You are on page 1of 29

TUGAS CRITICAL BOOK REPORT

TERMODINAMIKA

Oleh :

NAMA : Alwen Juliver Siregar (5183520009)

: Jefri Suranta Purba (5183520003)

: Anggiat Manurung (5183520008)

: Andrean Sebastian (5184420001)

Prodi : D-3 Teknik Mesin

Dosen Pengampu : Janter P. Simanjuntak, ST., MT., Ph.D

D3 TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat tuhan Yang Maha Esa dan dengan
rahmat dan karunianya, Tugas Critical Book Report ini dapat saya buat, sebagai bahan
pembelajaran kami dengan harapan dapat diterima dan dipahami secara bersama.

Tugas Critical Book ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Termodinamika.
Tugas ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan tugas ini.

Akhirnya saya dengan kerendahan hati saya meminta maaf jika terdapat kesalahan
dalam penulisan atau penguraian Tugas Critical Book Report saya dengan harapan dapat
diterima oleh bapak dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran kami.

Medan,15 Mei 2019

Penulis
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

PENGERTIAN DASAR

Termodinamika terapan adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan kalor (heat),
kerja (work), dan sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu sistem. Termodinamika terapan
diperlukan untuk menganalisis dan mengubah energi panas dari sumber yang bermanfaat,
seperti bahan bakar minyak atau nuklir menjadi kerja mekanik.
Mesin kalor (Heat Engine) adalah nama yang diberikan kepada suatu sistem yang
bekerja dalam suatu siklus untuk menghasilkan kerja (work) dari suatu patokan (suplai)
energi kalor yang diberikan. Dari hukum termodinamika telah diamati bahwa kalor dan kerja
adalah dua bentuk yang erat hubungannya dan akan menggambarkan keberadaan energi.
Hubungan ini adalah dasar dari Hukum Pertama Termodinamika I. Dari hasil pengamatan
diperoleh bahwa kalor tidak pernah mengalir dari suatu benda pada suhu yang rendah ke
suatu benda yang mempunyai suhu yang lebih tinggi. Pengamatan ini adalah dasar dari
Hukum Termodinamika II, yang dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa mesin kalor
tidak dapat mengubah semua kalor yang masuk menjadi kerja mekanik, tetapi harus selalu
ada kalor yang dibuang pada bentuk suhu yang lebih rendah daripada suhu pemasukan.

1.1 Kalor, Kerja, dan Sistem


Kalor (Heat) : adalah suatu bentuk energi yang dipindahkan dari suatu benda ke benda lain
yang memiliki suhu lebih rendah, sesuai dengan perbedaan suhu di antara 2 benda tersebut.
Energi dalam yang dimiliki oleh suatu benda, paling sedikit merupakan fungsi dari
suhu, seharusnya tidak dirancukan dengan kalor (heat). Kalor (heat) tidak pernah dapat
diisikan ke dalam suatu benda atau dimiliki oleh suatu benda.

Sistem : Suatu sistem didefinisikan sebagai suatu kumpulan benda dalam batas-batas yang
telah ditentukan dan dapat diidentifikasi. Batas-batas sistem bisa tetap atau berubah
bergantung pada definisi sistem yang ditetapkan.
Tekanan : Tekanan dari suatu sistem adalah gaya yang dihasilkan oleh sistem tersebut pada
satuan luas dari batas-batasnya

Volume spesifik adalah volume yang ditempati oleh satu satuan masa dari sistem. Simbol
yang digunakan adalah ν dan satuannya sebagai contoh adalah m3/kg. Simbol V akan
digunakan untuk volume. (catatan : volume spesifik berbanding terbalik dengan densitas).
Kerja (work) didefinisikan sebagai hasil perkalian dari suatu gaya dan perpindahan jarak
yang searah dengan gaya tersebut Kerja dikenal sebagai energidalam proses peralihan. Kerja
tidak pernah diisikan dalam benda atau dimiliki oleh benda.
Kalor dan kerja keduanya merupakan energi transisi dan tidak harus dirancukan dengan
energi dalam yang dimiliki oleh suatu sistem

1.2 Sistem satuan

Dalam sistem SI 6 besaran fisik ditandai secara sembarang oleh nilai satuan dan karena
itu semua besaran fisik yang lain diturunkan dari sini. Enam besaran yang dipilih dan satuan-
satuannya adalah sebagai berikut. Panjang (meter, m), masa (kilogram, kg), waktu (detik, s),
arus listrik (ampere, A), suhu termodinamika (derajat Kelvin, K), intensitas penyinaran
(kandela, cd). Sebagai contoh, kecepatan = panjang/waktu mempunyai satuan m/s;
percepatan = kecepatan/waktu mempunyai satuan m/ s2.

Gaya, Energi, dan Tenaga


Hukum Newton II ditulis sebagai massa × percepatan, untuk suatu benda yang
mempunyai massa tetap.
F = k × m × a
(m adalah masa benda yang dipercepat dengan percepatan a, oleh suatu gaya F; k
adalah konstanta).Dalam sistem satuan yang benar seperti SI, k = 1 sehingga
F=mxa
Satuan SI untuk gaya adalah kg/m.s2. Satuan SI untuk kerja (= gaya x jarak) adalah Newton
meter, N.m. Pada pernyataan yang terdahulu, kalor dan kerja adalah dua bentuk energi, dan
karena itu keduanya dapat mempunyai satuan kg.m2/s2 atau N.m. Satuan yang umum untuk
energi dikenalkan dengan memberikan N.m dengan Joule.
Tekanan
Satuan dari tekanan (gaya per satuan luas), adalah N/m2 dan satuan ini kadang-kadang
disebut sebagai Pascal, Pa.

Faktor Pengali dan Subfaktor Pengali


Faktor pengali dan subfaktor pengali satuan dasar dibentuk dengan bantuan awalan, dan
satu yang paling umum digunakan ditunjukkan berikut ini:
Faktor pengali Awalan Simbol
satu juta, 106 mega M
seribu, 103 kilo K
seperseribu, 10-3 milli M
sepersejuta, 10-6 mikro M

1.3 Tingkat Keadaan Fluida Kerja

Dalam praktik, bahan yang diisikan di dalam batas-batas dari suatu sistem dapat berupa
cairan, uap atau gas, dan dikenal sebagai fluida kerja. Tingkat keadaan sesaat dari fluida kerja
akan didefinisikan dengan ciri tertentu yang dikenal dari sifat-sifatnya.
Sifat-sifat termodinamika yang dikenalkan dalam buku ini adalah tekanan, suhu,
volume spesifik, energi dalam, entalpi, dan entropi. Telah diketahui bahwa untuk suatu fluida
yang murni, hanya dua sifat bebas yang perlu untuk menetapkan tingkat keadaan suatu fluida
secara lengkap.

1.4 Kekontinyuan dan Reversibilitas

Bila suatu sistem berubah sesaat tingkat keadaannya dengan cepat selama proses, titik tingkat
keadaannya dapat digambarkan pada diagram tersebut, dan proses tersebut dikatakan
Reversibilitas.. Fluida mengalami suatu proses yang mengalir melalui garis kontinyu pada
keadaan keseimbangan. Proses Reversibilitas antara dua keadaan dapat digambarkan sebagai
garis pada diagram sifat,. Proses yang nyata disebut sebagai proses Kekontinyuan. Suatu
proses Kekontinyuan biasanya disajikan dengan garis putus-putus yang menghubungkan
akhir tingkat keadaannya untuk menunjukkan bahwa tingkat keadaan tengah tidak dapat
ditentukan
Definisi yang lebih rinci dari kekontinyuan adalah sebagai berikut. Bila suatu fluida
mengalami proses “reversibleâ€, fluida dan sekelilingnya, keduanya dapat selalu
dikembalikan ke tingkat keadaan awalnya. Kriteria kekontinyuan adalah sebagai berikut:
1. Proses harus tanpa gesekan. Fluida sendiri harus tidak mempunyai gesekan dalam
dan harus tidak ada gesekan mekanik (misalnya antara silinder dan piston).
2. Perbedaan tekanan antara fluida dan sekelilingnya selama proses harus hampir tidak
ada. Ini berarti bahwa proses harus berlangsung sangat cepat, karena gaya untuk
mempercepat batas-batas dari sistem adalah sangat kecil.
3. Perbedaan suhu antara fluida dan sekelilingnya selama proses harus sangat kecil. Ini
berarti bahwa panas yang diberikan atau dibuang ke atau dari sistem harus
dipindahkan dengan sangat pelan.

1.5 Kerja Reversibel

Suatu fluida ideal tanpa gesekan diisikan dalam suatu silinder yang bertorak (piston).
Diasumsikan bahwa tekanan dan suhu fluida adalah seragam dan tidak ada gesekan antara
torak (silinder) dan dinding silinder.
Andaikan luas potongan penampang melintang dari torak (piston) adalah A, dan bila
tekanan fluida pada suatu saat adalah p gaya penahan yang dikenakan oleh sekeliling pada
piston adalah (p-dp). A, dan piston bergerak karena pengaruh gaya aksi dari gaya yang
diberikan oleh fluida pada jarak dl ke arah kanan, maka kerja yang dilakukan oleh fluida pada
piston adalah hasil kali gaya dan jarak perpindahan,
Kerja yang dilakukan oleh fluida = ( pA) x dl = p Dv (dv adalah kenaikan volume yang
kecil). atau dengan mempertimbangkan persatuan masa Kerja yang dilakukan = p dv ( v
adalah volume spesifik ).
Hal ini benar hanya jika kriteria kekontinyuan (a) dan (b) dijadikan dasar sub bagian
1.4. Karena bila suatu proses “reversible” berlangsung antara tingkat keadaan 1 dan 2.

kita mempunyai,Kerja yang dilakukan persatuan masa fluida =


Bila fluida mengalami urutan proses dan akhirnya kembali ke tingkat keadaan awalnya, maka
dikatakan fluida telah mengalami siklus termodinamik. Suatu siklus yang hanya terdiri atas
proses “reversible” adalah siklus reversible. Siklus yang diplot pada diagram sifat
membentuk gambar tertutup, dan suatu siklus reversible diplot pada diagram p-v
membentuk gambar tertutup, yaitu daerah yang menunjukkan kerja bersih dari siklus tersebut
BAB II

HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA

2.1 Konservasi Energi

Konsep-konsep energi dan hipotesa bahwa energi tidak dapat diciptakan dan
dimusnahkan telah dikembangkan oleh para ilmuwan pada awal abad ke 19 yang telah
dikenal sebagai Prinsip konservasi Energi. Hukum pertama termodinamika hanya merupakan
salah satu bagian dari pernyataan prinsip umum tersebut di atas dengan acuan khusus pada
energi panas dan energi mekanis.
Bila ada suatu sistem yang dibuat dengan siklus yang lengkap maka kerja bersih
dilakukan atau dikenakan oleh atau kepada sistem tersebut. Selama energi tidak dapat
diciptakan, energi mekanik ini harus didapatkan melalui transformasi dari beberapa sumber
energi. Dengan prinsip konservasi energi, kerja bersih yang dilakukan oleh sistem, sama
dengan panas bersih yang diberikan ke sistem. Oleh karena itu, Hukum pertama
termodinamika dapat dinyatakan sebagai berikut:
Bila sistem mengalami siklus termodinamika maka panas bersih yang diberikan
kepada sistem sama dengan kerja bersih yang dilakukan oleh sistem kepada sekelilingnya.
Dituliskan dengan lambang :

dimana Σ menunjukan jumlah untuk suatu siklus yang lengkap.

2.2 Persamaan Sistem Fluida Tidak Mengalir.

Ini adalah benar untuk siklus yang sempurna bila energi dalam akhir dari sistem sama dengan
nilai awalnya. Selanjutnya dianalisa suatu proses yang mana energi dalam dari sistem
akhirnya lebih besar dari energi dalam awal. Perbedaan antara panas bersih yang diberikan
dan kerja bersih yang dihasilkan akan menaikan energi dalam dari sistem, sehingga :
Kenaikan energi dalam = panas bersih yang diberikan - kerja bersih yang dihasilkan.
Bila pengaruh bersih adalah untuk memindahkan energi dari sistem, maka akan ada
kehilangan energi dalam dari sistem
Bila suatu fluida tidak dalam aliran, maka energi dalamnya disebut sebagai energi dalam dari
fluida dan diberi simbol u. Energi dalam dari fluida bergantung pada tekanan dan suhunya,
serta sifat-sifatnya. Juga, Kenaikan energi dalam = panas bersih yang diberikan - kerja bersih
yang dilakukan. Sehingga

Persamaan ini benar untuk suatu proses yang berurutan antara kedudukan 1 dan
kedudukan 2 yang dihasilkan, tidak ada aliran fluida kedalam atau keluar sistem. Dalam suatu
proses fluida yang tidak mengalir, panas dapat masuk atau keluar dari sistem, tetapi keduanya
tidak dapat berlangsung bersamaan.
U2 – U1 = Q - W untuk proses yang tidak mengalir.

atau :
Q = (U2 – U1) + W atau untuk 1 kg
Q = (u2 - u1) + W (2.2)
Persamaan ini dikenal sebagai persamaan energi untuk fluida yang tidak mengalir.
Persamaan 2.2 sering ditulis dalam bentuk diferensial. Untuk sejumlah kecil panas yang
diberikan dQ, sejumlah kecil kerja yang dilakukan oleh fluida dW, dan sejumlah kecil
kenaikan energi dalam du, maka : dQ = du + dW (2.3)

2.3 Persamaan Untuk Sistem Yang Mengalir

Dalam bagian 2.2, energi dalam dari fluida telah dikatakan sebagai energi yang
tersimpan dari fluida karena sifat-sifat termodinamikanya. Bila 1 kg fluida dengan energi
dalam, u, sedang bergerak dengan kecepatan C dan ketinggian Z di atas level data, maka
fluida tersebut mempunyai total energi u +(C2/2) + Zg, dimana C2/2 adalah energi kinetik dari
1 kg fluida dan Zg adalah energi potensial dari 1 kg fluida.
Banyak kejadian dalam masalah yang praktis, laju aliran fluida melalui mesin atau peralatan
adalah konstan. Tipe aliran ini disebut sebagai aliran mantap.
Anggap ada 1 kg fluida yang mengalir dalam keadaan mantap melalui sepotong peralatan.
Sebagaimana terlihat pada Gambar 2.2., kasus ini meliputi suatu sistem yang terbuka
sebagaimana didefinisikan pada bagian 1.2. Batas sistem ditunjukan dengan memotong
bagian pemasukan pipa pada potongan 1 dan pipa pengeluaran pada potongan 2. Batas ini
kadang-kadang disebut sebagai permukaan terkontrol, dan untuk sistem tidak terarah disebut
volume terkontrol
Bila diasumsikan ada aliran mantap dgn diberikan panas Q per kg fluida, dan setiap kg
fluida melakukan kerja W melalui peralatan. Dalam rangka untuk melewatkan 1 kg fluida
melewati batas, suatu energi penggerak diperlukan; sama seperti untuk mendorong 1 kg
fluida melewati batas pada keluaran, suatu energi pendorong diperlukan. Penampang pipa
masuk ditunjukan dengan pembesaran yang ditunjukan pada gambar 2.3. Dengan
memperhatikan suatu elemen fluida, panjang l, dan bila luasan penampang melintang dari
pipa pemasukan adalah A1, maka didapatkan energi yang diperlukan untuk mendorong
elemen tersebut melalui batas
= (p1A1) x l
= p1 x (volume dari elemen fluida)
Maka energi yang dibutuhkan untuk 1 kg fluida = p1 v1 (dimana v adalah volume spesifik dari
fluida pada potongan 1) Dengan cara yang sama dapat ditunjukan bahwa, Energi yang
dibutuhkan pada pengeluaran untuk mendorong 1 kg fluida melewati batas = p2 v2.Sekarang
perlu dianalisa energi yang masuk dan yang meninggalkan sistem. Energi yang masuk ke
sistem terdiri dari energi dari fluida yang mengalir pada pemasukan sebesar Komponen p 1v1,
dan panas yang diberikan Q, energi yang meninggalkan sistem terdiri dari energi fluida yang

mengalir pada bagian pengeluaran , elemen energi p2v2, dan kerja yang dilakukan
oleh fluida W. Aliran fluida mantap yang masuk dan keluar sistem, dan ada aliran mantap
untuk perpindahan panas dan kerja, maka energi yang masuk harus benar-benar sama dengan
energi yang meninggalkan, sehingga.

Hampir semua masalah-masalah dalam termodinamika terapan, perubahan tinggi dapat


diabaikan dan energi potensial dapat dihilangkan dari persamaan tersebut. Elemen u dan pv
ada pada kedua sisi persamaan tersebut dan selalu akan bekerja dalam proses aliran sehingga
fluida selalu mempunyai energi dalam tertentu, dan elemen pv selalu ada pada pemasukan
dan pengeluaran sebagaimana ditunjukan pada pembuktian di atas. Jumlah energi dalam dan
elemen pv diberikan dengan simbol h, dan disebut entalpi, sehingga Entalpi, h = u + pv. (2.7)
Entalpi fluida merupakan salah satu sifat fluida, karena entalpi terdiri dari jumlah sifat-sifat
dan perkalian dari dua sifat. Ketika entalpi adalah suatu sifat seperti halnya energi dalam,
tekanan, volume spesifik dan suhu, entalpi tersebut dapat diperhitungkan dalam suatu
masalah, baik dalam proses mengalir ataupun proses yang tidak mengalir. Entalpi suatu masa
m dari fluida dapat ditulis sebagai H (sehingga mh = H). Satuan dari h adalah sama seperti
satuan untuk energi dalam.
Dalam aliran mantap debit aliran massa fluida pada suatu penampang adalah sama dengan
aliran massa pada penampang yang lain. Dengan memperhatikan suatu penampang melintang
dengan luasan A, dimana kecepatan fluida adalah C, maka debit aliran volume melewati
penampang tersebut adalah CA.. Aliran massa merupakan aliran volume dibagi dengan
volume spesifik.
Debit aliran masa ,

(dimana v = volume spesifik pada penampang tersebut).Persamaan ini dikenal sebagai


persamaan kontinyuitas massa ).
Dengan referensi pada gambar 2.2
BAB III

FLUIDA KERJA

Pada sub bab 1.5 bahan yang ada di alam batas sistem didefinisikan sebagai fluida
kerja, dan dinyatakan bahwa bila dua sifat sembarang fluida diketahui maka tingkat keadaan
termodinamika fluida tersebut terdefinisi. Dalam sistem termodinamika fluida kerja dapat
berupa cairan, uap, atau gas. Semua bahan dapat berada dari salah satu phase ini, tetapi dalam
pembahasan termodinamika diarahkan untuk mengidentifikasi semua bahan pada phase mana
mereka dalam keadaan keseimbangan pada tekanan dan suhu atmosfer. Sebagai contoh,
bahan seperti oksigen dan nitrogen merupakan zat yang dikenal sebagai gas; H 2O sebagai
cairan atau uap; Mercuri dikenal sebagai cairan. Semua bahan-bahan ini dapat berada dalam
phase-phase yang berbeda-beda; oksigen dan nitrogen dapat dicairkan; H 2O dapat menjadi
gas pada suhu yang sangat tinggi; mercuri dapat diuapkan dan akan berupa gas jika suhu
dinaikkan cukup tinggi.

3.1 Cairan, uap, dan gas

Bila suatu fluida dipanaskan pada tekanan konstan, ada satu suhu tertentu yang dicirikan
oleh munculnya gelembung dari uap dalam cairan; phenomena ini dikenal sebagai proses
pendidihan. Pada tekanan yang lebih tinggi fluida akan mendidih pada suhu yang lebih
tinggi. Juga diketahui bahwa volume yang ditempati oleh 1 kg cairan yang mendidih pada
tekanan yang lebih tinggi jauh lebih besar daripada volume yang ditempati oleh 1 kg dari
fluida yang sama bila fluida tersebut mendidih pada tekanan lebih rendah. Rangkaian titik
didih yang digambarkan pada diagram p-v akan membentuk garis miring, seperti ditunjukkan
pada Gambar 3.1. Titik-titik P, Q, dan R menunjukan titik-titik pendidihan fluida pada
tekanan masing-masing Pp, Pq , dan Pr..
Bila suatu fluida berada pada titik didih dan terus dipanaskan pada tekanan tetap, maka
tambahan panas yang diberikan akan mengubah phase dari bahan cair menjadi uap; selama
perubahan phase, tekanan dan suhu tetap konstan. Panas yang diberikan disebut sebagai
panas laten penguapan. Semakin tinggi tekanan, semakin sedikit jumlah panas laten yang
dibutuhkan untuk menguapkan bahan.
Ada suatu nilai volume spesifik uap tertentu pada suatu nilai tekanan, dimana pada saat
tersebut penguapan berlangsung secara sempurna. Rangkaian titik-titik dari P’, Q’
dan Q’ dapat digambarkan dan dihubungkan pada bentuk garis.
3.2 Penggunaan Tabel Uap

Tabel uap dapat digunakan untuk kebanyakan macam bahan yang secara normal ada
dalam phase uap (seperti uap, amonia, dan freon). Tabel-tabel tersebut telah disusun oleh
Mayhew dan Rogers dan digunakan dalam buku ini. Tabel-tabel dari Mayhew dan rogers
umumnya diperuntukan bagi uap, tetapi beberapa sifat dari ammonia dan freon -12 juga
diberikan.
Sifat-sifat zat pada tingkat keadaan jenuh
Tekanan penjenuhan dan yang berhubungan dengan suhu penjenuhan uap ditabelkan
dalam kolom-kolom paralel dalam tabel pertama, untuk tekanan yang berkisar 0.006112 bar
sampai tekanan kritis 221.2 bar. Volume spesifik, energi dalam, entalpi dan entropi juga
ditabulasikan untuk uap kering jenuh pada setiap tekanan dan yang bersesuaian suhu
penjenuhan. Subskrip g digunakan untuk menotasikan tingkat kering jenuh.

P ts νg uf ug hf hfg hg Sf Sfg Sg


0.34 72.0 4.649 302 2472 302 2328 2630 0.980 6.745 7.725

Gambar 3.5 Contoh Tabel Uap

Sifat-sifat dari uap basah.


Untuk suatu uap basah volume total campuran diberikan oleh volume cairan yang ada
ditambah dengan volume uap kering jenuh sehingga volume spesifik diberikan sebagai,

Sekarang untuk 1 kg uap basah, ada x kg uap kering dan (1 - x) kg cairan, dimana x
adalah fraksi kekeringan sebagaimana didefinisikan sebelumnya, dengan demikian,
v = vf (1 - x) + vg x
Volume cairan biasanya sangat kecil dibandingkan dengan volume uap jenuh, dengan
demikian untuk masalah-masalah praktis, v = x vg (3.1) Entalpi uap basah diberikan sebagai
jumlah entalpi cairan ditambah dengan entalpi uap kering,
h = (1 - x) hf + x hg h =hf + x (hg - hf)
h = hf + x hfg (3.2)
Dengan cara yang sama, energi dalam uap basah diberikan sebagai energi dalam cairan
ditambah dengan energi dalam uap kering,
u = (1 - x) uf + x ug (3.3)
u = uf + x (ug - uf) (3.4)
Sifat-sifat uap super panas
Untuk uap dalam daerah superpanas, suhu dan tekanan merupakan sifat-sifat bebas
(indepedent). Bila suhu dan tekanan diberikan untuk suatu uap super panas maka
kedudukannya dapat didefinisikan dan semua sifat-sifat yang lain dapat diperoleh. Sebagai
contoh, uap pada 2 bar dan 200°C merupakan uap super panas karena suhu penjenuhan
pada 2 bar adalah 120.2°C, yang lebih kecil dari suhu aktual. Tabel-tabel dari sifat-sifat uap
super panas berkisar dari tekanan 0.006112 bar ketekanan 221.2 bar, dan ada suatu tabel
tambahan tekanan lewat kritis di atas 1000 bar. Pada setiap tekanan ada suatu kisaran suhu ke
derajat yang tinggi dari super panas, dan nilai-nilai dari volume spesifik, energi dalam, di atas
tekanan ini energi dalam tidak ditabelkan. Sebagai referensi, suhu penjenuhan disisipkan di
antara tanda kurung untuk setiap tekanan dalam tabel super panas dan nilai-nilai v g, ug, hg dan
sg juga diberikan. Contoh baris dari nilai-nilai tersebut ditunjukan dalam Gambar 3.7.

P (ts) t 250 300 350 400 450 500 600


ν 0.1115 0.1255 0.1386 0.1511 0.1634 0.1756 0.1995
u 2681 2774 2861 2946 3030 3116 3291
20
h 2904 3025 3138 3248 3357 3467 3690
(212.4) s 6.547 6.768 6.957 7.126 7.283 7.431 7.701

Gambar 3.7. Contoh Tabel Sifat-sifat uap superpanas pada beberapa suhu pada suatu tekanan

Interpolasi
Untuk sifat-sifat yang tidak ditabelkan secara pasti dalam tabel, perlu untuk
menginterpolasinya di antara nilai-nilai yang ada pada tabel. Sebagai contoh, untuk
mendapatkan suhu, volume spesifik, energi dalam, dan entalpi dari uap kering jenuh pada 9.8
bar, perlu untuk menginterpolasi nilai-nilai yang diberikan di dalam tabel.
Pada 9.8 bar, suhu penjenuhan, t, adalah sama dengan suhu penjenuhan pada 9 bar

ditambah (suhu penjenuhan pada 10 bar - suhu penjenuhan pada 9 bar). Catatan
bahwa hal ini dilakukan dengan mengasumsikan suatu variasi yang linier antara 2 nilai
tersebut (lihat Gambar 3.9).
sehingga

Dengan cara yang sama hg pada 9.8 bar = hg pada 9 bar + 0.8 x (hg pada 10 bar - hg pada 9
bar)
= 2774 + 0.8(2778 -2774) = 2777.2 kJ/kg.

Juga ug pada 9.8 bar = 2581 + 0.8(2584 - 2581) = 2583.4 kJ/kg. Sebagai contoh yang lain,
uap pada 5 bar pada suhu 320°C.
Uap tersebut adalah super panas karena suhu penjenuhan pada 5 bar adalah 151.8°C,
tetapi untuk memperoleh volume spesifik dan entalpi suatu interpolasi diperlukan,
v = (v pada 5 bar dan 300 °C) + 20/50 (v pada 5 bar dan
350°C - v pada 5 bar dan 300°C) maka v = 0.5226 + 0.4 (0.5701 - 0.5226)
= 0.5416 m3/kg
hampir sama dengan
h = 3065 + 0.4(3168 -3065) = 3106.2 kJ/kg
Dalam beberapa hal interpolasi ganda diperlukan.

3.3 Gas ideal

Ciri Persamaan Tingkat Keadaan


Pada suhu yang berada di luar suhu kritis dari suatu fluida, dan juga pada tekanan yang
sangat rendah, uap fluida cenderung memenuhi persamaan

Dalam praktik tidak ada gas yang mengikuti hukum ini secara tepat, tetapi banyak gas
mengarah kepersamaan tersebut. Gambaran gas ideal yang mematuhi hukum tersebut disebut
suatu gas ideal, dan persamaan, pv / T = R, disebut persamaan sifat tingkat keadaan gas ideal.
Konstanta, R, disebut dengan konstanta gas. Satuan dari R adalah N m/kg K atau kJ/kg K.
Setiap gas sempurna mempunyai konstanta yang berbeda. Persamaan sifat biasanya ditulis
pv = RT atau untuk m kg, yang menempati V m3,
pv = mRT
Bentuk lain dari persamaan karakteristik dapat diturunkan dengan menggunakan kilo-gram
mole sebagai satuan. Kilo-gram mole didefinisikan sebagai jumlah ekivalen gas untuk M kg
gas, dimana M adalah berat molekul gas (berat molekul Oksigen adalah 32 , maka 1 kg
oksigen adalah ekivalen dengan 32 kg oksigen ). Dari definisi kilo-gram mole, untuk m kg
gas didefinisikan, m = n M
(dimana n adalah jumlah mol ).

Kalor Spesifik
Kalor spesifik suatu padatan atau cairan biasanya didefinisikan sebagai kebutuhan kalor
untuk menaikkan satu satuan masa sebesar satu derajat suhu. Untuk jumlah kecil zat
didefinisikan dQ = m c dT, dimana m adalah massa, dT adalah kenaikan suhu, dan c adalah
panas spesifik. Untuk suatu gas ada ditambahkan antara dua suhu, dan karena itu gas dapat
mempunyai jumlah panas spesifik yang tak terhingga. Akan tetapi, hanya ada dua panas
spesifik untuk gas yang didefinisikan yaitu panas spesifik pada volume konstan cv, dan panas
spesifik pada tekanan konstan cp.
Catatan bahwa persamaan yang mendefinisikan panas spesifik ( dQ = m c dT ), suhu
naik, dT, mungkin sebagian disebabkan oleh masukan kerja.

Hukum Joule
Hukum Joule menyatakan bahwa energi dalam dari suatu gas sempurna hanya
merupakan fungsi suhu absolut, sehingga u = f(T). Untuk mengevaluasi fungsi ini, kita tinjau
1 kg gas ideal yang dipanaskan pada volume konstan. Dari persamaan energi yang tidak
mengalir, 2.3,
dQ = dW + du
Karena volume konstan maka tidak ada kerja yang dilakukan, dW= 0 maka dQ = du
Pada volume konstan untuk gas ideal. maka untuk 1 kg dQ = cv dT
Oleh karena itu,
dQ = du = cv dT, dan dengan mengintegrasikan u = cvT + K
( dimana K adalah konstanta )
Hukum Joule menyatakan bahwa u =f(T), energi dalam bervariasi secara linier dengan
suhu mutlak. Energi dalam dapat dibuat nol pada suatu suhu referensi sembarang. Untuk gas
yang sempurna dapat diasumsikan bahwa u = 0 bila T = 0, konstanta K adalah nol, energi
dalam, u = cvT untuk gas yang sempurna atau untuk masa, m, suatu gas yang sempurna
energi dalam,
U = m cv T
Dalam suatu proses untuk gas ideal, antara tingkat keadaan 1 dan 2, kenaikan energi
dalam, U2 - U1 = m cv (T2 - T1)
Kenaikan gas ideal antara 2 tingkat keadaan selalu diberikan dengan Pers. 3.16, untuk
semua proses, baik reversible atau irreversible.

Hubungan antara panas-panas spesifik.


Suatu gas ideal dipanaskan pada tekanan konstan dari T ke T .Dari persamaan tidak
mengalir 2.2, Q = (U - U ) + W . Juga, untuk gas ideal, dari Pers. 3.16, U2 - U1 = m cv (T2 -
T1). Dengan demikian,
Q = m cv (T2 - T1) + W
Dalam proses tekanan konstan, kerja yang dilakukan oleh fluida diberikan antara
perkalian tekanan dengan perubahan volume, W = p (V2 - V1). Maka dengan menggunakan
3.6, p V2 = m R T2 dan p V1 = m R T1, didapatkan
W = m R (T2 – T1)
Karena itu dengan mengganti
Q = m cv (T2 – T1) + m R (T2 – T1) = m (cv + R)(T2 – T1)
Tetapi untuk proses tekanan konstan
Q = m cp (T2 – T1)
Dengan demikian dengan menyamakan dua persamaan untuk aliran panas, Q,
didapatkan m (cv + R) (T2 – T1)= m cp (T2 –1) maka cv + R = cp cv - cp = R

Entalpi gas Ideal.


Entalpi, h = u + pv.
Untuk gas ideal, dari Pers. 3.5, pv = RT. Juga untuk gas ideal, dari hukum Joule, ,
u = cv T. Oleh karena dengan mengganti, h = cv T + RT = (cv + R) T Tetapi dari cp - cv = R
atau cv + R = cp. Oleh karena entalpi h, untuk gas ideal diberikan oleh h = cp T
Untuk masa, m, dari gas ideal
H = m cp T
(catatan, oleh karena diasumsikan u = 0 pada T =0, maka h = 0 pada T = 0)

Perbandingan kalor spesifik


Perbandingan kalor spesifik pada tekanan konstan dengan panas spesifik pada volume
konstan diberikan dengan simbol γ (gamma ) γ = cp / cv
Catatan bahwa cp - cv = R, dari Pers. 3.17, adalah jelas bahwa cp harus lebih besar dari
cv untuk setiap gas ideal. Selanjutnya perbandingan cp / cv = γ lebih besar dari satu.
Umumnya, γ kira-kira adalah 1.4 untuk gas-gas beratom 2 seperti carbon monooksida (CO),
hydrogen (H2), nitrogen (N2) dan oksigen (O2). Untuk gas-gas monoatomik seperti argon
(A), dan Helium (He), γ kira-kira adalah 1.6, dan untuk gas-gas triatomik seperti karbon
dioksida (CO2), dan sulphur dioksida (SO2), γ kira-kira 1.3. Untuk beberapa hydrokarbon,
nilai dari γ sedikit lebih rendah (misalnya untuk ethane (C2H6, γ = 1.22) dan untuk iso
butane (C4H10, γ = 1.11).

BAB IV

PROSES REVERSIBLE DAN IRREVERSIBLE

4.1 Proses Reversible Tidak Mengalir

Proses pada volume konstan


Pada proses volume konstan fluida kerja diisikan dalam suatu wadah yang kokoh (rigid),
dengan demikian batas-batas sistem tidak bergerak dan tidak ada kerja yang dapat dilakukan
atau dikenakan oleh sistem, selain dari masukan kerja pada kincir. Berhubung proses
berlangsung pada volume konstan maka diasumsikan kerja yang dilakukan sama dengan nol,
demikian pula sebaliknya.
energi untuk fluida tanpa aliran massa
Q = (u2 - u1) + W
Berhubung tidak ada kerja yang dilakukan, maka didapatkan
Q = u2- u1
atau untuk massa, m, dari fluida kerja
Q = U2 - U1

Semua panas yang diberikan dalam proses volume konstan untuk meningkatkan energi
dalam. Proses volume konstan untuk uap ditunjukkan pada diagram p-v pada Gambar 4.1a.
Tingkat keadaan awal dan akhir masing-masing telah dipilih dalam daerah basah dan daerah
superpanas. proses volume konstan untuk gas ideal ditunjukkan pada diagram p-v. Untuk
suatu gas ideal kita mempunyai persamaan
Q = m cv (T2 - T1)
bila batas sistem tidak fleksible seperti pada proses volume konstan, tekanan meningkat bila
panas ditambahkan. Untuk proses tekanan konstan batas sistem bergerak berlawanan arah
masukan panas ; sebagai contoh fluida dalam selinder yang berpiston dapat dibuat untuk
proses tekanan konstan. Berhubung piston ditekan pada jarak tertentu oleh gaya yang
dihasilkan fluida, maka kerja dilakukan oleh fluida terhadap lingkungannya.

.
proses volume konstan pada uap proses & volume konstan pada gas ideal
Maka, karena p konstan

Proses pada suhu konstan (isotermal)


Proses pada suhu konstan disebut sebagai proses isotermal. Bila fluida dalam ruang
piston dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, ada kecenderungan suhu menurun. Dalam
ekpansi isotermal kalor harus ditambahkan secara kontinyu untuk menjaga suhu awalnya.
Demikian pula pada tekanan isotermal, kalor harus dipîndahkan dari fluida secara
kontinyu selama proses. Proses isotermal untuk uap ditunjukkan dalam diagram p-v. Tingkat
keadaan awal dan akhir telah ditentukan pada daerah-daerah basah dan superpanas. Dari
keadaan 1 ke keadaan A tekanan tetap pada p1, pada daerah basah, suhu dan tekanan
berhubungan dengan penjenuhan. Kita dapat melihat, meskipun proses isotermal berlangsung
pada uap basah, tekanan konstan dapat digunakan (misalnya panas diberikan dari kedudukan
1 ke kedudukan A per kg uap = hA - h1). Pada daerah super panas, tekanan turun sampai p2
sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar, dan prosedurnya tidak sederhana. Akan tetapi,
untuk menentukan sifat entropi,s, akan diberikan cara yang sesuai untuk mengevaluasinya.
Bila aliran kalor dihitung maka kerja yang dilakukan dapat diperoleh dengan menggunakan
persamaan energi tanpa aliran massa.
Q = (u2 - u1) + W

4.2 Proses Reversibel Adiabatik Tanpa Aliran

Proses adiabatik merupakan proses yang tidak ada panas yang dipindahkan ke atau dari
fluida selama proses. Sehingga prosesnya dapat bersifat reversible atau irreversible.
Dari persamaan tanpa aliran
Q = (u2 - u1) + W dan untuk proses adiabatik Q = 0
Maka didapatkan persamaan
W = u2 - u1 untuk sembarang proses adiabatik
Dalam ekspansi adiabatik, kerja yang dilakukan oleh fluida merupakan nilai penurunan
energi dalam fluida. Untuk proses kompresi adiabatik semua kerja yang dilakukan terhadap
fluida akan meningkatkan energi dalam fluida. Selama proses adiabatik berlangsung, harus
ada insulasi panas yang sempurna..
Untuk gas ideal, hukum yang menghubungkan antara p dan v untuk proses reversibel
adiabatik, dapat diperoleh dengan mempertimbangkan persamaan energi tanpa aliran massa
dalam bentuk diferensial.
Untuk proses reversible d
W = p dv,
dQ = du + p dv = 0
(Q = 0 untuk proses adiabatik)
Sekarang untuk gas ideal
pv = RT atau p = RT / v
dengan substitusi, maka didapatkan

Dari hal tersebut di atas, didapatkan hubungan yang sederhana antara p dan v untuk gas
ideal yang mengalami proses reversible adiabatik, setiap gas ideal mempunyai nilai γ sendiri-
sendiri.
Dengan menggunakan Pers. 3.5, pv = RT, hubungan antara T dan v, serta T dan p, akan
diturunkan sebagai berikut pv = RT maka p = RT / T
Proses reversibel adiabatik untuk gas ideal antara kedudukan 1 dan 2 dapat dituliskan:
Maka dengan menggantikan cv didapatkan

pv = RT,

Proses reversible adiabatik untuk gas ideal ditunjukkan dalam diagram p-v pada
Gambar 4.9. Kerja yang dilakukan ditunjukkan oleh daerah yang diarsir, dan daerah ini dapat
dievaluasi dengan integral

Berhubung pv γ = konstan, c, maka,

Konstanta dalam persamaan ini dapat ditulis sebagai vp11J atau vp22 J , maka

4.3 Proses Politropik

Dalam praktik banyak ditemui proses yang mendekati hukum reversibel yang
berbentuk pvn = konstan, dimana n adalah suatu konstanta. Uap dan gas ideal keduanya
mengikuti bentuk hukum ini sepenuhnya terutama pada proses yang tidak mengalir. Proses
tersebut merupakan proses reversibel.
Untuk proses yang mengikuti pvn = konstan, kita mendapatkan p =c / vn, dimana c
adalah konstanta.
Persamaan 4.22 adalah benar untuk suatu bahan kerja yang mengalami suatu proses
politropik yang reversibel. Selanjutnya juga bahwa untuk suatu proses politropik kita dapat
menulis

4.4 Proses-Proses Irreversibel

Reversibilitas digunakan hanya jika proses memenuhi kriteria reversibilitas untuk


pendekatannya. Dalam suatu proses di mana fluida terkurung di dalam ruang piston, efek
gesekan bisa diabaikan.. Idealnya cara untuk mencapai reversibilitas dapat dibayangkan, akan
tetapi dalam praktik hal ini tidak bisa dilakukan sebagai pendekatan. Namun demikian, jika
irreversibilitas di dalam lingkungan tidak dapat dielakkan, proses yang terjadi di dalam
sistem masih dianggap reversibel. Dalam hal ini proses di dalam sistem berlangsung
reversibel, sedangkan proses di lingkungan berlangsung irreversibel. Kebanyakan proses di
dalam ruang piston berlangsung secara internal reversibel untuk pendekatannya. Proses-
proses tertentu tidak dapat diasumsikan sebagai proses reversibel internal, dengan kasus
khusus akan dengan jelas dibicarakan.

Ekspansi bebas (Ekspansi tanpa Hambatan)


Proses ini telah dibahas pada Sub bab 1.6. dalam rangka untuk menunjukkan bahwa di
dalam suatu proses irreversibel kerja yang dilakukan tidak sama dengan ʃ pdv. Anggap dua
wadah A dan B, satu sama lain saling berhubungan dengan dilengkapi kelep X, dan diinsulasi
dari perpindahan panas secara sempurna (Gambar 4.15). Pada awalnya wadah A diisi dengan
fluida pada tekanan tertentu, dan wadah B dengan dikosongkan. Pada saat kelep X dibuka
fluida di dalam wadah A akan berekspansi dengan cepat untuk mengisi kedua wadah A dan B.
Tekanan akhir akan lebih rendah daripada tekanan awal pada wadah A. Kejadian ini dikenal
sebagai ekspansi bebas atau ekspansi tanpa hambatan. Proses ini sangat irreversibel, karena
fluida berpusar secara terus menerus selama proses
Di dalam proses ini tidak ada kerja yang dilakukan terhadap atau oleh fluida,
berhubung batas sistem tidak bergerak. Tidak ada panas yang mengalir dari atau ke dalam
fluida karena sistem berinsulasi sempurna. Sehingga proses yang terjadi adiabatik, akan tetapi
irreversibel. u2 – u1 = 0 atau u2 = u1

Throttling
Suatu aliran fluida dikatakan dalam kondisi throttling bila ada hambatan di dalam
aliran, dan kecepatan aliran sebelum dan sesudah hambatan sama atau ada perbedaan kecil
yang bisa diabaikan, serta jika tidak ada kehilangan panas ke lingkungan. Hambatan terhadap
aliran dapat berupa klep terbuka, orifice, atau adanya penurunan yang mendadak pada
penampang aliran.
Oleh karena itu, pada proses throttling, entalpi awal akan sama dengan entalpi akhir.
Proses yang terjadi adalah adiabatik akan tetapi berlangsung sangat irreversibel karena
terjadi pusaran pada fluida sekitar orifice X. Antara 1 dan X entalpi menurun drastis dan
energi kinetik meningkat ketika aliran fluida dipercepat melalui orifice. Antara bagian X dan
2 entalpi meningkat ketika energi kinetik dirusak oleh pusaran arus fluida
Untuk uap, throttling dapat digunakan sebagai cara untuk mendapatkan fraksi
kekeringan dari uap basah,

4.5 Proses Aliran Reversibel

Walaupun proses yang melibatkan aliran fluida dalam praktiknya sangat irreversibel,
namun dalam analisisnya biasanya diasumsikan sebagai proses yang reversibel agar bisa
menggambarkan perbandingan proses yang ideal. Seorang pengamat melakukan observasi
dengan mengalirkan fluida untuk melihat adanya perubahan sifat –sifat termodinamika
sebagai proses yang tidak mengalir. Sebagai contoh proses reversibel adiabatis untuk gas
ideal, seorang pengamat melakukan observasi apakah gas berlangsung pada proses pvγ=
konstan,akan tetapi kerja yang dilakukan gas ideal tidak diturunkan dengan ʃ pdv atau
dengan perubahan energi dalam seperti pada Pers. 4.13. Beberapa kerja dilakukan oleh atau
terhadap gas secara semu dari gaya-gaya yang beraksi di antara gas yang bergerak dengan
lingkungannya. Sebagai contoh, proses aliran reversibel adiabatis untuk gas ideal, pada
persamaan dengan aliran (Pers. 2.8)

Berhubung prosesnya diasumsikan reversibel, maka untuk gas ideal berlaku pvγ=
konstan. Persamaan ini digunakan untuk menentukan tingkat keadaan akhir. Sebagai catatan,
walaupun energi kinetik yang diabaikan kecil, kerja yang dilakukan pada proses adiabatik
reversibel yang mengalir di antara dua tingkat keadaan tidaklah sama dengan proses
reversibel adiabatis tanpa aliran di antara dua tingkat keadaan (yaitu W = (u1 - u2)
BAB III
KEUNGGULAN BUKU

(a) Keterkaitan antar Bab


Bab 1, bab 2, dan bab 3 saling berkaitan karena menceritakan definisi Termodinamika lebih
terperinci, sehingga mudah untuk dipahami oleh si pembaca. Selain pada bab 1 dijelaskan
mengenai definisi fluida, juga di bab 2 dijelaskan Hukum Termodinamika dan penjelasannya.
Pada bab 1 dijelaskan mengenai fluida kerja yang kemudian di lanjutkan pada Bab 3 yang
berjudul fluida kerja, mengenai bahan yang ada di alam batas sistem didefinisikan sebagai
fluida kerja, dan dinyatakan bahwa bila dua sifat sembarang fluida diketahui maka tingkat
keadaan termodinamika fluida tersebut terdefinisi

(b) Kemutakhiran buku


Sebuah Buku Fluida haruslah tetap mutakhir, hal ini agar supaya buku fluida tersebut dapat
menjawab kebutuhan pengguna terutama terhadap penemuan – penemuan baru. Oleh karena
itu sedapat kita mungkin kita harus memilih edisi terakhir dari sebuah buku Mekanika Fluida,
ini dapat kita peroleh dari versi halaman Judul.
BAB IV
KELEMAHAN BUKU

(a). Keterkaitan antar Bab


Menurut saya buku Termodinamika ini tidak ada kelemahannya. Karena dalam buku ini
antara bab yang satu dengan bab yang lainnya saling berkaitan semua, sehingga buku ini bisa
dibilang mendekati sempurna.

(b). Kemutakhiran buku


Seperti kita ketahui bersama bahwa Buku Termodinamika digunakan untuk menyelesaikan
berbagai macam persoalan. Oleh karena itu buku tersebut akan sering dibuka orang. Oleh
karena itu sedapat mungkin kita harus memilih edisi terakhir dari sebuah buku
Termodinamika, ini dapat kita peroleh dari versi halaman Judul.
BAB V
IMPLIKASI TERHADAP

(a). Teori / Konsep


Konsep buku ini adalah buku teks yang menyajikan secara sistematis dan berisi gambar –
gambar yang mendukung materi yang disampaikan. Tentang Termodinamika itu disajikan di
dalam buku “TERMODINAMIKA” dengan delapan (8) judul besar dengan beberapa sub - sub
bab, buku ini sangat menarik karena disajikan dengan gambar yang mendukung materi yang
dijelaskan, dan variasi warna yang bagus untuk kalimat – kalimat yang penting, sehingga
mudah di hafal.

Bagian penting dari buku ini adalah memberikan pengajaran kepada si pembaca,
bagaimana cara menyelesaikan berbagai macam persoalan. Dalam buku ini juga dijelaskan
mengenai Hukum - Hukum Termodinamika, dan Gas ideal

Tujuan lain penyusunan buku ini adalah memberitahukan kepada si untuk menjadi
seorang guru yang berilmu, dan berakal, harus banyak membaca yang bermanfaat sehingga
dapat menyelesaikan berbagai macam, persoalan Mekanika Fluida dengan mudah dan
memperoleh pahala dari Yang Maha Kuasa. Selain itu, agar buku Termodinamika tersebut
dapat dipahami dan diterapkan di dalam kehidupan sehari - hari.

(b). Program Pembangunan di Indonesia


Termodinamika sangat berkaitan terhadap pembangunan suatu negara. Aplikasi yang
berkaitan dengan Termodinamika seperti merakaysa membuat penemuan baru mengenai
bahan bakar yang lebih murah dan ramah lingkungan dan lain sebagainya sehingga dengan
aplikasi Termodinamika suatu Negara dapat menjadi negara maju.

(c). Analisis mahasiswa ( Posisi kritis mahasiswa)

Termodinamika sangta bermanfaat dalam kehidupan sehari – hari contohnya saja


dengan menggunakan aplikasi Hukum Termodinamika I kita bisa membuat Termos. Dengan
aplikasi termodinamika sistem terbuka kita bisa membuat mesin kendaraan bermotor, dan
juga dengan aplikasi Termodinamika di perlakuan panas kita bisa membuat lemari es dan lain
sebagainya.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan :
Termodinamika terapan adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan kalor (heat),
kerja (work), dan sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu sistem. Termodinamika terapan
diperlukan untuk menganalisis dan mengubah energi panas dari sumber yang bermanfaat,
seperti bahan bakar minyak atau nuklir menjadi kerja mekanik.
Mesin kalor (Heat Engine) adalah nama yang diberikan kepada suatu sistem yang
bekerja dalam suatu siklus untuk menghasilkan kerja (work) dari suatu patokan (suplai)
energi kalor yang diberikan. Dari hukum termodinamika telah diamati bahwa kalor dan kerja
adalah dua bentuk yang erat hubungannya dan akan menggambarkan keberadaan energi.
Hubungan ini adalah dasar dari Hukum Pertama Termodinamika I. Dari hasil pengamatan
diperoleh bahwa kalor tidak pernah mengalir dari suatu benda pada suhu yang rendah ke
suatu benda yang mempunyai suhu yang lebih tinggi. Pengamatan ini adalah dasar dari
Hukum Termodinamika II, yang dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa mesin kalor
tidak dapat mengubah semua kalor yang masuk menjadi kerja mekanik, tetapi harus selalu
ada kalor yang dibuang pada bentuk suhu yang lebih rendah daripada suhu pemasukan.

4.2 Saran :

 Diharapkan pembaca dapat memberikan saran yang membangun untuk


berkembangnya buku ini.
 Semoga penerapan Termodinamika dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari
semaksimal mungkin

 Bagi masyarakat semoga dapat memanfaatkan penerapan Termodinamika dengan


baik

 Bagi masyarakat haruslah memahami Termodinamika dengan baik


Kepustakaan :

William C. Reynolds, Henry C. Perkins, ( Alih Bahasa : Filino Harahap ),


Termodinamika Teknik
Michael J. Moran, Howard N. Shapiro, Bruce R. Munson, David P. DeWitt, Thermal
System Engineering
Michael J. Moran, Fundamentals of Engineering Thermodynamics
Yunus Cengel, Thermodynamic : An Engineering Approach

You might also like