You are on page 1of 13

MENGHITUNG POPULASI DENGAN METODE MENANGKAP

MENANDAI DAN MENANGKAP ULANG (CAPTURE-RECAPTURE).

Disusun oleh :
Mohamad Binna P B1A015111
Kiki Siti Zakiah B1B015012
Ainani Priza Minhalina B1B016015
Mohammad Faqih Al – Amin B1A016030
Kelompok :1
Asisten : Kurniawan Ari W

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Populasi adalah kumpulan individu yang sejenis dan hidup di suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu. Dinamika populasi merupakan perubahan dalam
suatu populasi yang dikaitkan dengan dimensi ruang maupun waktu. Populasi
yang besar, umumnya masih dapat dibagi lagi menjadi beberapa “Demes” atau
“populasi lokal” yaitu sekelompok kecil individu populasi yang saling
berkembang biak, tanpa adanya faktor pembatas ekstrim yang membatasinya
untuk saling berinteraksi. Meskipun satuan utama suatu populasi adalah individu
dari makhluk hidup, tetapi studi yang mendalami tentang individu dalam populasi
tidak banyak membantu seseorang untuk memahami seperti apakah sebenarnya
populasi itu. Setiap populasi memiliki suatu ciri khas tersendiri yang tidak
dimiliki oleh individu lain yang membangun populasi. Ciri khas dasar dari suatu
populasi yang menarik bagi para ilmuwan atau peneliti adalah ukuran dan
kerapatannya. Jumlah individu dalam suatu populasi mencirikan ukurannya,
sedang jumlah individu dalam satuan area atau dalam satuan volume tertentu
mencirikan kepadatannya (Umar, 2013). Setiap individu yang ada di dalam suatu
populasi maupun komunitas sangat sulit dihitung bila tidak menggunakan metode
dan satuan yang telah ditentukan. Menerangkan sebuah populasi atau komunitas
diperlukan sejumlah satuan pengukuran seperti kepadatan (density), frekuensi,
luas penutupan (coverage) dan biomassa. Penarikan contoh (sampling) harus
menggunakan metode sampling yang tepat, karena hasil akan diengaruhi oleh hal
tersebut (Priyono, 2012). Masalah utama dari ekologi populasi yaitu dinamika
populasi yang dibagi menjadi beberapa model meskipun tidak lengkap dalam
perubahan yang tidak hanya dalam jumlah maupun kelimpahan individu juga
dalam struktur populasi.
Perhitungan populasi baik untuk hewan ataupun tumbuhan dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu dengan cara langsung dan tidak langsung dengan
memperkirakan besarnya populasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan sifat
hewan atau tumbuhan yang akan di hitung. Misalnya, untuk padang rumput dapat
digunakan metode kuadrat untuk memperkirakan populasi dengan cara “track
count” atau “fecal count”. Untuk hewan yang relatif mudah ditangkap, dapat
dilakukan dengan metode capture-mark-release-recapture (CMRR). Metode
Capture-Recapture adalah salah satu metode yang paling umum untuk
memperkirakan ukuran populasi yang tidak diketahui. Metodologi ini awalnya
dikembangkan dalam ekologi untuk memperkirakan ukuran populasi dari hewan
liar. Hewan yang terperangkap, ditandai, dan ditangkap kembali, kemudian
digunakan untuk memperkirakan ukuran seluruh populasi (Rossi, 2010). Metode
ini dilakukan dengan cara mengambil sempel hewan yang ada di alam selanjutnya
kita tandai hewan yang kita dapatkan kita bisa tandai hewan yang kita dapatkan
dengan menggunakan cat, setelah di tandai dengan cat kita lepaskan kembali
hewan yang sudah kita dapatkan dengan sudah menentukan lokasi pelepasannya.
Setelah satu minggu kita mengambil kembali hewan yang kita sudah tandai dan
hitungnlah kerapatan dan jumlah hewan bahan organik yang terdiri dari organisme
tanah dan hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan lainnya. Hal ini menjelaskan
bahwa hewan tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah. Kehidupan hewan
tanah sangat ditentukan oleh faktor fisika-kimia tanah, karena itu dalam
mempelajari ekologi hewan tanah faktor fisika-kimia tanah selalu diukur.

B. Tujuan praktikum

Untuk mengetahui jumlah populasi dari Achatina fulica dengan metode


Capture-Recapture (metode menangkap-menandai dan menangkap kembali).

II. TINJAUAN PUSTAKA

Achatina fulica merupakan hewan bertubuh lunak (Molusca) yang tidak


memiliki tulang belakang. Tubuhnya dilindungi oleh cangkang dari bahan kapur
yang kuat dan didalmnya mengandung lapisan mutiara. Cangkang bekicot terpilin
Spiral (Body whorl) dengan jumlah putaran tujuh, bentuk cangkang fusiform,
tidak memiliki tutup cangkang (Operculum). Warna cangkang coklat dengan pola-
pola garis gelap di permukaannya. Binatang yang termasuk dalam kelas
Gastropod ini pada bagian anteriornya dijumpai dua pasang antena yang pada
masing-masing ujungnya terdapat mata dan pada bagian bawahnya terdapat mulut
yang dilengkapi dengan gigi parut (radula). Klasifikasi dari Achatina fulica
adalah sebagai berikut :
Regnum : Animalia
Phylum : Molusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Apestrabranchis
Famili : Achatinidae
Genus : Achantina
Spesies : Achantina fulica (Wiryono, 2006)
Metode sampling biotik hewan bergerak biasanya digunakan metode
capture-recapture. Merupakan metode yang sudah popular untuk menduga ukuran
populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung dan
mamalia kecil. Metode perhitungan jumlah populasi dengan pendekatan indeks
Peterson / Lincoln merupakan salah satu metode yang paling sederhana dan
umum. Metode ini menggunakan tahapan penangkapan tunggal dan penangkapan
kembali individu (metode Mark and Recapture) (Susanti, et al., 2015).
Dari metode tersebut, dapat diduga ukuran atau besarnya populasi (N :
indeks Petersen-Lincoln) dengan rumus sebagai berikut:

Dengan catatan :
N : Taksiran jumlah individu populasi
M : Jumlah individu yang ditandai pada penangkapan pertama
n : Jumlah total individu yang tertangkap kembali baik yang bertanda
maupun tidak bertanda
m : Jumlah individu bertanda yang tertangkap kembali pada
penangkapan kedua (Susanti, et al., 2015)
III. DESKRIPSI LOKASI

Lokasi yang digunakan untuk praktikum yaitu taman belakang Fakultas


Biologi Unsoed. Suhu di lokasi tersebut 25oC dengan kelembapan udara sekitar
86%. Hasil pengukuran pH tanah dilokasi yaitu 6. Area yang digunakan sebagai
tempat pengambilan dan pelepasan kembali Achatina fulica memiliki kerapatan
vegetasi sekitar 40%. Vegetasi yang ada di lokasi antara lain pohon jati, pohon
pisang, pohon mengkudu dan beberapa jenis rumut-rumputan.

IV. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu kuas, dan bahan yang
digunakan adalah cat. Spesies yang digunakan adalah Achatina fulica.
B. Metode

Berikut beberapa metode yang dilakukan dalam praktikum kali ini, yaitu :
1. Penangkapan Achatina fulica di lapangan dilakukan .
2. Hewan-hewan yang tertangkap pada bagian cangkangnya diberi tanda dengan
menggunakan cat.
3. Hewan-hewan yang tertangkap dilepaskan kembali di daerah penangkapan
Achatina fulica.
4. Resampling atau penangkapan kembali dilakukan.
5. Perhitungan populasi dengan menggunakan rumus indeks Peterson-Lincoln
sebagai berikut :

Keterangan :
N : taksiran jumlah individu populasi.
M : jumlah individu yang ditandai pada penangkapan pertama.
n : jumlah total individu-induvidu yang tertangkap kembali baik yang
bertanda maupun tidak bertanda.
m :jumlah individu bertanda yang tertangkap kembali pada penangkapan
kedua.
Rumus-rumus di atas digunakan untuk jumlah individu yang bertanda dan
dilepas kembali, yang cukup besar (> 20). Untuk M < 20 dipakai rumus berikut :

Varian estimasinya :
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Hasil penangkapan kembali Achatina fulica
No Parameter Jumlah
1 M 35

2 M 18

3 N 9

Perhitungan dengan rumus


M : 35 individu
n : 18 individu
m : 9 individu

N= 35 x 18 = 70
9

Gambar 1. Bekicot yang ditemukan

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh nilai taksiran jumlah individu


populasi (N) sebesar 35 ekor dengan jumlah individu yang ditandai pada
penangkapan pertama (M) yaitu 18 ekor, jumlah total individu yang tertangkap
kembali baik yang bertanda maupun tidak bertanda (n) sebanyak 9 ekor. Besarnya
populasi di alam maupun kelimpahan populasi pada suatu habitat ditentukan oleh
adanya keanekaragaman dan kelimpahan sumber pakan maupun sumber daya lain
yang tersedia pada habitat tersebut (Murray, 2011). Keadaan pakan yang
berfluktuasi secara musiman akan menjadi faktor pembatas bagi keberadaan
populasi hewan di suatu tempat oleh adanya kompetisi antar individu (Gimenez
& Choquet, 2010).
Metode capture-recapture merupakan metode yang sudah populer
digunakan untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang
bergerak cepat, seperti ikan, burung atau mamalia kecil. Metode ini dikenal juga
sebagai metode Lincoln-Peterson berdasarkan nama penemunya. Metode ini pada
dasarnya adalah menangkap sejumlah individu dari suatu populasi hewan yang
akan dipelajari (Balestrieri, et al., 2015).
Individu yang ditangkap itu diberi tanda dengan tanda yang mudah dibaca
atau diidentikasi, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek
(umumnya satu hari). Setelah beberapa hari (satu atau dua minggu), dilakukan
pengambilan (penangkapan) kedua terhadap sejumlah individu dari populasi yang
sama. Dari penangkapan kedua ini, lalu diidentikasi individu yang bertanda yang
berasal dari hasil penangkapan pertama dan individu yang tidak bertanda dari
hasil penangkapan kedua. Adapun cara menandai hewan bermacam-macam,
tergantung spesies hewan yang diteliti, habitatnya (daratan, perairan), lama
periode pengamatan, dan tujuan studi (Balestrieri, et al., 2015).
Ketika habitat sudah tidak layak untuk kelangsungan hidupnya karena
persaingan makanan dengan jenis lain, adanya perubahan habitat dan perubahan
kualitas air, beberapa jenis yang rentan cenderung mati namun beberapa jenis
yang lebih tahan akan mampu melangsungkan kehidupannya bahkan bila tidak
ada predator, jenis ini akan mendominasi perairan. Banyak faktor yang terkait
dengan habitat, diantaranya adalah sumber pakan dan tempat berlindung, substrat
untuk melekatkan telur, atau tempat terlindung dari predator, bagi keong dewasa
dan anakan- anakannya (Marwoto et al., 2011).
Beberapa syarat-syarat yang digunakan selama menggunakan metode
capture-recapture adalah sebagai berikut :
a. Tanda yang digunakan harus mudah dikenali kembali dan tidak ada yang
hilang atau rusak selama periode pengamatan.
b. Tanda yang digunakan tidak mempengaruhi atau mengubah perilaku
aktivitas dan peluang hidup.
c. Setelah diberi penandaan hewan-hewan itu harus dapat berbaur dengan
individu-individu lain didalam populasi.
d. Peluang untuk ditangkap kembali harus sama bagi individu-individu
yang bertanda maupun tidak (Gimenez & Choquet, 2010).
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Nilai taksiran jumlah individu populasi (N) sebesar 14 ekor dengan jumlah
individu yang ditandai pada penangkapan pertama (M) yaitu 14 ekor, jumlah
total individu yang tertangkap kembali baik yang bertanda maupun tidak
bertanda (n) sebanyak 9 ekor dan jumlah individu bertanda yang tertangkap
kembali pada penangkapan kedua (m) sebanyak 9 ekor.
2. Metode capture-recapture merupakan metode yang digunakan untuk
menghitung atau memperkirakan jumlah suatu populasi.

B. Saran
Saran yang sapat berikan pada praktikum kali ini sebaiknya persiapan
hewan uji harus ditingkatkan agar hasil data yang didapat juga maksimal.

DAFTAR REFERENSI

Balestrieri, A. et al., 2015. An Indirect Method for Assessing The Abundance of


Introduced Pest Myocastor coypus (Rodentia) in Agricultural Landscapes.
Journal of Zoology, pp. 1-9.

Brotowijoyo, N. D. 1996. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.

Gimenez, O. & Choquet, R., 2010. Individual Heterogeneity in Studies on Marked


Animals using Numerical Integration Capture-Recapture Mixed Models.
Ecology, 91(4), pp. 951-957.

Marwoto, R.M., Nur R. Isnaningsih, Nova Mujiono, Heryanto, Alfiah, Riena.


Keong Air Tawar Pulau Jawa (Moluska, Gastropoda). Pusat Penelitian
Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Widyasatwaloka.

Murray, E. G., 2011. Estimation of Population Density bu Spatially Explicit


Capture-recapture Analysis of Data from Area Searches. Ecology, 92(12),
pp. 2202-2207.
Rossi, G., P. Pepe, O. Curzio, M. Marchi. 2010. Generalized Linear Models and
Capture-Recapture Method In a Closed Population: Strengths and
Weaknesses. Statistica. Vol. LXX (3): 371-389.
Susanti, A., Sary, W. & Ramlah , S., 2015. Populasi Belalang (Orthoptera) di
Kawasan Permukiman Sawang Ba'u Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh
Selatan. Banda Aceh, Universitas Islam Negeri Ar-Rainy Banda Aceh.

Umar, M. R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin,


Makassar.
Wiryono, 2006. Pengaruh Bekicot Achatina fullica terhadap Pertumbuhan
Tanaman Lamtoro (Luceina leuchocepala) dan Turi (Sesbania grandiflora)
pada Media Tanam Bekas Penambangan Batu Bara. Jurnal Ilmu-Ilmu
Pertanian Indonesia, 8(1), pp. 50-56.

You might also like