You are on page 1of 10

ACARA V

MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) III

Dosen Pegampu

Yunus Aris Wibowo, S.Pd., M.Sc

Disusun Oleh :
1. Yunita Miftakhunisa (A610180005)
2. Arif Nur Ramadan (A610180008)
3. Alfina Wijayanti (A610180023)
4. Laila Fitri Mayrosidah (A610180035)
5. Riyan Setiaji (A610180050)
6. Safra Arrevi (A610180055)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2018/2019
ACARA V
PENGUKURAN DEBIT ALIRAN

I. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengukur luas penampang dan kecepatan aliran sungai
2. Mahasiswa dapat menghitung debit sungai menggunakan metode apung (floating
method)

II. ALAT DAN BAHAN


1. Tongkat kayu
2. Penggaris
3. Tali rafia
4. Meter roll
5. Botol bekas
6. Stopwatch
7. Alat tulis

III. DASAR TEORI


Daerah aliran sungai (DAS) atau daerah pengaliran sungai (DPS), padanan kata
dalam bahasa asingnya adalah river basin, drainage basin, cacthment area, watershed.
DAS merupakan suatu wilayah yang mempunyai karakteristik dan bentuk sedemikian rupa
menjadi satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai yang melaluinya. Sungai dan
anak-anak sungai berfungsi untuk menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang
berasal dari curah hujan serta sumber air lainnya. Definisi lain menyebutkan bahwa DAS
adalah suatu wilayah yang dikelilingi oleh punggung-punggung bukit yang berfungsi
sebagai wilayah tangkapan air, sedimen, dan unsur hara yang kemudian mengalir keluar
melalui satu titik (Dunne dan Leopold 1978). Memperhatikan keadaan lapangan, DAS
dapat dipandang sebagai :
1. Bentanglahan (landscape) yang dibatasi oleh pemisah topograf; sebagai bentang lahan
mempunyai fungsi keruangan, produksi dan habitat.
2. Kesatuan ekosistem, tempat berlangsunganya interaksi, interdependensi dan interrelasi
komponen-komponen lingkungan.
3. Sistem hidrologis, sebagai suatu sistem ada masukan berupa hujan, proses dan
keluaran berupa runoff, sedimen, uap air serta unsur hara.
Menurut Sulistiyono dkk (2013:49) debit aliran sungai adalah volume air sungai yang
mengalir dalam satuan waktu tertentu. Debit air sungai adalah tinggi permukaan air sungai
yang terukur oleh alat ukur permukaan air sungai. Dalam sistem satuan SI besarnya debit
dinyatakan dalam satuan meter kubik perdetik (m3/dt). Debit aliran adalah laju aliran air
(dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan
waktu (Asdak, 2007: 178)
Cara-cara pengukuran debit meurut mori (2006:178) adalah:
1. Pengukuran debit dengan bending
2. Mengukur kecepatan aliran dan luas penampang melintang (untuk pengukurankecepatan
digunakan pelampung atau pengukur arus dengan kincir)
3. Didapat dari kerapatan larutan obat
4. Menggunakan pengukur arus magnitis, pengukur arus gelombang supersonic, meter
venture dan seterusnya
Pengukuran debit aliran yang paling sederhana dapat dilakukan dengan metode apung
( floating method). Tempat yang harus dipilih adalah bagian sungai yang lurus dengan
perubahan lebar sungai, dalamnya air dan gradient pyang kecil. Biasanya digunakan tiga
buah pelampung yang dialirkan pada sati garis pengukuran aliran dan diambil kecepatan
rata-rata. Caranya menempatkan benda yang tidak dapat tenggelam di permukaan aliran
permukaan sungai untuk jarak tertentu dan mencatat waktu yang diperlukan oleh benda
apung tersebut bergerak dari satu titik ke titik pengamatan lain yang telah ditentukan.
Benda apung yang dapat digunakan aliran sungai. Pemilihan tempat pengukuran sebaiknya
pada bagian sungai yang relati lurus. Pengukuran dilakukan beberapa kali sehingga dapat
diperoleh angka kecepatan aliran rata-rata yang memadai.
Menurut Seyhan (1990-2006), pelampung merupakan pengukuran global kecepatan
aliran dilakukan dengan mengukur waktu pelampung melewati jarak yang terukur.
Pelampung merupakan metode yang murah dan sederhana, namun hanya merupakan
perkiraan saja. Metode ini digunakan apabila pengukuran dengan pengukur arus tidk dapat
dilakukan dikarenakan sampah, ketidakmungkinan melintasi sungai, dan pengukuran
dirasa sangat berbahaya.
IV. LANGKAH KERJA
1. Tentukan penggal/segmen sungai , pastikan pada bagian lurus minimal 20 meter,
tidak turbulensi aliran, gosong sungai, ataupun penghambat lainnya
2. Ukur lebar penampang basah
3. Bagi menjadi beberapa segmen mulai dari batas akhir sisi miring pada kedua sisi
sungai kemudian bagian tengah untuk menentukan rumus/formula yang akan
digunakan untuk menghitung luas tiap segmen penampang basah
4. Gambarkan profil penampang basah pada milimeter block
5. Identifikasi bangun yang terbentuk dari hasil pengukuran kedalaman pada tiap
segmen lebar sungai dan hitung luas tiap bangun tersebut sesuai dengan rumus
masing-masing bangun
6. Tambahkan semua luas tiap segmen sungai untuk mengetahui luas penampang basah
total
7. Hitung koefisien pelampung
8. Hitung kecepatan pelampung pada segmen yang digunakan untuk pengukuran
(minimal 20 meter) minimal tiga kali pengukuran
9. Hitung debit dengan metode apung

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL
 Data Pengukuran Sungai di Klaten :

12 𝑚
Lebar sungai =
10

= 120 cm

Panjang sungai = 20 m

Kedalaman tangkai = 1,5 cm


 Tabel Kedalaman Sungai

Segmen Kedalaman Sungai


I 8 cm
II 9 cm
III 9 cm
IV 10 cm
V 10 cm
VI 12 cm
VII 9 cm
VIII 5 cm
IX 7 cm
X 8 cm
XI 7 cm

8+9+9+10+10+12+9+5+7+8+7
Kedalaman sungai rata-rata =
11

= 8,5 cm

 Koefisien pelampung (k)


𝐾𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑖
α = 𝐾𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑛𝑔𝑎𝑖

1,5 𝑐𝑚
= 8,5 𝑐𝑚

= 0,18 cm
k = 1 – 0,116 ( √1 – 𝛼 – 0,1 )
= 1 – 0,116 (√1 – 0,18 – 0,1 )
= 1 – 0,116 (√0,72 )
= 1 – 0,116 (0,85)
= 1 – 0,0986
= 0,90 cm
= 0,009 m
 Kecepatan Aliran (v)

Percobaan ke- Kecepatan


I 29,48 m/s
II 28,25 m/s
III 29,66 m/s

29,48 + 28,25 + 29,66


Kecepatan rata-rata = 3
= 29,13 m/s

 Luas Penampang (L)

Segmen Luas Penampang


I (𝑎+𝑏)
L= ×𝑡
2
(8+9)
= × 120
2

= 1.020 cm2
= 0,102 m2
II L=pxl
= 9 x 120
= 1.080 cm2
= 0,108 m2
III (𝑎+𝑏)
L= ×𝑡
2
(9+10)
= × 120
2

= 1.140 cm2
= 0,114 m2
IV L=pxl
= 10 x 120
= 1.200 cm2
= 0,12 m2
V (𝑎+𝑏)
L= ×𝑡
2
(10+12)
= × 120
2

= 1.320 cm2
= 0,132 m2
VI (𝑎+𝑏)
L= ×𝑡
2
(12+9)
= × 120
2

= 1.260 cm2
= 0,126 m2
VII (𝑎+𝑏)
L= ×𝑡
2
(5+9)
= × 120
2

= 840 cm2
= 0,084 m2
VIII (𝑎+𝑏)
L= ×𝑡
2
(5+7)
= × 120
2

= 720 cm2
= 0,072 m2
IX (𝑎+𝑏)
L= ×𝑡
2
(7+9)
= × 120
2

= 960 cm2
= 0,096 m2
X (𝑎+𝑏)
L= ×𝑡
2
(8+7)
= × 120
2

= 900 cm2
= 0,090 m2
Jumlah 1,044 m2

 Debit Sungai (Q)


Q=A×v×k
= 1,044 × 8,5 × 0,009
= 0,08 m3/s

B. PEMBAHASAN

VI. KESIMPULAN

VII. DAFTAR PUSTAKA


Sudjarwadi. 1985. Teknik Sumberdaya Air. Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa. Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Academia.edu
Subekti Rahayu, Rudy Harto Widodo, Meine van Noordwijk, Indra Suryadi dan Bruno
Verbist. Monitoring Air di Daerah Aliran Sungai. 2009. Bogor, Indonesia: World
Agroforesty Centre (ICRAF) Asia Tenggara.

Modul Praktikum Hidrologi IV oleh Yunus Aris Wibowo. Universitas Muhammadiyah


Surakarta.
LAMPIRAN

You might also like