𝑋 100%
𝑙

1997 − 1991
i= 𝑋 100%
259.25

i = 2.31 % = 0.02314

Perancangan Geometrik Jalan Raya 24


Titik P.F elevasi muka tanah = 2003.00
elevasi muka jalan = 2003.00

ℎ(𝑝𝑖. 𝑓 ) − (ℎ(𝑝𝑖. 3)
i= 𝑋 100%
𝑙

2003 − 1991
i= 𝑋 100%
250.13

i = 2.40 % = 0.02399

3.1.4 Perhitungan Titik Kritis


berarti pada K1 ada galian sebesar
TITIK K1
Elevasi muka tanah = 1991
Elevasi muka jalan = 1993.10 + 0.018 x 102.00
= 1993.10 + 1.831
= 1994.93
K1 = 1991
Berarti pada k1 terdapat timbunan sebesar
= 1994.93 – 1991.00
= 3.93 M (<4 M)

TITIK K2
Elevasi muka tanah = 1991
Elevasi muka jalan = 1988 - 0.01022 x 44.00
K2 = 1991
= 1988 - 0.45
= 1987.55
Berarti pada k2 terdapat galian sebesar
= 1987.55 – 1991.00
= 3.45 M (<10 M)

Perancangan Geometrik Jalan Raya 25


TITIK K3
Elevasi muka tanah = 1994.00
K3 = 1994
Elevasi muka jalan = 1987.55 - 0.01022 x 170.00
= 1987.55 – 1.74
= 1985.81

Berarti pada k3 terdapat galian sebesar


= 1987.55 – 1994.00
= 8.19 M (<10 M)

TITIK K4
Elevasi muka tanah = 1994.00
K4 = 1994

Elevasi muka jalan = 1991 - 0.0231 x 62.00


= 1991 - 0.71
= 1990.25

Berarti pada k4 terdapat galian sebesar


= 1990.29 – 1994.00
= 3.71 M (<10 M)

TITIK K5
Elevasi muka tanah = 1994 K5 = 1994

Elevasi muka jalan = 1990.29 + 0.0231 x 136.00


= 1990.29 + 3.15
= 1993.44

Berarti pada k5 terdapat timbunan sebesar


= 1993.44 – 1994.00
= 0.56 M (<4 M)

Perancangan Geometrik Jalan Raya 26


TITIK K6
Elevasi muka tanah = 2000
Elevasi muka jalan = 1997 + 0.02 x 128.00
= 1997 + 3.07
= 2000.07
K6 = 1991

Berarti pada k6 terdapat timbunan sebesar


= 2000.07 – 2000
= 0.07 M (<4 M)

Perancangan Geometrik Jalan Raya 27


TRASE 1
2006
F
2003
2001
K6=2000
2000 200.07
2.40%
1998.56
P i.3 2.0%
1997 2.31%
1996

Perancangan Geometrik Jalan Raya


K4=1994 1994.94
K3=1994
1994 S 1.74% K5=1994
1993.5
1993.10 1.80% 1991.99 1992.58
K2=1991 1991.5
1.09% 0.5% 1991.08 P i.2
1991 K1=1991 1990
1990.29
1990.22
1.02%
P i.1
1988 1987.55

1985

44,00000
79,59000
62,00000
61,25000

120,00000
136,00000
128,00000
122,13000

240,97000
168,00000
259,25000

360,97000
293,59000
250,13000

28
Dari sketsa jalan lintasan jalan tersebut, dapat dilihat bahwa S – PI.1
timbunan, dari PI.2 hingga titik S terletak pada bagian galian. Mencermati luas
bagian timbunan dan galian sepanjang lintasan, dapat dilihat bahwa luas bagian
galian lebih besar dari luas bagian timbunan. Karena itu perlu mengusahakan
pengurangan bagian galian. Kebijaksanaan tersebut dilakukan dengan menaikkan
muka jalan PI.1 dan PI.2 serta menurunkan PI.3 dan P.F. dengan demikian pula
permukaan jalan PI.1 dari 1988 menjadi 1990, pada PI.2 dari 1991 menjadi
1991.50, sedangkan pada PI.3 diturunkan dari 1997 menjadi 1996 dan P.F
diturunkan dari 2003 menjadi 2001. Berdasarkan elevasi permukaan jalan tersebut
dapat dicari kemiringan masing – masing penggal jalan sebagai berikut:

Titik P.1 elevasi muka tanah = 1990.00


elevasi muka jalan = 1990.00

ℎ(𝑝𝑖. 1) + (ℎ(𝑠)
i= 𝑋 100%
𝑙

1990.00 − 1993.10
i= 𝑋 100%
284.06

i = 1.090 % = 0.0109

Titik P.2 elevasi muka tanah = 1991.50


elevasi muka jalan = 1991.50

ℎ(𝑝𝑖. 2) + (ℎ(𝑃𝐼. 1)
i= 𝑋 100%
𝑙

1991.50 − 1990
i= 𝑋 100%
293.59

Perancangan Geometrik Jalan Raya 29


i = 0.51 % = 0.00511
Titik P.3 elevasi muka tanah = 1996.00
elevasi muka jalan = 1996.00

ℎ(𝑝𝑖. 2) + (ℎ(𝑃𝐼. 1)
i= 𝑋 100%
𝑙

1996.00 − 1991.50
i= 𝑋 100%
259.25

i = 1.74 % = 0.01736

Titik P.F elevasi muka tanah = 2001.00


elevasi muka jalan = 2001.00

ℎ(𝑝𝑖. 2) + (ℎ(𝑃𝐼. 1)
i= 𝑋 100%
𝑙

2001 − 1996.
i= 𝑋 100%
250.13

i = 2.00 % = 0.0199

dari lintasan baru dapat dicari ketinggian (elevasi) muka jalan pada masing -
masing titik kritis.

Muka jalan K1= 1993 - 0.0109 x 102.00


= 1993.10 - 1.113
= 1991.99

Muja jalan K2 = 1990.00 + 0.005 x 44.00


= 1990.00 + 0.22

Perancangan Geometrik Jalan Raya 30


= 1990.22

Muka jalan K3= 1990.22 + 0.005 x 168.00


=1990.22 + 0.858
= 1991.08

Muka jalan K4= 1991.50 + 0.174 x 62.00


= 1991.50 + 1.076
= 1992.58

Muka jalan K5= 1992.58 + 0.0174 x 136.00


= 1992.58 + 2.361
= 1994.94

Muka jalan K6= 1996 + 0.0199 x 128.00


= 1996 + 2.559
= 1998.56

Muka jalan k7 = 1998.56 + 0.01999 x 122.13


= 1998.56 + 2.441
= 2001

Dengan adanya penyesuaian lintasan jalan, maka bidang galian dan


timbunan dianggap seimbang. Selanjutnya dapat dibuat tabel: lintasan jalan dalam
garis besar seperti tabel dibawah.

Dari tabel tersebut kelihatan bahwa besarnya kemiringan jalan, galian dan
timbunan tidak melebihi ketentuan. Dengan besaran itu pula keseimbagan antara
luas bidang galian dan timbunan telah diusahakan sama. Dapat disimpulakan
bahwa trase jalan telah memnuhi syarat. Selanjutnya dapat dilanjutkan
perhitungan galian dan timbunan tanah.

Perancangan Geometrik Jalan Raya 31


Tabel 3.1 data hasil perhitungan trase I
Kemiringan
elevasi jarak Kedalaman (m)
Titik STA %
tanah jalan (m) + _ galian timbunan
S 1993.10 1993.1
PI.1 1998 1990 284.06 1.11 2.00
PI.2 1991 1991.5 293.59 0.51 0.50
PI.3 1997 1996 259.25 1.74 2.00
F 2003 2001 250.13 2.00 2.00

Perancangan Geometrik Jalan Raya 32


3.2 Perhitungan Titik Koordinat Trase II
PERHITUNGAN JARAK TITIK POTONG :
XS = 2600 cm YS = 26500 cm
X1 = 23400 cm Y1 = 48200 cm
X2 = 48500 cm Y2 = 50800 cm
X3 = 55100 cm Y3 = 24800 cm
XF = 49800 cm YF = 600 cm

3.2.1 perhitungan jarak antar titik


Jarak titik S – Pi.1 (L1)
L1 =√(𝑋1 − 𝑋𝑆)² + (𝑌1 − 𝑌𝑆)²

=√(23400 − 2600)² + (48200 − 26500)²


=√903530000
= 30058.78 cm = 300.59 m

Jarak titik Pi.1 – Pi.2 (L2)


L2 =√(𝑋2 − 𝑋1)² + (𝑌2 − 𝑌1)²

=√(48500 − 23400)² + (50800 − 48200)²


=√636770000
= 25234.30 cm = 252.34 m

Jarak titik Pi.2 – Pi.3 (L3)


L3 =√(𝑋3 − 𝑋2)² + (𝑌3 − 𝑌2)²

=√(55100 − 48500)² + (24800 − 50800)²


=√719560000
= 26824.62 = 268.24 m

Jarak titik Pi.3 – F (L4)


L4 =√(𝑋𝐹 − 𝑋3)² + (𝑌𝐹 − 𝑌3)²

Perancangan Geometrik Jalan Raya 33


=√(49800 − 55100)² + (600 − 24800)²
=√613730000
= 245773.57 cm = 245.57 m

Maka Jumlah Total Jumlah Panjang Trase Adalah L1 + L2 + L3 + L4 = 300.59 +


252.34+ 268.24+ 245.57= 1068.91m.

𝒚
3.2.2 Perhitungan Sudut Putar Lengkung (Δ) Sudut Azimuth 𝒂𝒓𝒄 𝒕𝒈 = 𝒙

1. tikungan PI.1

𝑦𝑝𝑖.2−𝑦𝑝𝑖.1 𝑦𝑝𝑖.1−𝑦𝑠
Δ1 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 𝑥𝑝𝑖.2−𝑥𝑝𝑖.1 ± 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 𝑥𝑝𝑖.1−𝑥𝑠

50800−48200 48200−26500
Δ1 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 48500−23400 ± 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 23400−2600

Δ1 = Arc tg 0.10 – arc tg 1.04

Δ1 = 40.30°

2. tikungan PI.2

𝑦𝑝𝑖.3−𝑦𝑝𝑖.2 𝑦𝑝𝑖.2−𝑦𝑝𝑖.1
Δ2 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 𝑥𝑝𝑖.3−𝑥𝑝𝑖.2 ± 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 𝑥𝑝𝑖.2−𝑥𝑝𝑖.1

24800−50800 50800−48200
Δ2 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 55100−48500 ± 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 23400−2600

Δ2 = Arc tg 3.94 – arc tg 0.10

Δ2 = 81.67°

Perancangan Geometrik Jalan Raya 34


3. tikungan PI.3

𝑦𝑝𝑖.𝑓−𝑦𝑝𝑖.3 𝑦𝑝𝑖.3−𝑦𝑝𝑖.2
Δ3 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 𝑥𝑝𝑖.𝑓−𝑥𝑝𝑖.3 ± 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 𝑥𝑝𝑖.3−𝑥𝑝𝑖.2

600−24800 24800−50800
Δ3 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 49800−55100 ± 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 55100−48500

Δ3 = Arc tg 4.57 – arc tg 3.94

Δ3 = 153° - 180 = 26.59°

h
3.2.3 MENETUKAN KEMIRINGAN JALAN, i = 𝑙 𝑥 100%x

Dimana :
H = beda tinggi
L = jarak antara 2 (dua) titik

Titik S elevasi muka tanah = 1988


Titik P.1 elevasi muka tanah = 1988
elevasi muka jalan = 1988.00

ℎ(𝑝𝑖. 1) + (ℎ(𝑠)
i= 𝑋 100%
𝑙

1988 − 1985
i= 𝑋 100%
300.59

i = 1.00 % = 0.01

Titik P.2 elevasi muka tanah = 1991.00


elevasi muka jalan = 1991.00

Perancangan Geometrik Jalan Raya 35


ℎ(𝑝𝑖. 2) − (ℎ(𝑝𝑖. 1)
i= 𝑋 100%
𝑙

1991 − 1988
i= 𝑋 100%
252.34

i = 1.19 % = 0.01189

Titik P.3 elevasi muka tanah = 2000


elevasi muka jalan = 2000

ℎ(𝑝𝑖. 3) − (ℎ(𝑝𝑖. 2 )
i= 𝑋 100%
𝑙

2000 − 1991
i= 𝑋 100%
268.25

i = 3.36 % = 0.03355

Titik P.F elevasi muka tanah = 2010.40


elevasi muka jalan = 2010.40

Titik F elevasi muka tanah


Interpolasi
L1 = 0.80
L2 = 0.70
Elevasi 1 = 2012
Elevasi 2 = 2009

(𝑙1 𝑥 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 2) + (𝑙2 𝑥 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 1)


elevasi s =
𝑙1 + 𝑙2

Perancangan Geometrik Jalan Raya 36


(0.80 𝑥 2009) + (0.70 𝑥 2012)
elevasi s =
0.80 + 0.70
= 2010.40

ℎ(𝑝𝑖. 𝑓 ) − (ℎ(𝑝𝑖. 3)
i= 𝑋 100%
𝑙

2010.40 − 2000
i= 𝑋 100%
247.74

i = 4.20 % = 0.04198

3.2.4. Perhitungan Titik Kritis


berarti pada K1 ada galian sebesar
TITIK K1
Elevasi muka tanah = 1985
Elevasi muka jalan = 1985 + 0.01 x 182
= 1985 + 1.816
= 1986.82
Berarti pada k1 terdapat timbunan sebesar
= 1986 - 1985 K1 = 1985

= 1.82 M (<4 M)

TITIK K2
Elevasi muka tanah = 1991 K2 = 1991

Elevasi muka jalan = 1988 - 0.01189 x 88.00


= 1988 – 1.05
= 1986.95
Berarti pada k2 terdapat galian sebesar
= 1986.95 – 1991.00
= 4.05 M (<10 M)

Perancangan Geometrik Jalan Raya 37


TITIK K3
Elevasi muka tanah = 1994.00
Elevasi muka jalan = 1986.95 - 0.01189 x 98.00
K3 = 1994

= 1986.95 – 1.17
= 1985.79
Berarti pada k3 terdapat galian sebesar
= 1985.79 – 1994.00
= 8.21 M (<10 M)

TITIK K4
Elevasi muka tanah = 1997.00
Elevasi muka jalan = 1991 + 0.0336 x 204.00
= 1991 + 6.84
= 1997.84
Berarti pada k4 terdapat galian sebesar
= 1997.84 – 1997.00 K4 = 1997

= 0.84 M (<4 M)

TITIK K5
Elevasi muka tanah = 2006
Elevasi muka jalan = 2000 + 0..0336 x 160.00
= 2000 + 5.37
= 2005.37
Berarti pada k5 terdapat timbunan sebesar
= 2005.37 - 2006
= 0.63 M (<4 M) K5 = 2006

Perancangan Geometrik Jalan Raya 38


TR AS E 2

2012
F
2010.40

2009 4.20%
2008.40

K5=2006
2006 2005.96
2005.47
2.79%
2003
2001.5

P I.3

Perancangan Geometrik Jalan Raya


2000 1999.70

2.80%
K3=1997 1997.84
1997 K4=1997
3.36%
1994 1992.95
1.59%
1991.39 P I.2
1991 K2=1991
1990 1.19%
1.66%
1988.03 P I.1
1988 1.00%
1986.82 1986.96
1985 S K1=1985 1985.79

88,00000
98,00000
66,34000
64,25000
87,74000

118,59000
160,15000

182,00000
204,00000

300,59000
252,34000
268,25000
247,74000

1068,92000

39
Dari sketsa jalan lintasan jalan tersebut, dapat dilihat bahwa S – PI.1
timbunan, PI.1 – PI.2 galian dan PI.2 – P.F terletak pada bagian timbunan.
Mencermati luas bagian timbunan dan galian sepanjang lintasan, dapat dilihat
bahwa luas bagian timbunan lebih besar dari luas bagian galian. Karena itu perlu
mengusahakan pengurangan bagian timbunan. Kebijaksanaan tersebut dilakukan
dengan menaikkan muka jalan PI.1 dan PI.2 serta PI.3 dan P.F diturunkan. dengan
demikian pula permukaan jalan PI.1 dari 1988 menjadi 1990, pada PI.2 dari 1991
menjadi 1994 ,PI.3 dinaikan dari 2000 menjadi 2001.50 sedangkan P.F diturunkan
dari 2010.40 menjadi 2008.40. Berdasarkan elevasi permukaan jalan tersebut
dapat dicari kemiringan masing – masing penggal jalan sebagai berikut:

Titik P.1 elevasi muka tanah = 1990.00


elevasi muka jalan = 1990.00

ℎ(𝑝𝑖. 1) + (ℎ(𝑠)
i= 𝑋 100%
𝑙

1990.00 − 1993.10
i= 𝑋 100%
284.06

i = 1.090 % = 0.0109

Titik P.2 elevasi muka tanah = 1991.50


elevasi muka jalan = 1991.50

ℎ(𝑝𝑖. 2) + (ℎ(𝑃𝐼. 1)
i= 𝑋 100%
𝑙

1991.50 − 1990
i= 𝑋 100%
293.59

Perancangan Geometrik Jalan Raya 40


i = 0.51 % = 0.00511

Titik P.3 elevasi muka tanah = 1996.00


elevasi muka jalan = 1996.00

ℎ(𝑝𝑖.2)+(ℎ(𝑃𝐼.1)
i= 𝑋 100%
𝑙

1996.00−1991.50
i= 𝑋 100%
259.25

i = 1.74 % = 0.01736

Titik P.F elevasi muka tanah = 2001.00


elevasi muka jalan = 2001.00

ℎ(𝑝𝑖.2)+(ℎ(𝑃𝐼.1)
i= 𝑋 100%
𝑙

2001−1996.
i= 𝑋 100%
250.13

i = 2.00 % = 0.0199

Perancangan Geometrik Jalan Raya 41


3.3 Perhitungan Titik Koordinat Trase III

PERHITUNGAN JARAK TITIK POTONG :


XS = 3200 cm YS = 3000 cm
X1 = 23500 cm Y1 = 26600 cm
X2 = 5800 cm Y2 = 48400 cm
X3 = 32000 cm Y3 = 49100 cm
XF = 53300 cm YF = 28200 cm

3.3.1 perhitungan jarak antar titik


Jarak titik S – Pi.1 (L1)
L1 =√(𝑋1 − 𝑋𝑆)² + (𝑌1 − 𝑌𝑆)²

=√(23500 − 3200)² + (26600 − 3000)²


=√969050000
= 31129.578 cm = 311.30m

Jarak titik Pi.1 – Pi.2 (L2)

L2 =√(𝑋2 − 𝑋1)² + (𝑌2 − 𝑌1)²

=√(5800 − 23500)² + (48400 − 26600)²


=√788530000
= 28080 cm = 280.01 m

Jarak titik Pi.2 – Pi.3 (L3)


L3 =√(𝑋3 − 𝑋2)² + (𝑌3 − 𝑌2)²

=√(32000 − 5800)² + (49100 − 48400)²


=√686930000
= 26209 cm = 262.09 m

Perancangan Geometrik Jalan Raya 42


Jarak titik Pi.3 – F (L4)
L4 =√(𝑋𝐹 − 𝑋3)² + (𝑌𝐹 − 𝑌3)²

=√(53300 − 32000)² + (28200 − 49100)²


=√89050000
= 29841.25 cm = 298.41 m

Maka Jumlah Total Jumlah Panjang Trase Adalah L1 + L2 + L3 + L4 = 311.30 +


280.01+ 262.09 + 298.41= 1152.61m.

𝒚
3.3.2 Perhitungan Sudut Putar Lengkung (Δ) Sudut Azimuth 𝒂𝒓𝒄 𝒕𝒈 = 𝒙

𝑦𝑝𝑖.2−𝑦𝑝𝑖.1 𝑦𝑝𝑖.1−𝑦𝑠
Δ1 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 𝑥𝑝𝑖.2−𝑥𝑝𝑖.1 ± 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 𝑥𝑝𝑖.1−𝑥𝑠

48400−26600 26600−3000
Δ1 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 ± 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 23500−3200
5800−23500

Δ1 = Arc tg -1.23 – arc tg1.16

Δ1 = 100.22°

𝑦𝑝𝑖.3−𝑦𝑝𝑖.2 𝑦𝑝𝑖.2−𝑦𝑝𝑖.1
Δ2 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 𝑥𝑝𝑖.3−𝑥𝑝𝑖.2 ± 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 𝑥𝑝𝑖.2−𝑥𝑝𝑖.1

49100−48400 48400−26600
Δ2 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 ± 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔
32000−5800 5800−23500

Δ2 = Arc tg 0.03 – arc tg-1.23

Δ2 = -52.46° + 180 = 127.54°

Perancangan Geometrik Jalan Raya 43


𝑦𝑝𝑖.𝑓−𝑦𝑝𝑖.3 𝑦𝑝𝑖.3−𝑦𝑝𝑖.2
Δ3 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 𝑥𝑝𝑖.𝑓−𝑥𝑝𝑖.3 ± 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 𝑥𝑝𝑖.3−𝑥𝑝𝑖.2

28200−49100 49100− 48400


Δ3 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 ± 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔
53300−5800 32000−5800

Δ3 = Arc tg -0.98 – arc tg0.03

Δ3 = 46°

h
3.3.3 MENETUKAN KEMIRINGAN JALAN, i = 𝑙 𝑥 100%x

Dimana :
H = beda tinggi
L = jarak antara 2 (dua) titik

Titik S elevasi muka tanah = 1994


Titik P.1 elevasi muka tanah = 2000
elevasi muka jalan = 2000

ℎ(𝑝𝑖. 1) + (ℎ(𝑠)
i= 𝑋 100%
𝑙

2000 − 1994
i= 𝑋 100%
311.30

i = 1.93 % = 0.0193

Titik P.2 elevasi muka tanah = 1973


elevasi muka jalan = 1973

Perancangan Geometrik Jalan Raya 44


ℎ(𝑝𝑖. 2) − (ℎ(𝑝𝑖. 1)
i= 𝑋 100%
𝑙

1973 − 2000
i= 𝑋 100%
280.81

i = 9.62 % = 0.0962

Titik P.3 elevasi muka tanah = 1991


elevasi muka jalan = 1991

ℎ(𝑝𝑖. 3) − (ℎ(𝑝𝑖. 2 )
i= 𝑋 100%
𝑙

1991 − 1973
i= 𝑋 100%
262,09

i = 6.87 % = 0.06868

Titik P.F elevasi muka tanah = 2000


elevasi muka jalan = 2000

ℎ(𝑝𝑖. 𝑓 ) − (ℎ(𝑝𝑖. 3)
i= 𝑋 100%
𝑙

2000 − 1991
i= 𝑋 100%
298.41

i = 3.02 % = 0.0302

Perancangan Geometrik Jalan Raya 45


3.3.4 TITIK KRITIS
berarti pada K1 ada galian sebesar
K1 = 2000
TITIK K1
Elevasi muka tanah = 2000
Elevasi muka jalan = 1994 – 0.0193 x 144
= 1994 – 2.775
= 1991.22
Berarti pada k1 terdapat galian sebesar
= 1991.22 - 2000
= 8.78 M (<10 M aman)

TITIK K2
K2 = 1997
Elevasi muka tanah = 1997
Elevasi muka jalan = 2000 - 0.09615 x 32.70
= 2000 – 3.14
= 1996.86
Berarti pada k2 terdapat galian sebesar
= 1996.86 - 1997
= 0.14 M (<10 M aman)

TITIK K3
Elevasi muka tanah = 1976
Elevasi muka jalan = 1996.86 - 0.0962 x 231.30 K3 = 1976

= 1996.86 – 22.24
= 1974.62
Berarti pada k3 terdapat galian sebesar
= 1974.62 - 1976
= 1.38 M (<10 M aman)

Perancangan Geometrik Jalan Raya 46


TITIK K4
Elevasi muka tanah = 1976
Elevasi muka jalan = 1973 + 0.0687 x 48 K4 = 1976

= 1973 + 3.30
= 1976.30
Berarti pada k4 terdapat timbunan sebesar
= 1976.30 - 1976
= 0.30 M (<4 M aman)

TITIK K5
Elevasi muka tanah = 1988
Elevasi muka jalan = 1976.30 – 0.0687 x 107
K5 = 1988
= 1976.30 – 7.35
= 1968.95
Berarti pada k5 terdapat timbunan sebesar
= 1968.95 - 1988
= 19.05 M (<10 M tdk aman)

TITIK K6
Elevasi muka tanah = 1994
K6 = 1994
Elevasi muka jalan = 1991 – 0.0687 x 24
= 1991 – 0.72
= 1990.28
Berarti pada k6 terdapat galian sebesar
= 1990.28 - 1994
= 3.72 M (<10 M aman)

TITIK K7
Elevasi muka tanah = 2003
Elevasi muka jalan = 1990.28 – 0.03 x 166
= 1990.28 – 5.01

Perancangan Geometrik Jalan Raya 47


K7 = 2003
= 1985.27
Berarti pada k7 terdapat galian sebesar
= 1985.27 - 2003
= 17.73 M (<10 M tdk aman)

Tabel 3.3 data hasil trase 3


Kemiringan
elevasi jarak Kedalaman (m)
Titik STA %
tanah jalan (m) + _ galian timbunan
S 1993.10 1993.1
PI.1 1998 1990 284.06 1.11 2.00
PI.2 1991 1991.5 293.59 0.51 0.50
PI.3 1997 1996 259.25 1.74 2.00
F 2003 2001 250.13 2.00 2.00

Perancangan Geometrik Jalan Raya 48


F 108,41028
K7=2003

298,41000
3.02%

166,00000
K6=1994

23,99972
pi.3

107,09000
K5=1988

6.87%

262,09000

107,00000
K4=1976
TR AS E 3

48,00000
pi.2

16,81000
K3=1976

1152,61000
9.62%

231,30000
280,81000
K2=1997

32,70000
pi.1

168,00000
1.93%

311,30000
K1=2000

144,00000
S
2000

1997

1994

1991

1988
1985
1982

1973
1976
1979
2003

Dikarenakan hasil perhitungan titik kritis yang tidak memenuhi syarat, maka tidak
dilakukan perencanaan trase bar

Perancangan Geometrik Jalan Raya 49


Tabel 3.4 data hasil rekap 3 rencana trase
tinjauan Trase 1 Trase 2 Trase 3
Kemiringan jalan
(i)
S – PI.1 1.80 % 1.00 % 1.93 %
PI.1 – PI.2 1.02 % 1.19 % 9.62 %
PI.2 – PI.3 2.31 % 3.36 % 6.87 %
PI.3 – F 2.40 % 4.20 % 3.02 %
Sudut Tikungan
(Δ)
PI.1 40.50° = 40.30° 100.22°
90.56° 81.67° -52.46° + 180 =
PI.2
127.54
-157° + 180 =
153° - 180 =
PI.3 22.85° 46°
26.5967°

Panjang Lintasan
(M)
S – PI.1 284.05 300.59 311.20
PI.1 – PI.2 293.58 252.34 280.81
PI.2 – PI.3 259.25 268.25 262.09
PI.3 – F 250.12 247.74 298.41
Total 1163.94 1068.91 1152.61
Galian 4M 3M
Timbunan 2.50 M 6.50 M

Terlihat pada tabel bahwa lintasan atau trase yang paling memenuhi syarat adalah
trase 1, maka untuk perhitungan selanjutnya digunakan trase 1.

Perancangan Geometrik Jalan Raya 50


BAB IV
PERENCANAAN ALINYEMEN HORIZONTAL

Alinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang


horizontal. Alinyemen horizontal terdiri dari garis-garis lurus yang dihubungkan
dengan garis-garis lengkung. Garis lengkung tersebur dapat terdiri dari busur
lingkaran ditambah busur peralihan, busur peralihan saj ataupun busur lingkaran
saja. Perencanaan geometri pada bagian lengkung dimaksudkan untuk
mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima oleh kendaraan yang berjalan pada
kecepatan VR.
Pada perencanaa alinyemen horizontal umumnya terdapat dua jenis
bagian, yaitu: bagian lurus, dan bagian lengkung yang umum disebut dengan
tikungan. Tikungan terdiri dari 3 jenis yaitu:
 Full Circle (F-C)
 Spiral – Circle – Spiral (S – C – S)
 Spiral – Spiral (S – S)

Untuk keselamatan pemakai jalan, jarak pandang dan daerah bebas


samping jalan harusdiperhitungkan.

4.1 Alinyemen Horizontal


4.1.1 Tikungan PI.1 (Spiral – spiral)
Tikungan PI.1 menggunakan tikungan Spiral – spiral (S-S) dengan
kecepatan rencana 60 Km/jam, maka berdasarkan tabel 5.4 (Shirley, L. Hendarsin,
Perancangan Teknik Jalan Raya. Hal. 95) panjang jari – jari minimum (Rc) untuk
kecepatan rencana (Vr) 60 Km/jam adalah >Rmin 115 m.
Komponen tikungan:

 Vr = 60 km/jam
 Rc = 119 m
 Ls = 60 (berdasar tabel 4.7 Bina Marga)

Perancangan Geometrik Jalan Raya 51


 E = 0.1 (berdasar tabel 4.7 Bina Marga)
 Δ = 40.55°

𝐿𝑠2
Xs = 𝐿𝑠 (1 − 40 𝑅𝑐²)

602
Xs = 𝐿𝑠 (1 − 40 𝑥 119²)

= 59.61 m.

𝐿𝑠2
Ys = ( )
6 𝑥 𝑅𝑐

602
Ys = (6 𝑥 119)

= 5.04 m.

90 x Ls
θs = 𝜋 𝑥 𝑅𝑐

90 x 60
= 3.14 𝑥 119

= 14.45°

Ls²
p = 6 𝑥 𝑅𝑐 − 𝑅𝑐(1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃𝑠)

60²
= 6 𝑥 119 − 119(1 − cos 14.45)

= 1.3 m

Perancangan Geometrik Jalan Raya 52


Ls3
K = 𝐿𝑠 − − 𝑅𝑐(𝑆𝑖𝑛 𝜃𝑠)
40 𝑥 𝑅𝑐 2

603
= 60 − − (119. Sin 14.45°)
40 𝑥 1192

= 29.9 m

Ts = (Rc + p) . Tg ½ Δ + k

= (119 + 1.3) . Tg ½ 40.55 + 29.9

= 74.29 m.

Es = (Rc + p) . Sec½ Δ – Rc

= (119 + 1.3) . Sec ½ 40.55 – 119

= 9.21 m.

Lc = 0

Ltotal = 2 Ls = 2 x 60 = 120 m.

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka didapatkan data-data sebagai berikut:


Vr = 60 e = 10 % = 0.1
Δ = 40.55° Ls = 60 m.
θs = 14.45° Lc =0
Rc = 119 m p = 1.3 m. P’ = 0.021549
Es = 9.21 m k = 29.9 m. K’ = 0.4989155
Ts = 74.29 m.

Perancangan Geometrik Jalan Raya 53


Landai relatif:
1 (e+en)B
Landai relatif = 𝑚 = 𝐿𝑠
(0.1+0.02)75
= 60

= 0.0075 = 0.008

(tabel 5.4 Shirley, L. Hendarsin, Perancangan Teknik Jalan Raya. Vr 60 km/jam =


0.008)

4.1.2 Tikungan PI.2 (Spiral – Circle – Spiral)


Tikungan PI.2 menggunakan tikungan Spiral – Circle - Spiral (S-C-S)
dengan kecepatan rencana 60 Km/jam, maka berdasarkan tabel 5.4 (Shirley, L.
Hendarsin, Perancangan Teknik Jalan Raya. Hal. 95) panjang jari – jari minimum
(Rc) untuk kecepatan rencana (Vr) 60 Km/jam adalah >Rmin 115 m.
Komponen tikungan:
 Vr = 60 km/jam
 Rc = 119 m
 Ls = 60 (berdasar tabel 4.7 Bina Marga)
 E = 0.1 (berdasar tabel 4.7 Bina Marga)
 Δ = 90°

𝐿𝑠2
Xs = 𝐿𝑠 (1 − 40 𝑅𝑐²)

602
Xs = 𝐿𝑠 (1 − 40 𝑥 119²)

= 59.61 m.

Perancangan Geometrik Jalan Raya 54


𝐿𝑠2
Ys = (6 𝑥 𝑅𝑐)

602
Ys = (6 𝑥 119)

= 5.04 m.

90 x Ls
θs = 𝜋 𝑥 𝑅𝑐

90 x 60
= 3.14 𝑥 119

= 14.45°

Ls²
p = 6 𝑥 𝑅𝑐 − 𝑅𝑐(1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃𝑠)

60²
= 6 𝑥 119 − 119(1 − cos 14.45)

= 1.3 m

Ls3
K = 𝐿𝑠 − − 𝑅𝑐(𝑆𝑖𝑛 𝜃𝑠)
40 𝑥 𝑅𝑐 2

603
= 60 − − (119. Sin 14.45°)
40 𝑥 1192

= 29.9 m

Ts = (Rc + p) . Tg ½ Δ + k

= (119 + 1.3) . Tg ½ 91 + 29.9

Perancangan Geometrik Jalan Raya 55


= 149.94m.

Es = (Rc + p) . Sec½ Δ – Rc

= (119 + 1.3) . Sec ½ 91 – 119

= 51.93 m.

(Δ−2 θs)
Lc = 𝑥 𝜋 𝑥 𝑅𝑐
180°

(91−2 (14.45))
= 𝑥 3.14 𝑥 119
180°

= 65.49 m. > 25 m ...... ok

Ltotal = Lc + 2 Ls = 65.49+ (2 x 60 ) = 185.49 m.

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka didapatkan data-data sebagai berikut:


Vr = 60 km/jam e = 10 % = 0.1
Δ = 91° Ls = 60 m.
θs = 14.45° Lc = 65.490 m
Rc = 119 m p = 1.3 m. P’ = 0.021549
Es = 51.93 m k = 29.9 m. K’ = 0.4989155
Ts = 151.38 m.

Landai relatif
1 (e+en)B
Landai relatif = 𝑚 = 𝐿𝑠

(0.1+0.02)75
= 60

Perancangan Geometrik Jalan Raya 56


= 0.0075 = 0.008

(tabel 5.4 Shirley, L. Hendarsin, Perancangan Teknik Jalan Raya. Vr 60 km/jam =


0.008)

4.1.3 Tikungan PI.3 (Full Circle)


Tikungan PI.2 menggunakan tikungan Full Circle (F - C) dengan
kecepatan rencana 60 Km/jam, maka berdasarkan tabel 5.4 (Shirley, L. Hendarsin,
Perancangan Teknik Jalan Raya. Hal. 96) panjang jari – jari minimum (Rc) untuk
kecepatan rencana (Vr) 60 Km/jam adalah <Rmin 500 m.
Komponen tikungan:
 Vr = 60 km/jam
 Rc = 573 m
 Ls = 60 (berdasar tabel 4.7 Bina Marga)
 E = 0.036 (berdasar tabel 4.7 Bina Marga)
 Δ = 23°

Tc = Rc . Tg ½ Δ

= 573 . Tg ½ 23

= 115.8206 m.

Es = Tc . Tg½ Δ

= 115.8206 . Tg ½ 23

= 11.588 m.

Perancangan Geometrik Jalan Raya 57


(Δ 2π Rc)
Lc = 𝑥 𝜋 𝑥 𝑅𝑐
360°

(23 x 2 x 3.14 x 573)


= 360°

= 228.445 m.

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka didapatkan data-data sebagai berikut:


Vr = 60 km/jam e = 0.036
Δ = 23° Ls = 50 m.
θs = 14.45° Lc = 228.445 m
Rc = 573 m
Es = 11.588 m
Tc = 115.82 m.

Landai relatif
1 (e+en)B
Landai relatif = 𝑚 = 𝐿𝑠
(0.036+0.02)75
= 50

= 0.0075 = 0.008
(tabel 5.4 Shirley, L. Hendarsin, Perancangan Teknik Jalan Raya. Vr 60 km/jam =
0.008)

4.2 Penomoran Stationing (Sta)


4.2.1 komponen Tiap tikungan.
1) Tikungan PI.1 (S – S)

Vr = 60 e = 10 % = 0.1
Δ = 40.55° Ls = 60 m.
θs = 14.45° Lc =0
Rc = 119 m p = 1.3 m. P’ = 0.021549
Es = 9.21 m k = 29.9 m. K’=0.4989155

Perancangan Geometrik Jalan Raya 58


Ts = 74.29 m.

2) Tikungan PI.2 (S – C – S)

Vr = 60 km/jam e = 10 % = 0.1
Δ = 91° Ls = 60 m.
θs = 14.45° Lc = 65.490 m
Rc = 119 m p = 1.3 m. P’ = 0.021549
Es = 51.93 m k = 29.9 m. K’ = 0.4989155
Ts = 151.38 m.

3) Tikungan PI.3 (F – C)

Vr = 60 km/jam Δ = 23°
Ls = 50 m. Lc = 228,445 m
θs = 14.45° Rc = 573 m
Tc = 115.82 m. Es = 11.588 m.

4.2.2 perhitungan stationing


STA S = 0+000
STA PI.1 = STA S + L1
= (0+000) + 283.18
= 0 + 283.18
STA TS = STA PI.1 – TS
= (0+283.18) + 74.30
= 0 + 208.88
STA SC=CS = STA TS + LS
= (0+208.88) + 60
= 0 + 268.88
STA ST = STA SC + LS
= (0 + 268.88) + 60
= 0 + 328.88

Perancangan Geometrik Jalan Raya 59


STA PI.2 = STA ST + L2 – TS
= (0 + 328.88) + 290.06 – 149.94
= 0 + 469
STA TS = STA PI.2 – TS
= (0 + 469) – 149.94
= 0 + 319.06
STA SC = STA TS + LS
= (0 + 319.06) + 60
= 0 + 379.06
STA CS = STA SC + LC
= (0 + 379.06) + 63.289
= 0 + 442.35
STA ST = STA CS + LS
= (0 + 442.35) + 60
= 0 + 502.35
STA PI.3 = STA ST + L3
= (0 + 502.35) + 261.28
= 0 + 763.62
STA TC = STA PI.3 – TC
= (0 + 763.62) – 116.369
= 0 + 647.25
STA CT = STA TC + LC
= (0 + 647.25) + 229.57
= 0 + 876.83
STA F = STA CT + L4 – TC
= (0 + 876.83) + 245.07 – 116.369
= 0 + 1005.53

4.3 Pelebaran Perkerasan pada Tikungan


4.3.1 Pelebaran PI.1
 Jarak antar gandar (p) = 6.5 m

Perancangan Geometrik Jalan Raya 60


 Tonjolan depan kendaraan (A) = 2.1 (Bina Marga hal 6)
 Lebar kendaraan (b) = 2.6 (Bina Marga hal 6)
 Kecepatan rencana (Vr) = 60 Km/jam
 Jari-jari rencana (Rc) = 119 m.
 Kebebasan samping (C) = 1 m.

1 1
Rc = 𝑅 + 2 𝑏 − 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎𝑛
2

1 1
= 119 + 2 2.6 − 3.75
2

= 118.43 m.

𝐵 = √{√𝑅𝑐² − 64 + 1.25}² + 64 − √(𝑅𝑐 2 − 64)2 + 1.25

= √{√119² − 64 + 1.25}² + 64 − √(1192 − 64)2 + 1.25

= 2.768 m.

0.105 . V
z =
√𝑅

0.105 . 60 6.3
= =
√119 10.9087

= 0.577 m.

U =B–b

= 2.768 – 2.6

Perancangan Geometrik Jalan Raya 61


= 0.168 m.

C = 1 m.

Bt = n (B + C) + z

= 2 (2.678 + 1) + 0.577

= 8.112 m.

ΔB = Bt – Bn

= 8.112 – 7.5 = 0.6129 m.

4.3.2 Pelebaran PI.2


 Jarak antar gandar (p) = 6.5 m
 Tonjolan depan kendaraan (A) = 2.1 (Bina Marga hal 6)
 Lebar kendaraan (b) = 2.6 (Bina Marga hal 6)
 Kecepatan rencana (Vr) = 60 Km/jam
 Jari-jari rencana (Rc) = 119 m.
 Kebebasan samping (C) = 1 m.

1 1
Rc = 𝑅 + 2 𝑏 − 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎𝑛
2

1 1
= 119 + 2 2.6 − 3.75
2

= 118.43 m.

Perancangan Geometrik Jalan Raya 62


𝐵 = √{√𝑅𝑐² − 64 + 1.25}² + 64 − √(𝑅𝑐 2 − 64)2 + 1.25

= √{√119² − 64 + 1.25}² + 64 − √(1192 − 64)2 + 1.25

= 2.768 m.

0.105 . V
z =
√𝑅

0.105 . 60 6.3
= =
√119 10.9087

= 0.577 m.

U =B–b

= 2.768 – 2.6

= 0.168 m.

C = 1 m.

Bt = n (B + C) + z

= 2 (2.678 + 1) + 0.577

= 8.112 m.

Perancangan Geometrik Jalan Raya 63


ΔB = Bt – Bn

= 8.112 – 7.5 = 0.6129 m.

4.3.3 Pelebaran PI.3


 Jarak antar gandar (p) = 6.5 m
 Tonjolan depan kendaraan (A) = 2.1 (Bina Marga hal 6)
 Lebar kendaraan (b) = 2.6 (Bina Marga hal 6)
 Kecepatan rencana (Vr) = 60 Km/jam
 Jari-jari rencana (Rc) = 573 m.
 Kebebasan samping (C) = 1 m.

1 1
Rc = 𝑅 + 2 𝑏 − 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎𝑛
2

1 1
= 573 + 2 2.6 − 3.75
2

= 572.43 m.

𝐵 = √{√𝑅𝑐² − 64 + 1.25}² + 64 − √(𝑅𝑐 2 − 64)2 + 1.25

= √{√573² − 64 + 1.25}² + 64 − √(5732 − 64)2 + 1.25

= 2.556 m.

0.105 . V
z =
√𝑅

Perancangan Geometrik Jalan Raya 64


0.105 . 60 6.3
= =
√573 23.937

= 0.263 m.

U =B–b

= 2.556 – 2.6

= 0.044 m.

C = 1 m.

Bt = n (B + C) + z

= 2 (2.678 + 1) + 0.2631

= 7.374m.

ΔB = Bt – Bn

= 7.374m – 7.5 = 0.126 m. (tidak perlu tambahan perkerasan).

4.4 Jarak Pandang


4.4.1 jarak pandang henti (Jh)
Menurut Shirley, L. Hendarsin, penuntun praktis Perancangan Teknik
Jalan Raya hal.90) jarak pandang henti menggunakan rumus:
𝑉𝑟 2
Jh = 0.278 . 𝑉𝑟 . 𝑇 254 (𝑓𝑝 ±𝐿)

Dimana:
T = waktu tanggap ditetapkan 2.5 detik

Perancangan Geometrik Jalan Raya 65


Vr = kecepatan rencana (Km/jam)
fp = koefisien gesek memanjang

4.4.1.1 perhitungan jarak pandang henti (Jh) pada tikungan PI.1


fp = -0.00065. v + 0.192
= -0.00065. 60 + 0.192
= 0.153

 Vr = 60 km/jam
 T = 2.5 detik
 fp = 0.153
 L = -1.801%

𝑉𝑟 2
Jh = 0.278 . 𝑉𝑟 . 𝑇 254 (𝑓𝑝 ±𝐿)

602
Jh = 0.278 .60 .2,5 254 (0.153−0.01801)

= 146.6946 > Jh min 75

4.4.1.2 perhitungan jarak pandang henti (Jh) pada tikungan PI.2


fp = -0.00065. v + 0.192
= -0.00065. 60 + 0.192
= 0.153

 Vr = 60 km/jam
 T = 2.5 detik
 fp = 0.153
 L = 1.034%

𝑉𝑟 2
Jh = 0.278 . 𝑉𝑟 . 𝑇 254 (𝑓𝑝 ±𝐿)

Perancangan Geometrik Jalan Raya 66


602
Jh = 0.278 .60 .2,5 254 (0.153+0.010343)

= 128.469 > Jh min 75

4.4.1.3 perhitungan jarak pandang henti (Jh) pada tikungan PI.3


fp = -0.00065. v + 0.192
= -0.00065. 60 + 0.192
= 0.153

 Vr = 60 km/jam
 T = 2.5 detik
 fp = 0.153
 L = 2.29%%

𝑉𝑟 2
Jh = 0.278 . 𝑉𝑟 . 𝑇 254 (𝑓𝑝 ±𝐿)

602
Jh = 0.278 .60 .2,5 254 (0.153−0.0229)

= 122.246 > Jh min 75

4.4.2 Jarak pandang mendahului (Jd)


Jarak pandang mendahului (Jd) adalah jarak pandang yang
memungkinkan suatu kendaraan lain didepannya mendahului dengan aman
sampai kendaraan tersebut kembali kelajur semula. Jarak pandang (Jd)
mendahului dalam satuan meter ditentukan sebagai berikut:
Jd = d1 + d2 + d3 + d4
Dimana:
d1 = jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m)
d2 = jarak yang ditempuh selama mendahului sampai jarak pandang
sampai dengan kembali kelajur semula (m)

Perancangan Geometrik Jalan Raya 67


d3 = jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang
datang dari arah belawanan setelah proses mendahului selesai (m)
d4 = jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari arah
berlawanan (m)
rumus yang digunakan:
𝑎 𝑥 𝑇1
d1 = 0.278 x T1 (Vr - m 2

d2 = 0.278 x Vr x T2
d3 = antara 30 – 100m

Vr km/jam 50 - 65 65 - 80 80 - 95 95 - 110
d3 (m) 30 55 75 90
(Shirley, L. Hendarsin, penuntun praktis Perancangan Teknik Jalan Raya hal.92)

d4 = 2/3 d2.

4.4.2.1 perhitungan jarak pandang mendahului (Jd) pada tikungan PI.1


T1 = waktu dalam detik 2.12 + 0.026. Vr
= 2.12 +( 0.026. 60) = 3.68 km/jam
T2 = waktu kendaraan berada dijalur lawan detik 6.56 + 0.048.Vr
= 6.56 + (0.048.60) = 9.44 km/jam
a = percepatan rata-rata (km/jam/detik) 2.052 + 0.0036. Vr
= 2.052 + (0.0036. 60) = 2.268 km/jam
m = perbedaan kecepatan dari kendaraan yang menyilap dan kendaraan
yang disilap, (biasanya diambil 10 – 15 km/jam) = 15 km/jam

𝑎 𝑥 𝑇1
d1 = 0.278 x T1 (Vr - m )
2
2.268 𝑥 3.68
= 0.278 x 3.68 (60 - 15 2

= 50.30 m
d2 = 0.278 x Vr x T2
= 0.278 x 60 x 9.44

Perancangan Geometrik Jalan Raya 68


= 157.459 m
d3 = 55 m
d4 = 2/3 x 157.459
= 104.973 m
Jd = d1 + d2 + d3 + d4 > L1
= 50.30 + 157.459 + 55 + 104.973 = 367.738 > 283.18 .. ok

4.4.2.2 perhitungan jarak pandang mendahului (Jd) pada tikungan PI.2


T1 = waktu dalam detik 2.12 + 0.026. Vr
= 2.12 +( 0.026. 60) = 3.68 km/jam
T2 = waktu kendaraan berada dijalur lawan detik 6.56 + 0.048.Vr
= 6.56 + (0.048.60) = 9.44 km/jam
a = percepatan rata-rata (km/jam/detik) 2.052 + 0.0036. Vr
= 2.052 + (0.0036. 60) = 2.268 km/jam
m = perbedaan kecepatan dari kendaraan yang menyilap dan kendaraan
yang disilap, (biasanya diambil 10 – 15 km/jam) = 15 km/jam

𝑎 𝑥 𝑇1
d1 = 0.278 x T1 (Vr - m 2
2.268 𝑥 3.68
= 0.278 x 3.68 (60 - 15
2

= 50.30 m
d2 = 0.278 x Vr x T2
= 0.278 x 60 x 9.44
= 157.459 m
d3 = 55 m
d4 = 2/3 x 157.459
= 104.973 m
Jd = d1 + d2 + d3 + d4 > L2
= 50.30 + 157.459 + 55 + 104.973 = 367.738 > 290.06 .. ok

Perancangan Geometrik Jalan Raya 69


4.4.2.3 perhitungan jarak pandang mendahului (Jd) pada tikungan PI.3
T1 = waktu dalam detik 2.12 + 0.026. Vr
= 2.12 +( 0.026. 60) = 3.68 km/jam
T2 = waktu kendaraan berada dijalur lawan detik 6.56 + 0.048.Vr
= 6.56 + (0.048.60) = 9.44 km/jam
a = percepatan rata-rata (km/jam/detik) 2.052 + 0.0036. Vr
= 2.052 + (0.0036. 60) = 2.268 km/jam
m = perbedaan kecepatan dari kendaraan yang menyilap dan kendaraan
yang disilap, (biasanya diambil 10 – 15 km/jam) = 15 km/jam

𝑎 𝑥 𝑇1
d1 = 0.278 x T1 (Vr - m 2
2.268 𝑥 3.68
= 0.278 x 3.68 (60 - 15 2

= 50.30 m
d2 = 0.278 x Vr x T2
= 0.278 x 60 x 9.44
= 157.459 m
d3 = 55 m
d4 = 2/3 x 157.459
= 104.973 m
Jd = d1 + d2 + d3 + d4 > L3
= 50.30 + 157.459 + 55 + 104.973 = 367.738 > 261.28 .. ok

4.5 Perhitungan kebebasan samping pada tikungan


Daerah bebas samping di tikungan adalah ruang untuk menjamin
kebebasan pandang di tikungan sehingga Jh dipenuhi.

4.5.1 perhitungan kebebasan samping pada tikungan PI.1 (S – S)


Rc = 119 m
Ltot = Lc + 2. Ls
= 0 + 2 (60) = 120 m

Perancangan Geometrik Jalan Raya 70


Jh = 146.694 m.

Kontrol Jh > L = 146.694 > 120

28.25 𝐽ℎ 𝐽ℎ−𝐿 28.25 𝐽ℎ


E = 𝑅 ′ (1 − cos )+( sin )
𝑅′ 2 𝑅′

1
𝑅 ′ = 𝑅𝑐 − 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛
4

1
𝑅 ′ = 119 − 4 3.75

= 118.06 m

28.25 (146,694) 146.694−120 28.25 146.694


E = 118,06 (1 − cos )+( sin )
118,06 2 118.06

= 29.14 m.

4.5.2 perhitungan kebebasan samping pada tikungan PI.2 (S – C - S)


Rc = 119 m
Ltot = Lc + 2. Ls
= 63.28 + 2 (60) = 183.28 m
Jh = 128.287 m.
Kontrol Jh < L = 183.28 < 128.287

28.25 𝐽ℎ
E = 𝑅 ′ (1 − cos )
𝑅′

1
𝑅 ′ = 𝑅𝑐 − 4 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛

Perancangan Geometrik Jalan Raya 71


1
𝑅 ′ = 119 − 4 3.75

= 118.06 m

28.25 (128.287)
E = 118,06 (1 − cos )
118,06

= 16.588 m.

4.5.3 perhitungan kebebasan samping pada tikungan PI.3 (F– C)


Rc = 573 m
Ltot = Lc + 2. Ls
= 229.573 + 2 (50) = 329.57 m
Jh = 122.246 m.
Kontrol Jh < L = 122.246 < 329.57

28.25 𝐽ℎ
E = 𝑅 ′ (1 − cos )
𝑅′

1
𝑅 ′ = 𝑅𝑐 − 4 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛

1
𝑅 ′ = 573 − 4 3.75

= 572.06 m

28.25 (122.246)
E = 572,06 (1 − cos )
572,06

= 3,172387 m.

Perancangan Geometrik Jalan Raya 72


BAB V
PERENCANAAN ALINYEMEN VERTIKAL

5.1 PerencanaanAlinyemen Vertikal


Lengkung Vertikal harus disediakan pada setiap lokasi yang mengalami
perubahan kelandaian dengan tujuan:
1. Mengurangi goncangan akibat perubahan kelandaian.
2. Menyediakan Jarak Pandang Henti.
(Sumber TCPGJAK, hal 37)

5.1.1 lengkung vertikal cekung PPVI.1


Vr = 60 km/jam
g max = 8 % (KJR: tabel 4.11 hal. 110), maka:

1993.10−1989
g1 = = 0.01367
300

= 1.3667%
1994−1989
g1 = = 0.020
250

= 2%

+1994
+1993.10

g1 = 1.33%
PPV1 g1 = 1.33%

EV1

PPV1 PPV1
x = 20 m x = 20 m

Lv

Gambar 3.1 Lengkung vertikal PPVI-I

Perancangan Geometrik Jalan Raya 73


Data – data pada lengkung Vertikal PPVI-I
 Sta PVI = 0+300
 Elevasi PVI = 1993.10
 Vr = 60 km/jam
 g1 = 1.36%
 g2 = 2%

perbedaan aljabar kelandaian:


ΔA = g1 + g2
= 1.36% + 2% = 3.367%

5.1.1.1 menghitung panjang lengkung vertikal PPVI-I


 Berdasarkan jarak pandang henti (Jh)
𝑉𝑟 2
Jh = 0.278 𝑥 𝑉𝑟 . 𝑇
254 (𝑓𝑝 + 𝛥𝐴)
602
= 0.278 𝑥 60 .2,5𝑇 254 (0.4+0.0367)

= 80.3894 𝑚

𝐴 . 𝐽ℎ2 3.67 . 80.3894


Lv = = = 54.528 𝑚
399 399

Jh < Lv : 80.3894 < 54.528 ................................... (tidak memenuhi)

Dicoba Jh > Lv

399
Lv = 2. 𝐽ℎ − 𝐴

399
= 2 (80.3894 ) − 3.367

Perancangan Geometrik Jalan Raya 74


= 42.264 𝑚

Jh > Lv : 80.3894 > 42.264 .........................................(memenuhi)

 Berdasarkan jarak pandang mendahului (Jd)

Jd = 367.738 m
𝐴.𝐽𝑑² 3.67. 367.738 ²
Lv = = = 541.998 𝑚
840 840

Jd < Lv : 367.738 < 541.998 m ....................................... (memenuhi)

Dicoba Jd > Lv

840
Lv = 2. 𝐽𝑑 − 𝐴
840
= 2. 367.738 − 3.367

= 485,971 m.
Jd > Lv : 367.738 < 485,971 ................................. (tidak memenuhi)

Maka panjang lengkung vertikal PPVI-I


 Berdasarkan Jh = 42.264 m
 Berdasarkan Jd = 541.998 m

5.1.1.2 Perhitungan elevasi pada lengkung vertikal PPVI-I


Dengan pertimbangan perhitungan ekonomis, maka diambil Lv = 80 m
bedasarkan tabel II.24 (TPGJAK) hal 83 untuk Vr 60 Km/km.

𝐴.𝑥 𝐿𝑣 3.367.𝑥 80
Ev = = = 0.33667 𝑚
800 800

1 1
X = 4 𝑥 𝐿𝑣 = 4 𝑥 80 = 20 𝑚
𝐴.𝑥 𝑋² 3.367.𝑥 20²
Y = 200 𝑥 𝐿𝑣 = = 0.08417 𝑚
200 𝑥 80

Perancangan Geometrik Jalan Raya 75


5.1.1.3 panjang stationing lengkung vertikal PPVI-I
Sta 0+280 x=0 y=0m
Sta 0+290 x = 20 y = 0.08417 m
Sta 0+300 x = 40 y = 0.33667 m
Sta 0+310 x = 20 y = 0. 08417 m
Sta 0+320 x=0 y=0m

5.1.1.4 Elevasi lengkung vertikal PPVI-I


Sta 0+280 = 1994 – (1.36 % x 40) – 0 = 1939.6 m
Sta 0+290 = 1994 – (1.36 % x 20) - 0.08417 = 1966.88 m
Sta 0+300 = 1994 – 0.33667 = 1993.66 m
Sta 0+310 = 1994 – (2 % x 20) - 0.08417 = 1954.08 m
Sta 0+280 = 1994 – (2 % x 40) = 1914 m

5.2.1 lengkung vertikal cembung PPVI.2


Vr = 60 km/jam
g max = 8 % (KJR: tabel 4.11 hal. 110), maka:
1994−1989
g1 = = 0.02
250

= 2%
1994−194
g1 = =0
250

= 0%

PPV 2
+1994
EV2
g2 = 0%

g1 = 2%

PPV1
PVI 2
+1989
x = 20 m

PPV1
x = 20 m

Gambar 3.2 Lengkung vertikal PPVI-2

Perancangan Geometrik Jalan Raya 76


Data – data pada lengkung Vertikal PPVI-2
 Sta PVI = 0+550
 Elevasi PVI = 1994
 Vr = 60 km/jam
 g1 = 2%
 g2 = 0%

perbedaan aljabar kelandaian:


ΔA = g1 + g2
= 2% + 0% = 2%

5.2.1.1 menghitung panjang lengkung vertikal PPVI-2


 Berdasarkan jarak pandang henti (Jh)

𝑉𝑟 2
Jh = 0.278 𝑥 𝑉𝑟 . 𝑇
254 (𝑓𝑝 + 𝛥𝐴)
602
= 0.278 𝑥 60 .2,5𝑇 254 (0.4+0.02)

= 78.99 𝑚

𝐴 . 𝐽ℎ2 2 𝑥 78.992
Lv = = = 31.28 𝑚
399 399

Jh < Lv : 78.99 > 31.28 ................................. (tidak memenuhi)

Dicoba Jh > Lv

399
Lv = 2. 𝐽ℎ − 𝐴

399
= 2 (78.99 ) − 2

= −41.504 𝑚

Perancangan Geometrik Jalan Raya 77


Jh > Lv : 78.99 > -41.504 ........................................... (memenuhi)

 Berdasarkan jarak pandang mendahului (Jd)

Jd = 367.738 m
𝐴.𝐽𝑑² 2 𝑥 367.738 ²
Lv = = = 321.979 𝑚
840 840

Jd < Lv : 367.738 >321.979 m ............................. (tidak memenuhi)

Dicoba Jd > Lv

840
Lv = 2. 𝐽𝑑 − 𝐴
840
= 2. 367.738 − 2

= 315.476 m.
Jd > Lv : 367.738 >315.476 ......................................... (memenuhi)

Maka panjang lengkung vertikal PPVI-2


 Berdasarkan Jh = -41.504 m
 Berdasarkan Jd = 315.476 m

5.2.1.2 Perhitungan elevasi pada lengkung vertikal PPVI-I


Dengan pertimbangan perhitungan ekonomis, maka diambil Lv = 80 m
bedasarkan tabel II.24 (TPGJAK) hal 83 untuk Vr 60 Km/km.

𝐴.𝑥 𝐿𝑣 2.𝑥 80
Ev = = = 0.2 𝑚
800 800

1 1
X = 4 𝑥 𝐿𝑣 = 4 𝑥 80 = 20 𝑚
𝐴.𝑥 𝑋² 3.367.𝑥 20²
Y = 200 𝑥 𝐿𝑣 = = 0.05 𝑚
200 𝑥 80

Perancangan Geometrik Jalan Raya 78


5.2.1.3 panjang stationing lengkung vertikal PPVI-2
Sta 0+530 x=0 y=0m
Sta 0+540 x = 20 y = 0.05 m
Sta 0+550 x = 40 y = 0.2 m
Sta 0+560 x = 20 y = 0. 05 m
Sta 0+570 x=0 y=0m

5.2.1.4 Elevasi lengkung vertikal PPVI-2


Sta 0+530= 1994 – (2 % x 40) – 0 = 1914 m
Sta 0+540= 1994 – (2 % x 20) - 0.05 = 1953.95 m
Sta 0+550= 1994 – 0.2 = 1993.8 m
Sta 0+560= 1994 – (0 % x 20) - 0.05 = 1953.95 m
Sta 0+570= 1994 – (0 % x 40) = 1994 m

5.3.1 lengkung vertikal cekung PPVI.3


Vr = 60 km/jam
g max = 8 % (KJR: tabel 4.11 hal. 110), maka:
1994−1994
g1 = =0
200

= 0%
2003−1994
g1 = = 0.02736
329

= 2.736%

+2003

PPV 3 g1 = 1.36%
g1 = 0%
+1994
EV3

PPV 3 PPV 3
x = 20 m x = 20 m

Lv

Gambar 3.3 Lengkung vertikal PPVI-3

Perancangan Geometrik Jalan Raya 79


Data – data pada lengkung Vertikal PPVI-3
 Sta PVI = 0+750
 Elevasi PVI = 1993.10
 Vr = 60 km/jam
 g1 = 0%
 g2 = 2.736%

perbedaan aljabar kelandaian:


ΔA = g1 + g2
= 0 % + 2.736% = 2.736%

5.3.1.1 menghitung panjang lengkung vertikal PPVI-3


 Berdasarkan jarak pandang henti (Jh)

𝑉𝑟 2
Jh = 0.278 𝑥 𝑉𝑟 . 𝑇
254 (𝑓𝑝 + 𝛥𝐴)
602
= 0.278 𝑥 60 .2,5𝑇 254 (0.4+0.02736)

= 79.73 𝑚

𝐴 . 𝐽ℎ2 2.736 . 79.732


Lv = = = 43.58 𝑚
399 399

Jh < Lv : 79.73 < 43.58 ...................................... (memenuhi)

Dicoba Jh > Lv

399
Lv = 2. 𝐽ℎ − 𝐴

399
= 2 (79.73) − 2.736

= 13.61 𝑚

Perancangan Geometrik Jalan Raya 80


Jh > Lv : 79.73 > 13.61 .................................. (memenuhi)

 Berdasarkan jarak pandang mendahului (Jd)

Jd = 367.738 m
𝐴.𝐽𝑑² 2.736. 367.738 ²
Lv = = = 440.397 𝑚
840 840

Jd < Lv : 367.738 <440.397 m ....................................... (memenuhi)

Dicoba Jd > Lv

840
Lv = 2. 𝐽𝑑 − 𝐴
840
= 2. 367.738 − 2.736

= 428.409 m.
Jd > Lv : 367.738 <428.409 ................................. (tidak memenuhi)

Maka panjang lengkung vertikal PPVI-I


 Berdasarkan Jh = 147.537 m
 Berdasarkan Jd = 440.397m

5.3.1.2 Perhitungan elevasi pada lengkung vertikal PPVI-I


Dengan pertimbangan perhitungan ekonomis, maka diambil Lv = 80 m
bedasarkan tabel II.24 (TPGJAK) hal 83 untuk Vr 60 Km/km.

𝐴.𝑥 𝐿𝑣 2.736.𝑥 80
Ev = = = 0.2735 𝑚
800 800

1 1
X = 4 𝑥 𝐿𝑣 = 4 𝑥 80 = 20 𝑚
𝐴.𝑥 𝑋² 2.736.𝑥 20²
Y = 200 𝑥 𝐿𝑣 = = 0.06839 𝑚
200 𝑥 80

Perancangan Geometrik Jalan Raya 81


5.3.1.3 panjang stationing lengkung vertikal PPVI-I
Sta 0+730 x=0 y=0m
Sta 0+740 x = 20 y = 0.06839 m
Sta 0+750 x = 40 y = 0.2735 m
Sta 0+760 x = 20 y = 0.06839 m
Sta 0+770 x=0 y=0m

5.3.1.4 Elevasi lengkung vertikal PPVI-I


Sta 0+730= 2003 – (0 % x 40) – 0 = 2003 m
Sta 0+740= 2003 – (0 % x 20) - 0.06839 = 2002.93 m
Sta 0+750= 2003 – 0.2735 = 2002.73 m
Sta 0+760= 2003 – (2.736 % x 20) - 0.06839 = 1948.22 m
Sta 0+770= 2003 – (2.736 % x 40) = 1893.58 m

Perancangan Geometrik Jalan Raya 82


BAB VI
PERHITUNGAN CUT AND FILL

6.1 Perhitungan Galian (cut) dan Timbunan (fill)


6.1.1 perhitungan Luas
Menurut Cart F. Mayer David W. Gibson (1981), untuk menghitung
besarnya galian dan timbunan dapat digunakan persamaan sebagai berikut:
a. Segitiga : A = ½. a x t
b. Trapesium : A = (a+b)/2 x t
c. Segiempat :A=PxL

STA 0+000
Luas I = (h1+h2)/2 x t
= (0.16+0.11)/2 x 1
= 0.135 m2
Luas II (a) = (h1+h2)/2 x t
= (0.11+0.04)/2 x 1.5
= 0.104m2
Luas II (b) = (a+b)/2 x t
= (0.69+0.5)/2 x 1.5
= 0.885 m2
Luas III =0
Luas IV =0
Luas V =½axt
= ½ 0.355 x 3.75
= 0.66 m2
Luas VI = (h1+h2)/2 x t
= (0.355+0.592)/2 x 2.5
= 1.185 m2
Luas VII (a) = (h1+h2)/2 x t

Perancangan Geometrik Jalan Raya 83


= (0.592+0.677)/2 x 1.5
= 0.9528m2
Luas VII (b) = (a+b)/2 x t
= (0.68+0.5)/2 x 1.5
= 0.885 m2
Luas VIII = (h1+h2)/2 x t
= (0.677+0.734)/2 x 1
= 0.705 m2

Luas total galian = 4.50 m2


Luas total timbunan = 0.135 m2

STA 0+050
Luas I = (h1+h2)/2 x t
= (0.88+0.79)/2 x 1
= 0.835 m2
Luas II (a) = (h1+h2)/2 x t
= (0.79+0.75)/2 x 1.5
= 1.155 m2
Luas II (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.975 m2
Luas III = (h1+h2)/2 x t
= (0.79+0.75)/2 x 2.5
= 1.92 m2
Luas IV = (h1+h2)/2 x t
= (0.589 + 0.34)/2 x 3.75
= 1.73 m2
Luas V = (h1+h2)/2 x t
= (0.34 + 0.65 )/2 x 3.75
= 1.86 m2

Perancangan Geometrik Jalan Raya 84


Luas VI = (h1+h2)/2 x t
= (0.65+0.86)/2 x 2.5
= 1.9 m2
Luas VII (a) = (h1+h2)/2 x t
= (0.86+0.93)/2 x 1.5
= 1.34 m2
Luas VII (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.95 m2
Luas VIII = (h1+h2)/2 x t
= (0.93+0.97)/2 x 1
= 0.95 m2
Luas IX =½axt
= ½ 1 x 0.97
= 0.48m2

Luas total galian = 14.15 m2


Luas total timbunan =0

STA 0+100
Luas I = (h1+h2)/2 x t
= (0.5+ 0.54)/2 x 1
= 0.52m2
Luas II (a) = (h1+h2)/2 x t
= (0.54+0.62)/2 x 1.5
= 0.87 m2
Luas II (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2
Luas III = (h1+h2)/2 x t
= (0.62+0.63)/2 x 2.5

Perancangan Geometrik Jalan Raya 85


= 1.57 m2
Luas IV = (h1+h2)/2 x t
= (0.63+0.67)/2 x 3.75
= 2.45 m2
Luas V = (h1+h2)/2 x t
= (0.67+0.94)/2 x 3.75
= 3.01 m2
Luas VI = (h1+h2)/2 x t
= (0.94+1.11)/2 x 2.5
= 2.57 m2
Luas VII (a) = (h1+h2)/2 x t
= (1.11+1.16)/2 x 1.5
= 1.71 m2
Luas VII (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2
Luas VIII = (h1+h2)/2 x t
= (1.16 + 1.2)/2 x 1
= 1.18 m2
Luas IX =½axt
= ½ 1 x 1.2
= 0.60 m2

Luas total galian = 16.45 m2


Luas total timbunan = 0 m2

STA 0+150
Luas I = (h1+h2)/2 x t
= (0.53+0.58)/2 x 1
= 0.56 m2
Luas II (a) = (h1+h2)/2 x t

Perancangan Geometrik Jalan Raya 86


= (0.58+0.64)/2 x 1.5
= 0.91 m2
Luas II (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8 + 0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2
Luas III = (h1+h2)/2 x t
= (0.64+0.64)/2 x 2.5
= 1.6
Luas IV = (h1+h2)/2 x t
= (0.64+0.65)/2 x 3.75
= 2.44 m2
Luas V = (h1+h2)/2 x t
= (0.65+0.97)/2 x 3.75
= 3.05 m2
Luas VI = (h1+h2)/2 x t
= (0.97+1.18)/2 x 2.5
= 2.69 m2
Luas VII (a) = (h1+h2)/2 x t
= (1.18+1.25)/2 x 1.5
= 1.82 m2
Luas VII (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2
Luas VIII = (h1+h2)/2 x t
= (1.25+1.29)/2 x 1
= 1.27 m2
Luas IX =½axt
= ½ 1 x 1.29
= 0.64 m2

Perancangan Geometrik Jalan Raya 87


Luas total galian = 0 m2
Luas total timbunan = 16.98 m2

STA 0+200
Luas I =½axt
= ½ 0.98 x 1.13
= 0.55
Luas II = (h1+h2)/2 x t
= (1.13+1.02)/2 x 1.5
= 1.61 m2
Luas III (a) = 2( ½ a x t)
= 2( ½ 0.5 x 0.8)
= 0.4 m2
Luas III (b) = (a+b)/2 x t + (h1+h2)/2 x t
= (0.23+0.15)/2 x 0.5 + (0.15+0.092)/2 x 0.5
= 0.55 m2
Luas IV = (h1+h2)/2 x t
= (0.82+0.62)/2 x 2.5
= 1.81m2
Luas V = (h1+h2)/2 x t
= (0.62+0.32)/2 x 3.75
= 1.77 m2
Luas VI = ( ½ a x t) + (½ a x t)
= ( ½ 0.32 x 2.21) + (½ 0.22 x 1.55)
= 0.52 m2
Luas VII = (h1+h2)/2 x t
= (0.22+0.59)/2 x 2.5
= 1.02 m2
Luas VIII (a) = (h1+h2)/2 x t
= (0.59+0.75)/2 x 1.5
= 1.01 m2

Perancangan Geometrik Jalan Raya 88


Luas VIII (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2
Luas IX = (h1+h2)/2 x t
= (0.75+0.86)/2 x t
= 0.812 m2

Luas total galian = 3.99 m2


Luas total timbunan = 6.67 m2

STA 0+250
Luas I =½axt
= ½ 1 x 2.15
= 1.07 m2
Luas II = (h1+h2)/2 x t
= (2.15+2.01)/2 x 1
= 2.08 m2
Luas III (a) = 2( ½ a x t)
= 2( ½ 0.5 x 0.8)
= 0.4 m2
Luas III (b) = (h1+h2)/2 x t
= (1.19+0.97)/2 x 1.5
= 1.62 m2
Luas IV = (h1+h2)/2 x t
= (1.77+1.49)/2 x 2.5
= 4.07 m2
Luas V = (h1+h2)/2 x t
= (1.49+1.07)/2 x 3.75
= 4.8 m2
Luas VI = (h1+h2)/2 x t
= (1.07+0.76)/2 x 3.75

Perancangan Geometrik Jalan Raya 89


= 3.43 m2
Luas VII = (h1+h2)/2 x t
= (0.76+0.55)/2 x 2.5
= 1.64 m2
Luas VIII (a) = (h1+h2)/2 x t
= (0.26+0.5)/2 x 0.85
= 0.323 m2
Luas VIII (b) = ( ½ a x t) + ( ½ a x t)
= ( ½ 0.33 x 0.55) + ( ½ 0.33 x 0.48)
= 0.17 m2
Luas IX = (h1+h2)/2 x t
= (0.48+0.44)/2 x 1
= 0.463 m2

Luas total galian = 0.49 m2


Luas total timbunan = 19.59 m2

STA 0+300
Luas I = ( ½ a x t)
= ( ½ 0.17 x 1)
= 0.085 m2
Luas II (a) = (h1+h2)/2 x t
= (0.17+0.39)/2 x 1.5
= 0.42 m2
Luas II (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2
Luas III = (h1+h2)/2 x t
= (0.39+0.67)/2 x 2.5
= 1.33 m2
Luas IV = (h1+h2)/2 x t

Perancangan Geometrik Jalan Raya 90


= (0.67+1.09)/2 x 3.75
= 3.30 m2
Luas V = (h1+h2)/2 x t
= (1.09+1.58)/2 x 3.75
= 5.01 m2
Luas VI = (h1+h2)/2 x t
= (1.58+1.90)/2 x 2.5
= 4.36m2
Luas VII (a) = (h1+h2)/2 x t
= (1.09+2.04)/2 x 1.5
= 2.96 m2
Luas VII (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2
Luas VIII = (h1+h2)/2 x t
= (2.04+2.14)/2 x 1
= 2.09m2
Luas IX =½axt
= ½ 1 x 2.14
= 1.07 m2

Luas total galian = 22.61 m2


Luas total timbunan = 0 m2

STA 0+350
Luas I = (h1+h2)/2 x t
= (0.89+1.01)/2 x 1
= 0.95 m2
Luas II (a) = (h1+h2)/2 x t
= (1.01+1.18)/2 x 1.5
= 1.64 m2

Perancangan Geometrik Jalan Raya 91


Luas II (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2
Luas III = (h1+h2)/2 x t
= (1.18+1.39)/2 x 2.5
= 3.22 m2
Luas IV = (h1+h2)/2 x t
= (1.39+1.7)/2 x 3.75
= 5.79 m2
Luas V = (h1+h2)/2 x t
= (1.7+2.13)/2 x 3.75
= 7.18 m2
Luas VI = (h1+h2)/2 x t
= (2.13+2.42)/2 x 3.75
= 5.68 m2
Luas VII (a) = (h1+h2)/2 x t
= (2.42+2.56)/2 x 1.5
= 3.73 m2
Luas VII (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2
Luas VIII = (h1+h2)/2 x t
= (2.56+2.63)/2 x 1
= 2.6 m2
Luas IX =½axt
= ½ 1 x 2.63
= 1.31 m2
Luas total galian = 34.09 m2
Luas total timbunan = 0 m2

Perancangan Geometrik Jalan Raya 92


STA 0+400
Luas I =½axt
= ½ 0.11 x 1
= 0.059 m2
Luas II (a) = (h1+h2)/2 x t
= (0.11+0.30)/2 x 1.5
= 0.31 m2
Luas II (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2
Luas III = (h1+h2)/2 x t
= (0.30+0.51)/2 x 2.5
=1.01 m2
Luas IV = (h1+h2)/2 x t
= (0.51+0.83)/2 x 3.75
= 2.52m2
Luas V = (h1+h2)/2 x t
= (0.83+1.33)/2 x 3.75
=4.06 m2
Luas VI = (h1+h2)/2 x t
= (1.33+1.65)/2 x 2.5
=3.73 m2
Luas VII (a) = (h1+h2)/2 x t
= (1.65+1.79)/2 x 1.5
= 2.59 m2
Luas VII (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2
Luas VIII = (h1+h2)/2 x t
= (1.79+1.88)/2 x 1
=1.84 m2

Perancangan Geometrik Jalan Raya 93


Luas IX =½axt
= ½ 1 x 1.88
= 0.94m2

Luas total galian = 19.042 m2


Luas total timbunan = 0 m2

STA 0+450
Luas I = (h1+h2)/2 x t
= (0.313+0.418)/2 x 1
= 0.36 m2
Luas II (a) = (h1+h2)/2 x t
= (0.41+0.57)/2 x 1.5
= 0.74m2
Luas II (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2
Luas III = (h1+h2)/2 x t
= (0.57+0.73)/2 x 2.5
= 1.6 m2
Luas IV = (h1+h2)/2 x t
= (0.73+0.99)/2 x 3.75
=3.24 m2
Luas V = (h1+h2)/2 x t
= (0.99+1.328)/2 x 3.75
= 4.35 m2
Luas VI = (h1+h2)/2 x t
= (1.32+1.55)/2 x 2.5
= 3.59 m2
Luas VII (a) = (h1+h2)/2 x t
= (1.55+1.62)/2 x 1.5

Perancangan Geometrik Jalan Raya 94


= 2.38 m2
Luas VII (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2
Luas VIII = (h1+h2)/2 x t
= (1.62+1.67)/2 x 1
= 1.65 m2
Luas IX =½axt
= ½ 1 x 1.67
= 0.83 m2

Luas total galian = 20.77 m2


Luas total timbunan = 0 m2

STA 0+500
Luas I = (h1+h2)/2 x t
= (0.36+0.51)/2 x 1
=0.44
Luas II (a) = (h1+h2)/2 x t
= (0.51+0.75)/2 x 1.5
= 0.95 m2
Luas II (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2
Luas III = (h1+h2)/2 x t
= (0.75+1.04)/2 x 2.5
= 2.24
Luas IV = (h1+h2)/2 x t
= (1.04+1.5)/2 x 3.75
= 4.77 m2
Luas V = (h1+h2)/2 x t

Perancangan Geometrik Jalan Raya 95


= (1.5+2.21)/2 x 3.75
= 6.95 m2
Luas VI = (h1+h2)/2 x t
= (2.21+2.68)/2 x 2.5
= 6.11 m2
Luas VII (a) = (h1+h2)/2 x t
= (2,68+2.91)/2 x 1.5
= 4.19 m2
Luas VII (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2
Luas VIII = (h1+h2)/2 x t
= (2.91+3.04)/2 x 1
= 2.97 m2
Luas IX =½axt
= ½ 1 x 3.04
= 1.53 m2

Luas total galian = 32.13 m2


Luas total timbunan = 0 m2

STA 0+550
Luas I = (h1+h2)/2 x t
= (0.42+0.38)/2 x 1
= 0.40 m2
Luas II = (a+b)/2 x t
= (0.41+0.48)/2 x 1.06
= 0.47 m2
Luas III = (h1+h2)/2 x t
= (0.31+0.80)/2 x 2.5
=0.78 m2

Perancangan Geometrik Jalan Raya 96


Luas IV = (h1+h2)/2 x t
= (0.30+0.29)/2 x 3.75
=1.13 m2
Luas V(a) =½axt
= ½ 0.29 x187
= 0.27 m2
Luas V(b) =½axt
= ½ 0.31 x 1.91
= 0.30 m2
Luas VII = (h1+h2)/2 x t
= (0.31+0.72)/2 x 2.5
= 1.3 m2
Luas VIII (a) = (h1+h2)/2 x t
= (0.72+0.91)/2 x 1.5
= 1.22 m2
Luas VII (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2
Luas VIII = (h1+h2)/2 x t
= (h1+h2)/2 x t
=
Luas IX =½axt
= ½ 1 x 1.03
= 0.51 m2

Luas total galian = 5.77 m2


Luas total timbunan = 2.60 m2

Perancangan Geometrik Jalan Raya 97


STA 0+600
Luas I =½axt
= ½ 1 x 1.59
= 0.77m2
Luas II = (h1+h2)/2 x t
= (1.54+1.43)/2 x 1
= 1.49 m2

Luas III (a) = (h1+h2)/2 x t


= (0.63+0.39)/2 x 1.5
= 0.77 m2
Luas III (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2
Luas IV = (h1+h2)/2 x t
= (1.2+0.92)/2 x 2.5
= 2.65 m2
Luas V = (h1+h2)/2 x t
= (0.92+0.5)/2 x 3.75
= 2.66 m2
Luas VI(a) =½axt
= ½ 0.5 x 1.74
= 0.43 m2
Luas VI(b) =½axt
= ½ 0.57 x 1.83
= 0.52 m2
Luas VII = (h1+h2)/2 x t
= (0.57+1.29)/2 x 2.5
= 2.32 m2
Luas VIII (a) = (h1+h2)/2 x t
= (1.29+1.65)/2 x 1.5

Perancangan Geometrik Jalan Raya 98


= 2.20 m2
Luas VIII (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2
Luas IX = (h1+h2)/2 x t
= (1.65+1.91)/2 x 1
= 1.78 m2
Luas X =½axt
= ½ 1 x 1.91
= 0.95 m2

Luas total galian = 8.767 m2


Luas total timbunan = 9.79 m2

STA 0+650
Luas I =½axt
= ½ 1 x 1.31
= 0.65 m2
Luas II = (h1+h2)/2 x t
= (1.31+1.18)/2 x 1
=1.25 m2
Luas III (a) = (h1+h2)/2 x t
= (0.38+0.18)/2 x 1.5
= 0.42 m2
Luas III (b) = (h1+h2)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
=0.97 m2
Luas IV = (h1+h2)/2 x t
= (0.98+0.75)/2 x 2.5
= 2.16 m2
Luas V = (h1+h2)/2 x t

Perancangan Geometrik Jalan Raya 99


= (0.75+0.4)/2 x 3.75
= 2.15 m2
Luas VI(a) =½axt
= ½ 0.4 x 1.4
= 0.28 m2
Luas VI(b) =½axt
= ½ 0.69 x 2.2
= 0.76 m2
Luas VII = (h1+h2)/2 x t
= (0.69+1.43)/2 x 2.5
=2.65 m2
Luas VIII (a) = (h1+h2)/2 x t
= (1.43+1.81)/2 x 1.5
= 2.43 m2
Luas VIII (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2
Luas IX = (h1+h2)/2 x t
= (1.81+206)/2 x 1
= 1.93 m2
Luas X =½axt
= ½ 1 x 2.06
= 1.03 m2

Luas total galian = 9.78 m2


Luas total timbunan = 7.91 m2

STA 0+700
Luas I =½axt
= ½ 1 x 1.23
= 1.17 m2

Perancangan Geometrik Jalan Raya 100


Luas II = (h1+h2)/2 x t
= (2.43+2.22)/2 x 1
= 2.28 m2
Luas III (a) = (h1+h2)/2 x t)
= (2.22+2.03)/2 x 1.5
= 3.18 m2
Luas III (b) =½axt
= 2(½ 0.5 x 0.8)
= 0.4 m2
Luas IV = (h1+h2)/2 x t
= (2.03+1.8)/2 x 2.5
=4.78 m2
Luas V = (h1+h2)/2 x t
= (1.8+1.47)/2 x 3.75
= 6.13 m2
Luas VI = (h1+h2)/2 x t
= (1.47+0.70)/2 x 3,75
= 4.06 m2
Luas VII = (h1+h2)/2 x t
= (0.70+0.19)/2 x 2.5
= 1.11 m2
Luas VIII = (h1+h2)/2 x t
= (0.62+0.85)/2 x 1.5
= 1.10 m2
Luas IX = (h1+h2)/2 x t
= (0.05+0.22)/2 x 1
= 0.135 m2

Luas total galian = 1.10 m2


Luas total timbunan = 23.27 m2

Perancangan Geometrik Jalan Raya 101


STA 0+750
Luas I =½axt
= ½ 1 x 1.4
= 0.7 m2
Luas II = (h1+h2)/2 x t
= (1.4+1.26)/2 x 1
= 1.31 m2
Luas III (a) = (h1+h2)/2 x t
= (0.46+0.22)/2 x 1.5
= 0.51 m2
Luas III (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97m2
Luas IV = (h1+h2)/2 x t
= (1.02+0.73)/2 x 2.5
= 2.2 m2
Luas V = (h1+h2)/2 x t
= (0.73+0.30)/2 x 3.75
= 1.93 m2
Luas VI(a) =½axt
= ½ 0.3 x 1.87
= 0.28 m2
Luas VI(b) =½axt
= ½ 0.3 x 1.87
= 0.28 m2
Luas VII = (h1+h2)/2 x t
= (0.30+0.70)/2 x 2.5
= 1.25 m2
Luas VIII (a) = (h1+h2)/2 x t
= (0.70+0.88)/2 x 1.5
= 1.19 m2

Perancangan Geometrik Jalan Raya 102


Luas VIII (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2
Luas IX = (h1+h2)/2 x t
= (0.89+1.01)/2 x 1
= 0.950 m2
Luas X =½axt
= ½ 1 x 1.01
= 0.505 m2

Luas total galian = 5.16 m2


Luas total timbunan = 7.93 m2

STA 0+800
Luas I = (h1+h2)/2 x t
= (0.83+0.68)/2 x 1
= 0.75 m2
Luas II (a) =½axt+½axt
= ½ 0.37x0.6 + ½ 0.31 x 0.49
= 0.186 m2
Luas II (b) = (H1 + H2)/2 x t
= (0.18+0.31)/2 x 1.5
= 0.367 m2
Luas III = (h1+h2)/2 x t
= (10.19+0.29)/2 x 2.5
= 0.6 m2
Luas IV =½axt+½axt
= ½ 0.16 x 1.4 + ½ 0.26 x 2.3
= 0.299 m2
Luas V = (h1+h2)/2 x t
= (0.26+0.94)/2 x 2.5

Perancangan Geometrik Jalan Raya 103


= 2.25 m2
Luas VI = (h1+h2)/2 x t
= (0.94+1.48)/2 x 2.5
= 3.205 m2
Luas VII(a) = (h1+h2)/2 x t
= (1.48+1.59)/2 x 1.5
= 2.30 m2
Luas VII(b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2
Luas VIII = (h1+h2)/2 x t
= (1.59+1.75)/2 x 1
= 1.67 m2
Luas IX =½axt
= ½ 1 x 1.75
= 0.87 m2

Luas total galian = 11.76 m2


Luas total timbunan = 1.65 m2

STA 0+850
Luas I =½axt
= ½ 1 x 1.55
= 0.77 m2
Luas II = (h1+h2)/2 x t
= (1.57+1.55)/2 x 1
= 1.56 m2

Luas III (a) = (h1+h2)/2 x t


= (1.57+1.60)/2 x 1.5

Perancangan Geometrik Jalan Raya 104


= 2.38 m2
Luas III (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2
Luas IV = (h1+h2)/2 x t
= (1.60+1.56)/2 x 2.5
= 3.96m2
Luas V = (h1+h2)/2 x t
= (1.565+1.50)/2 x 3.75
= 5.74 m2
Luas VI = (h1+h2)/2 x t
= (1.50+2.25)/2 x 3.75
= 7.05 m2
Luas VII = (h1+h2)/2 x t
= (2.25+2.75)/2 x 2.5
= 6.26 m2
Luas VIII (a) = (h1+h2)/2 x t
= (2.25+3.00)/2 x 1.5
= 3.94
Luas VIII (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2
Luas IX =½axt
= ½ 1 x 3.17
= 1.58 m2

Luas total galian = 35.223 m2


Luas total timbunan = 0 m2

Perancangan Geometrik Jalan Raya 105


STA 0+900
Luas I =½axt
= ½ 1 x 1.64
= 0.82 m2
Luas II = (h1+h2)/2 x t
= (1.73+1.86)/2 x t1
= 1.68 m2
Luas III (a) = (h1+h2)/2 x t
= (1.73+1.86)/2 x 1.5
= 2.69 m2
Luas III (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2
Luas IV = (h1+h2)/2 x t
= (1.86+1.99)/2 x 2.5
= 4.81 m2
Luas V = (h1+h2)/2 x t
= (1.99+2.17)/2 x 3.75
= 7.81 m2
Luas VI = (h1+h2)/2 x t
= (2.17+2.63)/2 x 3.75
= 9.02 m2
Luas VII = (h1+h2)/2 x t
= (2.63+2.93)/2 x 2.5
= 6.96 m2
Luas VIII (a) = (h1+h2)/2 x t
= (2.93+3.02)/2 x 1.5
= 4.47 m2
Luas VIII (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2

Perancangan Geometrik Jalan Raya 106


Luas IX = (h1+h2)/2 x t
= (3.02+3.13)/2 x 1
= 3.07 m2
Luas X =½axt
= ½ 1 x 3.14
= 1.57 m2

Luas total galian = 44.89 m2


Luas total timbunan = 0 m2

STA 0+950
Luas I = (h1+h2)/2 x t
= (0.14+0.19)/2 x 1
= 0.16 m2
Luas II (a) = (h1+h2)/2 x t
= (0.19+0.28)/2 x 1.5
= 0.35 m2
Luas II (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2
Luas III = (h1+h2)/2 x t
= (0.28+0.33)/2 x 2.5
= 0.76 m2
Luas IV = (h1+h2)/2 x t
= (0.33+0.40)/2 x 3.75
= 1.37 m2
Luas V = (h1+h2)/2 x t
= (0.40+0.88)/2 x 3.75
= 2.40 m2
Luas VI = (h1+h2)/2 x t
= (0.88+1.2)/2 x 2.5

Perancangan Geometrik Jalan Raya 107


= 2.6
Luas VII (a) = (h1m2+h2)/2 x t
= (1.2+1.34)/2 x 1.5
= 1.90 m2
Luas VII (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2
Luas VIII = (h1+h2)/2 x t
= (1.34+1.43)/2 x 1
= 1.38 m2
Luas IX =½axt
= ½ 1 x 1.43
= 0.71 m2

Luas total galian = 13.62 m2


Luas total timbunan = 0 m2

STA 1+000
Luas I =½axt
= ½ 1 x 1.46
= 0.731 m2
Luas II = (h1+h2)/2 x t
= (1.46+1.36)/2 x 1
= 1.41 m2
Luas III = 2(½ a x t)
= 2(½ 0.5 x 0.8)
= 0.4
Luas IV = (h1+h2)/2 x t
= (1.20+1.04)/2 x 2.5
= 2.81 m2
Luas V = (h1+h2)/2 x t

Perancangan Geometrik Jalan Raya 108


= (1.04+0.8)/2 x 3.75
= 3.45m2
Luas VI = (h1+h2)/2 x t
= (0.8+0.44)/2 x 3.75
= 2.32 m2
Luas VII = (h1+h2)/2 x t
= (0.44+0.20)/2 x 2.5
= 0.80 m2
Luas VIII = (a+b)/2 x t
= (0.59+0.67)/2 x 1.29
= 0.81 m2
Luas IX = (h1+h2)/2 x t
= (0.12+0.062)/2 x 1
= 0.091 m2

Luas total galian = 0.81 m2


Luas total timbunan = 12.755 m2

STA 1+050
Luas I = (h1+h2)/2 x t
= (0.55+0.40)/2 x 1
= 0.47 m2
Luas II = (h1+h2)/2 x t
= (0.427 + 0.59)/2 x 1.15
= 0.58 m2
Luas III = (½ a x t) + (½ a x t)
= (½ 0.18x1.64)+ (½ 0.08+0.95)
= 0.19 m2
Luas IV = (h1+h2)/2 x t
= (0.089+0.5)/2 x 3.75
= 1.10 m2

Perancangan Geometrik Jalan Raya 109


Luas V = (h1+h2)/2 x t
= (0.5+0.65)/2 x 3.75
= 2.16m2
Luas VI = (h1+h2)/2 x t
= (0.65+0.76)/2 x 2.5
= 1.77 m2
Luas VII (a) = (h1+h2)/2 x t
= (0.76+0.77)/2 x 1.5
= 1.15 m2
Luas VII (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.5
= 0.97 m2
Luas VIII = (h1+h2)/2 x t
= (0.771+0.775)/2 x 1
= 0.773 m2

Luas total galian = 8.57 m2


Luas total timbunan = 0.62 m2

STA 1+079
Luas I = (h1+h2)/2 x t
= (0.38+0.31)/2 x 1
= 0.35 m2
Luas II = (h1+h2)/2 x t
= (10.48+0.58)/2 x 1.17
= 0.624 m2
Luas III = (h1+h2)/2 x t
= (0.20+0.12)/2 x 2.5
= 0.4 m2
Luas IV = (½ a x t)
= (½ 0.12 x 3.75)

Perancangan Geometrik Jalan Raya 110


= 0.23 m2
Luas V = (½ a x t)
= (½ a0.48x 3.75)
= 0.91m2
Luas VI = (h1+h2)/2 x t
= (0.48+0.81)/2 x 2.5
= 1.62 m2
Luas VII (a) = (h1+h2)/2 x t
= (0.81+0.93)/2 x 1.5
= 1.31 m2
Luas VII (b) = (a+b)/2 x t
= (0.8+0.5)/2 x 1.4
= 0.97 m2
Luas VIII = (h1+h2)/2 x t
= (0.93+1.04)/2 x 1
= 0.98 m2
Luas IX = (½ a x t)
= (½ 1 x 1.04)
= 0.98 m2

Luas total galian = 6.96 m2


Luas total timbunan = 1.00 m2

Perancangan Geometrik Jalan Raya 111


6.1.2 Perhitungan Volume
Luas total timbunan Sat 0+000 = 0.13 m2
Luas total timbunan Sta 0+050 = 0 m m2

(𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑖𝑚𝑏𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑆𝑡𝑎 0+000) +(𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑖𝑚𝑏𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑆𝑡𝑎 0+050)


volume Timbunan = x 50
2

(0.135)+(0)
= x 50
2

= 3.375 m3

untuk hasil perhitungan selanjutnya, dapat dilihat pada tabel 6.1


tabel 6.1 data hasil perhitungan kubikasi dan volume.
Luas Volume
Sta Galian Timbunan Galian Timbunan
m2 m2 m3 m3
Sta 0+000 4.50 0.135
466.25 3.375
Sta 0+050 14.15 0
353.75 0
Sta 0+100 16.45 0
411.25 424.5
Sta 0+150 0 16.98
99.75 591.25
Sta 0+200 3.99 6,67
112 656.5
Sta 0+250 0.49 19.59
577.5 489.75
Sta 0+300 22.61 0
1417.5 0

Perancangan Geometrik Jalan Raya 112


Sta 0+350 34.09 0
1328.3 0
Sta 0+400 19.042 0
5495.3 0
Sta 0+450 20.77 0
1322.5 0
Sta 0+500 32.13 0
947.5 65
Sta 0+550 5.77 2.60
363.42 309.75
Sta 0+600 8.767 9.79
463.67 442.5
Sta 0+650 9.78 7.91
409.5 378
Sta 0+700 1.10 23.27
700 156.5
Sta 0+750 5.16 7.93
287.5 363.75
Sta 0+800 11.76 1.65
1174.5 41.25
Sta 0+850 35.22 0
1002.75 0
Sta 0+900 44.89 0
1462.75 0
Sta 0+950 13.62 0
360.75 318.75
Sta 1+000 0.81 12.75
339 334.25
Sta 1+050 8.57 0.62
388.25 40.5

Perancangan Geometrik Jalan Raya 113


Sta 1+079 6.96 1.00
174 25

Jumlah total volume galian = 19167.44 m3


jumlah total volume timbunan = 4995.625 m3

Perancangan Geometrik Jalan Raya 114


BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pengolahan data perhitungan yang telah dilakukan pada


bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan yang menyangkut dengan
Laporan Perencanaan Geometrik Jalan Raya ini.

7.1 Kesimpulan
adapaun kesimpulan yang dapat penulis simpulkan dari hasil
Perencanaan Geometrik Jalan Raya ini adalah sebagai berikut:

1. jumlah trase yang direncanakan adalah tiga (3) dan ditentukan trase yang
terbaik untuk dilanjutkan perhitungan, maka trase terbaik yang dipilih
ialah trase satu (1).
2. panjang jalan yang direncanakan ialah 1079 meter yang dimulai dari Sta
0+000 sampai dengan Sta 1+079.
3. tikungan yang direncanakan sebanyak tiga (3)buah yaitu:
 Tikungan Spiral-Spiral dengan sudut Δ 40.55º.
 Tikungan Spiral-Circle-Spiral dengan sudut Δ 90º
 Tikungan Full Circle dengan sudut Δ 23º

7.2 Saran
 Perencanaan Geometrik Jalan Raya sebaiknya berdasarkan data
hasil survey lansung dan akurat dari lapangan agar diperoleh hasil
perenacanaa yang lebih optimal.

Perancangan Geometrik Jalan Raya 115


DAFTAR PUSTAKA

Sukirman, Silvia. 1997. Dasa-dasar Perencanaan Geometrik Jalan Raya, Nova:


Bandung.

Direktorat Jenderal Bina Marga, Bipran, 1970, Peraturan Perencanaan


Geometric jalan raya, N0.13/1970

L. Hendarsin, Shirley, 2000. penuntun praktis Perencanaan Geometric jalan raya,


Politeknik Negeri Bandung

Perancangan Geometrik Jalan Raya 116

You might also like