Professional Documents
Culture Documents
MATA FARRAS
MC : “Selamat siang, selamat datang di Mata Farras. Saya Farras Syihab, tuan rumah
acara Mata Farras. Baru-baru ini masyarakat telah dihebohkan oleh salah satu film yang sangat
fenomenal. Ada yang tau itu film apa?”
Penonton 1 : “Superhero lokal? Emm… Gundala, Saras 88 juga ya kalo nggak salah.”
MC : “Mba nonton ga filmnya? Wiro sableng barangkali? Ratingnya lumayan loh itu
di IMDb.”
Penonton 1 : “Menurut saya, superhero luar itu lebih keren dan lebih terkenal daripada
superhero dalam negeri. Orang-orang pun lebih familiar dengan superhero luar daripada
superhero sini. Selain itu, saya merasa kualitas film superhero lokal itu tidak seperti film
superhero luar.”
MC : “Kalo film-film lain juga mba lebih sering nonton film luar atau film lokal?”
Penonton 1 : “Saya lebih sering menonton film luar dibandingkan film lokal.”
Penonton 1 : “Nggak suka sama sekali saya. Menurut saya, jenis musik miliknya Daft Punk
lebih enak didengar daripada musik dangdut.”
MC : “Kalau dibandingkan dengan tarian kontemporer lebih suka yang mana mba?”
MC : “Yaaa baik, terima kasih boleh kasih tepuk tangan untuk mbanya! Mata Farras
kali ini akan mengangkat tema kecintaan pemuda terhadap budaya lokal.”
(Video)
MC : “Saat ini, mayoritas pemuda di Indonesia cenderung lebih menyukai budaya luar
daripada budaya di negara yang mereka tinggali sendiri. Padahal, di Indonesia terdapat ribuan
budaya yang pantas mereka cintai. Pemuda negara kita menyukai budaya luar, terutama amerika,
jepang, korea, ataupun negara lainnya yang sudah mempunyai peran yang besar di kancah
internasional. Kita sebagai masyarakat pun tidak bisa melarang mereka mengikuti bidang
kesukaannya. Kita sebagai masyarakat harus mendorong para pemuda untuk lebih mencintai
budaya lokal. Oleh karena itu, saya akan mengundang 2 ahli ilmu budaya di Indonesia, langsung
kita sambut saja Carlo dan Piawai.”
Ahli 2 : “Budaya itu kan hasil cipta, karsa dan rasa manusia. Jadi budaya itulah yang
mencerminkan suatu masyarakat yang tinggal pada daerah tersebut.”
Ahli 2 : “Mau menambahkan, terutama kehidupan di ibukota itu sudah banyak yang
mengikuti kehidupan di luar negeri, sehingga karena faktor lingkungan juga berpengaruh kepada
pemikiran orang yang tinggal di lingkungan tersebut. Sebagai contoh ya bisa kita lihat jika ada
konser penyanyi lokal dan penyanyi internasional, bisa dilihat antusiasme yang jauh berbeda
antara keduanya, dimana para pemuda Indonesia sampai rela berebut tiket untuk menonton
pertunjukan tersebut.”
Penonton 2 : “Menurut saya, tidak ada salahnya untuk menerima budaya dari luar, asalkan
budayanya yang baik-baik. Melestarikan dan mencintai budaya sendiri tetaplah penting, namun
zaman sekarang sangatlah sulit untuk tidak menerima budaya dari luar. Jika budaya dari luar
tidak kita hiraukan, bisa saja kita ketinggalan dengan masyarakat di luar sana.”
Penonton 2 : “Menurut saya itu penting untuk menjaga identitas dan kebanggan negara.”
Ahli 1 : “Menurut saya, melestarikan budaya Indonesia merupakan tanggung jawab dari
seluruh rakyat Indonesia tidak terkecuali para pemuda dan pemudi, karena seperti yang saya
bilang tadi, menjaga identitas dan kebanggan negara berarti ikut memajukan negara kita ke arah
yang lebih baik..”
Ahli 2 : “Hmm… seperti yang tadi dikatakan Carlo, budaya itu sendiri kan identitas
bangsa, melestarikan budaya berarti menjaga identitas bangsa karena budaya adalah bagian dari
jati diri bangsa peninggalan leluhur yang harus dijaga dengan baik. Menjaga budaya berarti ikut
memajukan Indonesia ke arah yang lebih baik.”
MC : “Selama ini juga budaya yang rasanya terus mengalami pelunturan itu di bidang
seni. Menurut kalian selain budaya yg bersifat wujud, menurut anda budaya di indonesia apa saja
yang perlu dilestarikan?”
Ahli 2 : “Kalau yang saya alami selama saya hidup di indonesia dan sempat hidup di
london selama beberapa tahun, yang paling saya rasakan perbedaan antara lingkungan di sini dan
di luar sana adalah budaya sopan santun, dimana di Indonesia saya merasa sangat dihormati oleh
orang-orang yang lebih muda dari saya. Disana semua orang seperti dianggap sama, seperti satu
strata semua.”
MC : “Wah luar biasa ternyata ada juga ya budaya negeri kita yang membanggakan.
Nah, lalu bagaimana kita sebagai orang yang mencintai budaya sendiri, agar mengajak atau
membuat para pemuda Indonesia lebih bangga atau mencintai budaya sendiri?”
Ahli 1 : “Menurut saya, melihat rasa cinta pemuda terhadap budaya Indonesia sekarang,
tugas tersebut bukanlah suatu hal yang mudah, tapi kita bisa secara perlahan membuat para
muda-mudi peka terhadap budaya sendiri, kemudian mungkin mereka lama-kelamaan akan
menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya lokal.”
Ahli 2 : “Senada dengan yang dikatakan Carlo, sebagai tambahan kita tidak perlu
menutup diri dari budaya luar. Pelajari budaya mereka, ambil positifnya, dan implementasikan
terhadap budaya kita. Selain itu, kita juga harus mengikuti perkembangan, jika kita hanya stuck
dengan budaya tradisional saja, kita tidak akan bisa bersaing di pasar internasional. Akan lebih
baik jika menggabungkan elemen pop dengan budaya kita. Manfaatkan sosial media sebagai alat
promosi bagi budaya.”
Ahli 1 : “Menurut saya, pancasila itu sendiri adalah kebudayaan Indonesia. Mengapa?
Karena pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia, pancasila itu adalah jiwa dan
kepribadian Indonesia, pancasila adalah falsafah dasar negara Indonesia. Nah, dasar negara
Indonesia yaitu pancasila hendaknya mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia yang
mempunyai rasa cinta yang mutlak terhadap Indonesia dan juga seperti sila ketiga dan motto
negara Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika dapat mempersatukan seluruh budaya yang ada di
Indonesia karena Indonesia itu satu yaitu anda, anda, dan kita semua.”
MC : “Kita sebagai rakyat Indonesia sudah selayaknya mencintai dan bangga dengan
budaya sendiri. Budaya yang telah lahir dari nenek moyang kita, tumbuh orisinil dari tanah air
kita, dan mengalir sampai ke darah kita. Untuk menutup acara Mata Farras kali ini, seniman
literatur kebanggan bangsa kita, Mamat, akan membacakan sebuah puisi.”
Puisi :
Permata Indonesia