You are on page 1of 12

ACARA III

DAMPAK HUJAN ASAM TERHADAP PERKECAMBAHAN


TANAMAN BUDIDAYA

I. TUJUAN

1. Mengetahui pengaruh lingkungan pH rendah terhadap perkecambahan tanaman.


2. Mengetahui perbedaan tanggapan perkecambahan beberapa tanaman budidaya
pada kondisi asam.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pencemaran adalah perubahan yang tak dikehendaki dari lingkungan yang sebagian
besar akibat dari kegiatan manusia (Darmono, 1995). Perubahan ekosistem atau habitat
dapat berupa perubahan fisik, kimia, atau perilaku biologis yang akan mengganggu
kehidupan manusia, spesies, biota bermanfaat, proses- proses industri, kondisi
kehidupan, dan aset kultural. Selain itu perubahan ekosistem akibat kegiatan manusia
yang merusak atau menghamburkan secara sia-sia sumberdaya yang ada di alam
(Palar,1994).
Pencemaran lingkungan hidup menurut undang-undang No.23 tahun 1997, yaitu
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke
dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitas lingkungan menurun
sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi
sesuai dengan peruntukannya (Anonim, 1997). Sumber pencemaran adalah setiap
kegiatan yang membuang bahan pencemar. Bahan pencemar tersebut dapat berbentuk
padat, cair, gas atau partikel tersuspensi dalam kadar tertentu ke dalam lingkungan, baik
melalui udara, air maupun daratan pada akhirnya akan sampai pada manusia. Daur
pencemaran lingkungan akan memudahkan di dalam melakukan penelitian dan
pengambilan contoh lingkungan serta analisis contoh lingkungan (Wardhana, 2001).
Secara umum masalah pencemaran dilihat dari media yang dicemari, dapat
digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu pencemaran udara (air pollution), pencemaran
air (water pollution), dan pencemaran tanah (soil pollution). Pencemaran radiasi
radioaktif bisa berada pada media udara, air, tanah ataupun makanan/minuman.
Pencemaran radiasi panas bisa berada pada media udara dan air (Rochmad, 2006).
Pencemaran air yaitu masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke
dalam air, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air
tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Tarigan, 2013). Air dapat tercemar
oleh komponen-komponen anorganik, diantaranya berbagai logam berat yang
berbahaya. Komponen-komponen logam berat ini berasal dari kegiatan industri.
Kegiatan industri yang melibatkan penggunaan logam berat antara lain industri tekstil,
pelapisaan logam, cat/ tinta warna, percetakan, bahan agrokimia dll. Beberapa logam
berat ternyata telah mencemari air, melebihi batas yang berbahaya bagi kehidupan.
Hujan asam adalah segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Secara alami
hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi dari biologis di tanah,
rawa dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh aktifitas manusia
seperti industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor, dan pabrik pengolahan
pertanian (terutama amonia). Hujan asam biasa disebut dengan desposisi asam.
Desposisi asam ada 2 yaitu desposisi basah dan desposisi kering. Desposisi basah
adalah turunnya hujan asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asap dalam
udara larut dalam butir-butir air awan. Jika turun hujan asam dari awan tadi maka air
hujan yang turun bersifat asam. Sedangkan desposisi kering adalah peristiwa terkenanya
benda dan makhluk oleh asam yang ada dalam udara. Ini dapat terjadi pada daerah
perkotaan karena pencemaran udara akibat kendaraan maupun asap pabrik (Diana,
2009).
Derajat keasaman atau pH merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
lamanya waktu pertumbuhan suatu tanaman. Setiap tanaman memiliki ketahanan
terhadap derajat keasaman yang berbeda-beda pada media tanamnya. Seperti misalnya
jamur yang dapat tumbuh optimum pada media 6 sampai 8, dengan pH optimum
pertumbuhan miselium adalah 8 (Seswati dkk., 2013). Begitu pula dengan tanaman
tembakau yang dapat tumbuh optimum pada media 6,0 – 6,4 di Amerika, 7,5 – 8,5 di
India, dan 5,0 – 7,0 di Cina (Zeng et al., 2014).
Derajat kemasaman media mempunyai pengaruh nyata terhadap pengambilan nutrisi
oleh sel-sel tanaman. Ketersediaan nutrisi dalam media merupakan pertukaran ion yang
kompleks, bergantung pada ikatan energi sebagai ukuran kekuatan ion-ion yang terikat.
Ion yang memiliki ikatan energi yang kuat cenderung menggantikan ion yang memiliki
ikatan energi yang lemah. Penambahan ion yang memiliki ikatan energi yang lemah
dalam jumlah besar akan mengakibatkan pergantian ion dan terlepasnya sejumlah kecil
ion-ion yang memiliki ikatan yang kuat. Ion hidrogen dan hidroksil memiliki ikatan
energi yang kuat, sehingga pH sangat penting dalam menghitung ketersediaan mineral
nutrisi dalam media (Widiastoety dkk., 2005). Untuk memperbaiki pH tanah mineral
masam, biasanya petani menambahkan kapur, CaO, ke dalam tanah mineral masam.
Perlakuan ini sebenarnya tidak sepenuhnya mengatasi masalah karena ion Ca2+ dapat
beraksi dengan fosfat membentuk endapan yang cukup stabil (Santoso dkk., 2007).
III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktikum acara 3 dengan judul Dampak Hujan Asam terhadap Perkecambahan
Tanaman Budidaya dilaksanakan di Laboratorium Manajemen Produksi Tanaman, Sub
Laboratorium Ekologi Tanaman pada tanggal 08 Maret 2018. Bahan-bahan yang
digunakan meliputi benih dari 3 macam tanaman yaitu kedelai (Glycine max), padi
(Oryza sativa), dan jagung (Zea mays), H2SO4, aquades, dan kertas filter. Sedangkan
alat-alat yang digunakan antara lain petridish, gelas ukur, erlenmeyer, pipet dan pH
tester.
Langkah kerja praktikum ini dimulai dengan dibuatnya larutan asam dengan
aquades sebanyak 500 ml yang ditetesi H2SO4 sampai keasaman tertentu. Dengan cara
tersebut dibuat larutan asam dengan keasaman yang berbeda-beda yaitu pH 4, pH 5, pH
6 dan pH 7. Masing-masing larutan dengan kadar asam yang berbeda tersebut
dimasukkan dalam srayer plastik yang berlainan yang telah ditempeli label.
Selanjutnya 36 petridish disiapkan untuk 4 perlakuan keasaman dan 3 jenis
tanaman budidaya dengan 3 ulangan. Biji yang telah disiapkan diatur dalam cawan
petridish yang telah dilapisi kertas filter. Masing-masing petridish diisi dengan 10 benih
tanaman. Benih yang telah diatur dalam petridish ditetesi menggunakan pipet tetes yang
berisi larutan asam sesuai perlakuan (Padi 1 tetes, kacang hijau 2 tetes, jagung 3 tetes).
Kemudian diamati setiap hari selama 7 hari. Parameter yang diamati adalah jumlah biji
yang berkecambah setiap hari, panjang batang dan panjang akar setiap benih. Pada akhir
percobaan, dari seluruh data yang terkumpul, rerata dari tiap ulangan dari tiap perlakuan
dihitung, selanjutnya dibuat grafik vigor harian pada masing-masing komoditas vs hari
pengamatan, histogram gaya berkecambah pada masing-masing komoditas, histogram
panjang akar pada masing-masing komoditas, histogram panjang batang pada masing-
masing komoditas, dan histogram rasio panjang akar/panjang batang pada masing-
masing komoditas.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Indeks vigor jagung
Indeks Vigor Pengamatan Hari ke-n
Tanaman Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7
Ph 3 0 0 0 0 0 0 0
Ph 4 0 2 0,89 0,42 0,07 0 0
Jagung
Ph 5 0 1,67 0,11 0,83 0,53 0 0
Ph 7 1 1 0,56 0,92 0,07 0 0,10

Tabel 2. Gaya berkecambah jagung


Tanaman Perlakuan GB
Ph 3 0
Ph 4 93,33
Jagung
Ph 5 93,33
Ph 7 90,00

Tabel 3. Panjang akar jagung


Panjang Akar Jagung (cm) Hari Pengamatan ke-n
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7
pH 3 0 0 0 0 0 0 0
pH 4 0,21 1,25 2,24 3,09 3,62 4,12 4,45
pH 5 0,98 2,87 5,17 7,26 7,38 8,37 11,59
pH 7 1,00 3,31 5,87 8,71 7,10 8,21 11,75

Tabel 4. Panjang batang jagung


Panjang Batang Jagung ( cm ) Hari Pengamatan ke-n
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7
pH 3 0 0 0 0 0 0 0
pH 4 0,00 0,29 0,66 1,58 2,23 2,69 2,82
pH 5 0,00 0,65 1,05 1,66 2,67 3,81 4,07
pH 7 0,13 0,68 1,48 2,19 3,12 4,56 4,92
Tabel 5. Rasio panjang akar/panjang batang jagung
Perlakua Panjang Akar ( cm ) dan Panjang Batang ( cm ) Hari Pengamatan ke-n
n 1 2 3 4 5 6 7
pH 3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
pH 4 0,00 4,28 3,39 1,96 1,62 1,53 1,58
pH 5 0,00 4,41 4,91 4,36 2,76 2,20 2,85
pH 7 0,00 4,89 3,95 3,98 2,28 1,80 2,39

B. Pembahasan

Indeks Vigor Tanaman Jagung


2.5

2
Indeks Vigor

1.5
Ph 3
Ph 4
1
Ph 5
0.5 Ph 7

0
1 2 3 4 5 6 7
Hari

Gambar 1. Grafik indeks vigor jagung


Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa indeks vigor komoditas
jagung pada semua perlakuan mengalami kenaikan pada hari kedua dan diikuti
penurunan yang drastis pada hari ketiga. Kemudian pada hari selanjutnya, indeks vigor
jagung mengalami fluktuasi. Hal tersebut dapat terjadi karena pada hari kedua,
pemberian perlakuan baru saja dimulai sehingga perkecambahan masih terjadi dengan
baik.
Pada pH 3, indeks vigor jagung tidak mengalami peningkatan sama sekali dari
hari ke-0 hingga panen. Hal tersebut membuktikan bahwa tanaman jagung tidak dapat
tumbuh pada kondisi asam. Sedangkan pada pH 4, indeks vigor tanaman jagung tidak
mengalami peningkatan pada hari pertama. Pada hari kedua indeks vigor jagung
mengalami peningkatan yang signifikan menjadi 2 dan pada hari ketiga mengalami
penurunan drastis menjadi 0,89. Pada hari keempat indeks vigor jagung mengalami
penurunan menjadi 0,42 dan turun lagi menjadi 0,07 pada hari kelima lalu tidak
mengalami peningkatan sama sekali pada hari keenam dan ketujuh.
Pada pH 5, indeks vigor tanaman jagung tidak mengalami peningkatan pada hari
pertama. Pada hari kedua indeks vigor jagung mengalami peningkatan menjadi 1,67 dan
turun menjadi 0,11 pada hari ketiga. Pada hari selanjutnya indeks vigor mengalami
peningkatan menjadi 0,83 dan turun menjadi 0,53 lalu diikuti dengan penurunan pada
hari berikutnya menjadi 0. Sementara itu, pada pH 7, indeks vigor tanaman jagung
bernilai 1 pada hari pertama dan tidak mengalami peningkatan pada hari kedua. Pada
hari selanjutnya indek vigor mengalami penurunan menjadi 0,56 dan meningkat
menjadi 0,92 dan turun lagi menjadi 0,7. Pada hari berikutnya, indeks vigor turun
menjadi 0 dan mengalami peningkatan menjadi 0,10 pada hari terakhir.
Secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa indeks vigor tanaman jagung pada
perlakuan pH 7 lebih tinggi daripada perlakuan pH 3, 4, dan 5. Hal ini terjadi karena
pada pH 7, keadaan lingkungan yang terbentuk bersifat netral sedangkan pada pH 3, 4,
5 keadaan lingkungan yang terbentuk bersifat asam sehingga tanaman jagung
mengalami cekaman lingkungan terhadap suasana asam. Hal tersebut juga dapat dilihat
pada pH 3, tidak ada perkecambahan yang terjadi sama sekali pada tanaman jagung
yang disebabkan karena tanaman jagung tidak dapat tumbuh pada kondisi asam.

Gaya Berkecambah Tanaman Jagung


100
90
Gaya Berkecambah (%)

80
70
60
50
40
30
20
10
0
Ph 3 Ph 4 Ph 5 Ph 7
Perlakuan

Gambar 2. Histogram gaya berkecambah tanaman jagung


Pada histogram di atas, dapat dilihat bahwa gaya berkecambah pada pH 4, 5, dan
7 bernilai hampir sama dengan selisih perbedaan yang kecil yaitu senilai 3,33 %. Gaya
berkecambah tanaman jagung pada perlakuan pH 4 dan pH 5 bernilai sama yaitu 93,33
%, sedangkan pada perlakuan pH 7 bernilai sebesar 90%. Hal tersebut menunjukkan
adanya anomali antara hasil praktikum dengan teori dimana seharusnya gaya
berkecambah tanaman jagung paling optimal terdapat pada perlakuan pH 7 karena
tanaman jagung memiliki batas tolerans pH yang berkisar 5,5 – 7 dan apabila di bawah
itu tanaman jagung masih dapat tumbuh namun tidak optimal. Adanya ketidaksesuaian
antara hasil praktikum dengan teori ini dapat terjadi karena adanya faktor lain yang
mempengaruhi seperti kualitas benih yang berbeda pada setiap perlakuan.

Panjang Akar Jagung (cm) Hari ke-n


14

12
Panjang Akar (cm)

10

8 pH 3
6 pH 4
pH 5
4
pH 7
2

0
1 2 3 4 5 6 7
Hari

Gambar 3. Grafik panjang akar tanaman jagung


Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa panjang akar tanaman jagung
pada pH 3, 4, 5, dan 7 secara berturu-turut mencapai 0 cm, 4,45 cm, 11,59 cm, dan
11,75 cm. Panjang akar terpendek terdapat pada perlakuan pH 3 dimana benih jagung
tidak dapat berkecambah tumbuh sama sekali, lalu diikuti dengan perlakuan pada pH 4,
5, dan panjang akar terpanjang terdapat pada perlakuan pH 7. Hal ini sesuai dengan
teori karena pada pH 4 dan 5 keadaan lingkungan yang terbentuk lebih asam daripada
perlakuan pada pH 7 dan tanaman jagung memiliki batas toleran pH yang berkisar 5,5 –
7 sehingga pertumbuhan tanaman pada pH yang bernilai di bawah batas toleran tersebut
kurang optimal.
Panjang Batang Jagung Hari ke-n
6

Panjang Batang (cm)


5

4
pH 3
3
pH 4
2
pH 5
1 pH 7
0
1 2 3 4 5 6 7
Hari

Gambar 4. Grafik panjang batang tanaman jagung


Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa panjang batang tanaman
jagung pada perlakuan pH 3, 4, 5, dan 7 secara berturut-turut mencapai 0 cm, 2,82 cm,
4,07 cm, dan 4,92 cm. Panjang batang terpendek terdapat pada perlakuan pH 3 dimana
benih tanaman jagung tidak dapat berkecambah dan tumbuh sama sekali. Lalu diikuti
dengan perlakuan pada pH 4, dan diikuti pula dengan pH 5 dan pH 7 yang memiliki
perbedaan yang kecil. Hal tersebut sudah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa
batas toleran pH tanaman jagung berkisar antara 5,5 – 7. Sehingga keadaan lingkungan
dengan pH di bawah nilai tersebut akan menghasilkan pertumbuhan yang tidak optimal
seperti pada perlakuan pH 3 dan 4. Sedangkan pada perlakuan pH 5 keadaan lingkungan
yang terbentuk hampir mendekati keadaan yang netral bagi tanaman jagung sehingga
pertumbuhannya dengan pertumbuhan pada pH 7 atau keadaan netral tidak mengalami
perbedaan yang signifikan.

Rasio Panjang Akar dan Panjang Batang


Tanaman Jagung
6
5
4
pH 3
Rasio

3
pH 4
2
pH 5
1
pH 7
0
1 2 3 4 5 6 7
Hari

Gambar 5. Histogram rasio panjang akar dan panjang batang tanaman jagung
Berdasarkan histogram di atas, dapat diketahui bahwa rasio panjang akar dan
panjang tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan pH 5 yaitu bernilai sebesar 2,85,
diikuti dengan perlakuan pada pH 7 sebesar 2,39 lalu pada perlakuan pH 4 sebesar 1,58
dan yang terakhir pada pH 3 sebesar 0. Titik terpendek pada pH 3 menunjukkan bahwa
tanaman jagung tidak dapat tumbuh pada pH tersebut karena adanya cekaman asam.
Tercapainya titik tertinggi pada pH 5 menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara hasil
praktikum dengan teori karena seharusnya titik tertinggi pada perlakuan pH 7 karena
pada pH tersebut keadaan lingkungan yang terbentuk bersifat netral sehingga tanaman
dapat tumbuh dengan optimal. Hal ini dapat terjadi karena pH 5 masih mendekati batas
toleran tanaman jagung sehingga tanaman jagung masih bisa tumbuh dengan baik pada
pH tersebut dan juga bisa disebaban karena adanya perbedaan kualitas benih yang
digunakan pada setiap perlakuan.
V. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Pengaruh lingkungan pH rendah dapat mempengaruhi bahkan menghambat fase
perkecambahan dan pertumbuhan budidaya tanaman.
2. Setiap tanaman memiliki tingkat toleran pH yang berbeda-beda. Tanaman
jagung memilik tingkat toleran pH yang tinggi yaitu 5,5 – 7 sehingga pada
lingkungan dengan pH rendah pertumbuhannya akan terhambat bahkan dapat
menyebabkan tanaman jagung tidak dapat tumbuh sama sekali.
VI. SARAN
Pada praktikum ini, ada baiknya disediakan terlebih dahulu peralatan dalam
pengukuran kecambah seperti penggaris, benang, dan pinset yang memadai sehingga
pengukuran kecambah dapat berlangsung dengan cepat tanpa ada hambatan perlu
meminjam kepada orang lain terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1997. Undang- undang Republik Indonesia, no 23 tahun 1997, Tentang


Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kantor Menteri Lingkungan Hidup. Jakarta.
Darmono, 1995, Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk hidup. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta.
Diana. 2009. Penyebab,Dampak dan Pengendalian Hujan Asam.http://earth2.eco.
tot.ac.jp/multiplay/diana/hujan.html. diakses tanggal 27 Maret 2018 pukul 23:36.
Palar, H., 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Penerbit Rineka Cipta.
Jakarta.
Rochmad, Subardan. 2006. Pencemaran Lingkungan. Universitas Terbuka. Jakarta
Santoso, U. T., D. Umaningrum, Abdullah, A. M. Rahmah. 2007. Pengaruh pH dan
Konsentrasi CaCl2 Terhadap Kemampuan Tanah Mineral Masam dalam Menjerap
Fosfat. Sains dan Terapan Kimia 2(1): 69-75.
Seswati, R., Nurmiati, dan Periadnadi. 2013. Pengaruh peraturan keasaman media
serbuk gergaji terhadap pertumbuhan dan produksi jarum tiram coklat (Pleurotus
cystediosus O.K. Miller). Jurnal Biologi Universitas Andalas 2(1): 31-36.
Tarigan, Yohanes F. 2013. Kandungan Kadmium (Cd) pada Air Sungai dan Ikan Mas
(Cyprinus carpio Linnaeus) di Sungai Code Kota Yogyakarta. Skripsi. Fakultas
Teknobiologi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Wardhana, W.A., 2001. Dampak Pencemaran Llingkungan. Andi Offset, Yogyakarta.
Widiastoety, D., S. Kartikaningrum, dan Purbadi. 2005. Pengaruh pH Me dia terhadap
Pertumbuhan Plantlet Anggrek Dendrobium. J. Hort. 15(1):18-21
Zeng, W., M. Zeng, H. Zhou, H. Li, Q. Xu, and F. Li. 2014. The effects of soil pH on
tobacco growth. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research 6(3): 452-457.
LAMPIRAN

You might also like