Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Dewi Nur Oktaviani (108116039)
Riniyanti (108116044)
Putri Septia Sari (108116046)
Myelinda Aryanti (108116-47)
Hendrawan (108116054)
Anis Isfatun Khoiriyyah (108116055)
Anjas Upi Rachmawati (108116056)
Putri Utami (108116058)
Anggin Fitriani (108116060)
Novan Gumregah (108116064)
2
3
3
4
10) Instruksikan pasien untuk menggunakan penyangga tangan pada kursi untuk
menyokong.
11) Fleksikan panggul perawat dan lutut saat menurunkan pasien ke kursi.
12) Kaji klien untuk kesejajaran yang tepat.
13) Stabilkan tungkai dengan selimut mandi
14) Ucapkan terima kasih atas upaya pasien dan puji pasien untuk kemajuan dan
penampilannya.
d. Membantu Berjalan
1) Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan di samping badan atau memegang
telapak tangan perawat.
2) Berdiri di samping pasien dan pegang telapak dan lengan bahu pasien.
3) Bantu pasien berjalan
e. Memindahkan Pasien dari Tempat Tidur ke Brancard
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memindahkan pasien yang tidak
dapat atau tidak boleh berjalan sendiri dari tempat tidur ke branchard.
1) Atur posisi branchard dalam posisi terkunci
2) Bantu pasien dengan 2 – 3 perawat
3) Berdiri menghadap pasien
4) Silangkan tangan di depan dada
5) Tekuk lutut anda, kemudian masukkan tangan ke bawah tubuh pasien.
6) Perawat pertama meletakkan tangan di bawah leher/bahu dan bawah
pinggang, perawat kedua meletakkan tangan di bawah pinggang dan pinggul
pasien, sedangkan perawat ketiga meletakkan tangan di bawah pinggul dan
kaki.
7) Angkat bersama-sama dan pindahkan ke branchard
f. Melatih Berjalan dengan menggunakan Alat Bantu Jalan
Kruk dan tongkat sering diperlukan untuk meningkatkan mobilitas pasien.
Melatih berjalan dengan menggunakan alat bantu jalan merupakan kewenangan
team fioterapi. Namun perawat tetap bertanggungjawab untuk menindaklanjuti
4
5
dalam menjamin bahwa perawatan yang tepat dan dokumentasi yang lengkap
dilakukan.
3. Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan ambulasi
a. Kruk adalah alat yang terbuat dari logam atau kayu dan digunakan permanen
untuk meningkatkan mobilisasi serta untuk menopang tubuh dalam
keseimbangan pasien. Misalnya: Conventional, Adjustable dan lofstrand
b. Canes (tongkat) yaitu alat yang terbuat dari kayu atau logam setinggi pinggang
yang digunakan pada pasien dengan lengan yang mampu dan sehat. Meliputi
tongkat berkaki panjang lurus (single stight-legged) dan tongkat berkaki segi
empat (quad cane).
c. Walkers yaitu alat yang terbuat dari logam mempunyai empat penyangga yang
kokoh digunakan pada pasien yang mengalami kelemahan umum, lengan yang
kuat dan mampu menopang tubuh.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Ambulasi
a. Kesehatan Umum
Penyakit, kelemahan, penurunan aktivitas, kurangnya latihan fisik dan
lelah kronik menimbulkan efek yang tidak nyaman pada fungsi musculoskeletal.
b. Tingkat Kesadaran
Pasien dengan kondisi disorienrtasi, bingung atau mengalami perubahan
tingkat kesadaran tidak mampu melakukan ambulasi dini pasca operasi.
c. Nutrisi
Pasien yang kurang nutrisi sering mengalami atropi otot, penurunan
jaringan subkutan yang serius, dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Pasien juga akan mengalami defisisensi protein, keseimbangan nitrogen dan
tidak ada kuatnya asupan vitamin C.
d. Emosi
Perasaan nyaman, kebahagiaan, kepercayaan dan penghargaan pada diri
sendiri akan mempengaruhi pasien untuk melaksanakan prosedur ambulasi.
e. Tingkat Pendidikan
5
6
6
7
7
8
Mengangkat objek dari tempat tidur tinggi meningkatkan resiko karena lebih sulit
mempertahankan keseimbangan tubuh. Untuk meraih objek yang berada di atas kepala,
orang sering berdiri berjinjit dengan kakinya bersamaan sehingga menurunkan dasar
topangan, menaikkan pusat gravitasi dan pada akhirnya menurunkan keseimbangan
mereka.
2) Teknik mengubah posisi
Pasien yang mengalami gangguan fungsi system skeletal, saraf atau otot dan
peningkatan kelemahan serta kekakuan biasanya membutuhkan bantuan perawat
untuk memperoleh kesejajaran tubuh yang tepat ketika selama berada di tempat
tidur atau duduk. Banyak alat bantu dapat dipakai perawat untuk
mempertahankan kesejajaran tubuh pasien yang baik selama diposisikan.
a. Bantal siap dipakai di rumah sakit juga fasilitas perawatan yang
diberikan. Padahal ketika pasien di rumah, persediaan terbatas. Sebelum
menggunakan sebuah bantal, perawat harus menentukan apakah ukurannya tepat.
Bantal tebal di bawah kepala pasien meningkatkan fleksi servikal. Bantal tipis di
bawah bagian tubuh yang menonjol tidak adekuat melindungi kulit dan jaringan
dari kerusakan akibat tekanan. Ketika bantal tambahan tidak dapat dipakai atau
ukurannya tidak tepat perawat dapat melipat seprai, selimut atau handuk sebagai
ganti bantal.
b. Papan kaki (footboard) diletakkan tegak lurus dengan matras, sejajar dan
menyentuh permukaan bawah kaki pasien. Papan kaki mencegah footdrop
8
9
d. Bantal pasir (sandbags) adalah tabung-tabung plastik berisi pasir yang dapat
membentuk sesuai bentuk tubuh. Sandbag dapat digunakan ditempatnya atau
sebagai tambahan untuk trochanter roll. Alat-alat tersebut mengimobilisasi
ekstermitas atau mempertahankan kesejajaran tubuh.
9
10
e. Gulungan tangan (hand rolls). Mempertahankan ibu jari sedikit adduksi dan
berada berlawanan dengan jari-jari. Hand roll mempertahankan tangan, ibu jari,
dan jari-jari dalam posisi fungsional. Perawat mengevaluasi hand rolls untuk
meyakinkan bahwa tangan benar-benar berada dalam fungsi fungsional.
10
11
g. Trapeze bar adalah alat bantu berbentuk segitiga yang dapat turun dengan aman
di atas kepala yang di raih di tempat tidur. Hal ini memungkinkan pasien menarik
dengan ekstremitas atasnya untuk meraih bagian bawah tempat tidur, membantu
memindahkan dari tempat tidur ke kursi roda, atau melakukan latihan dengan
lengan atas.
h. Restrain adalah alat bantu yang digunakan untuk imobilisasi, terutama pada
pasien bingung atau disorientasi. Jaket restrain umum yang digunakan adalah
jaket posey. Ketika memakaikan jaket pada pasien, perawat menyusun satu sisi
di atas sisi lain menyilang di punggung pasien. tali diletakkan di bawah ikatan
jaket dan diikatkan ke pinggir tempat tidur, kursi, atau kursi roda.
11
12
i. Papan tempat tidur adalah papan tripleks yang ditempatkan di bawah keseluruhan
matras. Papan ini berguna untusk meningkatkan sokongan dan kesejajaran
punggung, khususnya matras lunak.
j. Pagar tempat tidur, pegangan di letakkan sepanjang tempat tidur,
memungkinkan klien aman.
3) Teknik memindahkan
Perawat biasa memberi perawatan pada pasien imobilisasi yang harus diubah
posisi, dipindahkan dari tempat tidur dan harus dipindahkan dari tempat tidur ke
kursi atau ke brankar. Mekanika tubuh yang sesuai memungkinkan perawat untuk
menggerakkan, mengangkat, atau memindahkan pasien dengan aman dan juga
melindungi perawat dari cedera system musculoskeletal. Meskipun perawat
menggunakan berbagai teknik memindahkan, berikut ini merupakan petunjuk
umum yang harus diikuti saat memindahkan pada setiap prosedur pemindahan:
a. Naikkan sisi bergerak pada sisi tempat tidur pada posisi berlawanan dengan
perawat untuk mencegah pasien jatuh dari tempat tidur.
b. Tinggikan tempat tidur pada ketinggian yang nyaman.
c. Kaji mobilisasi dan kekuatan pasien untuk menentukan bantuan pasien yang
dapat digunakan saat memindahkan.
d. Tentukan kebutuhan akan bantuan.
e. Jelaskan prosedur dan gambarkan apa yang diharapkan dari pasien.
12
13
f. Kaji kesejajaran tubuh yang benar dan area tekanan setelah setiap kali
memindahkan.
Pasien membutuhkan tingkat bantuan yang bervariasi untuk mengangkat
dari tempat tidur, menggerakkan ke posisi miring, atau duduk di sisi tempat tidur.
Contoh, wanita muda dan sehat membutuhkan sedikit dukungan untuk duduk
pertama kali di sisi tempat tidur setelah melahirkan, sedangkan laki tua mungkin
membutuhkan bantuan satu atau lebih perawat untuk melakukan hal yang sama 1
hari setelah appendiktomi.
Untuk menentukan apakah pasien mampu melakukan sendiri dan berapa
banyak orang yang dibutuhkan untuk membantu dan mengangkat pasien di atas
tempat tidur, perawat mengkaji pasien untuk menentukan apakah penyakit pasien
ada kontraindikasi dalam pengerahan tenaga (seperti kardiovaskular). Kemudian,
perawat menentukan apakah pasien memahami apa yang di harapkan. Contohnya,
pasien yang baru saja mendapatkan pengobatan nyeri pascaoperasi mungkin
terlalu lesu untuk mengerti instruksi, sehingga untuk menjamin keamanan,
dibutuhkan dua perawat untuk menggerakkan pasien.
1) Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi.
Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi oleh perawat membutuhkan
bantuan pasien dan tidak dilakukan pada pasien yang tidak dapat membantu.
Perawat menjelaskan prosedur pada pasien sebelum pemindahan. Lingkungan
juga dipersiapkan dengan memindahkan penghalang jalan. Kursi ditempatkan
dekat tempat tidur dengan punggung kursi sejajar dengan bagian kepala tempat
tidur. Penempatan kursi memungkinkan perawat berputar dengan pasien dan
memindahkan berat badan pasien dengan cepat.
Pemindahan yang aman adalah prioritas utama. Perawat yang ragu-ragu
dengan kekuatannya ataupun kemampuan klien untuk membantu, harus meminta
bantuan. Klien harus duduk dan menjuntaikan kakinya di sisi tempat tidur
sebentar sebelum berdiri. Kemudian klien harus berdiri di sisi tempat tidur untuk
beberapa menit sehingga klien dapat dengan cepat menurunkan punggungnya ke
tempat tidur pada kasus pusing atau pingsan. Ketika memindahkan klien
13
14
imobilisasi dari tempat tidur ke kursi roda perawat harus menggunakan mekanika
tubuh yang tepat dan apabila memungkinkan kerja sama diperoleh sebanyak
mungkin dari klien.
2) Memindahkan Pasien Dari Tempat Tidur Ke Brankar
Pasien imobilisasi yang dipindahkan dari tempat tidur ke brankar atau dari
tempat tidur harus membutuhkan tiga orang pengangkat. Teknik ini bagus
dilakukan jika orang-orang yang memindahkan mempunyai kesamaan tinggi.
Jika pusat gravitasi mereka sama, mereka mengangkat sebagai satu tim. Cara lain
memindahkan pasien adalah dengan menggunakan kain pengangkat yang
ditempatkan di bawah pasien. kain pengangkat berguna sebagai “ayunan” ketika
pasien dipindahkan’ ke brankar. Pada teknik ini, perawat perlu berada di sisi
berlawanan dari tempat tidur dan berpegang pada kain pengangkat ketika
memindahkan pasien ke brankar. Brankar dan tempat tidur ditempatkan
berdampingan sehingga pasien dapat dipindahkan dengan cepat dan mudah
dengan menggunakan kain pengangkat.
Hati-hati saat menggunakannya pada klien yang mengalami trauma medula
spinalis. Jika klien harus dipindahkan maka papan pemindah harus ditempatkan
dibawah klien untuk mempertahankan kesejajaran spinal sebelum memindahkan
ke brankar. Klien harus dipersiapkan untuk pemindahan dan minta bantuan jika
memungkinkan. Contoh, dengan melipat lengan di atas dada. Lingkungan harus
bebas dari penghalang dan alat-alat yang tidak dibutuhkan harus dipindahkan dari
tempat tidur. Brankar harus ditempatkan sudut kanan tempat tidur sehingga
pengangkat dapat berputar ke depan brankar dan memindahkan klien dengan
cepat.
14
15
2) Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan
teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi
diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit
khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi. Mobilisasi menyebabkan
perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi
gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah
sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam (Asmadi, 2008)
Definisi Imobilisasi
Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North American
Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu kedaaan dimana individu
yangmengalami atau beresiko mengalami keterbatsan gerakan fisik. Individu yang
mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia,
individu dengan penyakit yang mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau
lebih, individu yang kehilangan fungsi anatomic akibat perubahan fisiologik
(kehilangan fungsi motorik,klien dengan stroke, klien penggunaa kursi roda),
penggunaan alat eksternal (seperti gipsatau traksi), dan pembatasan gerakan volunteer
(Potter, 2005).
Tujuan Mobilisasi
a. Memenuhi kebutuhan dasar manusia
b. Mencegah terjadinya trauma
c. Mempertahankan derajat kesehatan
d. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari - hari
e. Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh
Batasan karakteristik
a. Penurunan waktu reaksi
b. Kesulitan membolak-balik posisi
c. Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan (mis., meningkatkan
perhatian pada aktivitas orang lain, mengendalikan perilaku, fokus pada
ketunadayaan/aktivitas sebelum sakit)
d. Dispnea setelah beraktifitas
15
16
16
17
7. Etiologi Imobilisasi
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan
otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Osteoartritis merupakan penyebab
utama kekakuan pada usia lanjut. Gangguan fungsi kognitif berat seperti pada
demensia dan gangguan fungsi mental seperti pada depresi juga menyebabkan
imobilisasi. Kekhawatiran keluarga yang berlebihan dapat menyebabkan orangusia
lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di rumah maupun dirumah sakit
(Kozier, 2010).
Penyebab secara umum:
Kelainan postur
Gangguan perkembangan otot
Kerusakan system saraf pusat
17
18
18
19
EFEK HASIL
Penurunan konsumsi oksigen Intoleransi ortostatik
maksimum
Penurunan fungsi ventrikel kiri Peningkatan denyut jantung, sinkop
Penurunan volume sekuncup Penurunan kapasitas kebugaran
Perlambatan fungsi usus Konstipasi
Pengurangan miksi Penurunan evakuasi kandung kemih
Gangguan tidur Bermimpi pada siang hari, halusinasi
19
20
20
21
B. Manajemen Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Aspek biologis
1) Usia
Faktor usia berpengaruh terhadap kemampuan melakukan aktifitas,
terkait dengan kekuatan muskuloskeletal. Hal yang perlu dikaji diantaranya
adalah postur tubuh yang sesuai dengan tahap pekembangan individu.
2) Riwayat keperawatan
Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah riwayat adanya gangguan
pada sistem muskuloskeletal, ketergantungan terhadap orang lain dalam
melakukan aktivitas, jenis latihan atau olahraga yang sering dilakukan
klien dan lain-lain
3) Pemeriksaan fisik, meliputi rentang gerak, kekuatan otot, sikap tubuh, dan
dampak imobilisasi terhadap sistem tubuh.
b. Aspek psikologis
Aspek psikologis yang perlu dikaji di antaranya adalah bagaimana respons
psikologis klien terhadap masalah gangguan aktivitas yang dialaminya,
mekanisme koping yang digunakan klien dalam menghadapi gangguan
aktivitas dan lain-lain.
c. Aspek sosial kultural
Pengkajian pada aspek sosial kultural ini dilakukan untuk mengidentifikasi
dampak yang terjadi akibat gangguan aktifitas yang dialami klien terhadap
kehidupan sosialnya, misalnya bagaimana pengaruhnya terhadap pekerjaan,
peran diri baik dirumah, kantor maupun sosial dan lain-lain.
d. Aspek spiritual
Hal yang perlu dikaji pada aspek ini adalah bagaimana keyakinan dan nilai
yang dianut klien dengan kondisi kesehatan yang dialaminya sekarang, seperti
apakah klien menunjukan keputusasaannya? Bagaimana pelaksanaan ibadah
klien dengan keterbatasan kemampuan fisiknya? Dan lain-lain.
e. Kemunduran musculoskeletal
21
22
22
23
j. Perubahan-perubahan Gastrointestinal
Sensasi subjektif dari konstipasi termasuk rasa tidak nyaman pada
abdomen bagian bawah, rasa penuh, tekanan. Pengosonganh rectum yang tidak
sempurna, anoreksia, mual gelisah, depresi mental, iritabilitas, kelemahan, dan
sakit kepala.
k. Faktor Lingkungan
Lingkungan tempat tinggal klien memberikan bukti untuk intervensi. Di
dalam rumah, kamar mandi tanpa pegangan, karpet yang lepas, penerangan
yang tidak adekuat, tangga yang tinggi, lantai licin, dan tempat duduk toilet
yang rendah dapat menurunkan mobilitas klien. Hambatan-hambatan
institusional terhadap mobilitas termasuk jalan koridor yang terhalang, tempat
tidudan posisi yang tinggi, dan cairan pada lantai. Identifikasi dan penghilangan
hambatan-hambatan yang potensial dapat meningkatakan mobilitas.
Pengkajian Masalah
Sistem Muskuloskeletal
Mengukur lingkar lengan dan tungkai Penurunan lingkar otot akibat
Mempalpasi dan mengamati sendi tubuh penurunan massa otot
Melakukan pengukuran goniometrik Kekauan atau nyeri sendi
pada rentang pergerakan sendi
Penurunan rentang pergerakan sendi,
kontraktur sendi
Sistem Kardiovaskuler
Mengauskultasi jantung Peningkatan frekuensi jantung
Mengukur tekanan darah Hipotensi ortostatik
Mempalpasi dan mengobservasi Edema tergantung perifer,
sakrum, tungkai, dan kaki peningkatan pembengkakan vena
perifer
Mempalpasi perifer Kelemahan denyut nadi perifer
Mengukur lingkar otot betis Edema
23
24
Sistem Pernafasan
Mengamati pergerakan dada Pergerakan dada asimetris, dispnea
Mengauskultasi dada Penurunan bunyi napas, ronki basah,
mengi, dan peningkatan frekuensi
pernapasan
Sistem Metabolisme
Mengukur tinggi dan berat badan Penurunan berat badan akibat atrofi
otot dan kehilangan lemak subkutan
Mempalpasi kulit Edema umum akibat penurunan
kadar protein darah
Sistem Perkemihan
Mengukur asupan dan haluaran cairan Dehidrasi
Menginspeksi urine
Urine pekat, keruh; berat jenis urine
Mempalpasi kandung kemih tinggi
Distensi kandung kemih akibat
retensi urine
Sistem Pencernaan
Mengamati feses Feses kering, kecil, keras
Mengauskultasi bising usus Penurunan bising usus karena
penurunan motilitas usus
Sistem Integumen
Menginspeksi kulit Kerusakan integritas kulit
(Kozier, 2010)
24
25
Pemeriksaan Fisik
a. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat
tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak
dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan
pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
b. Mengkaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)
c. Mengkaji sistem persendian
Pemeriksaan fisik sendi terdiri dari inspekstang pergerakan aktif, dan jika
pergerakan aktif tidak memungkinkan, kaji rentang pergerakan pasif. Perawat harus
mengkaji hal-hal berikut:
Apakah ada pembengkakan atau kemerahan sendi, yang dapat menunjukan
keberadaan cedera atau inflamasi.
Apakah ada deformitas, seperti pembesaran atau kontraktur tulang, dan
simetrisitas tulang yang terkena.
Perkembangnan otot yang berhubungan dengan tiap sendi dan ukuran relatif serta
simetrisitas otot di setiap sisi tubuh.
Apakah ada nyeri tekan tekan yang dilaporkan atau yang dipalpasi.
Krepitasi (teraba atau terdengar sensasi krek atau gesekan yang dihasilkan oleh
pergerakan sendi).
Peningkatan suhu pada sendi. Palpasi sendi dengan menggunakan bagian
punggung jari dan bandingkan dengan suhu pada sendi simetrisnya.
Derajat pergerakan sendi. Minta klien menggerakkan bagian tubuh tertentu. Jika
diindikasikan, ukur besarnya pergerakan dengan menggunakan goniometer,
sebuah peralatan yang mengukur sudut sendi dalam ukuran derajat.
25
26
Pengkajian rentang gerak tidak boleh menyebabkan terlalu letih dan pergerakan
sendi perlu dilakukan secara halus, pelan dan berirama. Tidak ada sendi yang harus
digerakkan secara paksa. Pergerakan yang tidak sama dan tersentak-sentak dan
pemaksaan dapat menyebabkan cedera pada sendi dan otot serta ligamen yang ada di
sekitarnya.
d. Mengkaji sistem otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran
masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk memantau adanya edema atau
atropfi, nyeri otot.
e. Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu
ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang
berhubungan dengan cara berjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic hemiparesis
- stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron, cara
berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
f. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih
dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji
denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.
g. Mengkaji fungsional klien (Kozier, 2010)
Kategori tingkat kemampuan aktivitas
TINGKAT KATEGORI
AKTIVITAS/ MOBILITAS
0 Mampu merawat sendiri secara penuh
1 Memerlukan penggunaan alat
2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain,
dan peralatan
26
27
27
28
KATZ INDEX
AKTIVITAS KEMANDIRIAN KETERGANTUNGAN
(1 poin) (0 poin)
TIDAK ADA pemantauan, Dengan pemantauan,
perintah ataupun didampingi perintah, pendampingan
personal atau perawatan total
MANDI (1 poin) (0 poin)
Sanggup mandi sendiri tanpa Mandi dengan bantuan lebih
bantuan, atau hanya dari satu bagian tuguh, masuk
28
29
29
30
Total Poin :
6 = Tinggi (Mandiri); 4 = Sedang; <2 = Ganggaun fungsi berat; 0 = Rendah
(Sangat tergantung)
30
31
Skor BAI :
20 :Mandiri
12-19 :Ketergantungan ringan
9-11 :Ketergantungan sedang
5-8 :Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total
Pemeriksaan Penunjang
1) Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan
hubungan tulang.
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
Manajemen Pruritus:
Mencegah dan mengobati
gatal
Surveilans Kulit:
Mengumpulkan dan
menganalisis data pasien
untuk mempertahankan
integritas kulit dan
membaran mukosa
Perawatan Luka:
Mencegah komplikasi
luka dan meningkatkan
penyembuhan luka.
4 Intoleran Aktivitas yang Tujuan/kriteria evaluasi Terapi Aktivitas:
berhubungan dengan Mengidentifikasi aktivitas Memberi anjuran tentang
kelemahan umum atau situasi yang dan bantuan dalam
menimbulkan kecemasan aktivitas fisik, kognitif,
yang dapat mengakibatkan sosial, dan spritual yang
intoleran aktivitas spesifik untuk
Berpartisipasi dalam meningkatkan rentang,
aktivitas fisik yang frekuensi, atau durasi
dibutuhkan dengan aktivitas individu atau
peningkatan normal kelompok
denyut jantung, frekuensi Manajemen Energi:
pernafasandan tekanan Mengatur penggunaan
darah serta memantau pola energi untuk mengatasi
dengan batas normal atau mencegah kelelahan
Mengungkapkan secara dan mengoptimalkan
verbal pemahaman tentang fungsi
38
39
39
40
Bantuan Pemeliharaan
Rumah: Membantu
pasien dan keluarga untuk
menjaga rumah sebagai
tempat tinggal yang
bersih, aman dan
menyenangkan
Manajemen Alam
Perasaan: Memberi rasa
keamanan, stabilitas,
pemulihan dan
pemeliharaan pasien yang
mengalami disfungsi
alam perasaan baik
depresi maupun
peningkatan alam
perasaan
Bantuan Perawatan Diri:
Membantu individu untuk
melakukan AKS
Bantuan Perawatan diri:
AKSI: Membantu dan
mengarahkan individu
untuk melakukan
aktivitas kehidupan
sehari-hari instrumental
(AKSI) yang diperlukan
untuk berfungsi di rumah
atau di komunita.
40
41
4. Implementasi
a. Terapi
1) Penatalaksanaan Umum
a) Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien, keluarga,
dan pramuwerdha.
b) Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama,
pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah
41
42
42
43
43
44
44
45
Tujuan yang diterapkan selama fase perencanaan dievaluasi sesuai dengan hasil
tertentu yang diharapkan, dan juga diterapkan pada fase tersebut. Saat hasil yang
diharapkan tidak terpenuhi, pertimbangkan pertanyaan berikut ini:
1) Beritahu saya mengapa Anda tidak mampu menigkatkan aktivitas yang telah
kita rencanakan.
2) Aktivitas apa yang menghambat Anda melakukan tugas tersebut saat ini.
3) Beritahu saya bagaimana perasaan Anda terkait ketidakmampuan berpakaian
sendiri dan membuat makanan sendiri.
4) Latihan apa yang Anda rasakan paling membantu
5) Tujuan apa yang Anda inginkan untuk disusun pada aktivitas Anda. (Potter,
2010)
6. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan tindakan mencatat setiap data yang
didapat oleh perawat dalam sebuah dokumen yang sisitematis. Proses mencatat
tidak hanya menulis data pada format yang tersedia. Dokumentasi keperawatan
menitikberatkan pada proses dan hasil pencatatan (Potter & Perry, 2006). Hal
tersebut berarti bahwa mulai dari proses mencatat sampai mempertahankan
kualitas catatan harus diperhatikan, karena dokumen keperawatan memegang
perannan yang sangat penting.
Selama fase implementasi, perawat mendokumentasikan tindakan
keperawatan seperti: pemberian obat, perawatan luka, pengaturan posisi, infus IV,
kateterisasi urine, dll. (Iyer, 2004)
45
46
A. Kesimpulan
Masyarakat sering kali mendefinisikan kesehatan dan kebugaran fisik mereka
berdasarkan aktivitas mereka karena kesejahteraan mental dan efektivitas fungsi
tubuh sangat bergantung pada status mobilitas mereka. Misalnya, saat seseorang
berdiri tegak, paru lebih muda untuk mengembang, aktivitas usus (peristaltik)
menjadi lebih efektif, dan ginjal mampu mengosongkan kemih secara komplet.
Selain itu, pergerakan sangat penting agar tulang dan otot befungsi sebagaimana
mestinya.
Mobilitas, kemampuan untuk bergerak dengan bebas, mudah , berirama, dan
terarah di lingkungan adalah bagian yang sangat penting dalam kehidupan. Individu
harus bergerak untuk melindungi diri dari trauma dan untuk memenuhi kebutuhan
dasar mereka. Mobilitas amat penting bagi kemandirian individu yang tidak mampu
bergerak secara total sama rentan dan bergantungnya dengan seorang bayi.
Kemampuan untuk bergerak juga mempengaruhi harga diri dan citra tubuh.
Bagi sebagian besar orang, harga diri bergantung pada rasa kemandirian atau
perasaan berguna atau merasa dibutuhkan. Orang yang mengalami gangguan
mobilitas dapat merasa tidak berdaya dan membebani orang lain. Citra tubuh dapat
46
47
terganggu akibat paralisis, amputasi, atau kerusakan motorik lain. Reaksi orang lain
terhadap gangguan mobilitas dapat juga mengubah atau mengganggu harga diri dan
citra tubuh secara bermakna. Ambulais adalah salah satu cara untuk mencegah
terjadinya gangguan mobilitas karena dengan ambulasi dapat memperbaiki
sirkulasi, mencegah flebotrombosis (thrombosis vena profunda/DVT). Mengurangi
komplikasi immobilisasi pasca operasi, mempercepat pemulihan peristaltic usus,
mempercepat pasien pasca operasi. (kozier, 2010).
B. Saran
Segala usaha telah kami lakukan. Namun dalam pembuatan makalah ini
terdapat kekurangan . Oleh karena itu, kami sangat memerlukan kritik dan saran
saudara(i) demi kesempurnaan kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawaran. Edisi 4. Jakarta: EGC
Potter& Perry. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan
praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Potter & Perry. 2010. Fundamental keperawatan. Edisis 7. Jakarta: Elsevier
Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: EGC
Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba Medika.
Herdman, T.H. 2012. Diagnosis Keperawatan NANDA. Jakarta: EGC
Wilkinson, M. Judith, Ahern, R. Nanchy. 2011. Buku Saku Diagnosis -------------------
-Keperawatan Diagnosis NANDA Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. ---------
Edisi 9. Jakarta: EGC
Iyer, P.W, Camp, N.H. 2004. Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC
TEKNIK AMBULASI
Kozier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004. Buku Ajar Keperawatan Klinis Eds 5.
Jakarta : EGC.
Potter perry. 2006. Fundamental keperawatan ed 2. Jakarta: EGC.
47
48
Smeltzer, C.S., Bare, G.B., (2001). Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner&
Suddarth,Edisi 8, Volume 3, Penerbit EGC, Jakarta.
48