You are on page 1of 14

“Pohaci” Sebuah Abstraksi Karya dari Serat Carios Dewi Sri Hartanto

“POHACI” SEBUAH ABSTRAKSI


KARYA DARI SERAT CARIOS
DEWI SRI
Hartanto
Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta
Jalan Ki Hajar Dewantara No. 19 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126

Abstract

The 50 page study of the work of art entitled Pohaci by Hartanto, S. Sn., M. Sn., 2012, was
sponsored by a grant from DIPA ISI Surakarta in 2012. Pohaci is a dance which was inspired by
the story of Dewi Sri or Nyai Pohaci Sanghyang Sri, a tale about the rice goddess, from West Java.
This work takes the figure of Dewi Sri as a reflection of Javanese women with their characteristics
of elegance, beauty, gentleness, grace, kindness, and all the perfection of a woman. The dance lasts
for 27 minutes and is presented as a new dance form. The problem addressed in the study is how
the story of Pohaci Sanghyang Sri is treated with a new or different concept and how it is inter-
preted in the dance. The aim of this research is to present an abstraction of the figure of a woman
and to provide substance for the new work in the form of a bedhayan. It also aims to increase
knowledge and add to the existing repertoire of dances that are based on literary works. The
method used for answering the questions includes a method of interpretation and a method of
construction. The method of interpretation uses an approach which interprets various elements of
the treatment such as the content and form, the movements, music, costumes and make-up, and
also the lighting. The method of construction is a way for implementing an activity of creating a
work of art, beginning by planning the movements and continuing until the work is completed.
The results of the study show that the dance Pohaci is not based on the actual storyline of Dewi
Sri but rather on the figure of Dewi Sri herself who is likened to the figure of a Javanese woman.
The work is presented in the form of a bedhayan and uses 7 female dancers, accompanied by
music played on the Javanese gamelan.

Keywords: Story, Pohaci, Dance, Abstraction

PENDAHULUAN merupakan cerita yang sangat populer. Hal


Serat Cariyos Dewi Sri merupakan itu terbukti dengan banyak dijumpainya versi
salah satu hasil karya sastra Jawa yang cerita tersebut. Bahkan, dalam kehidupan
mengisahkan turunnya Dewi Sri dari surga masyarakat jawa, tokoh Dewi Sri bukan saja
ke dunia dengan membawa benih padi yang dianggap sebagai tokoh cerita fiksi belaka,
kemudian menjadi bahan makanan pokok melainkan lebih dari itu, dia dikenal sebagai
orang Jawa. Cerita tersebut ditulis dalam tokoh mitis yang dapat mempengaruhi
bahan lontar yang pada saat ini tersimpan di kehidupan manusia, yaitu sebagai pelindung
perpustakaan Museum Sonobudoyo pertanian, pada khususnya, dan kebahagiaan
Yogyakarta (Suyami 2001:1). Dalam pada umumnya.
khasanah sastra Jawa, cerita Dewi Sri

196 Volume 12 No. 2 Desember 2013


Dalam kehidupan masyarakat Jawa, penghormatan terhadap padi adalah upacara
Dewi Sri merupakan tokoh yang cukup yang dilakukan pada saat penyemaian dan
terkenal, terutama dikalangan masyarakat penanaman bibit padi, serta upacara
petani. Dalam masyarakat petani Jawa, tokoh munggah lumbung (naik lumbung), yaitu
Dewi Sri sering diindentikkan dengan dewi upacara yang dilakukan pada saat menaikan
padi, dewi kekayaan, dewi kesuburan dan atau memasukan padi ke lumbung (tempat
kemakmuran, dewi yang melimpahi penyimpanan padi) )(Subalidinata, 1990:18-
ketenaran, kesuksesan, yang dapat memberi 22, dalam Suyami 2001:3).
umur panjang, sehat, dan banyak anak( Sebagaimana telah dikemukakan di
Subroto, 1983: 2-12). Dia juga dianggap muka, dalam khasanah sastra Jawa, cerita
sebagai dewi bumi dan ibu segala makhluk mengenai Dewi Sri dapat dijumpai dalam
(Zimmer, 1972: 92, dalam Suyami, 2001:2) berbagai sumber dan dalam berbagai ragam
Pada umumnya, masyarakat petani penceritaan. Cerita Dewi Sri dapat dijumpai
Jawa sangat mempercayai dan menghormati dalam naskah Jawa, dalam pakem wayang
tokoh tersebut. Kepercayaan dan tercetak, dalam cerita rakyat tercetak, dalam
penghormatan masyarakat petani Jawa buku terbitan, dalam hasil penelitian dan
terhadap keberadaan tokoh Dewi Sri sangat dalam artikel majalah. Adapun ragam cerita
jelas terlihat dalam istiadat dan tradisi Dewi Sri, ada yang menceritakan awal
kebudayaan Jawa, khususnya dikalangan terciptanya Dewi Sri, ada yang menceritakan
masyarakat petani. Salah satu tradisi, yang kehidupan Dewi Sri sebagai bidadari di
mencerminkan adanya kepercayaan dan kahyangan istri Dewa Wisnu, ada yang
penghormatan terhadap tokoh Dewi Sri, menceritakan Dewi Sri sebagai putri Prabu
dapat dilihat dalam sikap dan perlakuan Mahapunggung di kerajaan Purwacarita,
masyarakat petani Jawa terhadap padi. kakak Raden Sadana, ada yang menceritakan
Dalam memperlakukan padi, masyarakat Dewi Sri sehubungan dengan mitos asal mula
petani Jawa, khususnya di daerah pedesaan, adanya padi, ada yang menceritakan Dewi
tidak akan bersikap sembarangan, namun Sri sebagai lambang kemakmuran negara,
sangat berhati-hati, penuh kasih dan hormat, ada yang menceritakan Dewi Sri sebagai
sebagaimana halnya memperlakukan pasangan abadi Dewa Wisnu, yang dalam
manusia yang dikasihi dan dihormati. setiap penitisan senantiasa sebagai pasangan.
Panen padi selalu didahului dengan Adapula yang mengisahkan Dewi Sri sebagai
upacara khusus. Upacara tersebut,di berbagai putri yang menetas dari sebutir telor yang
daerah, memiliki penyebutan yang berbeda- berasal dari air mata Hyang Ontaboga. Ada
beda, yaitu ada yang menyebutnya dengan yang mengkaitkan dengan penjagaan bayi
istilah methuk Dewi Sri (menjemput Dewi Sri), setelah lahir, disini Dewi Sri berwujud sebagai
ada yang menyebut wiwit ( mulai) artinya ula sawa (ular sawah). Dalam sastra Sunda,
petani akan memulai memetik padi, dan ada Dewi Sri dikenal dengan sebutan Nyi Pohaci
juga yang menyebutnya dengan istilah Sanghyang Sri, dan berkaitan dengan mitos
upacara methik (memetik). Selain upacara asal mula adanya padi di Jawa Barat.
yang dilaksanakan pada awal panen,
upacara lain yang menunjukkan

Volume 12 No. 2 Desember 2013 197


“Pohaci” Sebuah Abstraksi Karya dari Serat Carios Dewi Sri Hartanto

Permasalahan Metode Garap Tari


Adanya keaneragaman bentuk Metode berasal dari bahasa Yunani
penceritaan mengenai tokoh Dewi Sri dalam “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang
naskah Serat Cariyos Dewi Sri tersebut, ditempuh. Sehubungan dengan cara yang
cukup menarik untuk diadakan penelitian ilmiah, maka metode menyangkut masalah
karya sebagai objek penelitian. Ada beberapa cara kerja untuk dapat memahami objek
masalah yang dapat dirumuskan dalam yang menjadi sasaran ilmu yang
penggarapan karya tari yang berjudul” bersangkutan. Fungsi metode sebagai alat
Pohaci”. Permasalahan yang di dapat untuk mencapai tujuan. Metode juga dapat
adalah: diartikan cara yang bersistem untuk
1. Bagaimana bentuk cerita Pohaci memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan
Sanghyang Sri dapat digarap dalam guna mencapai hasil yang ditentukan (Kamus
suatu konsep yang berbeda? besar bahasa Indonesia Departemen
2. Bagaimana bentuk garap karya tari ’’ Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka
Pohaci’ tersebut? 1999:652 ). Terkait pada pernyataan tersebut,
maka proses penggarapan karya tari ini
Tujuan Perancangan menggunakan metode Interpretasi dan
Tujuan perancangan karya tari ini, metode Konstruksi. Metode Interpretasi yaitu
pengkarya mencoba mengangkat figur Dewi sebuah metode dengan cara penafsiran, dari
Sri untuk meretalisasi atau memberi berbagai elemen penggarapan mengenai
penguatan kepada sosial yang disebut sebagai garap isi dan bentuk, serta pada penggarapan
wanita atau perempuan yang perannya gerak, musik, rias busana, tata pentas maupun
masih dianggap sub ordinat atau konco tata lampu. Metode Konstruksi merupakan
wingking dalam kehidupan, untuk suatu cara untuk pelaksanaan suatu kegiatan
menjadikan masing-masing laki-laki dan penyusunan mulai dari perancangan gerak,
perempuan itu saling memberi, melengkapi, musik, rias busana, tata pentas hingga
menyempurnakan yang menjelma dalam tersusunnya karya tersebut. Metode ini
kehidupan sehari-hari yang selaras dan sangat penting untuk diperhatikan dalam
seimbang. Dewi Sri sebuah abstraksi atau proses penyusunan karya. Dengan
saripati dari nilai-nilai yang ada pada figur penentuan metode yang tepat, suatu proses
perempuan yang dimaksud. Judul karya penyusunan karya dapat mengejar target
“Pohaci” sebagai abstraksi dari figur keberuntungan dari sisi biaya dan waktu,
perempuan dan sekaligus sebagai isi dari yang dengan tanpa meninggalkan kualitas garap.
akan dituangkan dalam wujudnya, dalam
hal ini karya dengan genre garap bedayan. Sumber Cerita
Selain itu untuk menambah wawasan serta Kisah Dewi Sri selalu terkait dengan
repertoar karya tari yang bersumber dari mitos asal mula terciptanya tanaman padi,
buku karya sastra. sebagai bahan pangan utama. Pada ide
garapan karya tari “Pohaci” mengambil
salah satu kisah mengenai Dewi Sri sebagai

198 Volume 12 No. 2 Desember 2013


dewi padi berdasarkan cerita rakyat yang perjalanan Anta bertemu dengan seekor
berjudul “Asal Mula Padi” Wawacan burung gagak yang kemudian menyapa
Sulanjana (Sri- Wikipedia bahasa Indonesia, Anta dan menanyakan kemana ia hendak
ensiklopedia bebas). pergi. Karena mulutnya penuh berisi telur,
Dahulu kala di kayangan, Batara Guru Anta hanya diam tak dapat menjawab
yang menjadi penguasa tertinggi kerajaan pertanyaan si burung gagak. Sang gagak
langit, memerintahkan segenap dewa dan mengira Anta sombong, sehingga ia amat
dewi untuk bergotong royong, tersinggung dan marah. Burung hitam itu
menyumbangkan tenaga untuk membangun pun menyerang Anta yang panik, ketakutan,
istana baru di kahyangan. Siapapun yang dan kebingungan. Akibatnya sebutir telur
tidak mentaati perintah ini dianggap pemalas, mustika itu pecah. Anta segera bersembunyi
dan akan dipotong tangan dan kakinya. di balik semak-semak menunggu gagak
Mendengar titah Batara Guru, Antaboga pergi. Tetapi sang gagak tetap menunggu
(Anta) sang dewa ular sangat cemas. Betapa hingga Anta keluar dari rerumputan dan
tidak, ia sama sekali tidak memiliki tangan kembali mencakar Anta. Telur kedua pun
dan kaki untuk bekerja. Jika harus jatuh pecah, Anta segera melata beringsut lari
dihukumpun, tinggal lehernyalah yang ketakutan menyelamatkan diri,dan kini
dipotong, dan itu berarti kematian. Anta hanya tersisa sebutir telur mustika yang
sangat ketakutan, kemudian ia meminta selamat, utuh dan tidak pecah.
nasihat Batara Narada, saudara Batara Guru, Akhirnya Anta tiba di istana Batara
mengenai masalah yang dihadapinya. Tetapi Guru dan segera mempersembahkan telur
sayang sekali, Batara Narada pun bingung mustika itu kepada sang penguasa
dan tak dapat menemukan cara untuk kahyangan. Batara Guru dengan senang hati
membantu sang dewa ular. Putus asa, dewa hati menerima persembahan mustika itu.
Anta pun menangis tersedu-sedu meratapi Akan tetapi setelah mengetahui mustika itu
betapa buruk nasibnya. Akan tetapi ketika adalah telur ajaib, Batara Guru
tetes air mata Anta jatuh ke tanah, dengan memerintahkan Anta untuk mengerami
ajaib tiga tetes air mata berubah menjadi hingga menetas. Setelah sekian lama Anta
mustika yang berkilau-kilau bagai permata. mengerami telur itu, maka telur itu pun
Butiran itu sesungguhnya adalah telur yang menetas. Akan tetapi secara ajaib yang keluar
memiliki cangkang yang indah. Batara dari telur itu adalah seorang bayi perempuan
Narada menyarankan agar butiran mustika yang sangat cantik, lucu dan menggemaskan.
itu dipersembahkan kepada Batara Guru Bayi perempuan itu segera diangkat anak
sebagai bentuk permohonan agar beliau oleh Batara Guru dan permaisurinya.
memahami dan mengampuni kekurangan Nyi Pohaci Sanghyang Sri adalah
Anta yang tidak dapat ikut bekerja nama yang diberikan kepada putri itu.
membangun istana. Seiring waktu berlalu, Nyi Pohaci tumbuh
Dengan mengulum tiga telur mustika menjadi seorang gadis yang cantik luar biasa.
dalam mulutnya, Anta pun berangkat Seorang putri yang baik hati, lemah lembut,
menuju istana Batara Guru. Ditengah halus tutur kata, luhur budi bahasa, memikat

Volume 12 No. 2 Desember 2013 199


“Pohaci” Sebuah Abstraksi Karya dari Serat Carios Dewi Sri Hartanto

semua insan. Setiap mata yang dan harum. Dari payudaranya tumbuh buah-
memandangnya, dewa maupun manusia, buahan yang ranum dan manis. Dari lengan
segera jatuh hati pada sang dewi. Akibat dan tangannya tumbuh pohon jati, cendana,
kecantikan yang mengalahkan semua dan berbagai pohon kayu yang bermanfaat.
bidadari dan para dewi khayangan, Batara Dari alat kelaminnya muncul pohon aren.
Guru sendiri pun terpikat kepada anak Dari pahanya tumbuh berbagai jenis
angkatnya itu. Diam-diam Batara Guru tanaman bambu. Dari kakinya muncul
menyimpan hasrat untuk mempersunting berbagai tanaman umbi-umbian dan
Nyi Pohaci. Melihat gelagat Batara Guru itu, ketela,dan akhirnya dari pusaranya
para dewa menjadi khawatir jika dibiarkan muncullah tanaman padi, bahan pangan
maka skandal ini akan merusak keselarasan yang paling berguna bagi manusia.
di khayangan. Maka para dewa pun Versi lain menyebutkan padi berberas
berunding mengatur siasat untuk putih muncul dari mata kanannya,
memisahkan Batara Guru dan Nyi Pohaci sedangkan padi berberas merah dari mata
Sanghyang Sri. kirinya. Singkatnya, semua tanaman
Untuk melindungi kesucian Nyi berguna bagi manusia berasal dari tubuh
Pohaci, sekaligus menjaga keselarasan rumah Dewi Sri Pohaci. Sejak saat itu umat manusia
tangga sang penguasa khayangan, para di pulau Jawa memuja, memuliakan, dan
dewata sepakat bahwa tak ada jalan lain mencintai sang dewi baik hati, yang dengan
selain membunuh Nyi Pohaci. Para dewa pengorbanannya yang luhur telah
mengumpulkan segala macam racun berbisa memberikan berkah kebaikan alam,
paling mematikan dan segera kesuburan, dan ketersediaan pangan bagi
membubuhkannya pada minuman sang manusia. Pada sistem kepercayaan Kerajaan
putri. Nyi Pohaci segera mati keracunan, para Sunda kuna, Nyi Pohaci Sanghyang Sri
dewa pun panik dan ketakutan karena telah dianggap sebagai dewi tertinggi dan
melakukan dosa besar membunuh gadis suci terpenting bagi masyarakat agraris. Sebagai
tak berdosa. Segera jenasah sang dewi tokoh agung yang sangat dimulyakan, ia
dibawa turun kebumi dan dikuburkan memiliki berbagai versi cerita, kebanyakan
ditempat yang jauh dan tersembunyi. melibatkan Dewi Sri (Dewi Asri, Nyi Pohaci)
Lenyapnya Nyi Pohaci dari dan saudara laki-lakinya Sedana (Sadhana
khayangan membuat Batara guru, Anta, dan atau Sadono), dengan latar belakang
segenap dewata pun berduka. Akan tetapi kerajaan Medang Kamulan, atau khayangan
sesuatu yang ajaib terjadi, karena kesucian ( dengan keterlibatan dewa-dewa seperti
dan kebaikan budi sang dewi, maka dari Batara Guru) atau kedua-duanya.
dalam kuburannya muncul beraneka ragam Di beberapa versi, Dewi Sri
tumbuhan yang sangat berguna bagi umat dihubungkan dengan ular sawah, sedangkan
manusia. Dari kepalanya muncul pohon Sadhana dengan burung Sriti ( walet). Ular
kelapa. Dari hidung, bibir dan telinganya sawah dikaitkan dengan sang dewi dan
muncul berbagai tanaman rempah-rempah cenderung dihormati, mungkin karena
wangi dan sayuran. Dari rambutnya tumbuh kearifan lokal dan kesadaran ekologi puirba
rerumputan dan berbagai bunga yang cantik yang memahami bahwa ular sawah

200 Volume 12 No. 2 Desember 2013


memangsa tikus yang menjadi hama belaka. Sering juga, istri disimbolkan
tanaman padi. sebagai “pedharingan” alias periuk.
Dahulu, periuk adalah tempat
Dewi Sri selalu digambarkan sebagai menyimpan beras atau menanak nasi.
gadis muda yang cantik, ramping tapi Ini diartikan sebagai fungsi perempuan
bertubuh sintal dan berisi, dengan wajah khas untuk menyimpan harta benda yang
alami gadis asli Nusantara. Mewujudkan dicari suami, kemudian mengolahnya
untuk kelangsungan hidup keluarga.
perempuan di usia puncak kecantikan, Fungsi tersebut tak ubahnya
kewanitaan dan kesuburannya. Kebudayaan sebagaimana seorang sutradara yang
adiluhung Jawa dengan selera estetis tinggi, berperan di belakang layar. Dimana
menggambarkan Dewi Sri seperti seorang istri sangat berpengaruh
penggambaran dewi dan putri ningrat dalam dalam menentukan keputusan rumah
tangga. (http://apakah-ini-
pewayangan. Wajah putih dengan mata tipis itu.blogspot.com/2011/12/ciri-wanita-
menatap ke bawah dengan raut wajah yang i d e a l - d a l a m - b ud a y a
anggun dan tenang, serupa dengan jawa.html#ixzz24wawBgJT)
penggambaran kecantikan dewi Sinta dari
kisah Ramayana. Pasangannya, Sedhana Pemahaman mengenai filosofi wanita
juga digambarkan dengan rupa bagus seperti yang telah dijelaskan pada kutipan di atas
Rama. Patung loro blonyo (berarti:” dua lapik merupakan pengertian menurut filosofi jawa.
atau dasar ”) yang menggambarkan Pada karya tari “Pohaci”, figur wanita yang
sepasang lelaki dan perempuan, juga diangkat yaitu bukan hanya menjadi kanca
diibaratkan sebagai pasangan Dewi Sri dan wingking, tetapi juga mampu membawa
Sedhana. keselarasan dan keseimbangan kehidupan,
Keaneragaman sumber bentuk dimana laki-laki dan perempuan dapat saling
penceritaan serta penggambaran tokoh Dewi memberi dan melengkapi agar hidup
Sri di atas, maka muncul ide gagasan untuk menjadi lebih bermakna. Seorang wanita
mengangkat cerita tersebut dari sudut figur yang baik dapat dilihat pula melalui ciri
tokoh Dewi Sri. perempuan ideal yang dikutip dari Serat
Candraning Wanita, yaitu Mrica Pecah yang
Konsep Garap berarti butiran merica yang pecah dan Surya
Filosofi tentang perempuan menurut Sumurup yang berarti matahari tenggelam.
budaya Jawa, “estri”, salah satu Perempuan dalam kategori mrica pecah
terminologi di Jawa untuk menyebut adalah perempuan yang digambarkan
perempuan ini berasal dari bahasa
Kawi (estren), yang berarti panjurung sebagai perempuan dengan badan yang
atau pendorong. Hampir sama ramping dan padat, dengan kulit putih dan
dengan kata “garwo”, berdasarkan dengan payudara yang montok. Sifat dari ciri
etimologi rakyat Jawa, dipresepsikan utama perempuan ini adalah
sebagai “sigaraning nyowo” (belahan
kemampuannya yang dengan mudah dapat
jiwa). Perempuan modern
mengartikan falsafah Jawa ini untuk diterima diberbagai kalangan, tapi sangat
menepis anggapan bahwa perempuan rapat menyimpan rahasia. Perempuan seperti
dalam budaya Jawa bukan sekedar ini dikatakan akan membawa kebahagiaan
konco wingking atau pemandu sorak
kepada pasangan yang memiliki kedudukan

Volume 12 No. 2 Desember 2013 201


“Pohaci” Sebuah Abstraksi Karya dari Serat Carios Dewi Sri Hartanto

yang tinggi, karena kemampuannya untuk Proses Garap


mendampingi suami dalam berbagai Garap tari berhubungan erat pada
kesempatan, sekaligus kemampuannya kreativitas yang terkait dengan proses dan
untuk dapat menutup mulut dan menjaga wujud. Proses adalah tahap-tahap makna tari
kehormatan sang suami. dengan berbagai sentuhan emosional sesuai
Ciri perempuan ideal yang masuk dengan tema atau isi yang diungkapkan.
pada kategori surya sumurup diartikan Sedangkan isi adalah hasil dari proses yang
bagikan semburat jingga di langit ketika berbentuk karya tari yang utuh dengan
mentari tenggelam, perempuan seperti ini berbagai aspek pendukungnya. Kreativitas
membawa keindahan dan menampilkan meliputi, imajinasi, interpretasi, improvisasi
keindahan yang luar biasa. Tidak hanya penata tari. Garap (baik isi maupun bentuk)
indah secara fisik, tapi juga dipercaya akan sangat dipengaruhi oleh prosesnya. Proses
mampu menjadi kebanggaan pasangan yang matang akan menghasilkan karya yang
karena kesetiaan luar biasa yang dimilikinya. bagus, begitu juga sebaliknya. Disebutkan
Ciri fisik perempuan ini adalah bibirnya yang juga oleh Rahayu Supanggah, bahwa garap
berwarna merah jambu, dengan sorot mata adalah suatu tindakan yang menyangkut
yang agak kebiruan. Rambut di dahi suatu imajinasi, interpretasi dan kreativitas.
digambarkan kuncup seperti bunga turi, dan Garap ini yang paling menentukan kualitas
alis perempuan dalam tipe ini digambarkan hasil penyajian suatu karya seni (Rahayu
memiliki alis yang melengkung indah seperti Supanggah,1983:1).
bulan sabit. Bukan hanya secara fisik dan Tahap eksplorasi merupakan tahap
kesetiaan, bahkan digambarkan, perempuan yang dipengaruhi dari luar diri. Tahap
ini sanggup memberikan perlawanan yang penemuan ide sampai menjadi tema
berarti dalam urusan pertarungan asmara. pengkarya lakukan pada tahap ini.
Konsep garapan karya tari “Pohaci” Pematangan ide sampai memunculkan tema.
mengangkat kisah Dewi Sri bukan pada Sumber-sumber sebagai rangsang garap,
pola ceritanya, namun figur dari Dewi Sri itu pemilihan gerak-gerak tari, musik tari,
sendiri yang diidentikkan dengan figur tempat pentas serta unsur-unsur yang
wanita Jawa dari sisi keanggunan, kecantikan, melengkapinya. Setelah ini berlanjut ke tahap
kelembutan, keluwesan, kebaikan, dan improvisasi.
kesempurnaan seorang wanita. Bahwasanya Improvisasi sebagian besar waktu
wanita bukan hanya sebagai kanca wingking, untuk melakukan gerakan-gerakan yang
tetapi juga mampu menjadi sosok yang pengkarya pilih untuk dipraktekkan di
penting dalam kehidupan rumah tangga. sebuah pendapa, sesuai dengan pemilihan
Adapun tema dari karya ini adalah tempat pentas. Pada tahap ini juga
nilai- nilai peradaban wanita jawa. Tema ini memikirkan volume gerak, pola lantai dan
divisualisasikan dalam karya tari dengan level, hubungannya dengan tempat pentas.
bentuk garap bedhayan, yang ditarikan oleh
7 penari putri dengan tata rias dan busana
yang sama.

202 Volume 12 No. 2 Desember 2013


tengah 20% dan akhir 40%. Penentuan bobot
ini didasari pada anggapan bahwa garapan
dengan bagian awal dan akhir yang baik
sudah dapat disebut garapan yang bagus.
Evaluasi pengkarya perlukan untuk
memperbaiki komposisi pada proses latihan
untuk mendekati karya tari yang sempurna
dan menyentuh batin para pemirsa. Karya tari
yang dapat menyentuh batin penonton
menurut penyusun adalah karya yang
Gambar 1. Penggarapan volume gerak dan berhasil. Setelah penggarapan dan rancangan
level (dok. Hartanto) telah terwujud, pengkarya akan melakukan
kritik terhadap karya sendiri untuk perbaikan
Selain tersebut di atas, juga lebih lanjut sesuai dengan yang inginkan.
membayangkan tata lampu, seting dan Pengkarya juga membutuhkan masukan dari
pemusiknya. Improvisasi gerak telah para penata tari senior dan kritikus tari untuk
pengkarya lakukan sampai menetapkan lebih mengembangkan daya kreativitas
gerak-gerak baku untuk penataan komposisi pengkarya dalam karya ini.
garap.
Bentuk Garapan
Bentuk garapan berupa tari
kelompok putri dalam garap bedhayan, yaitu
garapan tari yang mengacu pada bentuk-
bentuk tari bedhaya yang sudah ada serta
konsep-konsepnya yang akan
dikembangkan mengenai garap bentuk
sajian, pola gerak, pola lantai, struktur tari,
iringan serta rias busananya. Berdasar pada
kisah-kisah mengenai Dewi Sri sebagai dewi
padi dalam Cerita rakyat yang berjudul “Asal
Gambar 2. Proses penataan gerak dengan Mula Padi” Wawacan Sulanjana(Sri-
pola lantai di pendapa(dok.Hartanto) Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas), maka pengkarya mengambil tema
Setelah terjadi pematangan dalam garapan sebuah nilai-nilai peradapan wanita
proses improvisasi, kemudian merangkai jawa yaitu tentang keanggunan, kecantikan,
menjadi komposisi seperti yang kehalusan. Berdasar tema di atas, maka
dibayangkan. Komposisi ini selanjutnya karya tari ini diberi judul “ Pohaci “. Nama
diteruskan tahap latihan-latihan yang cukup Pohaci diambil dari nama Nyi Pohaci
panjang. Sanghyang Sri, sebutan Dewi Sri dari
Dalam tahap bentuk karya ini terbagi kalangan masyarakat sunda, Jawa barat.
dalam tiga bagian dengan bobot awal 40% Pengertian karya adalah bentuk tari

Volume 12 No. 2 Desember 2013 203


“Pohaci” Sebuah Abstraksi Karya dari Serat Carios Dewi Sri Hartanto

kelompok dengan simbolis cerita Pohaci atau titik halus pada tubuh manusia sebagai pusat
Dewi Sri yang menggunakan unsur-unsur getaran dzikir latha’if, yaitu (i) qalb( hati), (ii)
yang sama dalam pola garapannya. Jadi ruh (jiwa), (iii) sir (nurani terdalam), (iv) khafi
garapan tari ini tidak berpola cerita secara (kedalaman tersembunyi), (v) akhfa
nyata, namun perwujudan dari garap gerak (kedalaman paling tersembunyi), (vi) nafs
tari dengan penonjolan penari sebagai nathiqah (akal budi), (vii) kull jasad (seluruh
simbolisasi, yang dipadu dengan iringan tubuh) (Van Bruinessen,1992).
lagu.
Dalam garapan ini pula sudah tidak Kebaruan Pengembangan Garap Medium
mempertimbangkan masalah sakral atau Secara konseptual kebaruan
tidaknya dan bukan menjadi tujuan yang pengembangan garap medium meliputi
penting dalam proses sampai terwujudnya unsur- unsur yang menunjang dalam
karya ini. Sebab pengkarya beranggapan garapan tari, antara lain :
bahwa permasalahan kesenian perlu
dilepaskan dari hal-hal yang ada Bentuk Gerak Tari.
hubungannya dengan kepercayaan gaib Pengkarya merupakan seorang penari
seperti adanya mitos-mitos pada jaman dulu, yang mempelajari berbagai gaya, seperti
alam pikiran demikian sangat diperlukan. gaya Kasunanan, dan gaya Mangkunegaran
Karya ini akan lebih menekankan pada Surakarta. Untuk itu dalam garapan tari
keinginan dan keberanian untuk percaya berpijak pada kedua gaya tersebut, dan
pada diri sendiri, yang tidak ada memadukannya, untuk memunculkan
hubungannya dengan kekuatan-kekuatan kebaruan dalam pengembangan garap me-
magis. Sehingga karya ini setelah terwujud, dium gerak. Pengambilan gerak gaya
pengkarya berharap bahwa dalam Mangkunegaran sebagai contoh gerak
menghayati dan sekaligus penilaiannya Gidrah, Ngunduh Sekar, Enjer, Nyindur,
jangan dikaitkan dengan persoalan magis Lampah Sekar, Ninthing, Grodha, Sidangan
maupun aturan-aturan yang mengikat. sampur. Vokabuler gerak tersebut tidak di
Karya tari ini termasuk tipe dramatik ambil secara keseluruhan, akan tetapi
dengan penggarapan berbagai suasana, dan dikembangkan lagi, untuk memenuhi
penampilan tokoh secara simbolis. Wujud kebutuhan garap. Pengembangan garap
garap bentuk bedhayan dengan pola-pola gerak tersebut diharapkan mampu
gerak tari tradisi dengan mencari ujud-ujud memunculkan kesan sesuai tema yang
yang baru serta mempertimbangkan isu seni diharapkan . Meskipun karya tari ini
pertunjukan yang beredar saat ini. berbentuk garap bedayan yang lebih leluasa
Karya tari “ Pohaci “didukung oleh 7 dalam penuangan penggarapan, namun
penari putri. Pemilihan jumlah penari tidak meninggalkan genre garap bedhaya.
didasarkan pada ajaran tasawuf
Naqsabandiyah seperti dalam Bedhaya Anglir
Mendung. Tujuh penari diartikan sebagai 7

204 Volume 12 No. 2 Desember 2013


Kerampakan yang biasa menjadi ciri (ASKI/
STSI/ISI) yang menonjol, dalam kebiasaan
jenis tari ini akan tetap dipertahankan.

Gambar 3. Gerak Ngunduh Sekar


(dok.Hartanto)

Gambar 5. Gerak rampak hasil eksplorasi


Pengkarya juga seorang penari putra
(dok. Hartanto)
alus, sehingga bentuk vokabuler gerak tari
juga mengambil dari gerak sekaran tari putra
Tetapi tidak menutup kemungkinan,
alus, seperti Sembahan Laras, Genjotan,
dalam penggarapan gerak dari 7 (tujuh)
Sidangan Sampur, Ngigel Laras, yang diolah
penari itu, akan dibutuhkan gerak yang tidak
menjadi gerak tari putri dengan merubah
sama (rampak saling mengisi), tetapi
volume, dinamik dan rasa gerak .
terbingkai dalam hitungan atau irama. Begitu
pula mengenai volume, tidak terbelenggu
pada wilayah-wilayah gerak yang
sedemikian sempit, tetapi mencoba mencari
gerak dengan volume yang lebih luas.
Sedangkan dinamiknya tidak hanya gerak
mengalir, namun terkadang diberi gerak
yang bertekanan . Gerak tersebut diujudkan
untuk memberikan penonjolan pada gerakan
penokohan secara simbolis

Gambar 4. Gerak Sembahan Laras (dok.


Hartanto)

Selain itu, dalam karya ini juga


menggunakan gerak hasil eksplorasi dan
pengembangannya, untuk dapat
mengekspresikan ide-ide yang disampaikan
dalam karya ini. Gerak hasil eksplorasi yang
pengkarya susun sebagai penguat terhadap
gerak-gerak sebelumnya, sehingga akan
menciptakan kebaruan dalam penggarapan. Gambar 6.: Penokohan secara simbolis (dok.
Hartanto)

Volume 12 No. 2 Desember 2013 205


“Pohaci” Sebuah Abstraksi Karya dari Serat Carios Dewi Sri Hartanto

Musik Tari. sia terdapat pada gendhing Ladrang irama


Musik tari menggunakan gamelan dadi. Pengkolaborasian alat musik serta vokal
Jawa yang dikolaborasikan dengan alat disini, diharapkan mampu memberikan
musik Kecapi. Alat musik Kecapi ini kebaruan dalam garap iringan dan
dipadukan dalam gendhing pathetan dan mendukung suasana garap tarinya. Hal ini
pada saat penonjolan tokoh. Selain itu , karya dibutuhkan untuk penggarapan musik secara
tari “ Pohaci” sangat didominasi oleh vokal maksimal sesuai dengan harapan yaitu musik
tembang. Vokal tembang yang digunakan suasana tradisi mengkini. Contoh musik
tidak hanya memakai bahasa Jawa, namun dengan vokal bahasa Indonesia terdapat pada
juga menggunakan bahasa Indonesia. notasi selingan instrumental dan gendhing
Penggunaan vokal tembang bahasa Indone- Ladrang irama dadi yaitu:

Selingan instrumental

2 2 3 4 . 3 4 5 2 2 3 4 . 5 6 7
6 . 5 . 3 . 2 3 . . . . 5 6 7 g6
Vokal
. . . j.3
di
j33 2 j.1 2 j12 j34 j.3 j21 . j!7 j65 4 j1u jtu jtu 1
ang-ka-sa bi -ru bersanding kemi-lau kerlip bintang te-rang takkan meredup

2 2 3 4 . 3 4 5 2 2 3 4 . 5 6 7
6 . 5 . 3 . 2 3 . . . . 5 6 7 g6
. ! j xj6 jz5xc4
z7 j 4
. j56 j7! j.6 j j @ #
! j@j #. . . . .
me -re -kah dan me-nyinari sepanjang waktu

Ladrang Irama Tanggung

j56 4 j56 1 j.2 j32 j12 3 1 j55 j55 6 5 j35 j.6 2


j55 j65 j32 3 1 j56 j.5 4 6 6 7 6 5 3 2 g3
5 6 . . 6 6 5 6 3 5 6 7 6 5 3 5
j.7 6 j75 . 5 j23 5 6 5 3 2 3 1 1 2 g1

206 Volume 12 No. 2 Desember 2013


Ladrang Irama dadi

5 6 1 6 4 5 6 n1 2 3 2 1 2 1 6 n5
j65 j.1 j61 2 6 5 6 n3 2 3 1 6 2 1 6 g5
4 3 4 5 4 3 2 n1 2 6 1 5 1 6 3 n2
56 j.5 j67 6 j56 j.5 j67 n5 6 3 2 j45 j.5 6 j12 g1
Vokal
. . ! !
Dar - ma
. . j65 6 . 7 ! 6 . . 6 5 4 5 6 n!
insan per - sem bah kan tu - lus nan a - ba - di

. . ! # . @ # ! . . ! @ ! . 6 n5
ma -sa ber –gan -ti ber-sum - bang swa –ra

. 6 5 . . j6! @ j!@ 5 6 7 ! 6 5 6 n3
ra - sa se –mer -bak meng ha - rum di ha - ri - ba - an

. # jz#c@ ! 6 5 6 6 . . 6 ! @ ! 6 zxg5
tak ber –be - da me - ra - jut de - mi ke –mak-mu-ran

x6c . 4 3 1 3 4 5 . . . . j1j 2 j3j 4j3 2n1


ber–kem - bang ber-sa - ma meni-ti semesta

. . ! 6 ! 5 . . 1 6 5 6 5 3 jz5xj c6 n2
a - lam ra - ya cip - ta - an Sang Ma - ha Suks-ma

. . . . 5 6 7 6 . . . . 5 6 7 n5
ci - ta ci - ta nan mu - li - a

7 6 5 jz3c5 6 z2x x x.x x c4 5 5 . . . . ! g!


dam-ba -an in - san ber - na - ung dar - ma
jz6xjc 5zz3x x xc2 g1
di bu - mi

Volume 12 No. 2 Desember 2013 207


“Pohaci” Sebuah Abstraksi Karya dari Serat Carios Dewi Sri Hartanto

Tata Rias dan Busana ini, menggunakan tata rambut jegol dan
Tata Rias. rambut uren. Tata rambut disini diperkuat
Rias wajah pada karya tari “ Pohaci” dengan cunduk jungkat, subang, asesoris
sangat berbeda dengan rias pada penari badong (kalung bali) yang dipasang sebagai
bedhaya gaya Surakarta atau pada mahkota, garuda mungkur,sumping kudup
umumnya. Rias bedhaya biasanya rias cantik gaya bali dan untaian melati. Perpaduan tata
dan atau tidak memakai paes gaya Jawa. rambut disini diharapkan mampu
Namun dalam garapan tari ini, rias alis lebih memberikan kebaruan dan hiasan dibentuk
hitam, shadow warna hijau keemasan dengan seperti mahkota untuk memberi kesan
sipatan mata lebih jelas, dan yang paling keagungan dan kemegahan.
membedakan adalah penggunaan laler
menclok dengan paes gaya Bali. Penggunaan Tata Busana.
paes gaya bali disini dibutuhkan untuk Kalau pada bedhaya yang pada
memberikan warna kebaruan dalam garap umumnya menggunakan dodot namun
tata rias. dalam garapan ini busana yang
dipergunakan kain samparan berwarna hijau
polos, mekak berwarna hijau dan sampur
orange keemasan. Busana ini dipadukan
dengan kain emas diwiru (dilipat-lipat),
dipasang setinggi paha dan asesoris badong
dari gaya Bali. Busana ini dimaksudkan
untuk mencari warna baru dalam penataan
busana, sebagai pengembangan garap me-
dium. Pemilihan warna hijau dan emas
dimaksudkan untuk memberikan nuansa
kesuburan dan keanggunan, sesuai dengan
tema garapan tentang Dewi Sri atau Pohaci
Sangyang Sri, yang diidentikkan dengan
nilai-nilai peradaban wanita jawa.

Tata Cahaya.
Tata cahaya diperlukan untuk
menunjang terciptanya suasana yang
diharapkan dalam karya ini. Tata cahaya
akan berfungsi untuk menambah terlahirnya
suasana-suasana tertentu. Disamping itu,
Gambar 7: Rias wajah(dok.Hartanto) lampu yang memiliki warna-warna tertentu
akan mengubah warna busana sesuai dengan
Tata rambut dalam tari bedaya kemampuan bias cahaya itu sendiri. Dengan
biasanya memakai sanggul pandan atau demikian, cahaya dengan kualitas warna
bokor mengkurep, namun dalam garapan tari yang baik akan mampu berperan dalam

208 Volume 12 No. 2 Desember 2013


menguatkan garapan maupun busana yang berterima kasih atas terwujudnya penelitian
dipakai. Karya tari ini menggunakan tata karya ini. Kritik dan saran dari berbagai
cahaya untuk mendukung suasana yang pihak sangat pengkarya butuhkan guna
ditampilkan. meningkatkan mutu karya tari berjudul
“POHACI”.
Tempat dan Waktu Pertunjukan
Pertunjukan karya tari “ Pohaci’ DAFTAR PUSTAKA
diselenggarakan pada tanggal 26 September Brakel, Clara Papenhuysen.
2012, bertempat di pendapa Sekolah 1985 Seni Tari Jawa Tradisi Surakarta dan
Menengah Kejuruan ( SMK ) 8 Surakarta, Peristilahannya. Terjemahan:
pada waktu malam hari sekitar jam 21.30 Mursaoyo.
WIB, dengan durasi waktu sekitar 27 menit. Hawkins, Alma M.
Alasan pemilihan tempat pentas, 1964 Creating Through Dance. New York:
bahwa garap tari bedhayan lebih dapat Dance Horizon Book.
memunculkan rasa keagungan dan Humprhey, Doris.
kesakralannya apabila dipentaskan di sebuah 1983 Seni Menata Tari. Terj. Sal Murgiyanto.
pendapa. Pentas di Nemlikuran merupakan Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta.
ajang pentas berkumpulnya para seniman Meri, La.
tradisi, secara tidak langsung 1986 Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari.
memperkenalkan hasil karya pengkarya. Yogyakarta: Lagaligo ISI.
Selain itu, sekaligus ikut dalam acara Prabowo, Wahyu Santoso.
Mengenang Raden Ngabehi Projowiryoko 1990 Bedhaya Anglir Mendhung, Monumen
sebagai guru pengkarya. Perjuangan Mangkunegoro I 1757-
1988. Tesis Pasca Sarjana Universitas
PENUTUP Gajah Mada.
Sebuah karya tari yang pengkarya Supanggah, Rahayu.
lakukan, dengan dana Hibah DIPA ISI 1983 Pokok-pokok Pikiran tentang Garap.
Surakarta tahun 2012 ini, merupakan Kertas untuk diskusi pengajar dan
orisinalitas karya yaitu sebuah karya baru, mahasiswa ASKI Surakarta.
bukan duplikat karya manapun dan belum Suyami.
pernah ada sebelumnya. Karya ini 2001 Serat Cariyos Dewi Sri dalam
memungkinkan adanya perubahan- Perbandingan.Yogyakarta: Kapel
perubahan untuk berlanjut agar mendekati Press.
sempurna. Sekali lagi penyusun sangat

Volume 12 No. 2 Desember 2013 209

You might also like