You are on page 1of 15

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS PANGAN

ACARA IV
LEMAK

DISUSUN OLEH:
DEWI PUSPITASARI
H3117023

D3 TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
ACARA IV
LEMAK

A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Acara IV “Lemak” adalah :
1. Mahasiswa mengetahui cara menentukan kadar lemak dalam suatu bahan
pangan dengan metode Soxhlet.
2. Mahasiswa mengetahui kadar lemak yang berada pada biskuat.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Bahan
Biskuit adalah sejenis makanan yang terbuat dari tepung terigu
dengan penambahan bahan makanan lain, dengan proses pemanasan dan
pencetakan. Dalam pembuatan biskuit terdapat standar mutu yang baik
sehingga baik untuk dikonsumsi. Perlu kita ketahui kualitas mutu yang baik
pada berbagai macam biskuit yang sering sekali kita konsumsi sehari hari.
Metode yang digunakan untuk penentuan kadar air yaitu dengan metode
pengeringan, penentuan kadar abu pada biskuit menggunakan metode
pengabuan kering (Kartika dkk., 2010).
Biskuit dikonsumsi oleh seluruh kalangan usia, baik bayi hingga
dewasa namun dengan jenis yang berbeda-beda. Namun, biskuit komersial
yang beredar di pasaran memiliki kandungan gizi yang kurang seimbang.
Kebanyakan biskuit memiliki kandungan karbohidrat dan lemak yang
tinggi, sedangkan kandungan protein yang relatif rendah. Biskuit merupakan
jenis kue kering yang dibuat dari adonan keras, berbentuk pipih, bila
dipatahkan penampang potongannya bertekstur padat, dapat berkadar lemak
tinggi atau rendah. Konsumsi rata-rata kue kering di kota besar dan
pedesaan di Indonesia 0,40 kg/kapita/tahun. Secara umum bahan pembuatan
biskuit adalah tepung terigu biasanya biskuit hanya mengandung zat gizi
makro seperti karbohidrat, protein dan lemak dan sedikit mengandung zat
gizi lainnya seperti zat fosfor, kalsium dan zat besi. Adanya teknologi
fortifikasi diharapkan biskuit tidak lagi sekedar makanan ringan yang
mengandung zat gizi makro saja. Melalui penambahan tepung labu kuning
dan ikan lele dalam pembuatan biskuit diharapkan dapat meningkatkan
kandungan gizi biskuit, terlebih terhadap kandungan energi dan protein.
(Subagjo, 2007).
Petroleum eter merupakan campuran hidrokarbon (bukan eter
sebenarnya) yang atsiri, mudah menguap, mudah terbakar, tidak berwarna,
terutama terdiri dari pentana dan heksana. Diperoleh dari pengolahan
minyak bumi, dan digunakan sebagai pelarut di laboratorium. Bahan ini
mendidih dalam rentang 30-70 oC dan digunakan sebagai pelarut. Petrolum
eter mempunyai densitas sebesar 0,625 sampai 0,660 g/ml. Petroleum ether
lebih banyak digunakan daripada ethil ether karena lebih murah, kurang
berbahaya terhadap kebakaran dan ledakan serta lebih selektif dalam
pelarutan lipida. Ethil eter selain melarutkan lipida juga melarutkan lipida
yang sudah mengalami oksidasi serta zat bukan lipida misalnya gula
(Young, 2001).
2. Tinjauan Teori
Lemak adalah campuran trigliserida dalam bentuk padat dan terdiri
dari suatu fase padat dan cair. Sumber lemak dan minyak dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu sumber dari tumbuhan yang meliputi biji-bijian
dari tanaman tahunan dan pohon yang menghasilkan minyak. Sumber kedua
berasal dari hewan di darat maupun di laut. Komponen penyusun yang
mungkin terdapat dalam lipida antara lain fosfolipid, sterol, vitamin, dan zat
warna yang larut lemak seperti klorofil dan karotenoid. Peran lemak dalam
tubuh manusia antara lain sebagai zat gizi yang memberikan energi bagi
tubuh, bersifat psikologis dengan meningkatkan nafsu makan atau dapat
membantu memperbaiki tekstur bahan pangan yang diolah (Buckle, 1985).
Lemak yang dioksidasi secara sempurna oleh tubuh dapat
menghasilkan 9,3 kalori per gram. Lemak atau minyak yang ditambahkan
ke dalam bahan pangan atau yang dijadikan bahan tambahan harus
memenuhi persyaratan dan sifat tertentu karena hal ini berhubungan dengan
mutu dan cita rasa. Mutu lemak atau minyak dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu pada proses pengolahan, penanganan, dan penyimpanan.
Perubahan ditentukan oleh susunan lemak, sumber, struktur, komposisi dan
sifat fisik lemak dan minyak (Muchtadi, 2010).
Menurut Novia (2009), salah satu sifat golongan lemak adalah daya
larutnya dalam pelarut organik misalnya eter, benzena, dan kloroform.
Berdasarkan sifatnya ini kadar lemak dalam suatu bahan pangan dapat
ditentukan dengan menghitung banyaknya bahan yang terlarut. Tetapi bahan
ain selain lemak juga larut dalam pelarut organik, seperti fosfolipid, sterol,
asam lemak bebas, karoteniod, dan pigmen. Karena itu hasil analisisnya
disebut dengan lemak kasar atau crude fat.
Ekstraksi merupakan salah satu metode yang digunakan dalam
proses pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan
sejumlah massa bahan pelarut sebagai tenaga pemisah. Salah satu metode
ekstraksi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut. Sedangkan alat
yang digunakan dalam ekstraksi menggunakan pelarut adalah ekstraktor
Soxhlet. Alat ini mempunyai kelebihan diantaranya efisiensi waktu, mudah
dalam merangkai alat dan proses pengambilan pelarutnya yang relatif
banyak (Hadi, 2012).
Tahap pertama didalam proses ekstraksi Soxhlet pada umumnya
adalah penghancuran secara mekanis, yaitu bahan mentah dipotong atau
dihancurkan menjadi ukuran kecil yang dikehendaki agar mendapatkan
permukaan persentuhan yang luas untuk ekstraksi. Bahan cair pelarut
mudah dipompakan, sehingga aliran atas selalu lebih mudah ditangani
daripada aliran bawah dan kadang-kadang bahan padat mungkin tertinggal
dan pelarut pada tahap yang lebih lanjut membawa bahan ini. Dalam
susunan ini, setiap tangki, baik untuk pencampuran maupun untuk
pengendapan, disusun dalam suatu jalur atau suatu siklus (Earle, 1969).
Metode yang paling umum digunakan untuk ekstraksi lemak dalam
laboratorium dari padatan sampel adalah metode Soxhlet, goldfisch, dan
folch. Teknik ekstraksi Soxhlet dikembangkan oleh Franz von Soxhlet pada
tahun 1879 untuk penentuan lemak dalam susu dan secara luas digunakan
untuk ekstraksi minyak dalam kimia pertanian. Namun, suhu tinggi dan
volume besar pelarut organik adalah kekurangan utama ekstraksi Soxhlet,
dan juga terdapat beberapa perubahan dalam kualitas ekstrak. Perubahan ini
mempengaruhi pada tingkat asam lemak trans dan asam lemak bebas. Di
awal tahun 1970, Randall mengembangkan teknik ekstraksi berdasarkan
metode Soxhlet, dikenal sebagai sistem Soxtec yang didasarkan pada
prosedur tiga langkah yang melibatkan mendidih, pembilasan dan
penghapusan pelarut (Mahesar dkk., 2010).
Soxhletasi adalah proses ekstraksi dimana suatu bahan akan
dicampur dengan pelarut tertentu dan ekstraknya diperoleh dengan menjaga
suhu tertentu. Proses ekstraksi dilakukan dengan cara: ekstrak yang
diperoleh akan dipekatkan sampai volume kecil di bawah vakum dan
kemudian dikeringkan dalam desikator vakum. Ekstrak kering difraksinasi
dengan heksana dan kloroform dan fraksi terkonsentrasi akan dikeringkan
dalam desikator. Selanjutnya, dalam proses distilasi 300 ml heksana,
dimasukkan dan diputar dalam labu Soxhlet yang mengandung bahan pada
suhu 68,7 ºC dan dilakukan sampai pelarut tidak berwarna. Pelarut
dipisahkan dari ekstrak dengan proses kondensasi (Rayavarapu, 2011).
Penentuan kadar lemak dengan alat ekstraksi Soxhlet menggunakan
thimble yang dipilih sesuai dengan besarnya Soxhlet yang digunakan.
Penentuan banyaknya lemak yaitu dengan menimbang sampel padat yang
terdapat dalam thimble setelah ekstraksi dan setelah dikeringkan dalam oven
sehingga diperoleh berat konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah
ekstraksi merupakan berat minyak atau lemak yang terdapat dalam bahan
tersebut (Sudarmadji, 2010).
Menurut Abbas (2012), syarat-syarat pelarut yang baik digunakan
pada proses sokletasi yaitu pelarut yang mudah menguap seperti heksana,
eter, petroleum eter, metil klorida dan alkohol. Selanjutnya mempunyai titik
didih pelarut rendah. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan.
Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi. Pelarut tersebut akan
terpisah dengan cepat setelah pengocokan. Terakhir yaitu sifat sesuai
dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar.
C. Metodologi
1. Alat
a. Alat ekstraksi Soxhlet
b. Desikator
c. Kertas saring
d. Loyang
e. Neraca analitik
f. Oven
g. Penjepit stainless steel
2. Bahan
a. Biskuit Biskuat
b. Biskuit Regal
c. Biskuit Roma
d. Petrolium Ether
D. Hasil dan Pembahasan
Lemak adalah salah satu sumber zat gizi makro yang dibutuhkan oleh
tubuh. Lemak merupakan suatu senyawa biomolekul, mempunyai sifat umum
larut dalam pelarut-pelarut organik seperti eter, kloroform dan benzen, tetapi
tidak larut dalam air. Lemak dan minyak yang kita kenal dalam makanan
sehari-hari sebagian besar terdiri dari senyawa yang disebut trigliserida atau
triasilgliserol. Senyawa ini merupakan ikatan ester antara asam lemak dan
gliserol. Asam lemak disusun oleh rangkaian karbon dan merupakan unit
pembangun yang sifatnya khas untuk setiap lemak (Edwar dkk., 2011). Pada
suhu kamar, lemak berwujud padat dan minyak berwujud cair. Lemak padat
berwarna putih kekuningan, dapat membentuk kristal lemak, tidak larut dalam
air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar seperti eter, alkohol, aseton,
khloroform, benzene. Lemak juga besifat plastis, artinya mudah dibentuk atau
dicetak atau dapat diempukkan (cream), yaitu dilunakkan dengan pencampuran
dengan udara. Lipid jenuh (sedikit ikatan rangkap) memiliki titik lebur tinggi,
sedangkan lipid tidak jenuh (banyak ikatan rangkap) memiliki titik lebur
rendah dan dapat melarutkan beberapa jenis vitamin, yaitu vitamin A, D, E,
dan K. Lipid tersusun atas rantai hidrokarbon panjang berantai lurus,
bercabang, atau berbentuk siklis, terdiri atas ester asam lemak dengan gliserol
atau dengan gugus senyawa lain, lemak banyak mengandung asam lemak jenuh
(sedikit ikatan rangkap), minyak banyak mengandung asam lemak tidak jenuh
(banyak ikatan rangkap), reaksi dengan alkali akan menghasilkan asam lemak
dan gliserol, sehingga mudah teroksidasi (Winarno, 2004).
Beberapa metode analisis lemak diantaranya, yaitu metode Soxhlet,
metode Goldgish, dan metode Babcock. Metode Soxhlet merupakan metode
kuantitatif untuk menentukan kadar lemak dalam bahan pangan. Metode ini
dilakukan dengan cara melarutkan sampel dalam pelarut organik yang telah
dipanaskan. Adapun mekanisme kerja ekstraksi Soxhlet ini adalah solven
pengekstraksi yang mula-mula ada dalam labu dipanaskan hingga menguap.
Uap pelarut ini naik melalui pipa pengalir uap dan kondensor sehingga
mengembun dan menetes pada bahan yang diekstraksi. Cairan ini menggenangi
bahan yang akan diekstrak dan bila tingginya melebihi tinggi sifon, akan keluar
dan mengalir ke dalam labu penampung ekstrak. Ekstrak yang sudah terkumpul
dipanaskan sehingga pelarutnya menguap tetapi substansinya tertinggal pada
labu penampung. Dengan demikian terjadilah pendaurulangan (recycling)
pelarut dan bahan tiap kali diekstraksi dengan pelarut yang baru
(Melwita dkk., 2014). Keuntungan dari metode soxhlet yaitu metode ini dapat
digunakan untuk sampel yang lunak dan yang tidak tahan terhadap pemanasan
secara langsung, menggunakan pelarut yang lebih sedikit, pemanasan dapat
diatur sederhana dan mempunyai ketepatan yang baik, tidak memerlukan
filtrasi setelah ekstraksi, dan metode soxhlet merupakan metode yang sangat
sederhana (Wang dan Weller, 2006). Kerugian atau kekurangan dari metode
soxhlet yaitu metode ini dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas,
karena pelarut yang didaur ulang dan secara terus menerus dipanaskan,
kemudian jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui
kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah
dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya,
dan metode ini tidak cocok digunakan untuk pelarut dengan titik didih yang
terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di
bawah kondensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap
pelarut yang efektif (Harper dkk., 1979).
Analisis kadar lemak dengan metode Babcock digunakan untuk
menentukan kadar lemak contoh cair atau pasta. Metode ini sering digunakan
untuk penetapan kadar lemak susu dan santan. Lemak susu, santan berada
dalam bentuk emulsi O/W (lemak dalam air). Emulsi ini dapat dipecah dengan
menggunakan asam kuat, sentrifuse dan pemanasan. Lemak susu yang bersifat
nonpolar akan terpisah dari komponen susu lainnya yang bersifat polar. Lemak
susu yang mempunyai densitas lebih rendah akan berada di bagian atas
permukaan sampel. Sedangkan komponen polar sampel susu yang mempunyai
densitas lebih tinggi akan berada di bagian bawah sampel. Prinsipnya lemak
dalam susu berada dalam bentuk emulsi. Emulsi ini dihancurkan dengan
menggunakan H2SO4 dan dengan menggunakan sentrifuse dan atau
pemanasan. Lemak dalam susu dapat dipisahkan dan dapat diukur kadarnya
pada botol yang telah dikalibrasi (Yenrina, 2015).
Metode Goldfish adalah ekstraksi dengan alat Goldfish sangat praktis.
Bahan sampel yang telah dihaluskan dimasukan kedalam thimbel dan dipasang
dalam tabung penyangga yang pada bagian bawahnya berlubang. Bahan pelarut
yang digunakan ditempatkan dalam bekerglas di bawah tabung penyangga.
Bila bekerglas dipanaskanuap pelarut akan naik dan didinginkan oleh
kondensor sehingga akan mengembun dan menetes pada sampel demikian
terus menerus sehingga bahan akan dibasahi oleh pelarut dan akan terekstraksi,
selanjutnya akan tertampung ke dalam bekerglas kembali. Setelah ekstraksi
selesai, sampel berikut penyangganya diambil dan diganti dengan bekerglas
yang ukurannya sama dengan tabung penyangga. Pemanas dihidupkan kembali
sehingga pelarut akan diuapkan lagi dan diembunkan serta tertampung ke
dalam bekerglas yang terpasang di bawah kondensor, dengan demikian pelarut
yang tertampung dapat dimanfaatkan untuk ekstraksi yang lain
(Sudarmadji, 1996).
Alat ekstraksi Soxhlet mempunyai 6 bagian yaitu kondensor, timbal,
pipa F, sifon, labu alas bulat dan hot plate. Kondensor berfungsi sebagai
pendingin, dan juga untuk mempercepat proses pengembunan. Timbal
berfungsi sebagai wadah untuk sampel yang ingin diambil zatnya. Pipa F
berfungsi sebagai jalannya uap, bagi pelarut yang menguap dari proses
penguapan. Sifon : berfungsi sebagai perhitungan siklus, bila pada sifon
larutannya penuh kemudian jatuh ke labu alas bulat maka hal ini dinamakan 1
siklus. Labu alas bulat : berfungsi sebagai wadah bagi sampel dan pelarutnya.
Yang terkahir yaitu: hot plate berfungsi sebagai pemanas larutan
(Abbas, 2012).
Pelarut yang bisa digunakan pada ekstraksi lemak diantaranya
benzena, petrolium ether, ethil eter dan heksana. Benzena merupakan perlarut
organik dengan titik didih 80ºC, konstanta dielektrik 2,3 dan densitas 0,879
gr/ml. Pelarut organik benzena dibandingkan pelarut organik lainnya
mempunyai titik didih, konstanta dielektrik dan densitas yang paling tinggi
dibandingkan pelarut organik lainnnya, seperti aseton, n-heksana, metanol dan
etanol. Kelebihan benzena yaitu mempunyai sifat yang selektif terhadap lemak
dan tidak mudah meledak (Arlene, 2013). Petroleum eter merupakan campuran
hidrokarbon (bukan eter sebenarnya) yang atsiri, mudah menguap, mudah
terbakar, tidak berwarna, terutama terdiri dari pentana dan heksana. Diperoleh
dari pengolahan minyak bumi, dan digunakan sebagai pelarut di laboratorium.
Bahan ini mendidih dalam rentang 30-70oC dan digunakan sebagai pelarut.
Petrolum eter mempunyai densitas sebesar 0,625 sampai 0,660 g/ml. Petroleum
ether lebih banyak digunakan daripada ethil ether karena lebih murah, kurang
berbahaya terhadap kebakaran dan ledakan serta lebih selektif dalam pelarutan
lipida. Ethil eter selain melarutkan lipida juga melarutkan lipida yang sudah
mengalami oksidasi serta zat bukan lipida misalnya gula (Young, 2001). Etil
eter atau dietil eter merupakan salah satu dari eter komersial yang paling
penting diantara eter yang lainnya. Dalam industri, dietil eter banyak
digunakan sebagai bahan pelarut untuk melakukan reaksi-reaksi organik dan
memisahkan senyawa organik dari sumber alamnya. Penggunaan sebagai
pelarut diantaranya untuk pelarut minyak, lemak, getah, resin, mikroselolosa,
parfum, alkaloid, dan sebagian kecil dipakai dalam industri butadiena. Dietil
eter dapat diproduksi dengan proses dehidrasi etanol pada fase uap dalam
reaktor unggun tetap dengan katalis alumina. Namun kebanyakan industri
memproduksi dietil eter dengan dehidrasi etanol menggunakan asam sulfat
pada suhu 125oC – 140oC (Widayat dan Hantoro 2008). Heksana adalah bahan
kimia yang terbuat dari minyak mentah. Ciri dari normal heksana diantaranya
tidak berwarna dan memiliki bau yang tajam, mudah terbakar dan uapnya
eksplosif. Heksana digunakan sebagai pelarut, biasanya untuk mengeskstrak
minyak. Pelarut ini juga dapat digunakan sebagai agen pembersih pada
percetakan, tekstil, pembuatan sepatu. Heksana dalam percobaan ini digunakan
sebagai pelarut lemak (Winarno, 1997).
Tabel 4.1 Hasil Penentuan Kadar Lemak dengan Metode Soxhletasi
Kelom Sam Berat Berat Berat Berat % %
pok pel kertas awal sebelum sesudah Lemak Lemak
saring (gr) soxhlet soxhlet kasar (db)
(gr) (gr) (gr) (wb)
1, 4, 7 A1 0,5382 2,0222 2,4409 2,2404 9,91% 8,21%
8,11,14 A2 0,6078 2,0607 2,5327 2,3280 9,93% 8,08%
2, 5 B1 0,5823 2,0489 2,4798 2,2503 11,20% 9,25%
9,12 B2 0,5152 2,0659 2,4621 2,2417 10,69% 8,95%
3, 6 C1 0,5568 2,0245 2,5096 2,1515 17,69% 14,27%
10, 13 C2 0,5651 2,0274 2,1402 2,1402 17,89% 14,49%
Sumber : Laporan Sementara
Pada Tabel 4.1 digunakan 3 sampel yaitu biskuat, regal dan roma.
Regal diberi kode A1 dan A2. Sedankan roma diberi kode B1 dan B2 dan
untuk biskuat diberi kode C1 dan C2. Berdasarkan hasil tersebut diperoleh
rerata kadar lemak pada sampel biskuit regal A1 dan A2 adalah sebesar 9,93%
dan 8,14%. Sedangkan kandungan kadar lemak biskuit regal pada nutrion fact
adalah sebesar 2%. Pada sampel biskuit roma diperoleh rerata kadar lemak
pada B1 dan B2 sebesar 10,93% dan 9,1%. Sedangkan kandungan kadar lemak
biskuit roma berdasarkan nutrion fact adalah sebesar 8%. Pada sampel biskuat
diperoleh rerata kadar lemak pada C1 dan C2 sebesar 17,79% dan 14,38%.
Sedangkan kandungan kadar lemak pada biskuat berdasarkan nutrion fact
adalah sebesar 4%. Dari hasil perbandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa
pada sampel biskuit regal dan sampel biskuat hasil perhitungan kadar lemak
jauh berbeda dengan nutrion fact yang terdapat pada masing-masing kemasan
sampel bahan. Sedangkan pada sampel biskuit roma hasil perhitungan kadar
lemak sudah mendekati dengan nutrion fact yang terdapat pada kemasan
sampel bahan. Hal ini dapat terjadi karena kesalahan praktikan saat proses
pengovenan, pendinginan, dan penyimpanan. Bahan yang kering
cenderung bersifat higroskopis atau mudah menyerap air. Sehingga, bila
sampel terpapar udara terlalu lama, berat residu dapat bertambah
karena bahan menyerap uap air (Sudarmadji dkk, 2010). Selain itu,
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi ketelitian metode
ekstraksi Soxhlet antara lain ukuran partikel bahan atau contoh, jenis pelarut,
waktu ekstraksi, dan suhu ekstraksi. Sehingga, apabila faktor-faktor ini tidak
dikendalikan, hasil dapat menyimpang dari hasil yang terdapat dalam sumber-
sumber literatur yang telah ada (Andarwulan dkk., 2011).
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar lemak pada
bahan pangan, yaitu jumlah asam lemak dan gliserol yang menyusun. Semakin
tinggi asam lemak dan gliserol yang dimiliki, maka kandungan lemaknya pun
akan semakin tinggi pula. Faktor lainnya yaitu proses pengolahan, jika
pengolahan bahan yang terkandung lemak tidak sesuai proses pengolahannya
dapat menyebabkan kandungan lemak pada bahan tersebut rusak atau bahkan
hilang. Kerusakan pada lemak dapat terjadi karena proses oksidasi oleh
oksigen dari udara terhadap asam lemak tidak jenuh dalam lemak yang terjadi
selama proses pengolahan atau penyimpanan (Velasrol, 2011).
Fungsi mengetahui kandungan lemak pada suatu bahan pangan dalam
pengolahan pangan, antara lain penentuan kuantitatif (kadar) lemak atau
minyak dalam bahan pangan. Penentuan kualitas minyak murni dalam bahan
pangan untuk mengetahui daya simpan bahan pangan, sifat goreng, bau dan
rasa, serta penentuan sifat fisis dan kimiawi yang khas terhadap sifat minyak.
Dalam bidang kesehatan untuk mengetahui besar lemak yang diperoleh apabila
mengkonsumsi bahan pangan, menentukan seberapa banyak bahan pangan
yang dibutuhkan untuk memenuhi asupan lemak yang cukup. Selain itu, kadar
lemak dibutuhkan untuk melabeli suatu produk agar konsumen tahu kandungan
yang terdapat pada produk tersebut (Sudarmadji, 2010).
E. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum acara IV “Lemak”:
1. Mekanisme kerja ekstraksi Soxhlet adalah solven pengekstraksi yang mula-
mula ada dalam labu dipanaskan hingga menguap. Uap pelarut ini naik
melalui pipa pengalir uap dan kondensor sehingga mengembun dan menetes
pada bahan yang diekstraksi. Cairan ini menggenangi bahan yang akan
diekstrak dan bila tingginya melebihi tinggi sifon, akan keluar dan mengalir
ke dalam labu penampung ekstrak. Ekstrak yang sudah terkumpul
dipanaskan sehingga pelarutnya menguap tetapi substansinya tertinggal
pada labu penampung. Dengan demikian terjadilah pendaurulangan
(recycling) pelarut dan bahan tiap kali diekstraksi dengan pelarut yang baru.
2. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh rerata kadar lemak pada sampel
biskuit regal A1 dan A2 adalah sebesar 9,93% dan 8,14%. Sedangkan
kandungan kadar lemak biskuit regal pada nutrion fact adalah sebesar 2%.
Pada sampel biskuit roma diperoleh rerata kadar lemak pada B1 dan B2
sebesar 10,93% dan 9,1%. Sedangkan kandungan kadar lemak biskuit roma
berdasarkan nutrion fact adalah sebesar 8%. Pada sampel biskuat diperoleh
rerata kadar lemak pada C1 dan C2 sebesar 17,79% dan 14,38%. Sedangkan
kandungan kadar lemak pada biskuat berdasarkan nutrion fact adalah
sebesar 4%.
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A.K., Lichtman, A.H., Pillai, Shiv., 2012. Cellular and Molecular
Immunology Edisi 7. Elsevier Saunders, Philadelphia.
Andarwulan, N., Kusnandar F., dan Herawati D. 2011. Analisis Pangan. Dian
Rakyat. Jakarta.
Arlene, Ariestya. 2013. Ekstraksi kemiri dengan Metode Soxhlet dan karekterisasi
Minyak Kemiri. Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 2(2).
Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H., dan Wootton, M. 1985. Ilmu Pangan.
UI-Press. Jakarta.
Earle, R.L. 1969. Satuan Operasi Dalam Pengolahan Pangan. Sastra Hudaya.
Bogor.
Edwar, Zulkarnain dkk., 2011. Pengaruh pemanasan terhadap kejenuhan Asam
Lemak Minyak Goreng Sawit dan Minyak Goreng Jagung. Jurnal
Indonesian Medical Association, Vol. 61(6).
Hadi, Saiful. 2012. Pengambilan Minyak Atsiri Bunga Cengkeh (Clove Oil)
menggunakan Pelarut n-Heksana dan Benzena. Jurnal Bahan Alam
Terbarukan Vol. 1(2).
Harper V, Rodwell W, dan Mayes PA. 1979. Biokimia. EGC: Jakarta.
Kartika, Eka Yuli, Eka Noviana Nindy A, dan Mashfufatul Ilma. 2010. Penentuan
Kadar Air dan Kadar Abu pada Biskuit. Jurnal Kimia Analitik Vol. 1(1).
Mahesar, S. A et al., 2010. Sequential Microwave-Assisted Extraction of Oil from
Layer Poultry Feeds and GC-MS Quantification of the Fatty Acids. Journal
of Pak. J. Anal. Environ. Chem. Vol. 11(1).
Melwita, Elda, Fatmawati, dan Santy Oktaviani. 2014. Ekstraksi Minyak Biji
Kapuk dengan Metode Ekstraksi Soxhlet. Jurnal Teknik Kimia, Vol. 20 (1).
Muchtadi, Tien R., Sugiyono, dan Ayustaningwarno, Fitriyono. 2010. Ilmu
Pengetahuan Bahan Pangan. Alfabeta: Bandung.
Novia, Yuliyati, Haerani, dan Riska Yuliandhika. 2009. Pemanfaatan Biji Karet
sebagai Semi Drying Oil dengan Metode Ekstraksi Menggunakan Pelarut N-
Heksana. Jurnal Teknik Kimia, Vol. 16 (4).
Rayavarapu, Apparao dan Kaladhar. 2011. Evaluation of Antimicrobial Activity
of Mucuna Pruriens on Plant Pathogens. Asian Journal of Biochemical and
Pharmaceutical Research, Vol. 1.
Subagjo, A. 2007. Manajemen Pengolahan Roti dan Kue. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi.1996. Analisa bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Sudarmadji, Slamet, Bambang Haryono, dan Suhardi. 2010. Analisa Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty: Yogyakarta.
Velasrol, Valeria. 2011. Improving Meat Quality Through Natural Antioxidants.
Chilean Journal Of Agricultural Research, Vol. 71 (2).
Wang L., dan C. L. Weller. 2006. Recent advances in extraction of nutraceuticals
from plants. Journal Trends in Food Science & Technology, Vol. 17:300-
312.
Widayat dan Hantoro Satriadi. 2008. Optimasi pembuatan Dietil Eter dengan
proses reaktif distilasi. Jurnal Reaktor, Vol. 12(1): 7-11.
Winarno. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Yenrina, Rina. 2015. Metode Analisis Bahan Pangan dan Komponen Bioaktif.
Andalas University Press. Padang.
Young, JA. 2001. Petroleum Ether. Journal of Chemical Education, Vol. 78(12).

You might also like