Professional Documents
Culture Documents
I. Pendahuluan
Bawang Putih (Allium sativum L) merupakan komoditas sayuran yang
juga berfungsi sebagai bahan penyedap masakan dan juga sangat bermanfaat
bagi kesehatan karena bawang putih mengandung unsur-unsur aktif memiliki
daya bunuh terhadap bakteri, sebagai bahan antibiotik, sumber vitamin B1,
dan mengandung sejumlah komponen kimia yang diperlukan untuk hidup
manusia.
Kadar air pada bawang putih yaitu 60,9% - 67,8%, hal ini menyebabkan
bawang putih mudah mebusuk karena pertumbuhan dan aktivitas mikroba
pada bawang putih. Sehingga untuk mempertahankan kualitas bawang putih
maka perlu dilakukan perlakuan pasca panen misalnya pengeringan.
Pengeringan bertujuan mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana
mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan
akan terhenti, dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat mempunyai
waktu simpan yang lama. Keuntungan yang diperoleh dari pengolahan bubuk
bawang putih adalah lebih awet, mudah dalam pengangkutan dan
penggunaannya (Sulistiari, 1995).
Menurut Brooker et al., (1981), pengeringan merupakan proses
penurunan kadar air bahan sampai batas tertentu sehingga dapat mengurangi
kerusakan bahan akibat aktivitas biologis, kimia dan mikrobiologis sebelum
bahan diolah.
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pengeringan menurut
Heldman dan Sigh (1981), antara lain: (1) memperpanjang umur simpan, (2)
memudahkan pengangkutan, (3) mutu hasil lebih baik, dan (4) meningkatkan
nilai ekonomisnya.
Tepung merupakan salah satu bentuk alternatif produk setengah jadi
yang dianjurkan, karena lebih tahan disimpan, mudah dicampur (dibuat
komposit), diperkaya zat gizi (difortifikasi), dibentuk, dan lebih cepat
dimasak sesuai tuntutan kehidupan modern yang serba praktis (Winarno,
2000). Prosedur pembuatan tepung sangat beragam, dibedakan berdasarkan
sifat dan komponen kimia bahan pangan. Namun, secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu pertama bahan pangan yang mudah
menjadi coklat apabila dikupas dan kedua bahan pangan yang tidak mudah
menjadi coklat.
II. Tujuan
V. Hasil Percobaan
a. Pengeringan
No Berat Berat Setelah Rendemen Setelah Berat Setelah Rendemen Setelah
awal (gr) Pengupasan (gr) Pengupasan (%) Pengeringan (gr) Pengeringan (%)
1 750 665 88,67 252 33,6
b. Penepungan
No Berat Berat Setelah Berat Rendemen Berat Residu Rendemen Residu
awal (gr) Diblender (gr) Ayakan (gr) Ayakan (gr) Ayakan (%) Ayakan (%)
1 252 252 154 91 61,11 36,11
Penghitungan
a. Pengeringan
Berat awal bawang putih = 750 gram
Berat setelah dikupas = 665 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑘𝑢𝑝𝑎𝑠
Rendemen setelah pengupasan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
× 100%
665
= 750 × 100%
= 88,67%
Berat setelah pengeringan = 252 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛
Rendemen setelah pengeringan = × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
252
= 750 × 100%
= 33,6%
b. Penepungan
Berat awal ( bawang putih kering) = 252 gram
Berat setelah diblender = 252 gram
Berat rendemen ayakan = 154 gram
Berat residu ayakan = 91 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛
Rendemen ayakan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑏𝑎𝑤𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑢𝑡𝑖ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔) × 100%
154
= 252 × 100%
= 61,11%
= 36,11%
VI. Pembahasan
VII. Kesimpulan