You are on page 1of 19

LAPORAN PRAKTIKUM PERHUTANAN KOTA

ACARA II, III, DAN IV


KONDISI FISIK, BIOTIK, DAN SOSIAL BUDAYA HUTAN KOTA

DISUSUN OLEH:

INDAH WAHYUNI MADILA 15/379520/KT/07991


BITA JANJI TANANDA 15/382843/KT/08045
FURISITA DYAH ISWARI 15/382870/KT/08072
TETO AFDHOL RUKMANA 15/382930/KT/08132

LABORATORIUM PENGELOLAAN PARIWISATA ALAM


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2018
ACARA II, III, DAN IV

KONDISI FISIK, BIOTIK, DAN SOSIAL BUDAYA HUTAN KOTA

I. TUJUAN

1. Memiliki keterampilan dalam pengukuran aspek fisik untuk perencanaan pegelolaan


hutan kota.

2. Memiliki keterampilan dalam pengukuran aspek biotik untuk perencanaan


pengelolaan hutan kota.

3. Memiliki keterampilan dalam pengukuran aspek sosial budaya untuk perencanaan


pengelolaan hutan kota.

II. ALAT

Pengukuran kondisi fisik hutan kota:

1. Sling pscychrometer

2. Roll meter

3. Tali plastik

4. Tally sheet

5. Alat tulis

Pengukuran kondisi biotik hutan kota

1. Pita meter

2. Hagameter

3. Tali plastik

4. Roll meter

5. Tally sheet

6. Alat tulis
Pengukuran kondisi sosial budaya hutan kota

1. Perangkat komputer yang terkoneksi dengan internet

2. Alat tulis

III. CARA KERJA

1. Praktikum pengukuran dilaksanakan di Arboretum, Fakultas Kehutanan UGM,


Lembah UGM, dan Wisdom Park UGM dan sekitarnya. yang terletak di Desa Catur
Tunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

2. Pengukuran aspek fisik (suhu dan kelembaban) dilakukan menggunakan sling


psychrometer

3. Pengukuran fisik dilakukan di dalam hutan kota dan di luar hutan kota, waktu
pengukuran yaitu antara pukul 12.00-14.00 yang memiliki suhu udara tertinggi.

4. Titik pengukuran fisik dilakukan pada tempat yang dapat mempresentasikan suhu
dan kelembaban udara di dalam hutan kota dan di luar hutan kota.

5. Data suhu dan kelembaban relatif udara dipersandingkn antara hasil pengukuran di
dalam hutan kota dan di luar hutan kota dalam bentuk tabel atau grafik.

6. Pengukuran biotik dilakukan dengan membuat 10 petak ukur ganda (nested


sampling).

7. Hasil pengukuran kemudian diolah dengan dihitung indeks nilai penting (INP)
untuk setiap spesies pada setiap tingkatan hidup pohon.

8. Indeks diversitas pada setiap tingkatan hidup pohon dihitung.

9. Dilakukan analisis vegetasi untuk semua jenis pohon untuk mengetahui jenis
penyusun hutan kota untuk wilayah arboretum dan lembah UGM, sedangkan untuk
wilayah kampus fakultas kehutanan UGM dan Wisdom Park UGM dilakukan sensus
dengan dbh lebih dari 20 cm.

10. Pengukuran sosial budaya hutan kota dilakukan dengan cara kajian
literatur/pustaka terhadap nilai budaya dan nilai filosofi jenis pohon.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan pengukuran Hutan kota meliputi 3 aspek yaitu
kondisi fisik, biologi dan sosial di Fakultas Kehutanan UGM. Pengukuran kondisik fisik
hutan kota dilakukan di dalam dan di luar wilayah hutan kota, dari pengukuran yang telah
dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut;

Tabel 1. Hasil Pengukuran Kondisi Fisik Hutan Kota Fakultas Kehutanan UGM

Tempat Selisih TBK dg RH Tabel


Pengulangan TBK(°C) TBB(°C)
Pengukuran TBB (%)
Dalam hutan
1 29 24 5 68
kota
2 29 23 6 58
3 30 24 6 59
Jumlah 88 71 17 185
Rata-rata 29,33 23,67 5,67 61,67
Luar hutan kota 1 31 24 7 55,95
2 31,5 24,5 7 56,35
3 31,5 24 7,5 53,66
Jumlah 94 72,5 21,5 165,96
Rata-rata 31,33 24,17 7,17 55,32

Hasil pengukuran suhu dan kelembaban udara tersebut menunjukkan bahwa pada
wilayah hutan kota memiliki rata-rata suhu udara yang lebih rendah yaitu TBK 29,33
derajat celcius dan TBB 23,67 derajat celcius sedangkan di luar hutan kota memiliki rata-
rata suhu yang lebih tinggi yaitu TBK 31,33 derajat celcius dan TBB 24,17 derajat
celcius. Kelembaban udara dalam hutan kota lebih tinggi dari pada di wilayah luar hutan
kota yaitu 61,67 % dan kelembaban di luar hutan kota sebesar 55,32 %. Hal tersebut
menunjukkan bahwa hutan kota mampu membentuk iklim mikro yang berbeda dengan
wilayah sekitarnya.

Secara umum pohon berperan untuk menyerap CO2 dan mengeluarkan O2, namun
secara individu setiap jenis pohon mempunyai karakteristik dan fungsi yang berbeda
seperti dalam hal estetika, menjerap polutan, meredam kebisingan, menyerap karbon,
menyerap dan menepis bau tidak sedap, mengurangi bahaya hujan asam, serta mengatasi
genangan air (Mulyana, 2013). Selain itu pohon dapat berfungsi sebagai pemberi identitas
daerah. Sebagai pemberi identitas daerah dapat dinilai dengan pohon asli daerah atau
pohon yang memiliki makna tersendiri bagi suatu daerah (Carpenter dkk., dalam
Narendraswari dkk., 2014).

Untuk mengetahui struktur hutan pada hutan kota dilakukan pengukuran kondisi
biotik hutan kota dengan pembuatan petak ukur ganda (nested sampling) dan dari hasil
pengukuran dicari nilai penting (INP) untuk setiap spesies dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 2. Perhitungan INP di Arboretum Fakultas Kehutanan UGM

Tabel 3. Perhitungan Nilai ID Simpson dan ID Shannon


Pengukuran kodisi biotik dilakukan pada arboretum dan Fakultas Kehutanan UGM.
Wilayah arboretum diukur dengan membuat 10 petak ukur dan dilakukan sensus pada
pohon di wilayah Fakultas Kehutanan UGM. Pegukuran tersebut dilakukan untuk
mengetahui jenis pohon penyusun hutan kota. Pengukuran yang dilakukan berupa
pengukuran diameter dan tinggi pohon serta dicatat jenis pohonnya. Dari hasil
perhitungan seperti ada pada tabel diatas nilai INP tertingi adalah pohon Bipa
(Adenanterha Pavonina),yang dapat diartikan jenis tersebut memiliki peranan yang
sangat penting pada Arboretum Fakultas Kehutanan UGM. Untuk mengetahui seberapa
tinggi tingkat keanekaragam jenis tanaman pada Arboretum Fakultas Kehutanan UGM
dilakukan perhitungan Indeks Diversitas, didapatkan nilai berdasarkan hasil perhitungan
yakni ID Simpson 0,8 sebesar dan ID Shannon sebesar 1,9 yang berati bahwa tingkat
keanekaragaman hayati pada Arboretum Fakultas Kehutanan UGM cukup tinggi, karena
nilai Indeks Diversitas jika semakin mendekat angka 1 maka semakin tinggi. Kelimpahan
setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen
jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan
pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat
penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994)

Tabel 4 Jenis pohon di FKT UGM dan nilai filosofinya

No Spesies Filosofis
1 Angsana Bunganya melambangkan kegembiraan
2 Araucaria
3 Beringin Kerakyatan, pengayoman, dan kekokohan
4 Biola cantik
5 Bipa
6 Kakao Makanan untuk Tuhan
7 Cemara bunder
8 Cemara udang
Simbol kagungan Sang Hyang Widi dan simbol kedekatan
9 Cempaka hubungan antara Sang Pencipta dengan seluruh makhluk
ciptaann-Nya
10 Damar Dalam bahasa Jawa berarti cahaya, filosofinya menjadi penerang
11 Diospyros
12 Diospyros blanchoi
13 Dysoxylum
14 Eboni Elegan
Pohon kehidupan, pohon pengetahuan tentang yang baik dan
15 Ficus sp.
yang jahat
16 Garcinia dulcis
17 Jambu monyet Melambangkan sifat jangan pamer
18 Jati Kesabaran, kekuatan
Melambangkan keberuntungan untuk membawa kesuksesan dan
19 Jeruk
kerukunan antar keluarga
20 Kapur Melambangkan hati yang putih bersih dan tulus
21 Kayu manis
22 Keben Keakraban, perdamaian, dan kehangatan
23 Kedondong
24 Kelengkeng
25 Kenari
Manunggaling sedya kaliyan gegayuhan "bersatunya niat dengan
26 Kepel
kerja"
27 Kepuh
28 Ketapang
29 Kreipayung
30 Legaran
31 Lepisanthes alata
32 Lerak menghidupi kehidupan lainnya
33 Macananga melariskan dagangan
34 Mahoni pohon pelindung yang ditanam
35 Mangga Monggo mempersilahkan pendatang untuk masuk
36 Matoa perkembangan peraadaban manusia
37 Melinjo
38 Meranti memberikan banyak manfaat
39 Meranti kuning
40 Mindi
41 Mojo
42 Murbei
43 Nagasari Keselamatan, kewibawaan, dan pengobatan
44 Nam-nam Berpikir sebelum bertindak
45 Nangka
46 Pelala
47 Pinus memiliki pendirian yang kuat dan pandangan hidup yang lurus
48 Preh pengayoman
kehidupan manusia yang asam dan manis dan terbungkus dengan
49 Rambutan
rapi
50 Salam mengucap salam memiliki beribu manfaat
51 Sawo ijo mewah dan anggun karena daunya berwarna emas
52 Senu kerendahan diri
53 Sikat pohon selalu menebar kabaikan
54 Sungkai
55 Sungket
sebagai bentuk spirit, bimbingan , dorongan serta sanjungan
56 Tanjung
orangtua kepada anak-anaknya
57 Timoho memiliki kekuatan magis dan bertuah
58 Trembesi lambang keabadian cinta dan saksi kehidupan
59 Ulin kekuatan kerjasama
60 Vitex sp.
61 Wali songo
62 Keluak

Pengukuran kondisi sosial budaya dilakukan dengan mencari tahu nilai filosofi dan
nilai budaya dari setiap jenis pohon penyusun hutan kota. Berdasarkan hasil dari sensus
terdapat 62 jenis pohon yang tumbuh di ruang terbuka hijau Fakultas Kehutanan UGM
akan tetapi hanya terdapat 32 jenis pohon yang mempunyai nilai filosofi. Hasil
pengukuran kondisi fisik, biotik, dan sosial budaya akan dijadikan dasar dalam
prencanaan pengelolaan hutan kota,serta dijadikan bahan pertimbangan dalam pemilihan
jenis penyusun yang cocok pada wilayah hutan kota yang akan dibangun.

V. KESIMPULAN

1. Kondisi fisik Hutan Kota Fakultas Kehutanan UGM memiliki suhu


yaitu TBK 29,33 derajat celcius dan TBB 23,67 derajat celcius.

2. Pengukuran Kondisi biotik meliputi pengukuran struktur hutan


menggunakan petak ukur dan perhitungan nilai penting, berdasarkan hasil
perhitungan jenis dengan INP tertinggi yaitu Bipa dan terendah yaitu Legaran.

3. Dari 62 jenis pohon di Fakultas Kehutanan UGM hanya ditemukan 32


jenis yang mempunyai nilai filosofi

.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. dkk., 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga. Jakarta.
Michael. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. UI
Press :Yogyakarta
Mulyana, S. 2013. Kajian Jenis Pohon Potensial untuk Hutan Kota di Bandung, Jawa
Barat. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 10 No. 1, April 2013 : 58 – 71.
Narendreswari, A.R., S. Trisnowati, dan S.N.R. Irwan. 2014. Kajian Fungsi Tana- man
Lanskap di Jalur Hijau Jalan Laksda Adisucipto, Urip Sumoharjo, dan Jendral
Sudirman Yogyakarta. Jurnal Vegetalika Vol.3 No.1, 2014, hal 1-11.
Polunin, N. 1990. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
LAMPIRAN

Tabel hasil sensus pohon di RTH Fakultas Kehutanan UGM

No
No Jenis Pohon Nama Ilmiah Diameter Tinggi
Pohon
1 66 Kreipayung Filicium decipiens 23 3.5
2 38 33 20
3 40 Pelala? 113
4 142 Bipa Pterygota alata 23 8
5 143 Ficus sp Ficus sp. 23
6 144 Cempaka Magnolia champaca 45 16
7 39 yg bau? 26.7 14
8 136 Kelengkeng Euphora longana 23 10.5
9 141 23 8
10 137 Kelengkeng Euphora longana 20 6.5
11 135 Kreipayung Filicium decipiens 45 14
12 Keben 20
13 163 Beringin Ficus benjamina 23 11.5
14 164 Preh 23 14.5
Dysoxylum
29
15 185 Dysoxylum gaudichaudianum 15
16 186 Matoa Pometia pinnata 14 9
17 187 Sawo ijo 53 12.5
18 188 Mindi 41 14.5
19 182 Kelengkeng Euphora longana 15 6
20 195 38 20
21 190 61 19
22 192 Matoa Pometia pinnata 23 20
23 197 Araucaria Araucaria cunninghamii 48 25
24 198 Araucaria Araucaria cunninghamii 49 24
25 199 Araucaria Araucaria cunninghamii 48 24
26 Araucaria 24
27 200 Beringin Ficus benjamina 23 20
28 202 Cempaka Magnolia champaca 44 21
29 204 Pinus 56 16
30 206 32 16
31 138 Kelengkeng Euphora longana 21 7
32 p xx 9
33 153 Sungkai 23 6
34 154 Melinjo Gnetum gnemon 17 15
35 155 Legaran Alstonia spectabilis 34 16
36 156 Tanjung 23 16
37 157 Legaran Alstonia spectabilis 35 16
38 158 Sawo ijo 23 14
39 166 Mangga Mangifera indica 23 5
40 165 Kepel Stelecocarpus burahol 23 6
41 189 Kapur Dryobalanops lanceolata 20 16
42 191 Lerak Sapindus rerak 38 17
43 194 Sungket 30 23
Dysoxylum
17
44 193 Dysoxylum gaudichaudianum 15
45 192 Matoa Pometia pinnata 23 19
46 181 Mangga Mangifera indica 52 9
47 168 Ketapang Terminalia catappa 23 8
48 169 Cemara bundel Cupressus papuana 23 5
49 167 Kelengkeng Euphora longana 22 5
50 102 Kreipayung Filicium decipiens 34 13
51 92 Angsana Pterocarpus Indicus 36 14
52 91 Angsana Pterocarpus Indicus 35 13
53 90 Angsana Pterocarpus Indicus 34 13
54 89 Angsana Pterocarpus Indicus 36 14
55 86 Angsana Pterocarpus Indicus 34 13
56 87 Angsana Pterocarpus Indicus 34 13
57 88 Angsana Pterocarpus Indicus 35 13
58 85 Tanjung 23 7
59 84 Tanjung 23 7
60 96 Tanjung 23 7
61 93 Tanjung 23 8
62 94 Tanjung 23 7
63 95 Tanjung 23 7
64 97 Trembesi 23 20
65 98 Senu 23 11
66 83 Damar Agathis damara 23 13
67 82 Damar Agathis damara 23 18.5
68 78 Damar Agathis damara 23 8
69 80 23 17
70 79 Sawo ijo 23 16
71 81 Matoa Pometia pinnata 23 14
72 77 Damar Agathis damara 23 8
73 76 Nangka 23 7
74 74 mindi 23 13
75 73 salam 23 12
76 72 Damar Agathis damara 23 13
77 71 Cemara udang Casuarina equisetifolia 23 10
78 70 Cemara udang Casuarina equisetifolia 23 13
79 69 Damar Agathis damara 23 13
80 75 23 10
81 65 Mindi 23 12.5
82 68 Cemara udang Casuarina equisetifolia 23 11
83 67 Cemara udang Casuarina equisetifolia 23 7
84 48 Biola cantik Ficus lyrata 35 6
85 47 Sikat botol 4 7.5
86 50 Cemara bundel Cupressus papuana 34 9
87 56 Mangga Mangifera indica 25 10
88 49 Eboni Diospyros celebica 23 12.5
89 43 Biola cantik Ficus lyrata 34 6
90 44 Walisongo 35 9
91 41 Kedondong Spondias pinnata 20.7 10
92 42 Rambutan 23 10
Diospyros
34
93 60 blanchoi Diospyros blanchoi 8
94 62 Walisongo 23 8
95 63 Kepel Stelecocarpus burahol 12 11
96 Jambu monyet 9.5
97 225 Kedondong Spondias pinnata 27 11
98 226 Kedondong Spondias pinnata 33 11
99 227 23 14
100 228 Damar Agathis damara 15 10
101 229 Damar Agathis damara 19 13
102 231 Damar Agathis damara 16 11
103 218 Damar Agathis damara 18 11
104 208 Jati Tectona grandis 60 18
105 215 Cacao Theobroma cacao 21 13
106 211 Angsana Pterocarpus Indicus 56 7
107 212 Murbei 24 11
108 213 Murbei 30 7
109 210 Angsana Pterocarpus Indicus 83 13
110 209 Eboni Diospyros celebica 31 14
111 207 Jambu Psidium aqueum 28 13
112 206 32 14
113 205 18 9
114 203 Ketapang Terminalia catappa 53 13
115 178 Angsana Pterocarpus Indicus 36 11
116 175 Kelengkeng Euphora longana 29 10
117 174 Kelengkeng Euphora longana 40 10
118 173 Kelengkeng Euphora longana 22 10
119 172 Cemara udang Casuarina equisetifolia 23 16
120 171 Kelengkeng Euphora longana 34 11
121 202 Cempaka Magnolia champaca 44 25
122 204 Pinus 56 15
123 216 Mahoni Swietenia macrophylla 26 15
124 217 Diospyros Diospyros sp. 24 16
125 58 Kepuh Sterculia foetida 23 17
126 57 Kayu manis Cinnamomum zeylanicum 45 7
127 26 Mojo 15 8
128 25 Ulin 8 7
129 54 Meranti Shorea selanica 49 24
130 55 Nam-nam 34 11
131 24 Pinus 10 13
132 23 Sawo ijo 42 15
133 52 Nam-nam 25 23
134 53 Timoho 24 18
135 51 Angsana Pterocarpus Indicus 36 14
136 x 14
137 46 Ficus benjamina 23 17
138 20 Kepuh Sterculia foetida 37 17
139 21 Garcinia dulcis Garcinia dulcis 27 10
140 19 Meranti kuning Shorea selanica 49 19
141 18 Vitex sp 8 6.5
142 17 Jeruk-jerukan Citrus sp. 14.5 6
143 y 4.5
144 16 52 17
145 15 5 6
146 14 Nagasari 17 5
147 z,z,z,4,5 5
148 7 Mangga Mangifera indica 22 6
149 12 27 12
150 13 57 14
Lepisanthes
10.5
151 10 alata Lepisanthes alata 7
152 1 Macaranga Macaranga tanarius 16 8
153 9 Meranti Shorea selanica 51 24
154 8 Meranti Shorea selanica 50 24
155 2 Meranti kuning Shorea selanica 12 7
156 a 6
157 134 Meranti Shorea selanica 49 9
158 132 Meranti Shorea selanica 49 25
159 -_- 25
160 131 Cempaka Magnolia champaca 44 25
161 130 Meranti Shorea selanica 49 23
162 129 Meranti Shorea selanica 49 23
163 125 Meranti Shorea selanica 49 25
164 124 Meranti Shorea selanica 49 24
165 126 Cemara gunung Casuarina montana 23 19
166 127 Kenari Canarium littorale 23 17
167 VII D 21
168 121 Meranti Shorea selanica 49 20
169 120 Meranti Shorea selanica 49 20
170 119 Meranti Shorea selanica 49 17
171 123 Meranti Shorea selanica 49 18
172 118 Meranti Shorea selanica 49 14
173 117 Meranti Shorea selanica 49 20
174 116 Meranti Shorea selanica 49 20
175 115 Tanjung 23 12
176 108 Tanjung 23 7
177 109 Cemara gunung Casuarina montana 23 5
178 110 Tanjung 23 7
179 114 Meranti Shorea selanica 49 21
180 113 Meranti Shorea selanica 49 21
181 111 Meranti Shorea selanica 49 18
182 112 Meranti Shorea selanica 49 22
183 107 Tanjung 23 6
184 B 12
185 106 Tanjung 23 6
186 103 Tanjung 23 6
187 104 Meranti Shorea selanica 49 23
188 101 Meranti Shorea selanica 49 23
189 100 Meranti Shorea selanica 49 23
190 99 Meranti Shorea selanica 49 23
191 Keluak Pangium edule
Tabel Pengukuran struktur hutan Arboretum

Petak
Jenis Pohon Keliling(cm) Diameter(cm) Tinggi(m)
Ukur
1 Saga 90 28.66 26
Saga 24 7.64 11.2
Saga 24 7.64 11
Saga 85 27.07 24
Bipa 83 26.43 23.6
Bipa 90 28.66 25.6
Bipa 19 6.05 9
Bipa 64 20.38 20
Bipa 45 14.33 19.5
Bipa 73 23.25 21
Saga 58 18.47 20
Saga 38 12.10 18
Bipa 116 36.94 28
Bipa 208 66.24 30
Bipa 54 17.20 19.6
2 2-161 98 31.21 25
2-161 33 10.51 14
Bipa 21 6.69 8
Bipa 24 7.64 8
Bipa 25 7.96 8
Mahoni Afrika 11 3.50 3
Bipa 30 9.55 9
Bipa 28 8.92 9
Mahoni Afrika 12 3.82 3.2
Bipa 31 9.87 11
Mahoni Afrika 12 3.82 3.2
Keruing 10 3.18 4
Keruing 11 3.50 4.2
Bipa 10 3.18 3
Bipa 30 9.55 9
Bipa 32 10.19 10
Bipa 10 3.18 3
Bipa 15 4.78 4
Bipa 13 4.14 4
Bipa 11 3.50 3
Bipa 12 3.82 3.5
Bipa 100 31.85 26.6
Leda 215 68.47 31
Saga 109 34.71 27
Mahoni Afrika 98 31.21 26
Leda 190 60.51 30
Mahoni Afrika 184 58.60 29
Ketapang 73 23.25 16
Mahoni Afrika 210 66.88 34
Mahoni Afrika 177 56.37 12
Mahoni Afrika 80 25.48 22
3 Mahoni Afrika 45 14.33 16
Semai Mersawa 0.00
Semai Mersawa 0.00
Pohon kayak
36 11.46 14
semai
Mahoni Afrika 65 20.70 18
Semai Saga 0.00
Semai Mersawa 0.00
Semai Mersawa 0.00
Semai saga 0.00
Mahoni Afrika 175 55.73 31
Semai Saga 0.00
Semai Saga 0.00
Mahoni Afrika 147 46.82 26
Mahoni Afrika 211 67.20 35
Mahoni Afrika 218 69.43 36
Bipa 137 43.63 27
Semai Mersawa 0.00
Mersawa 68 21.66 18.8
Semai Mersawa 0.00
Semai Mersawa 0.00
4 Semai Mersawa 0.00
Semai Mersawa 0.00
Semai Mersawa 0.00
Semai Saga 0.00
Mahoni Afrika 220 70.06 32
Mahoni Afrika 104 33.12 27.6
Mahoni Afrika 230 73.25 32.4
Bipa 170 54.14 30
Mahoni Afrika 190 60.51 30
Bipa 164 52.23 28
Mahoni Afrika 215 68.47 30.8
Mahoni Afrika 221 70.38 28.7
Bipa 98 31.21 25.2
Bipa 73 23.25 23.3
Saga 14 4.46 8
Mahoni Afrika 7 2.23 5
Mahoni Afrika 13 4.14 7
5 Saga 6 1.91 9
Saga 5 1.59 8.7
Bipa 272 86.62 36
Keruing 164 52.23 26
Mersawa 64 20.38 18.3
Mersawa 61 19.43 17.6
Leda 146 46.50 23
Mersawa 62 19.75 10.2
Leda 188 59.87 29.6
Mersawa 144 45.86 26.7
Leda 195 62.10 30.4
Saga 104 33.12 28.2
Mersawa 107 34.08 29
Ketapang 65 20.70 17.3
Bipa 140 44.59 19.7
Saga 50 15.92 16.8
Saga 92 29.30 22.1
6 Semai Bipa 0.00
Saga 40 12.74 17.7
Bipa 27 8.60 10
Keruing 19 6.05 9.2
Saga 39 12.42 17
Saga 34 10.83 15
Saga 35 11.15 15
Bipa 98 31.21 19
Saga 85 27.07 19
Saga 84 26.75 19
sengon 63 20.06 16
Bipa 110 35.03 23
Bipa 102 32.48 23.5
Saga 64 20.38 17
Bipa 99 31.53 21
Bipa 95 30.25 20
Saga 71 22.61 18
Saga 78 24.84 18
7 Saga 84 26.75 17
Saga 91 28.98 19
Bipa 118 37.58 24
Saga 75 23.89 18
sengon 25 7.96 7
Bipa 70 22.29 18
Saga 64 20.38 17
Saga 64 20.38 16
Mahoni 124 39.49 25
Mahoni 111 35.35 21
Keruing 87 27.71 20
Mahoni Afrika 141 44.90 27
Bipa 158 50.32 22
Mahoni 134 42.68 20
8 Semai Sengon 0.00
Semai Sengon 0.00
Semai Sengon 0.00
Semai Sengon 0.00
Sengon 7 2.23 3
Sengon 7 2.23 3,2
Bipa 101 32.17 20
Bipa 96 30.57 20
Sengon 8 2.55 3,1
Flamboyan 79 25.16 19
Flamboyan 84 26.75 20
Bipa 95 30.25 23
Bipa 99 31.53 23
Mahoni Afrika 108 34.39 24
Mahoni Afrika 112 35.67 25
9 Mahoni Afrika 185 58.92 28
Bipa 117 37.26 22
Bipa 94 29.94 29
Bipa 103 32.80 20
Bipa 101 32.17 21
Saga 84 26.75 17
Bipa 72 22.93 19
Mahoni 140 44.59 24
Mahoni Afrika 139 44.27 23
Mahoni Afrika 104 33.12 21
Semai bipa 0.00
semai mahoni 0.00
afrika
Mahoni Afrika 10 3.18 5
Mahoni Afrika 13 4.14 4,5
Bipa 13 4.14 9
Bipa 15 4.78 10
Bipa 13 4.14 7
Bipa 10 3.18 9
Bipa 27 8.60 7
10 Mlinjo 35 11.15 10
Mahoni Afrika 71 22.61 20
Mahoni Afrika 78 24.84 20
Mahoni Afrika 81 25.80 20
Bipa 128 40.76 23
Bipa 134 42.68 25
Bipa 106 33.76 21
Mahoni Afrika 97 30.89 22
Mahoni Afrika 108 34.39 23
Mlinjo 55 17.52 13
Mlinjo 69 21.97 18
Saga 17 5.41 7
Saga 14 4.46 6
Saga 16 5.10 7
Mahoni Afrika 181 57.64 25
Bipa 27 8.60 9
Bipa 28 8.92 10
saga 16 5.10 7
Flamboyan 84 26.75 17
Mlinjo 68 21.66 13
Keruing 91 28.98 24
Bipa 141 44.90 26
Mlinjo 28 8.92 8

You might also like