You are on page 1of 15

AVIAN INFLUENZA (FLU BURUNG)

Makalah Dalam Mata Kuliah Epidemiologi Zoonotik

DOSEN PENGAJAR
Dr.drh. SRI ADIANI

OLEH
NAMA : SYLVIA MAKANANGING
NIM : 16111101131
SEMESTER 06 EPIDEMIOLOGI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
pertolongan-Nya sehingga makalah ini bisa tersusun hingga selesai, sebagai tugas
mata kuliah Epidemilogi Zoonotik, dengan judul “AVIAN INFLUENZA (FLU
BURUNG).
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
selama proses pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman para pembaca. Dalam makalah ini masih terdapat
beberapa kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca, agar kedepannya kami bisa membuat makalah yang
lebih baik lagi.

Manado, 6 Mei 2019

Penulis,

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Tujuan .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Avian Influenza.............................................................. 3
2.2. Penyebab/Etiologi............................................................................ 3
2.3. Perkembangan Avian Influenza di Indonesia................................... 4
2.4. Penularan Avian Influenza .............................................................. 4
2.5. Gejala, Tanda, dan Diagnosis........................................................... 6
2.6. Pencegahan....................................................................................... 7
2.7. Pengobatan....................................................................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan....................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 11

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Avian influenza (AI) atau flu burung (bird flu) atau sampar unggas (fowl
plague) pertama kali ditemukan menyerang di italia sekitar 100 tahun yang
lalu. Pada mulanya penyakit ini hanya menyerang ungags mulai dari ayam,
merpati sampai burung-burung liar. Akan tetapi, laporan terakhir
menyebutkan serangan pada babi dan manusia.

Wabah virus ini menyerang manusia pertama kali di hongkong pada tahun
1997 dengan 18 korban dan 6 di antaranya meninggal. Di Indonesia, penyakit
ini awalnya diduga sebagai penyakit Tetelo atau VVND (velogenic
viscerotropic Newcastle disease) yang pernah menyerang pada tahun-tahun
sebelumnya.

Penyakit ini merupakan penyakit baru (new emerging disease) yang


banyak menarik perhatian berbagai pihak karena penularannya yang sangat
cepat dengan angka kematian yang tinggi. Avian flu juga melibatkan sektor
peternakan, khususnya unggas, yang mempunyai dampak besar terhadap
ketersediaan daging (gizi) di masyarakat, dan sektor ekonomi para
peternaknya.
Para pemimpin Negara telah berusaha menanggulangi flu burung,
mengingat diseluruh dunia, kerugian ekonomi diperkirakan dapat mencapai
US$ 1.000.000.000.000 atau sekitar 20 kali kerugian pada saat terjadi
epidemi SARS. WHO telah melakukan upaya-upaya pemberantasan flu
burung karena kemungkinan terjadinya pandemi sangat besar.
Sejarah dunia telah mencatat tiga pandemi besar yang disebabkan oleh
virus influenza tipe A. Pandemi pertama terjadi pada tahun 1918 berupa flu
Spanyol yang disebabkan oleh subtype H1N1 dan memakan korban
meninggal 40 juta orang. Pandemi ini sebagian besar terjadi di Eropa dan
Amerika Serikat. Pandemi kedua terjadi pada tahun 1958 berupa flu Asia
yang disebabkan oleh H2N2 dengan korban 4 juta jiwa. Pandemi terakhir

1
terjadi pada tahun 1968 berupa flu Hongkong yang disebabkan oleh H3N2
dengankorban 1 juta jiwa.

1.2. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Avian Influenza

2. Untuk mengetahui Etiologi/Penyebab Avian Influenza

3. Untuk mengetahui perkembangan Avian Influenza di Indonesia

4. Untuk mengetahui penularan Avian Influenza

5. Untuk mengetahu gejala,tanda dan diagnosis Avian Influenza

6. Untuk mengetahui pencegahan dari Avian Influenza

7. Untuk mengeahui pengobatan dari Avian Influenza

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Avian Influenza


Flu Burung adalah sejenis penyakit yang ditimbulkan oleh virus. Virus ini
sering juga disebut sebagai virus influenza tipe A. virus ini disebut juga
dengan Avian Influenza, karena ia ditularkan diantara unggas dan pada
awalnya banyak menyerang unggas (burung).
Sebenarnya virus ini telah ada sejak beberapa juta tahun yang lalu dan
seringkali berdampak luar biasa terhadap kesehatan manusia. Pada tahun
1993, para ilmuan di negara inggris pertama kalinya mengisolasikan flu
sebagai suatu virus, dan 10 tahun kemudian mereka berhasil melihat untuk
pertama kalinya. Karena ditemukannya mikroskop electron. (Saydam, 2011)
2.2. Penyebab/Etiologi
Penyebab flu burung adalah virus AI dari famili Orthomyxoviridae dan
ditempatkan di genus influenzavirus A. Ada tiga genus influenza - A, B dan C;
hanya virus influenza A yang diketahui menginfeksi burung. Virus strain A ini
dibedakan menurut tipe hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N)-nya,
sehingga virus ini dapat diklasifikasikan menurut subtipenya seperti
H1N1,H2N1, … dst. Subtype H5 dan H7 diperkirakan merupakan penyebab
wabah dengan tingkat kematian yang tinggi (patogenik). Sampai saat ini sudah
teridentifikasi 15 subtipe virus.
Subtipe H5N1 dapat bermutasi secara genetik dengan subtipe lain
sehingga dapat menular ke manusia atau hewan selain burung. Galur H5N1
bertanggung jawab atas terjadinya wabah flu di Hongkong pada tahun 1997
dan merupakan penyebab kematian manusia (zoonosis) di Vietnam pada bulan
januari 2004.
Virus ini juga diidentifikasi berdasarkan strainnya. Yaitu terdapat strain A,
B, dan C. WHO melaporkan bahwa virus AI strain A bertanggung jawab atas
terjadinya wabah flu burung saat ini.

3
2.3. Perkembangan Avian Influenza di Indonesia
Tahun 2003 menjadi tahun dimana gonjang-ganjing isu merebaknya
penyakit Avian Influenza dimulai. Setelah penyakit ini marak diluar negeri,
Indonesia menjadi Negara yang ikut menjadi korban. Kala itu AI mulai
terdeteksi karena terdapat ayam yang mati secara tiba-tiba dibeberapa daerah.
Setelah AI dikabarkan masuk pada tahun itu, beberapa bulan kemudian
pemerintah mengumumkan bahwa Indonesia positif terdampak AI jenis
H5N1.
Menurut data National Veteinary Research Center, Bogor pada tahun 2005,
spesies unggas yang terinfeksi H5N1 di Indonesia yaitu ayam petelur (layer),
ayam pedaging (boiler), ayam kampong, bebek, angsa. Burung unta,puyuh,
burung dara, dan babi.
2.4. Penularan

Virus ini dapat ditemukan dalam feses dan sekresi pernapasan burung dan
unggas. Sebagian besar kasus virus ini tertular akibat kontak langsung dari
burung atau unggas yang sakit. Meskipun kontaminasi lingkungan virus
tersebut dapat juga sebagai sumber penularan.

Meskipun reservoir alami viris AI adalah unggas liar yang sering


bermigrasi (bebek liar), tetapi hewan tersebut resisten terhadap penyakit ini.
Menurut WHO, kontak hewan tersebut dengan unggas ternak menyebabkan
epidemi flu burung di kalangan unggas. Penularan penyakit terjadi melalui
udara dan ekstret (kotoran, urin, dan ingus) unggas yang terinfeksi.

Virus AI dapat hidup selama 15 hari di luar jaringan hidup. Virus pada
unggas akan mati pada pemanasan 80oC selam 1 menit, dan virus pada telur
akan mati pada suhu 64oC selam 5 menit. Virus akan mati dengan pemanasan
sinar matahari dan pemberian disinfektan.

Karakteristik virus ini ada;ah kemampuannya untuk bertukar, bercampur


dan berhgabung dengan virus influenza strain lain sehingga menyebabkan
munculnya strain baru yang bias berbahaya bagi manusia. Mekanisme ini
juga menyebabkan kesulan dalam membuat vaksin untuk program
penanggulangan.

4
Mekanisme penularan flu burung pada manusia melalui beberapa cara:

1. Virus unggas liar unggas domestik manusia.

2. Virus unggas liar babi manusia.

3. Virus unggas liar unggas domestik (dan babi) manusia


manusia.

Sampai bulan maret 2006, penularan dari manusia ke manusia lain (human
to-human transmission) masih sangat jarang. Meskipun demikian, pada ahli
mengkhawatirkan adanya kasus-kasus klaster keluarga karena merupakan
indicator penularan antarmanusia. Munculnya kasus-kasus klester dalam
skala kecil dan simultan yang diikuti klaster-klaster skala besar merupakan
tanda munculnya pandemi.

Epidemi pada manusia dibagi dalam 6 tahap:

A. Interpandemi

Tahap 1 : Infeksi pada hewan tetapi beresiko rendah pada manusia.


Tahap 2 : infeksi pada hewan tapi beresiko tinggi pada manusia.

5
B. Waspada Pandemi

Tahap 3 : Penularan dari manusia ke manusia belum ada/belum


efektif
Tahap 4 : Terbukti terdapat penularan antarmanusia (klaster-klaster
kecil dan terbatas)
Tahap 5 : Penularan antarmanusia meningkat secara signifikan
(klaster besra).

C. Pandemi

Tahap 6A : Pandemi lokal


Tahap 6B : Pandemi yang luas
Tahap 6C : Pandemi menurun (subsided pandemic)
Tahap 6D : Gelombang pandemi selanjutnya (next wave pandemic)\

Kewaspadaan perlu ditingkatkan saat para ahli berasumsi bahwa epidemi


akan terjadi bila dalam waktu 3 bulan sudah terjadi penyebaran kasus dalam
radius 300 km yang dapat mengakibatkan 1773 kematian per hari.

2.5. Gejala, Tanda dan Diagnosis

Gejala pada tersangka AI adalah demam, anoreksia, pusing, gangguan


pernapasan (sesak), nyeri otot, dan mungkin konjungtivitis yang terdapat pada
pasien dengan riwayat kontak dengan unggas (misalnya peternak, pedagang).
Gejala tersebut tidak khas dan mirip gejala flu lainnya, tetapi secara cepat
gejala menjadi berat dan dapat menyebabkan kematian karena terjadi
peradangan paru (pneumonia). Masa inkubasinya adalah 1-3 hari.

Diagnosis AI adalah:

1. Kasus tersangka (possible cases)

 Demam >38oC, batuk nyeri tenggorokan,

 Dan salah satu kriteria berikut:

- Pernah kontak dengan penderita AI

- Kurang dari satu minggu terakhir pasien pernah mengunjungi


peternakan di daerah HPAI

6
- Bekerja di laboratorium dan kontak dengan sampel dari tersangka
AI

2. Kasus ‘mungkin’ (protable cases)

 Hasi laboratorium tertentu positif untuk virus AI dengan antibodi


monoclonal H5, atau

 Tidak terbukti adanya penyebab lain.

3. Kasus pasti (confirmed cases)

 Hasil kultur virus H5N1,

 Pemeriksaan PCR influenza H5 positif

 Peningkatan titer antibody spesifik H5 sebesar empat kali

Pemeriksaan Laboratorium:

 Mengisolasi virus (usap tenggorok, tonsil, faring)

 Ter serologi

 Merujuk ke laboratorium litbangkes

Diagnosis pasti ditegakan dengan pengujian agar gell precipitation


(AGP). Penentuan subtype virus dilakukan dengan pengujian
haemaglutination inhibition (HI).

2.6. Pencegahan

A. Peternak

1. Orang yang kontak dengan unggas (misalnya peternak ayam) harus


menggunakan masker, baju khusus

2. Membatasi lalu lintas orang yang masuk ke peternakan

3. Mendisinfeksi orang dan kendaran yang masuk ke peternakan

7
4. Mendisinfeksi peralatan peternakan

5. Mengisolasi kandang dan kotoran dari lokasi peternakan

B. Masyarakat umum

1. Memilih daging yang baik dan segar

2. Memasak daging ayam minimal 80oC selama 1 menit dan telur


minimal 64oC selama 5 menit.

3. Menjaga kesehatan dan ketahanan umum tubuh dengan makan,


olahraga, dan istirahat yang cukup

2.7. Pengobatan

Menurut WHO, seperti melansir Medical News Today, obat antiviral bisa
menekan penyebaran virus dan meningkatkan hasil untuk pasien. Antivirus
dapat mencegah beberapa kasus menjadi fatal. Oseltamivir (Tamiflu) harus
diberikan dalam waktu 48 jam setelah gejala muncul, untuk menghasilkan
efek terbaik. Namun, karena angka kematian tinggi, dokter mungkin
meresepkan oseltamivir.

Dosis dan lama pengobatan akan tergantung pada seberapa parah


kasusnya.Pasien dengan masalah gastrointestinal atau sistem pencernaan
mungkin tidak dapat menyerap obat seefektif yang lain. Studi
menunjukkan bahwa beberapa kasus mungkin resisten terhadap perawatan
ini. Pasien yang didiagnosis atau dicurigai menderita flu burung atau
harus tetap di rumah, atau tetap terisolasi di rumah sakit.

Selain menggunakan Tamiflu, profesional perawatan kesehatan menyarankan


pasien seperti berikut ini:

 Beristirahat
 Minum banyak cairan

8
 Mendapat nutrisi yang tepat
 Mendapat obat untuk rasa sakit dan demam, diresepkan oleh seorang
profesional perawatan kesehatan.

Komplikasi, seperti pneumonia bakteri, sering terjadi pada pasien


terjangkit H5N1. Pasien-pasien ini akan membutuhkan antibiotik, dan
beberapa mungkin memerlukan oksigen tambahan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Flu Burung adalah sejenis penyakit yang ditimbulkan oleh virus. Virus ini
sering juga disebut sebagai virus influenza tipe A. virus ini disebut juga
dengan Avian Influenza, karena ia ditularkan diantara unggas dan pada
awalnya banyak menyerang unggas (burung).
2. Penyebab flu burung adalah virus AI dari famili Orthomyxoviridae dan
ditempatkan di genus influenzavirus A. Ada tiga genus influenza - A, B
dan C.
3. Menurut data National Veteinary Research Center, Bogor pada tahun 2005,
spesies unggas yang terinfeksi H5N1 di Indonesia yaitu ayam petelur
(layer), ayam pedaging (boiler), ayam kampong, bebek, angsa. Burung
unta,puyuh, burung dara, dan babi.
4. Mekanisme penularan flu burung pada manusia melalui beberapa cara:

 Virus unggas liar unggas domestik manusia.

 Virus unggas liar babi manusia.

9
 Virus unggas liar unggas domestik (dan babi)
manusia manusia.

5. Gejala pada tersangka AI adalah demam, anoreksia, pusing, gangguan


pernapasan (sesak), nyeri otot, dan mungkin konjungtivitis yang terdapat
pada pasien dengan riwayat kontak dengan unggas (misalnya peternak,
pedagang). Gejala tersebut tidak khas dan mirip gejala flu lainnya, tetapi
secara cepat gejala menjadi berat dan dapat menyebabkan kematian karena
terjadi peradangan paru (pneumonia). Masa inkubasinya adalah 1-3 hari.
6. Pencegahan dapat dilakukan yaitu:

Untuk Peternak :- Mendisinfeksi orang dan kendaran yang masuk ke


peternakan

- Mendisinfeksi peralatan peternakan

- Mengisolasi kandang dan kotoran dari lokasi


peternakan

Untuk Masyarakat umum:

- Memilih daging yang baik dan segar

- Memasak daging ayam minimal 80oC selama 1 menit


dan telur minimal 64oC selama 5 menit.

- Menjaga kesehatan dan ketahanan umum tubuh dengan


makan, olahraga, dan istirahat yang cukup

7. Menurut WHO, seperti melansir Medical News Today, obat antiviral bisa
menekan penyebaran virus dan meningkatkan hasil untuk pasien. Antivirus
dapat mencegah beberapa kasus menjadi fatal. Oseltamivir (Tamiflu) harus
diberikan dalam waktu 48 jam setelah gejala muncul, untuk menghasilkan
efek terbaik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Animal Production and health division. 2019. Avian influenza. Online


(http://www.fao.org/avianflu/en/clinical/html diakses 4 mei 2019)

http://www.researchgate.net/publication/31238550_Karakteristik_Klinis_dan_Epi
demiologis_Avian_Influenza_A_H5N2_Anak_Di_Indonesia_Tahun_2005
-2007.

https://www.google.com/amp/s/doktersehat.com/pencegahan-dan-pertolongan-
pertama-flu-burung/amp/
Saydam Gouzali. 2011. Memahami Berbagai Penyakit (Penyakit Pernapasan Dan
Gangguan Pencernaan). Bandung: Penerbit Alfabeta

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &


Pemberantasannya.Jakarta: Erlangga

11
12

You might also like