You are on page 1of 15

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR PEMULIAAN TANAMAN

ACARA IV
HIBRIDISASI TANAMAN MENYERBUK SILANG

Semester
Gasal 2013/2014

Oleh
Nama : Priyambada Yudha Baskara
NIM : A1L012121
Rombongan : C1

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2013
ACARA V. MENENTUKAN BOBOT 1000 BIJI

Tanggal Praktikum : 3 Oktober 2013


Nama : Priyambada Yudha Baskara
NIM : A1L012121
Nama Partner : 1. Abraham Kevin
2. Agri Rozak Y
3. M. Shodiqqurifqi

Rombongan : C1
Asisten :
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu upaya yang perlu kita lakukan untuk meningkatkan hasil pertanian adalah
dengan penggunaan bibit unggul. Sifat bibit unggul pada tanaman dapat timbul secara alami
karena adanya seleksi alam dan dapat juga timbul karena adanya campur tangan manusia.
Persilangan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan rekombinasi gen. Secara teknis,
persilangan dilakukan dengan cara memindahklan tepung sari kekepala putik pada tanaman yang
diinginkan sebagai tetua, baik pada tanaman yang menyerbuk sendiri (self polination crop)
maupun pada tanaman yang menmyerbuk silang (cross polination crop).

Varietas unggul didapat melalui beberapa metode pemuliaan tanaman. Metode pemuliaan
ini sangat ditentukan oleh sistem penyerbukan ataupun cara perkembang biakan tanman. Metode
untuk tanaman menyerbuk sendiri berbeda dengan metode untuk tanaman menyerbuk silang.
Metode yang dikembangkan secara seksual berbeda dengan yang dikembangkan secara aseksual.
Beberapa metode pemuliaan tanaman yang diketahui yaitu introduksi, seleksi dan hibridisasi
dilanjutkan seleksi.

Varietas hibrida merupakan generasi pertama hasil persilangan antara tetua berupa galur
inbrida. Varietas hibrida dapat dibentuk pada tanaman menyerbuk sendiri maupun menyerbuk
silang. Jagung merupakan tanaman pertama yang dibentuk menghasilkan varietas hibrida secara
komersial.

Tanaman jagung mempunyai komposisi genetik yang sangat dinamis karena cara
penyerbukan bunganya menyilang. Fiksasi gen-gen unggul (favorable genes) pada genotipe yang
homozigot justru akan berakibat depresi inbreeding yang menghasilkan tanaman kerdil dan daya
hasilnya rendah. Tanaman yang vigor, tumbuh cepat, subur, dan hasilnya tinggi justru diperoleh
dari tanaman yang komposisi genetiknya heterozigot.

B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menghasilkan biji F1 dengan kombinasi sifat tetua dari
persilangan jagung, sebagai salah satu tahap dalam upaya perakitan varietas baru untuk tanaman
menyerbuk silang.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Reproduksi merupakan kemampuan mahluk hidup untuk memperbanyak diri. Reproduksi


dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu reproduksi seksual (reproduksi melalui peleburan
gamet tetua) dan reproduksi aseksual (reproduksi tanpa peleburan gamet tetua). Penyerbukan
adalah jatuhnya serbuk sari ke kepala putik. Sedangkan pembuahan adalah bergabungnya gamet
jantan dan gamet betina. Kriteria klasifikasi yang dipergunakan hanya berdasarkan tingkat
penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang. Polonasi sendiri tentu hanya merupakan salah satu
sistem perbanyakan tanaman dan hanya sebagai salah satu jalan dimana populasi dapat
dikawinkan. Didalam group penyerbukan silang, jumlah persilangan dari luar sangat penting
karena ia mempengaruhi kontaminasi stok pemuliaan. Ada perbedaan yang besar antara jumlah
persilangan luar dengan dalam spesies dari suatu kelompok. Jumlah persilangan dari varietas
yang diberikan juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang berubah (R.W. Allard, 1992).

Hibridisasi (persilangan) adalah penyerbukan silang antara tetua yang berbeda susunan
genetiknya. Pada tanaman menyerbuk sendiri hibridisasi merupakan langkah awal pada program
pemuliaan setelah dilakukan pemilihan tetua. Umumnya program pemuliaan tanaman
menyerbuk sendiri dimulai dengan menyilangkan dua tetua homozigot yang berbeda
genotipenya. Pada tanaman menyerbuk silang, hibridisasi biasanya digunakan untuk menguji
potensi tetua atau pengujian ketegaran hibrida dalam rangka pembentukan varietas hibrida.
Selain itu, hibridisasi juga dimaksudkan untuk memperluas keragaman (Syukur, dkk. 2009)

Persilangan memiliki beberapa tujuan, yaitu : (1) Menggabungkan semua sifat baik ke
dalam satu genotipe baru; (2) Memperluas keragaman genetik; (3) Memanfaatkan vigor hibrida;
atau (4) Menguji potensi tetua (uji turunan). Dari keempat tujuan utama ini dapat disimpulkan
bahwa hibridisasi memiliki peranan penting dalam pemuliaan tanaman, terutama dalam hal
memperluas keragaman dan mendapatkan varietas unggul yang diinginkan. Seleksi akan efektif
apabila populasi yang diseleksi mempunyai keragaman genetik yang luas (Azrai dan Kasim,
2003).

Varietas unggul baru dari tanaman menyerbuk sendiri biasanya merupakan hasil seleksi
pada populasi keturunan hasil persilangan. Sebaliknya, pembentukan hibrida unggul pada
tanaman menyerbuk silang harus diawali dengan menyerbuk sendiri secara buatan. Keberhasilan
penyerbukan buatan sangat tergantung pada faktor internal (tanaman) dan faktor eksternal
(cuaca). Faktor internal yang terpenting adalah saat masaknya kelamin. Penyerbukan buatan
sebaiknya dilakukan pada saat serbuk sari (pollen) sudah masak tetapi belum mati dan putik siap
untuk dibuahi (reseptif). Cuaca yang cerah dan tidak ada angin akan mendukung keberhasilan
penyerbukan (Azrai dan Kasim, 2003).

Faktor terpenting dalam pembentukan hibrida adalah pemilihan plasma nutfah


pembentuk populasi dasar yang akan menentukan tersedianya tetua unggul. Tetua yang berasal
dari plasma nutfah superior dengan karakter agronomi ideal akan menghasilkan galur yang
memiliki daya gabung umum dan daya gabung khusus yang tinggi. Dalam proses perakitan
hibrida dibutuhkan sedikitnya dua populasi yang memiliki latar belakang plasma nutfah dengan
keragaman genetik yang luas, penampilan persilangan menonjol, dan menunjukkan tingkat
heterosis tinggi. Pembentukan hibrida diutamakan persilangan-persilangan antara bahan genetik
atau populasi yang kontras atau berbeda sumber plasma nutfahnya (Syukur, dkk. 2009).

Di alam penyerbukan silang terjadi secara spontan. Penyerbukan tersebut terjadi dengan
bantuan angin, serangga pollination dan binatang lainnya. Pada penyerbukan alami tidak
diketahui sifat-sifat dari pohon induk apakah baik atau buruk sehingga tidak dapat dilakukan
pengontrolan. Akibatnya hasilnya seringkali mengecewakan. Oleh karena itu agar persilangan
dapat dikontrol dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan, maka manusia melakukan
penyerbukan silang buatan (Wels, 1981).

Pada dasarnya teknik persilangan tanaman menyerbuk silang hampir sama dengan teknik
persilangan menyerbuk silang. Perbedaan teknik persilangan menyerbuk silang dengan
menyerbuk sendiri ialah pada proses emaskulasi. Pada tanaman menyerbuk silang proses
emaskulasi tidak perlu dilakukan. Hal tersebut berhubungan dengan karakter organ reproduksi
dari tanaman menyerbuk silang. Misalnya letak organ jantan dan organ betina yang terpisah,
masaknya polen tidak sama dengan kepala putik. Sehingga kontrol persilangan menjadi semakin
lebih mudah jika dibandingkan tanaman menyerbuk sendiri. Proses lainnya (persiapan,
isolasi, pengumpulan dan penyimpanan serbuk sari, polinasi, penutupan bunga dan pelabelan)
sama seperti pada tanaman menyerbuk sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
hibridisasi:

a) Pemilihan tetua.
b) Pengetahuan tentang morfologi dan metode reproduksi tanaman (menyerbuk
sendiri dan menyerbuk silang).
c) Waktu tanaman bunga (waktu bunga mekar/tanaman berbunga)

d) Keadaan cuaca saat penyerbukan.

e) Pelaksana (Sunarto, 1997).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat

1. Kantong kertas besar


2. Kantong kertas sedang
3. Strapler dan isinya
4. Label
5. Pensil

B. Bahan

1. Tongkol tetua betina


2. Malai tetua jantan

C. Prosedur kerja
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Kelompok :4

Rombongan : C1

Tetua : Jantan dari jagung manis, dan betina dari jagung manis

Tanggal penyerbukan : 3 Oktober 2013

Jumlah biji jagung : 413 biji

Tanggal pengambilan : 22 Oktober 2013

B. Pembahasan

Hibridisasi (persilangan) adalah penyerbukan silang antara tetua yang berbeda susunan
genetiknya. Pada tanaman menyerbuk sendiri hibridisasi merupakan langkah awal pada program
pemuliaan setelah dilakukan pemilihan tetua. Umumnya program pemuliaan tanaman
menyerbuk sendiri dimulai dengan menyilangkan dua tetua homozigot yang berbeda
genotipenya. Pada tanaman menyerbuk silang, hibridisasi biasanya digunakan untuk menguji
potensi tetua atau pengujian ketegaran hibrida dalam rangka pembentukan varietas hibrida.Selain
itu, hibridisasi juga dimaksudkan untuk memperluas keragaman (Syukur, dkk. 2009).
Pada umumnya maksud dan tujuan daripada penyelenggaraan hibridisasi adalah untuk
memperoleh jenis-jenis tanaman baru yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

1. Tumbuhnya tanaman lebih cepat, dapat lekas menjadi besar dan lebih kuat.

2. Hasilnya dapat dipungut dalam waktu yang lebih pendek.

3. Produksinya setiap tahun tetap baik atau lebih tinggi.

4. Kualitas hasil yang diperoleh lebih baik.

5. Bentuk dan warna bunga lebih menarik dan lebih indah.

6. Tanamannya lebih tahan terhadap serangan hama dan jangkitan penyakit.

7. Tanamannya lebih tahan terhadap iklim yang buruk, musum kering yang panjang, hujan lebat
dan tidak memilih jenis tanah tertentu, sehingga dapat tumbuh baik di berbagai daerah.

(Syukur, dkk. 2009).

Teknik Penyerbukan Silang Buatan adalah sebagai berikut :

1. Persiapan – Pengamatan bunga : pembungaan, benang sari, putik. Mengumpulkan


informasi mengenai : asal usul dan sifat tanaman, waktu penyerbukan yang baik. Pemilihan
induk jantan dan betina. Pemilihan bunga-bunga yang akan disilangkan.
2. Isolasi kuncup terpilih

3. Kastrasi / emaskulasi : Membuang semua benang sari dari sebuah kuncup bunga yang akan
dijadikan induk betina dalam penyerbukan silang. Dimaksudkan untuk menghindarkan
penyerbukan sendiri. Dilakukan sebelum bunga mekar (putik dan benang sari belum
masak).

4. Pengumpulan dan penyimpanan serbuk sari. Hal-hal yang harus diperhatikan : serbuk sari
tidak dapat disimpan terlalu lama pada kelembaban relatif tinggi, makin tua umur serbuk
sari makin rendah kemampuan kecambahnya untuk membentuk tabung serbuk sari, serbuk
sari membutuhkan penyimpanan dengan kelembaban rendah (10-50%) dan suhu rendah (2-
8ºC). Biasanya serbuk sari disimpan dalam desiccator yang diisi CaCl2 atau H2SO4
dengan konsentrasi tertentu.

5. Melakukan penyerbukan silang. Pada bunga hermafrodit, kastrasi harus dilakukan. Pada
tanaman yang hanya menghasilkan bunga betina (femineus), putik dapat langsung
diserbuki (tanpa kastrasi terlebih dahulu) saat bunga mekar. Waktu terbaik untuk
melakukan penyerbukan adalah pada saat tanaman berbunga lebat. Suhu yang baik untuk
melakukan penyerbukan adalah 20-25 ºC. Hindarkan kompetisi nutrisi antar putik yang
diserbuki (dalam satu cabang, sebaiknya jumlah putik yang diserbuki tidak terlalu banyak).
Kepala putik harus sudah mencapai masa reseptif, dan serbuk sari sudah benar-benar
masak. Materi penyerbukan dan pembuahan pada bunga ini merupakan materi yang patut
diperhatikan dan dipelajari dikarenakan tanpa penyerbukan dan pembuahan tidak akan ada
regenerasi dari suatu makhluk hidup.

(Ashari, 1998)

Dalam melakukan persilangan harus diperhatikan hal-hal berikut ini, yaitu :

1. Faktor Internal
a. Pemilihan Tetua
Ada lima kelompok sumber plasma nutfah yang dapat dijadikan tetua persilangan yaitu: (a)
varietas komersial, (b) galur-galur elit pemuliaan, (c) galur-galur pemuliaan dengan satu
atau beberapa sifat superior, (d) spesies introduksi tanaman dan (e) spesies liar. Peluang
menghasilkan varietas unggul yang dituju akan menjadi besar bila tetua yang digunakan
merupakan varietas-varietas komersial yang unggul yang sedang beredar, galur-galur
murni tetua hibrida, dan tetua-tetua varietas sintetik.

b. Waktu Tanaman Berbunga


Dalam melakukan persilangan harus diperhatikan: (1) penyesuaian waktu berbunga. Waktu
tanam tetua jantan dan betina harus diperhatikan supaya saat anthesis dan reseptif
waktunya bersamaan, (2) waktu emaskulasi dan penyerbukan. Pada tetua betina waktu
emaskulasi harus diperhatikan, seperti pada bunga kacang tanah, padi harus pagi hari, bila
melalui waktu tersebut polen telah jatuh ke stigma. Juga waktu penyerbukan harus tepat
ketika stigma reseptif. Jika antara waktu antesis bunga jantan dan waktu reseptif bunga
betina tidak bersamaan, maka perlu dilakukan singkronisasi. Caranya dengan membedakan
waktu penanaman antara kedua tetua, sehingga nantinya kedua tetua akan siap dalam
waktu yang bersamaan. Untuk tujuan sinkronisasi ini diperlukan informasi tentang umur
tanaman berbunga (Syukur, 2009).

2. Faktor Eksternal
a. Pengetahuan tentang Organ Reproduksi dan Tipe Penyerbukan
Untuk dapat melakukan penyerbukan silang secara buatan, hal yang paling mendasar dan
yang paling penting diketahui adalah organ reproduksi dan tipe penyerbukan. Dengan
mengetahui organ reproduksi, kita dapat menduga tipe penyerbukannya, apakah tanaman
tersebut menyerbuk silang atau menyerbuk sendiri. Tanaman menyerbuk silang dicirikan
oleh struktur bunga sebagai berikut :
 secara morfologi, bunganya mempunyai struktur tertentu.
 waktu antesis dan reseptif berbeda.
 inkompatibilitas atau ketidaksesuaian alat kelamin.
 adanya bunga monoecious dan dioecious.

b. Cuaca Saat Penyerbukan


Cuaca sangat besar peranannya dalam menentukan keberhasilan persilangan buatan.
Kondisi panas dengan suhu tinggi dan kelembaban udara terlalu rendah menyebabkan
bunga rontok. Demikian pula jika ada angin kencang dan hujan yang terlalu lebat.

c. Pelaksana
Pemulia yang melaksanakan hibridisasi harus dengan serius dan bersungguh-sungguh
dalam melakukan hibridisasi, karena jika pemulia ceroboh maka hibridisasi akan gagal
(Syukur, 2009)
Tanaman Menyerbuk silang dicirikan oleh strutur bunga sebagai berikut :

a. Secara morfologi, bunganya mempunyai struktur tertentu.


b. Waktu antesis dan reseptif berbeda.
c. Inkompatibilitas atau ketidaksesuaian alat kelamin.
d. Adanya bunga monoecious dan dioecious

Pemilihan tetua sebagai induk dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu :
1. Pemilihan tetua untuk karakter kualitatif
Karakter kualitatif menunjukkan fenotif yang berbeda akibat adanya genotif yang berbeda.

2. Pemilihan tetua untuk karakter kuantitatif


Pemilihan karakter kuantitatif lebih sulit karena perbedaan fenotif belum tentu disebabkan
oleh genotif yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pemilihan tetua
untuk karakter ini perlu dipertimbangkan dari segi aspek fisiologi, aspek adaptasi, dan
susunan genotif.

(Nasir, 2001)

Keberhasilan suatu persilangan buatan dapat dilihat kira-kira satu minggu setelah
dilakukan penyerbukan. Jika calon buah mulai membesar dan tidak rontok maka kemungkinan
telah terjadi pembuahan. Sebaliknya, jika calon buah tidak membesar atau rontok maka
kemungkinan telah terjadi kegagalan pembuahan. Keberhasilan penyerbukan buatan yang
kemudian diikuti oleh pembuahan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
kompatibilitas tetua, ketepatan waktu reseptif betina dan antesis jantan, kesuburan tanaman serta
faktor lingkungan. Kompatibilitas tetua terkait dengan gen-gen yang terkandung pada tetua
jantan dan betina. Waktu reseptif betina dan antesis jantan dapat dilihat ciri morfologi bunga.
Bunga yang terbaik adalah bunga yang akan mekar pada hari tersebut.Sementara itu, faktor
lingkungan yang berpengaruh pada keberhasilan persilangan buatan adalah curah hujan, cahaya
mahatari, kelembaban dan suhu. Curah hujan dan suhu tinggi akan menyebabkan rendahnya
keberhasilan persilangan buatan. Pada persilangan buatan tanaman hermaprodit atau juga
tanaman lainnya, biji yang dihasilkan belum tentu merupakan hasil persilangan buatan. Bisa jadi
biji tersebut merupakan hasil selfing (untuk bunga hermaprodit) atau hasil persilangan tanaman
lain (karena prosesisolasi yang tidak sempurna). Hal tersebut dapat dideteksi dengan bantuan
penanda, baik berupa penanda morfologi maupun penanda molekuler. Sifat kualitatif tanaman
dapat digunakan sebagai penanda morfologi (Sunarto, 1997).

Praktikum Dasar Pemuliaan Tanaman acara Hibridisasi Tanaman Menyerbuk Silang ni


dilakukan pada tanaman jagung. Hibridisasi dilakukan dengan memasukkan kantong penutup
kepada malai lalu menggoyang-goyangkan malai sampai serbuk sarinya terkumpul. Kantong
yang berisi serbuk sari dilepaskan perlahan dengan hati-hati, agar serbuk sari tidak keluar dan
tidak terjadi kontaminasi. Kemudian serbuk sari didekatkan pada ujung rambut tongkol bunga
betina. Serbuk sari ditaburkan pada ujung rambut tongkol dengan cepat untuk menghindari
kontaminasi. Setelah penyerbukan selesai, tongkol ditutup kembali dengan kantong malai, dan
dikuatkan pada batang dengan menggunakan tali. Kemudian dipelihara dan amati perkembangan
bakal biji pada tongkol setelah dilakukanya persilangan.

Varietas jagung yang digunakan dalam praktikum hibridisasi buatan kali ini adalah
varietas jagung manis sebagai tetua betina dan tetua jantan. Emaskulasi dilakukan pada hari
Jumat tanggal 03 Oktober 2013. Hasil hibridisasi diperoleh pada tanggal 22 Oktober 2013.
Jumlah biji yang dihasilkan dari persilangan berjumlah 413 biji. Dari hasil pengamatan,
hibridisasi yang dilakukan ini termasuk sudah berhasil, sebab bunga betina yang diamati
menunjukkan tanda-tanda keberhasilan hibridisasi yaitu bulu-bulu benang tongkol berubah
warna menjadi kecoklatan dan tongkol membesar. Keberhasilan suatu persilangan buatan dapat
dilihat kira-kira satu sampai dua minggu setelah dilakukan penyerbukan. Jika calon buah mulai
membesar dan tidak rontok maka kemungkinan telah terjadi pembuahan. Sebaliknya, jika calon
buah tidak membesar atau rontok maka kemungkinan telah terjadi kegagalan pembuahan.
(Syukur, 2009)
V. SIMPULAN

1. Hibridisasi (persilangan) adalah penyerbukan silang antara tetua yang berbeda susunan
genetiknya. Penyerbukan tersebut terjadi dengan bantuan angin, serangga pollination dan
binatang lainnya.
2. Teknik penyerbukan silang buatan meliputi Pengumpulan dan penyimpanan serbuk sari,
Persiapan – Pengamatan bunga, Isolasi kuncup terpilih, Kastrasi / emaskulasi, kemudian
melakukan penyerbukan silang.
3. Varietas jagung yang digunakan adalah varietas jagung manis sebagai tetua betina dan
tetua jantan. Dan menghasilkan biji dengan jumlah 343 biji.
DAFTAR PUSTAKA

Allard, R.W. 1988. Pemuliaan Tanaman. Bina Aksara - Jakarta.

Ashari, S. 1998. Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Penerbit Rineka Cipta – Jakarta.

Azrai, M., dan F. Kasim. 2003. Analisis varians dan heritabilitas ketahanan galur jagung
rekombinan terhadap penyakit bulai. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 22 (1):
31-35.
Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional - Jakarta.
Sunarto. 1997. Pemuliaan Tanaman. IKIP Semarang Press, Semarang.

Syukur, M., S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2009. Teknik Pemuliaan Tanaman. Bagian Genetika
dan Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi dan Hotikultura IPB – Bogor.

Wels, James R. 1981. Dasar-dasar Denetika dan Pemuliaan Tanaman. Erlangga - Jakarta.
LAMPIRAN

FOTO JAGUNG HASIL PENYERBUKAN SILANG

You might also like