You are on page 1of 18

ACARA 2

ANALISIS JENIS POHON PENYUSUN DI ARBORETUM FAKULTAS


KEHUTANAN UGM DENGAN MENGGUNAKAN METODE KUADRAT

2.1 PENDAHULUAN

2.1.1 Latar Belakang

Ruang terbuka hijau (RTH) diperlukan dalam lingkungan


pembangunan secara global demi menjaga keseimbangan kualitas
lingkungan hidup suatu daerah khususnya di daerah perkotaan yang
memiliki berbagai permasalahan berkaitan dengan masalah ruang yang
sedemikian kompleks. RTH khususnya di wilayah perkotaan memiliki
fungsi yang penting diantaranya terkait aspek ekologi, sosial budaya, dan
estetika. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun
2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka
Hijau di Kawasan Perkotaan, pengertian ruang terbuka hijau adalah area
memanjang/ jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta memiliki
arboretum yang terletak di wilayah perkotaan tepatnya di sudut
perempatan antara Universitas Gadjah Mada dengan wilayah Jalan
Kaliurang Yogyakarta, tepat di depan Selokan Mataram. Keberadaan
Arboretum Fakultas Kehutanan UGM di wilayah perkotaan yang dekat
dengan masyarakat membuat fungsi arboretum sebagai RTH banyak
dirasakan oleh masyarakat. Diantara fungsi arboretum yang dirasakan oleh
masyarakat adalah sebagai penyejuk, lahan bermain, obyek penelitian
hingga sumberdaya. Namun, secara umum fungsi dari arboretum sendiri
adalah untuk mengoleksi berbagai jenis pohon yang ada di dalamnya.
Untuk itu perlu dilakukan identifikasi jenis penyusun pohon yang ada di
dalam Arboretum Fakultas Kehutanan UGM.

2.1.2 Tujuan
1. Mengetahui jenis pohon penyusun di Arboretum Fakultas Kehutanan UGM.
2. Mengetahui indeks nilai penting masing-masing jenis pohon penyusun di
Arboretum Fakultas Kehutanan UGM.

2.2 TINJAUAN PUSTAKA


Fokus analisis ini adalah untuk menilai karakteristik spasial alam
yang berbeda hutan pada tingkat resolusi tinggi. Hasilnya dapat memberikan
dasar teoritis untuk praktek pengelolaan hutan yang mendekati alam di
perkebunan yang didirikan secara teratur pengaturan titik tanam. [Metode]
Menggunakan ukuran baru untuk mendeskripsikan hutan skala kecil
struktur, yang dikenal sebagai Uniform Angle Index, adalah mungkin untuk
mengidentifikasi unit struktur lokal sebagai genap, acak, atau bergerombol.
Di setiap plot, dengan area basal yang diketahui kepadatan, proporsi total
area basal dinilai yang dapat ditugaskan untuk struktur local unit dengan
pola tertentu. Secara khusus, area basal setiap pohon, dan spasial lokal
terkait. Pengamatan ini dapat membantu dalam desain pola tanam (Zhang
Gongqiao dkk, 2017).

Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk


menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan
suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi
sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-
bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai
kendala yang ada Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif
serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode
garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum
kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode
garis dan metode intersepsi titik (metode tanpa plot) (Syafei, 1990).

Metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi


empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa
bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas
minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan
perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi (Syafei, 1990).
Metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi
empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa
bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas
minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan
perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi (Rohman, 2001)
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya
dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam
komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatife.
Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting
dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).
2.3 METODE PELAKSANAAN
2.1 Waktu dan Tempat
Waktu : 27 September2018
Tempat : Arboretum Fakultas Kehutanan UGM
2.2 Alat dan Bahan
Alat :
1. Kompos sebagai alat penunjuk arah untuk mengukur.
2. Pita ukur sebagai alat mengukur diameter pohon.
3. Roll Meter untuk mengukur petak ukur.
4. Alat tulis dan kertas untuk mencatat data.
Bahan : komunitas tumbuhan pada semua tingkat pertumbuhan
pohon (semai, sapihan, tiang, dan pohon) di Arboretum
Fakultas Kehutanan UGM.
2.3 Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat.
Lokasi kuadrat ditentukan secara sistematik. Penempatan kudarat diletakkan
secara berselang-seling pada lokasi pengamatan. Pada masing-masing
kuadrat dibuat kuadrat sampling dengan ukuran sebagai berikut :
1) 1m x 1m digunakan untuk identifikasi jenis tumbuhan bawah
2) 2m x2m digunakan untuk pengambilan data semai (permudaan sejak
kecambah sampai mencapai tinggi 150m)
3) 5m x 5m digunakan untuk pengambilan data sapihan (permudaan dengan
tinggi >150 cm dan dbh <10 cm)
4) 10m x 10m digunakan untuk pengambilan data tiang (pohon muda yang
mencapai dbh 10-20 cm)
5) 20m x 20m digunakan untuk pengambilan data pohon (pohon yang
mencapai dbh 20cm).

Pada tingkat semai dan sapihan pengambilan data berupa data jenis, jumlah
jenis kumulatif dan jumlah individu masing-masing jenis (tabel 2.1). Pada
tingkat tiang dan pohon pengambilan data berupa data jenis, jumlah spesies
kumulatif dan keliling pohon (Tabel 1).
Tabel 1 Data Tingkat Semai dan Sapihan
Jumlah Spesies
Nomor Kuadrat Nama Spesies Jumlah Individu
Kumulatif
1. Spesies 1 Jumlah 1 2
Spesies 2 Jumlah 2
2. Dst. Dst.

Tabel 2 Data Tingkat Tiang dan Pohon


Jumlah Spesies
Nomor Kuadrat Nama Spesies Jumlah Individu
Kumulatif
1. Spesies 1 Jumlah 1 2
Spesies 2 Jumlah 2
2. Dst. Dst.
2.4 Data
2.5 Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam praktikum acara ini adalah dengan
menghitung indeks nilai penting pada masing-masing spesies. Rumus-rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Contoh perhitungan data kompilasi pada tingkat semai yaitu
Merawan (Hopea pierre).
Dimana jenis A adalah Merawan (Hopea pierre)
Kerapatan Jenis A = jumlah individu A per satuan luas
= 10000/3200 x 1 =312,5
Kerapatan Relatif Jenis A = Kerapatan Jenis x 100
Jumlah Kerapatan Jenis
= 312,5/1875 x 100 = 16,6666667
Frekuensi Jenis A = Jumlah Kuadrat ditemukannya Jenis A
Jumlah Semua Kuadrat
= 1/8 = 0,125
Frekuensi Relatif Jenis A = Frekuensi Jenis A x 100
Jumlah Frekuensi Jenis
= 0.125/0.625 x 100 = 20
INP Jenis A = Kerapatan Relatif Jenis A + Frekuensi Relatif Jenis A
INP Merawan (Hopea pierre) = 16,6666667 + 20 = 36,6667

2. Contoh perhitungan data kompilasi pada tingkat sapihan yaitu


Merawan (Hopea pierre).
Dimana jenis A adalah Merawan (Hopea pierre)
Kerapatan jenis A = jumlah individu A per satuan luas
= 10000/200 x 2 = 100
Kerapatan Relatif Jenis A = Kerapatan Jenis x 100
Jumlah Kerapatan Jenis
= 100/1800 x 100 = 5,555555556
Frekuensi Jenis A = Jumlah Kuadrat ditemukannya Jenis A
Jumlah Semua Kuadrat
= 2/8 = 0,25
Frekuensi Relatif Jenis A = Frekuensi Jenis A x 100
Jumlah Frekuensi Jenis

= 0,25/3 x 100 = 8,333333333

INP Jenis A = Kerapatan Relatif Jenis A + Frekuensi Relatif Jenis A

INP Merawan (Hopea pierre) = 5,555555556 + 8,333333333

= 13,8889

3. Contoh perhitungan data kompilasi pada tingkat tiang yaitu Merawan


(Hopea pierre).
Dimana jenis A adalah Merawan (Hopea pierre)
Kerapatan jenis A = jumlah individu A per satuan luas
= 2/800 x 10000 = 25
Kerapatan Relatif Jenis A = Kerapatan Jenis x 100
Jumlah Kerapatan Jenis

= 25/450 x 100 = 5,555555556

Frekuensi Jenis A = Jumlah Kuadrat ditemukannya Jenis A


Jumlah Semua Kuadrat
= 1/8 = 0,125
Frekuensi Relatif Jenis A = Frekuensi Jenis A x 100
Jumlah Frekuensi Jenis

= 0,125/2,25 x 100 = 5,555555556

INP Jenis A = Kerapatan Relatif Jenis A + Frekuensi Relatif Jenis A


INP Merawan (Hopea pierre) = 5,555555556 + 5,555555556 =
11,1111111
4. Contoh perhitungan data kompilasi pada tingkat pohon yaitu Merawan
(Hopea pierre).
Dimana jenis A adalah Merawan (Hopea pierre)
Kerapatan jenis A = jumlah individu A per satuan luas

= 2/3200 x 10000 = 6,25

Kerapatan Relatif Jenis A = Kerapatan Jenis x 100


Jumlah Kerapatan Jenis

= 6,25/ 184,375 x 100 = 3,389830508

Dominansi Jenis A = Jumlah Luas Bidang Dasar Jenis A per


hektar
= 10000/3200 x 0,2481385
= 0,775432813
Dominansi Relatif Jenis A = Jumlah Kuadrat ditemukannya Jenis A x
100
Jumlah Semua Kuadrat
= 0,775432813/21,36873708 x 100
= 3,628819099
Frekuensi Jenis A = Jumlah Kuadrat ditemukannya Jenis A
Jumlah Semua Kuadrat
= 1/8 = 0,125
Frekuensi Relatif Jenis A = Frekuensi Jenis A x 100
Jumlah Frekuensi Jenis

= 0,125/2,625 x 100

= 4,761904762

INP Jenis A = Kerapatan Relatif Jenis A + Dominansi Relatif Jenis A +


Frekuensi Relatif Jenis A
INP Merawan (Hopea pierre) = 3,389830508 + 3,628819099 +
4,761904762 = 11,78055437
2.6 HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi


empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa
bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas
minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan
perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi
Teknik kuadrat umumnya dipergunakan untuk untuk memperoleh
keterangan mengenai bentuk komposisi (susunan) komunitas tumbuh-
tumbuhan darat. Ukuran petak sample ditentukan berdasarkan ukuran dan
kerapatan tumbuh-tumbuhan yang dirisalah , serta dapat mewakili semua
individu yang terdapat dalam lokasi penelitian. Karakteristik pohon harus
dimasukkan di dalam kuadarat.
Bentuk petak ukur yang digunakan pada metode praktikum acara
kedua ini adalah Teknik Sampling Kuadrat (Quadrat Sampling Technique)
teknik sampling kuadrat ini merupakan suatu teknik survey vegetasi yang
sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan.. bentuk petak ukur
adalah persegi dengan menarik tali kearah yang sudah ditentukan masing-
masing 2x2m, 5x5m, 10x10m, dan 20x20m. Pada petak yang berukuran
2x2m dari semua petak ukur ditemukan semai sebanyak 6 buah yang
tersebar di beberapa petak, dengan rician bipa, glodokan pecut, merawan,
dan keraipayung masing-masing sebanyak 1 buah, serta eboni sebanyak 2
buah. Pada petak ukur 5x5m terdapat sebanyak 24 sapihan yang tersebar di
seluruh petak ukur yang dibuat pada masing-masing kelompok. Dengan
rincian sapihan, bipa 32 buah, eboni 2 buah, flamboyant dan kakao masing-
masing sebanyak 1 buah, glodokan pecut sebanyak 3 buah, mahoni Afrika 5
buah, meranti terdapat 1 buah, merawan 2 buah, serta saga sebanyak 7 buah.
Pada petak ukur 10x10m terdapat 36 tiang dengan rincian glodokan pecut,
mahoni afrika, merawan, dan sengon sebanyak masing-masing 2 buah.
Terdapat 1 buah tiang leda, 3 tiang flamboyant, 4 tiang mahoni dan saga.
Dalam keseluruhan petak ukur, tiang yang dominan berjenis bipa dengan
jumlah 16 buah tiang. Pada petak ukur 20x20m terdapat sebanyak 59 buah
pohon dengan berbagai jenis. Pohon dengan jenis paling dominan pada
semua petak ukur adalah pohon bipa sebanyak 17 buah. Pohon terbanyak
kedua adalah flamboyant sebanyak 14 buah. Terdapat 2 pohon lamtoro dan
merawan. Lima pohon leda dan mahoni Afrika. Terdapat 6 pohon mahoni, 7
pohon saga, dan 1 pohon meranti.
Pada penggunaan metode kuadrat terdapat jenis-jenis berdasarkan
bentuk kuadrat yang dipakai pada sebuah percobaan, antara lain berbentuk
lingkaran yang mempunyai ketelitian yang cukup tinggi dalam proses
pembuatannya dengan menggunakan seutas tali yang dikaitkan pada titik
pusat lingkaran. Kemudian untuk vegetasi herba rendah biasanya
menggunakan bentuk persegi panjang akan lebih efisien dibandingkan
dengan bentuk bujur sangkar pada ukuran yang sama. Hal ini disebabkan
karena kelompok tumbuhan cenderung akan tumbuh membentuk lingkaran,
sehingga bentuk petak contoh berbentuk persegi panjang akan lebih banyak
kemungkinannya untuk memotong kelompok tumbuhan dibandingkan
dengan bentuk bujur sangkar pada luasan yang sama, dengan demikian
jumlah jenis yang teramati akan lebih banyak. Namun, bentuk petak ukur
persegi panjang memiliki kekurangan terhadap bentuk bujur sangkar, karena
perbandingan panjang tepi bujur sangkar terhadap luasnya. Kesalahan
tersebut terus meningkat apabila perbandingan panjang tepi terhadap luasnya
semakin meningkat.

Indeks Nilai Penting (INP) menunjukkan kepentingan suatu jenis


tumbuhan serta peranannya dalam komunitas, dimana nilai penting pada
vegetasi tingkat pohon, tiang dan pancang didapat dari hasil penjumlahan
Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif
(DR). Sedangkan pada vegetasi tingkat semai dan tumbuhan bawah didapat
dari penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR) dan Frekuensi Relatif (FR).
Jika disusun dalam bentuk rumus makan akan diperoleh Nilai Penting =
Kr+Dr+Fr.

Dari acara 2 yang telah dilakukan oleh 8 kelompok dengan petak


ukur yang berbeda didapatkan pohon penyusun Arboretum Fakultas
Kehutanan Universitas Gadjah Mada terdiri dari tingkatan semai, sapihan,
tiang dan pohon. Jumlah jenis yang berada pada luasan kuadrat 32m2 yaitu
tingkatan semai terdapat 1 bipa (Pterygota sp); 1 glodokan pecut ; 2 eboni; 1
karaipayung dan 1 merawan dan didapat INP tertinggi pada jenis pohon
eboni dengan INP 53,33%. Kemudian pada luasan kuadrat 200m2 yaitu
tingkatan sapihan terdapat 17 bipa; 2 eboni; 1 flamboyan; 3 glodakan pecut;
1 kakao; 1 mahoni; 2 mahoni afrika; 6 melinjo; 2 merawan; dan 1 saga lalu
didapatkan INP tertinggi pada jenis pohon bipa dengan INP 68,05%.
Selanjutnya pada luasan kuadrat 800m2 yaitu tingkatan tiang terdapat 16
bipa; 3 flamboyan; 2 glodokan pecut; 1 leda; 4 mahoni; 2 mahoni africa; 2
merawan; 4 saga dan 2 sengon dan didapat INP tertinggi pada jenis bipa
dengan INP 72,22%. Yang terakhir pada luasan kuadrat 3200m2 tingakatan
pohon didapat 17 bipa; 14 flamboyan; 2 lamtoro; 5 leda; 6 mahoni;5 pohon
africa; 1 meranti; 2 merawan; dan 7 saga dan didapat INP tertinggi pada
jenis bipa dengan INP 77,82%. Dilihat dari data tersebut terlihat pohon
penyusun dari tingkatan semai, sapihan, tiang dan pohon yang mendominasi
di Arboretum Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada adalah bipa
(Pterygota sp) dengan jumlah 51 bipa (Pterygota sp).
2.4 KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil dari praktikum ekologi acara kedua dapat diatrik
kesimpulan bahwa :
1. Pohon-pohon penyusun arboretum Fakultas Kehutanan UGM
memiliki berbagai jenis yang berbeda dan tersebar di petak ukur
yang berbeda. Pohon-pohon penyusun arboretum berdasarkan data
yang didapat adalah bipa, flamboyant, lamtoro, leda, mahoni,
mahoni Afrika, meranti,merawan, dan saga.
2. Pohon-pohon penyusun memiliki indeks nilai penting yang berbeda
tergantung dalam perannya pada suatu komunitas. Pohon bipa
77.64178481, pohon flamboyant 54.99417728, pohon lamtoro
10.52349745, pohon leda 39.49767526, pohon meranti 7.275215729,
pohon mahoni 40.19423476, pohon mahoni afrika 30.72967457
pohon merawan 11.78055437, dan pohon saga 27.36318577.
DAFTAR PUSTAKA

Michael,P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.


Jakarta: UI Press.
Rohman, Facthur.dkk. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang:
JICA.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
Zhang, Gongqiao.dkk.2017. Accepted Manuscript. Ecological Informatics, DOI:
10.1016/j.ecoinf.2018.01.002
LAMPIRAN

You might also like