Professional Documents
Culture Documents
TERMODINAMIKA
Oleh :
D3 TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
2019
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat tuhan Yang Maha Esa dan dengan
rahmat dan karunianya, Tugas Critical Book Report ini dapat saya buat, sebagai bahan
pembelajaran kami dengan harapan dapat diterima dan dipahami secara bersama.
Tugas Critical Book ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Termodinamika.
Tugas ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan tugas ini.
Akhirnya saya dengan kerendahan hati saya meminta maaf jika terdapat kesalahan
dalam penulisan atau penguraian Tugas Critical Book Report saya dengan harapan dapat
diterima oleh bapak dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran kami.
Penulis
BAB II
PENGERTIAN DASAR
Termodinamika terapan adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan kalor (heat),
kerja (work), dan sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu sistem. Termodinamika terapan
diperlukan untuk menganalisis dan mengubah energi panas dari sumber yang bermanfaat,
seperti bahan bakar minyak atau nuklir menjadi kerja mekanik.
Mesin kalor (Heat Engine) adalah nama yang diberikan kepada suatu sistem yang
bekerja dalam suatu siklus untuk menghasilkan kerja (work) dari suatu patokan (suplai)
energi kalor yang diberikan. Dari hukum termodinamika telah diamati bahwa kalor dan kerja
adalah dua bentuk yang erat hubungannya dan akan menggambarkan keberadaan energi.
Hubungan ini adalah dasar dari Hukum Pertama Termodinamika I. Dari hasil pengamatan
diperoleh bahwa kalor tidak pernah mengalir dari suatu benda pada suhu yang rendah ke
suatu benda yang mempunyai suhu yang lebih tinggi. Pengamatan ini adalah dasar dari
Hukum Termodinamika II, yang dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa mesin kalor
tidak dapat mengubah semua kalor yang masuk menjadi kerja mekanik, tetapi harus selalu
ada kalor yang dibuang pada bentuk suhu yang lebih rendah daripada suhu pemasukan.
Sistem : Suatu sistem didefinisikan sebagai suatu kumpulan benda dalam batas-batas yang
telah ditentukan dan dapat diidentifikasi. Batas-batas sistem bisa tetap atau berubah
bergantung pada definisi sistem yang ditetapkan.
Tekanan : Tekanan dari suatu sistem adalah gaya yang dihasilkan oleh sistem tersebut pada
satuan luas dari batas-batasnya
Volume spesifik adalah volume yang ditempati oleh satu satuan masa dari sistem. Simbol
yang digunakan adalah ν dan satuannya sebagai contoh adalah m3/kg. Simbol V akan
digunakan untuk volume. (catatan : volume spesifik berbanding terbalik dengan densitas).
Kerja (work) didefinisikan sebagai hasil perkalian dari suatu gaya dan perpindahan jarak
yang searah dengan gaya tersebut Kerja dikenal sebagai energidalam proses peralihan. Kerja
tidak pernah diisikan dalam benda atau dimiliki oleh benda.
Kalor dan kerja keduanya merupakan energi transisi dan tidak harus dirancukan dengan
energi dalam yang dimiliki oleh suatu sistem
Dalam sistem SI 6 besaran fisik ditandai secara sembarang oleh nilai satuan dan karena
itu semua besaran fisik yang lain diturunkan dari sini. Enam besaran yang dipilih dan satuan-
satuannya adalah sebagai berikut. Panjang (meter, m), masa (kilogram, kg), waktu (detik, s),
arus listrik (ampere, A), suhu termodinamika (derajat Kelvin, K), intensitas penyinaran
(kandela, cd). Sebagai contoh, kecepatan = panjang/waktu mempunyai satuan m/s;
percepatan = kecepatan/waktu mempunyai satuan m/ s2.
Dalam praktik, bahan yang diisikan di dalam batas-batas dari suatu sistem dapat berupa
cairan, uap atau gas, dan dikenal sebagai fluida kerja. Tingkat keadaan sesaat dari fluida kerja
akan didefinisikan dengan ciri tertentu yang dikenal dari sifat-sifatnya.
Sifat-sifat termodinamika yang dikenalkan dalam buku ini adalah tekanan, suhu,
volume spesifik, energi dalam, entalpi, dan entropi. Telah diketahui bahwa untuk suatu fluida
yang murni, hanya dua sifat bebas yang perlu untuk menetapkan tingkat keadaan suatu fluida
secara lengkap.
Bila suatu sistem berubah sesaat tingkat keadaannya dengan cepat selama proses, titik tingkat
keadaannya dapat digambarkan pada diagram tersebut, dan proses tersebut dikatakan
Reversibilitas.. Fluida mengalami suatu proses yang mengalir melalui garis kontinyu pada
keadaan keseimbangan. Proses Reversibilitas antara dua keadaan dapat digambarkan sebagai
garis pada diagram sifat,. Proses yang nyata disebut sebagai proses Kekontinyuan. Suatu
proses Kekontinyuan biasanya disajikan dengan garis putus-putus yang menghubungkan
akhir tingkat keadaannya untuk menunjukkan bahwa tingkat keadaan tengah tidak dapat
ditentukan
Definisi yang lebih rinci dari kekontinyuan adalah sebagai berikut. Bila suatu fluida
mengalami proses “reversibleâ€, fluida dan sekelilingnya, keduanya dapat selalu
dikembalikan ke tingkat keadaan awalnya. Kriteria kekontinyuan adalah sebagai berikut:
1. Proses harus tanpa gesekan. Fluida sendiri harus tidak mempunyai gesekan dalam
dan harus tidak ada gesekan mekanik (misalnya antara silinder dan piston).
2. Perbedaan tekanan antara fluida dan sekelilingnya selama proses harus hampir tidak
ada. Ini berarti bahwa proses harus berlangsung sangat cepat, karena gaya untuk
mempercepat batas-batas dari sistem adalah sangat kecil.
3. Perbedaan suhu antara fluida dan sekelilingnya selama proses harus sangat kecil. Ini
berarti bahwa panas yang diberikan atau dibuang ke atau dari sistem harus
dipindahkan dengan sangat pelan.
Suatu fluida ideal tanpa gesekan diisikan dalam suatu silinder yang bertorak (piston).
Diasumsikan bahwa tekanan dan suhu fluida adalah seragam dan tidak ada gesekan antara
torak (silinder) dan dinding silinder.
Andaikan luas potongan penampang melintang dari torak (piston) adalah A, dan bila
tekanan fluida pada suatu saat adalah p gaya penahan yang dikenakan oleh sekeliling pada
piston adalah (p-dp). A, dan piston bergerak karena pengaruh gaya aksi dari gaya yang
diberikan oleh fluida pada jarak dl ke arah kanan, maka kerja yang dilakukan oleh fluida pada
piston adalah hasil kali gaya dan jarak perpindahan,
Kerja yang dilakukan oleh fluida = ( pA) x dl = p Dv (dv adalah kenaikan volume yang
kecil). atau dengan mempertimbangkan persatuan masa Kerja yang dilakukan = p dv ( v
adalah volume spesifik ).
Hal ini benar hanya jika kriteria kekontinyuan (a) dan (b) dijadikan dasar sub bagian
1.4. Karena bila suatu proses “reversible†berlangsung antara tingkat keadaan 1 dan 2.
Konsep-konsep energi dan hipotesa bahwa energi tidak dapat diciptakan dan
dimusnahkan telah dikembangkan oleh para ilmuwan pada awal abad ke 19 yang telah
dikenal sebagai Prinsip konservasi Energi. Hukum pertama termodinamika hanya merupakan
salah satu bagian dari pernyataan prinsip umum tersebut di atas dengan acuan khusus pada
energi panas dan energi mekanis.
Bila ada suatu sistem yang dibuat dengan siklus yang lengkap maka kerja bersih
dilakukan atau dikenakan oleh atau kepada sistem tersebut. Selama energi tidak dapat
diciptakan, energi mekanik ini harus didapatkan melalui transformasi dari beberapa sumber
energi. Dengan prinsip konservasi energi, kerja bersih yang dilakukan oleh sistem, sama
dengan panas bersih yang diberikan ke sistem. Oleh karena itu, Hukum pertama
termodinamika dapat dinyatakan sebagai berikut:
Bila sistem mengalami siklus termodinamika maka panas bersih yang diberikan
kepada sistem sama dengan kerja bersih yang dilakukan oleh sistem kepada sekelilingnya.
Dituliskan dengan lambang :
Ini adalah benar untuk siklus yang sempurna bila energi dalam akhir dari sistem sama dengan
nilai awalnya. Selanjutnya dianalisa suatu proses yang mana energi dalam dari sistem
akhirnya lebih besar dari energi dalam awal. Perbedaan antara panas bersih yang diberikan
dan kerja bersih yang dihasilkan akan menaikan energi dalam dari sistem, sehingga :
Kenaikan energi dalam = panas bersih yang diberikan - kerja bersih yang dihasilkan.
Bila pengaruh bersih adalah untuk memindahkan energi dari sistem, maka akan ada
kehilangan energi dalam dari sistem
Bila suatu fluida tidak dalam aliran, maka energi dalamnya disebut sebagai energi dalam dari
fluida dan diberi simbol u. Energi dalam dari fluida bergantung pada tekanan dan suhunya,
serta sifat-sifatnya. Juga, Kenaikan energi dalam = panas bersih yang diberikan - kerja bersih
yang dilakukan. Sehingga
Persamaan ini benar untuk suatu proses yang berurutan antara kedudukan 1 dan
kedudukan 2 yang dihasilkan, tidak ada aliran fluida kedalam atau keluar sistem. Dalam suatu
proses fluida yang tidak mengalir, panas dapat masuk atau keluar dari sistem, tetapi keduanya
tidak dapat berlangsung bersamaan.
U2 – U1 = Q - W untuk proses yang tidak mengalir.
atau :
Q = (U2 – U1) + W atau untuk 1 kg
Q = (u2 - u1) + W (2.2)
Persamaan ini dikenal sebagai persamaan energi untuk fluida yang tidak mengalir.
Persamaan 2.2 sering ditulis dalam bentuk diferensial. Untuk sejumlah kecil panas yang
diberikan dQ, sejumlah kecil kerja yang dilakukan oleh fluida dW, dan sejumlah kecil
kenaikan energi dalam du, maka : dQ = du + dW (2.3)
Dalam bagian 2.2, energi dalam dari fluida telah dikatakan sebagai energi yang
tersimpan dari fluida karena sifat-sifat termodinamikanya. Bila 1 kg fluida dengan energi
dalam, u, sedang bergerak dengan kecepatan C dan ketinggian Z di atas level data, maka
fluida tersebut mempunyai total energi u +(C2/2) + Zg, dimana C2/2 adalah energi kinetik dari
1 kg fluida dan Zg adalah energi potensial dari 1 kg fluida.
Banyak kejadian dalam masalah yang praktis, laju aliran fluida melalui mesin atau peralatan
adalah konstan. Tipe aliran ini disebut sebagai aliran mantap.
Anggap ada 1 kg fluida yang mengalir dalam keadaan mantap melalui sepotong peralatan.
Sebagaimana terlihat pada Gambar 2.2., kasus ini meliputi suatu sistem yang terbuka
sebagaimana didefinisikan pada bagian 1.2. Batas sistem ditunjukan dengan memotong
bagian pemasukan pipa pada potongan 1 dan pipa pengeluaran pada potongan 2. Batas ini
kadang-kadang disebut sebagai permukaan terkontrol, dan untuk sistem tidak terarah disebut
volume terkontrol
Bila diasumsikan ada aliran mantap dgn diberikan panas Q per kg fluida, dan setiap kg
fluida melakukan kerja W melalui peralatan. Dalam rangka untuk melewatkan 1 kg fluida
melewati batas, suatu energi penggerak diperlukan; sama seperti untuk mendorong 1 kg
fluida melewati batas pada keluaran, suatu energi pendorong diperlukan. Penampang pipa
masuk ditunjukan dengan pembesaran yang ditunjukan pada gambar 2.3. Dengan
memperhatikan suatu elemen fluida, panjang l, dan bila luasan penampang melintang dari
pipa pemasukan adalah A1, maka didapatkan energi yang diperlukan untuk mendorong
elemen tersebut melalui batas
= (p1A1) x l
= p1 x (volume dari elemen fluida)
Maka energi yang dibutuhkan untuk 1 kg fluida = p1 v1 (dimana v adalah volume spesifik dari
fluida pada potongan 1) Dengan cara yang sama dapat ditunjukan bahwa, Energi yang
dibutuhkan pada pengeluaran untuk mendorong 1 kg fluida melewati batas = p2 v2.Sekarang
perlu dianalisa energi yang masuk dan yang meninggalkan sistem. Energi yang masuk ke
sistem terdiri dari energi dari fluida yang mengalir pada pemasukan sebesar Komponen p 1v1,
dan panas yang diberikan Q, energi yang meninggalkan sistem terdiri dari energi fluida yang
mengalir pada bagian pengeluaran , elemen energi p2v2, dan kerja yang dilakukan
oleh fluida W. Aliran fluida mantap yang masuk dan keluar sistem, dan ada aliran mantap
untuk perpindahan panas dan kerja, maka energi yang masuk harus benar-benar sama dengan
energi yang meninggalkan, sehingga.
FLUIDA KERJA
Pada sub bab 1.5 bahan yang ada di alam batas sistem didefinisikan sebagai fluida
kerja, dan dinyatakan bahwa bila dua sifat sembarang fluida diketahui maka tingkat keadaan
termodinamika fluida tersebut terdefinisi. Dalam sistem termodinamika fluida kerja dapat
berupa cairan, uap, atau gas. Semua bahan dapat berada dari salah satu phase ini, tetapi dalam
pembahasan termodinamika diarahkan untuk mengidentifikasi semua bahan pada phase mana
mereka dalam keadaan keseimbangan pada tekanan dan suhu atmosfer. Sebagai contoh,
bahan seperti oksigen dan nitrogen merupakan zat yang dikenal sebagai gas; H 2O sebagai
cairan atau uap; Mercuri dikenal sebagai cairan. Semua bahan-bahan ini dapat berada dalam
phase-phase yang berbeda-beda; oksigen dan nitrogen dapat dicairkan; H 2O dapat menjadi
gas pada suhu yang sangat tinggi; mercuri dapat diuapkan dan akan berupa gas jika suhu
dinaikkan cukup tinggi.
Bila suatu fluida dipanaskan pada tekanan konstan, ada satu suhu tertentu yang dicirikan
oleh munculnya gelembung dari uap dalam cairan; phenomena ini dikenal sebagai proses
pendidihan. Pada tekanan yang lebih tinggi fluida akan mendidih pada suhu yang lebih
tinggi. Juga diketahui bahwa volume yang ditempati oleh 1 kg cairan yang mendidih pada
tekanan yang lebih tinggi jauh lebih besar daripada volume yang ditempati oleh 1 kg dari
fluida yang sama bila fluida tersebut mendidih pada tekanan lebih rendah. Rangkaian titik
didih yang digambarkan pada diagram p-v akan membentuk garis miring, seperti ditunjukkan
pada Gambar 3.1. Titik-titik P, Q, dan R menunjukan titik-titik pendidihan fluida pada
tekanan masing-masing Pp, Pq , dan Pr..
Bila suatu fluida berada pada titik didih dan terus dipanaskan pada tekanan tetap, maka
tambahan panas yang diberikan akan mengubah phase dari bahan cair menjadi uap; selama
perubahan phase, tekanan dan suhu tetap konstan. Panas yang diberikan disebut sebagai
panas laten penguapan. Semakin tinggi tekanan, semakin sedikit jumlah panas laten yang
dibutuhkan untuk menguapkan bahan.
Ada suatu nilai volume spesifik uap tertentu pada suatu nilai tekanan, dimana pada saat
tersebut penguapan berlangsung secara sempurna. Rangkaian titik-titik dari P’, Q’
dan Q’ dapat digambarkan dan dihubungkan pada bentuk garis.
3.2 Penggunaan Tabel Uap
Tabel uap dapat digunakan untuk kebanyakan macam bahan yang secara normal ada
dalam phase uap (seperti uap, amonia, dan freon). Tabel-tabel tersebut telah disusun oleh
Mayhew dan Rogers dan digunakan dalam buku ini. Tabel-tabel dari Mayhew dan rogers
umumnya diperuntukan bagi uap, tetapi beberapa sifat dari ammonia dan freon -12 juga
diberikan.
Sifat-sifat zat pada tingkat keadaan jenuh
Tekanan penjenuhan dan yang berhubungan dengan suhu penjenuhan uap ditabelkan
dalam kolom-kolom paralel dalam tabel pertama, untuk tekanan yang berkisar 0.006112 bar
sampai tekanan kritis 221.2 bar. Volume spesifik, energi dalam, entalpi dan entropi juga
ditabulasikan untuk uap kering jenuh pada setiap tekanan dan yang bersesuaian suhu
penjenuhan. Subskrip g digunakan untuk menotasikan tingkat kering jenuh.
Sekarang untuk 1 kg uap basah, ada x kg uap kering dan (1 - x) kg cairan, dimana x
adalah fraksi kekeringan sebagaimana didefinisikan sebelumnya, dengan demikian,
v = vf (1 - x) + vg x
Volume cairan biasanya sangat kecil dibandingkan dengan volume uap jenuh, dengan
demikian untuk masalah-masalah praktis, v = x vg (3.1) Entalpi uap basah diberikan sebagai
jumlah entalpi cairan ditambah dengan entalpi uap kering,
h = (1 - x) hf + x hg h =hf + x (hg - hf)
h = hf + x hfg (3.2)
Dengan cara yang sama, energi dalam uap basah diberikan sebagai energi dalam cairan
ditambah dengan energi dalam uap kering,
u = (1 - x) uf + x ug (3.3)
u = uf + x (ug - uf) (3.4)
Sifat-sifat uap super panas
Untuk uap dalam daerah superpanas, suhu dan tekanan merupakan sifat-sifat bebas
(indepedent). Bila suhu dan tekanan diberikan untuk suatu uap super panas maka
kedudukannya dapat didefinisikan dan semua sifat-sifat yang lain dapat diperoleh. Sebagai
contoh, uap pada 2 bar dan 200°C merupakan uap super panas karena suhu penjenuhan
pada 2 bar adalah 120.2°C, yang lebih kecil dari suhu aktual. Tabel-tabel dari sifat-sifat uap
super panas berkisar dari tekanan 0.006112 bar ketekanan 221.2 bar, dan ada suatu tabel
tambahan tekanan lewat kritis di atas 1000 bar. Pada setiap tekanan ada suatu kisaran suhu ke
derajat yang tinggi dari super panas, dan nilai-nilai dari volume spesifik, energi dalam, di atas
tekanan ini energi dalam tidak ditabelkan. Sebagai referensi, suhu penjenuhan disisipkan di
antara tanda kurung untuk setiap tekanan dalam tabel super panas dan nilai-nilai v g, ug, hg dan
sg juga diberikan. Contoh baris dari nilai-nilai tersebut ditunjukan dalam Gambar 3.7.
Gambar 3.7. Contoh Tabel Sifat-sifat uap superpanas pada beberapa suhu pada suatu tekanan
Interpolasi
Untuk sifat-sifat yang tidak ditabelkan secara pasti dalam tabel, perlu untuk
menginterpolasinya di antara nilai-nilai yang ada pada tabel. Sebagai contoh, untuk
mendapatkan suhu, volume spesifik, energi dalam, dan entalpi dari uap kering jenuh pada 9.8
bar, perlu untuk menginterpolasi nilai-nilai yang diberikan di dalam tabel.
Pada 9.8 bar, suhu penjenuhan, t, adalah sama dengan suhu penjenuhan pada 9 bar
ditambah (suhu penjenuhan pada 10 bar - suhu penjenuhan pada 9 bar). Catatan
bahwa hal ini dilakukan dengan mengasumsikan suatu variasi yang linier antara 2 nilai
tersebut (lihat Gambar 3.9).
sehingga
Dengan cara yang sama hg pada 9.8 bar = hg pada 9 bar + 0.8 x (hg pada 10 bar - hg pada 9
bar)
= 2774 + 0.8(2778 -2774) = 2777.2 kJ/kg.
Juga ug pada 9.8 bar = 2581 + 0.8(2584 - 2581) = 2583.4 kJ/kg. Sebagai contoh yang lain,
uap pada 5 bar pada suhu 320°C.
Uap tersebut adalah super panas karena suhu penjenuhan pada 5 bar adalah 151.8°C,
tetapi untuk memperoleh volume spesifik dan entalpi suatu interpolasi diperlukan,
v = (v pada 5 bar dan 300 °C) + 20/50 (v pada 5 bar dan
350°C - v pada 5 bar dan 300°C) maka v = 0.5226 + 0.4 (0.5701 - 0.5226)
= 0.5416 m3/kg
hampir sama dengan
h = 3065 + 0.4(3168 -3065) = 3106.2 kJ/kg
Dalam beberapa hal interpolasi ganda diperlukan.
Dalam praktik tidak ada gas yang mengikuti hukum ini secara tepat, tetapi banyak gas
mengarah kepersamaan tersebut. Gambaran gas ideal yang mematuhi hukum tersebut disebut
suatu gas ideal, dan persamaan, pv / T = R, disebut persamaan sifat tingkat keadaan gas ideal.
Konstanta, R, disebut dengan konstanta gas. Satuan dari R adalah N m/kg K atau kJ/kg K.
Setiap gas sempurna mempunyai konstanta yang berbeda. Persamaan sifat biasanya ditulis
pv = RT atau untuk m kg, yang menempati V m3,
pv = mRT
Bentuk lain dari persamaan karakteristik dapat diturunkan dengan menggunakan kilo-gram
mole sebagai satuan. Kilo-gram mole didefinisikan sebagai jumlah ekivalen gas untuk M kg
gas, dimana M adalah berat molekul gas (berat molekul Oksigen adalah 32 , maka 1 kg
oksigen adalah ekivalen dengan 32 kg oksigen ). Dari definisi kilo-gram mole, untuk m kg
gas didefinisikan, m = n M
(dimana n adalah jumlah mol ).
Kalor Spesifik
Kalor spesifik suatu padatan atau cairan biasanya didefinisikan sebagai kebutuhan kalor
untuk menaikkan satu satuan masa sebesar satu derajat suhu. Untuk jumlah kecil zat
didefinisikan dQ = m c dT, dimana m adalah massa, dT adalah kenaikan suhu, dan c adalah
panas spesifik. Untuk suatu gas ada ditambahkan antara dua suhu, dan karena itu gas dapat
mempunyai jumlah panas spesifik yang tak terhingga. Akan tetapi, hanya ada dua panas
spesifik untuk gas yang didefinisikan yaitu panas spesifik pada volume konstan cv, dan panas
spesifik pada tekanan konstan cp.
Catatan bahwa persamaan yang mendefinisikan panas spesifik ( dQ = m c dT ), suhu
naik, dT, mungkin sebagian disebabkan oleh masukan kerja.
Hukum Joule
Hukum Joule menyatakan bahwa energi dalam dari suatu gas sempurna hanya
merupakan fungsi suhu absolut, sehingga u = f(T). Untuk mengevaluasi fungsi ini, kita tinjau
1 kg gas ideal yang dipanaskan pada volume konstan. Dari persamaan energi yang tidak
mengalir, 2.3,
dQ = dW + du
Karena volume konstan maka tidak ada kerja yang dilakukan, dW= 0 maka dQ = du
Pada volume konstan untuk gas ideal. maka untuk 1 kg dQ = cv dT
Oleh karena itu,
dQ = du = cv dT, dan dengan mengintegrasikan u = cvT + K
( dimana K adalah konstanta )
Hukum Joule menyatakan bahwa u =f(T), energi dalam bervariasi secara linier dengan
suhu mutlak. Energi dalam dapat dibuat nol pada suatu suhu referensi sembarang. Untuk gas
yang sempurna dapat diasumsikan bahwa u = 0 bila T = 0, konstanta K adalah nol, energi
dalam, u = cvT untuk gas yang sempurna atau untuk masa, m, suatu gas yang sempurna
energi dalam,
U = m cv T
Dalam suatu proses untuk gas ideal, antara tingkat keadaan 1 dan 2, kenaikan energi
dalam, U2 - U1 = m cv (T2 - T1)
Kenaikan gas ideal antara 2 tingkat keadaan selalu diberikan dengan Pers. 3.16, untuk
semua proses, baik reversible atau irreversible.
BAB IV
Semua panas yang diberikan dalam proses volume konstan untuk meningkatkan energi
dalam. Proses volume konstan untuk uap ditunjukkan pada diagram p-v pada Gambar 4.1a.
Tingkat keadaan awal dan akhir masing-masing telah dipilih dalam daerah basah dan daerah
superpanas. proses volume konstan untuk gas ideal ditunjukkan pada diagram p-v. Untuk
suatu gas ideal kita mempunyai persamaan
Q = m cv (T2 - T1)
bila batas sistem tidak fleksible seperti pada proses volume konstan, tekanan meningkat bila
panas ditambahkan. Untuk proses tekanan konstan batas sistem bergerak berlawanan arah
masukan panas ; sebagai contoh fluida dalam selinder yang berpiston dapat dibuat untuk
proses tekanan konstan. Berhubung piston ditekan pada jarak tertentu oleh gaya yang
dihasilkan fluida, maka kerja dilakukan oleh fluida terhadap lingkungannya.
.
proses volume konstan pada uap proses & volume konstan pada gas ideal
Maka, karena p konstan
Proses adiabatik merupakan proses yang tidak ada panas yang dipindahkan ke atau dari
fluida selama proses. Sehingga prosesnya dapat bersifat reversible atau irreversible.
Dari persamaan tanpa aliran
Q = (u2 - u1) + W dan untuk proses adiabatik Q = 0
Maka didapatkan persamaan
W = u2 - u1 untuk sembarang proses adiabatik
Dalam ekspansi adiabatik, kerja yang dilakukan oleh fluida merupakan nilai penurunan
energi dalam fluida. Untuk proses kompresi adiabatik semua kerja yang dilakukan terhadap
fluida akan meningkatkan energi dalam fluida. Selama proses adiabatik berlangsung, harus
ada insulasi panas yang sempurna..
Untuk gas ideal, hukum yang menghubungkan antara p dan v untuk proses reversibel
adiabatik, dapat diperoleh dengan mempertimbangkan persamaan energi tanpa aliran massa
dalam bentuk diferensial.
Untuk proses reversible d
W = p dv,
dQ = du + p dv = 0
(Q = 0 untuk proses adiabatik)
Sekarang untuk gas ideal
pv = RT atau p = RT / v
dengan substitusi, maka didapatkan
Dari hal tersebut di atas, didapatkan hubungan yang sederhana antara p dan v untuk gas
ideal yang mengalami proses reversible adiabatik, setiap gas ideal mempunyai nilai γ sendiri-
sendiri.
Dengan menggunakan Pers. 3.5, pv = RT, hubungan antara T dan v, serta T dan p, akan
diturunkan sebagai berikut pv = RT maka p = RT / T
Proses reversibel adiabatik untuk gas ideal antara kedudukan 1 dan 2 dapat dituliskan:
Maka dengan menggantikan cv didapatkan
pv = RT,
Proses reversible adiabatik untuk gas ideal ditunjukkan dalam diagram p-v pada
Gambar 4.9. Kerja yang dilakukan ditunjukkan oleh daerah yang diarsir, dan daerah ini dapat
dievaluasi dengan integral
Konstanta dalam persamaan ini dapat ditulis sebagai vp11J atau vp22 J , maka
Dalam praktik banyak ditemui proses yang mendekati hukum reversibel yang
berbentuk pvn = konstan, dimana n adalah suatu konstanta. Uap dan gas ideal keduanya
mengikuti bentuk hukum ini sepenuhnya terutama pada proses yang tidak mengalir. Proses
tersebut merupakan proses reversibel.
Untuk proses yang mengikuti pvn = konstan, kita mendapatkan p =c / vn, dimana c
adalah konstanta.
Persamaan 4.22 adalah benar untuk suatu bahan kerja yang mengalami suatu proses
politropik yang reversibel. Selanjutnya juga bahwa untuk suatu proses politropik kita dapat
menulis
Throttling
Suatu aliran fluida dikatakan dalam kondisi throttling bila ada hambatan di dalam
aliran, dan kecepatan aliran sebelum dan sesudah hambatan sama atau ada perbedaan kecil
yang bisa diabaikan, serta jika tidak ada kehilangan panas ke lingkungan. Hambatan terhadap
aliran dapat berupa klep terbuka, orifice, atau adanya penurunan yang mendadak pada
penampang aliran.
Oleh karena itu, pada proses throttling, entalpi awal akan sama dengan entalpi akhir.
Proses yang terjadi adalah adiabatik akan tetapi berlangsung sangat irreversibel karena
terjadi pusaran pada fluida sekitar orifice X. Antara 1 dan X entalpi menurun drastis dan
energi kinetik meningkat ketika aliran fluida dipercepat melalui orifice. Antara bagian X dan
2 entalpi meningkat ketika energi kinetik dirusak oleh pusaran arus fluida
Untuk uap, throttling dapat digunakan sebagai cara untuk mendapatkan fraksi
kekeringan dari uap basah,
Walaupun proses yang melibatkan aliran fluida dalam praktiknya sangat irreversibel,
namun dalam analisisnya biasanya diasumsikan sebagai proses yang reversibel agar bisa
menggambarkan perbandingan proses yang ideal. Seorang pengamat melakukan observasi
dengan mengalirkan fluida untuk melihat adanya perubahan sifat –sifat termodinamika
sebagai proses yang tidak mengalir. Sebagai contoh proses reversibel adiabatis untuk gas
ideal, seorang pengamat melakukan observasi apakah gas berlangsung pada proses pvγ=
konstan,akan tetapi kerja yang dilakukan gas ideal tidak diturunkan dengan ʃ pdv atau
dengan perubahan energi dalam seperti pada Pers. 4.13. Beberapa kerja dilakukan oleh atau
terhadap gas secara semu dari gaya-gaya yang beraksi di antara gas yang bergerak dengan
lingkungannya. Sebagai contoh, proses aliran reversibel adiabatis untuk gas ideal, pada
persamaan dengan aliran (Pers. 2.8)
Berhubung prosesnya diasumsikan reversibel, maka untuk gas ideal berlaku pvγ=
konstan. Persamaan ini digunakan untuk menentukan tingkat keadaan akhir. Sebagai catatan,
walaupun energi kinetik yang diabaikan kecil, kerja yang dilakukan pada proses adiabatik
reversibel yang mengalir di antara dua tingkat keadaan tidaklah sama dengan proses
reversibel adiabatis tanpa aliran di antara dua tingkat keadaan (yaitu W = (u1 - u2)
BAB III
KEUNGGULAN BUKU
Bagian penting dari buku ini adalah memberikan pengajaran kepada si pembaca,
bagaimana cara menyelesaikan berbagai macam persoalan. Dalam buku ini juga dijelaskan
mengenai Hukum - Hukum Termodinamika, dan Gas ideal
Tujuan lain penyusunan buku ini adalah memberitahukan kepada si untuk menjadi
seorang guru yang berilmu, dan berakal, harus banyak membaca yang bermanfaat sehingga
dapat menyelesaikan berbagai macam, persoalan Mekanika Fluida dengan mudah dan
memperoleh pahala dari Yang Maha Kuasa. Selain itu, agar buku Termodinamika tersebut
dapat dipahami dan diterapkan di dalam kehidupan sehari - hari.
4.1 Kesimpulan :
Termodinamika terapan adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan kalor (heat),
kerja (work), dan sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu sistem. Termodinamika terapan
diperlukan untuk menganalisis dan mengubah energi panas dari sumber yang bermanfaat,
seperti bahan bakar minyak atau nuklir menjadi kerja mekanik.
Mesin kalor (Heat Engine) adalah nama yang diberikan kepada suatu sistem yang
bekerja dalam suatu siklus untuk menghasilkan kerja (work) dari suatu patokan (suplai)
energi kalor yang diberikan. Dari hukum termodinamika telah diamati bahwa kalor dan kerja
adalah dua bentuk yang erat hubungannya dan akan menggambarkan keberadaan energi.
Hubungan ini adalah dasar dari Hukum Pertama Termodinamika I. Dari hasil pengamatan
diperoleh bahwa kalor tidak pernah mengalir dari suatu benda pada suhu yang rendah ke
suatu benda yang mempunyai suhu yang lebih tinggi. Pengamatan ini adalah dasar dari
Hukum Termodinamika II, yang dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa mesin kalor
tidak dapat mengubah semua kalor yang masuk menjadi kerja mekanik, tetapi harus selalu
ada kalor yang dibuang pada bentuk suhu yang lebih rendah daripada suhu pemasukan.
4.2 Saran :