You are on page 1of 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/322024354

Aceh [tidak] Hitam Putih

Book · September 2017

CITATIONS READS

0 30

18 authors, including:

Hanif Muchdatul Ayunda Fakhrurrazi Fakhrurrazi


Bogor Agricultural University Bogor Agricultural University
1 PUBLICATION   0 CITATIONS    3 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Rahmat Fadhil Yuhdi Fahrimal Fahrimal


Syiah Kuala University Teuku Umar University
44 PUBLICATIONS   30 CITATIONS    12 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Aceh [tidak] Hitam Putih View project

KOMUNIKASI STRATEGIK DALAM PENYELESAIAN KONFLIK AGRARIA DI INDONESIA View project

All content following this page was uploaded by Fakhrurrazi Fakhrurrazi on 10 August 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Prolog
Fakhrurrazi | Hanif Muchdatul Ayunda | Husaini Yusuf | Ikhsan H. M. Nasir Djamil, S.Ag., M.Si
Keumala Fadhiela | Lukman | Mandasari | Muhammad Reza | Mustaqim Epilog
Nanda F. Fauzi | Nelly Fridayanti | Purwana S. Lhoknga | Rahmat Fadhil Prof. Dr. Ir. Abubakar Karim, MS.
Pengantar
Raudhi Kurniawan | Samsul Bahri | Saradi Wantona | Yuhdi Fahrimal
Ir. Razali AR., M.Si

ACEH [tidak] HITAM PUTIH


"Anak-anak IKAMAPA Bogor adalah insan yang tak ingin tercerabut dari akarnya.
Anak-anak muda ini tetap memberi perhatian kepada kampung kelahiran. "Itu
adalah sebuah jalan pulang" di tengah hiruk pikuk kata-kata. Selamat dan apresiasi
kepada IKAMAPA Bogor yang menerbitkan butir-butir pemikirannya dalam bentuk
buku. Begitulah seharusnya"
Fikar W. Eda - Budayawan Nasional

"Buku Aceh Tidak Hitam Putih memberikan pengetahuan baru kepada saya tentang
potensi apa saja yang bisa kita kembangkan untuk Aceh. Tentu ini amat penting agar
pembangunan berkelanjutan di Aceh dapat dipetakan dengan baik dan dalam
pelaksanaannya senantiasa melibatkan kearifan lokal yang ada di Aceh. Saya
ACEH [tidak]
HITAM PUTIH
merekomendasikan buku ini bagi siapa saja yang ingin mengetahui arah
perkembangan Aceh saat ini. Terimakasih IKAMAPA."
Yunasti Akhzar - Tokoh Masyarakat Aceh di Bogor

Husaini Yusuf, Dkk

Editor : Yuhdi Fahrimal


Kata Pengantar

BUKU berjudul Aceh (Tidak) Hitam Putih yang disusun


oleh mahasiswa Aceh yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa
Pascasarjana Aceh (IKAMAPA) Bogor ini tampaknya tidak dirancang dari
sejak awal untuk menjadi sebuah buku sebagaimana wujudnya sekarang.
Penulisan buku dengan cara mengkompilasi berbagai artikel baik yang
dimuat dalam berbagai media baik cetak maupun online ataupun yang
dipresentasikan dalam berbagai forum diskusi merupakan hal yang lazim
dan patut dihargai. Sebab, tantangannya adalah bagaimana
mengkompilasikan berbagai artikel tersebut bukanlah hal yang mudah dan
bukan juga merupakan upaya sederhana.

Penulisan sebuah buku yang bahan bakunya bersumber dari kompilasi


berbagai artikel yang pernah dimuat dalam berbagai media dan berbagai
forum, seperti yang dilakukan oleh para penulis, mengandung nilai
manfaat yang besar. Oleh karena berbagai artikel yang semula hanya
dibaca atau diketahui oleh kalangan terbatas, setelah dilakukan kompilasi
secara cermat oleh penulisnya, khalayak pembacanya makin luas.
Dengan kata lain, isi buku yang sekarang terdiri dari berbagai artikel lepas
itu dapat “dinikmati” oleh khalayak pembaca yang lebih luas. Bahkan,
tidak tertutup kemungkinan buku ini dapat dijadikan masukan bagi
rekomendasi kebijakan pembangunan di Aceh.

15
Selain itu, kumpulan tulisan dari kontributor penulis telah dikelompokkan
menjadi tiga bagian, yaitu Hitam Putih Ekonomi dan Pembangunan Aceh,
Hitam Putih Potensi Sumber Daya Alam Aceh, dan Hitam Putih Sosial,
Politik, dan Budaya Aceh. Gagasan-gagasan yang disampaikan seperti
menjelaskan kembali kepada pembaca 15 program unggulan dari
Gubernur terpilih periode 2017-2022 pemerintahan Irwandi-Nova, yakni
“Acèh Suejahtera (JKA Plus)”; “Acèh SIAT (Sistem Informasi Aceh
Terpadu”; “Acèh Carδng (Anak Aceh Cerdas)”; “Acèh Energi”; “Acèh
Meugoễ dan Meulaδt (Pertanian dan Perikanan)”; “Acèh Troễ (Pangan
dan Gizi)”; “Acèh Kreatif”; “Acèh Kaya”; “Acèh Peumulia (layanan
pemerintahan)”; ”Acèh Damễ (Aceh Damai)”; “Acèh Meuadab (Islami)”;
“Acèh Teuga (prestasi oleharaga)”; “Acèh Green (Ramah Lingkungan)”;
“Acèh Seuninya (Pemukiman)”; “Acèh Seumeugot (Infrastruktur)”.

Pembangunan bagi masyarakat Aceh diharapkan terwujud pada semua


aspek kehidupan, baik ekonomi, sosial, budaya, maupun politik yang
dimaknai dengan adanya kemajuan, pertumbuhan, dan diversifikasi.
Pembangunan harus dilandasi prinsip-prinsip yang baik sehingga akan
berdampak pada perubahan positif dalam diri manusia, masyarakat, dan
lingkungan hidupnya. Namun, seiring dengan pembangunan terjadi pula
dinamika masyarakat, yakni, terjadinya perubahan sikap terhadap nilai-
nilai budaya yang sudah ada. Terjadi pula pergeseran sistem nilai budaya
yang membawa perubahan dalam hubungan interaksi manusia dalam
masyarakatnya.

Beberapa permasalahan yang dihadapi Aceh saat ini diantaranya adalah


hilangnya jatidiri Ureuëng Acèh yang memiliki budaya mandiri, kepekaan
sosial, dan nilai-nilai gotong royong yang menjadi landasan bagi kemajuan
peradaban. Adanya konflik dan sistem politik yang berlangsung selama ini
telah melahirkan nilai-nilai pragmatisme dalam diri masyarakat yang dari

16
waktu ke waktu tumbuh semakin besar. Permasalahan ini diperparah
dengan mekanisme bantuan masa rehabilitasi dan rekonstruksi (pasca-
tsunami 2004) yang menyebabkan berkurangnya nilai-nilai sosial dan
gotong royong yang menjadi jatidiri rakyat Aceh selama ratusan tahun. Hal
tersebut dan realitas yang terjadi di Aceh mulai dari pembangunan dan
ekonomi di Aceh, potensi sumber daya alam Aceh, hingga sosial, politik
dan budaya Aceh disampaikan dalam buku ini secara berurutan yang
menggambarkan kondisi Aceh masa lalu, saat ini, serta harapan
masyarakat Aceh yang damai dan sejahtera di masa yang akan datang.

Untuk mewujudkan Aceh yang damai dan sejahtera, diperlukan perhatian


yang serius dari pemerintah serta dukungan semua pihak. Kesenjangan
sosial dan kemiskinan pasca-konflik dan tsunami belum mampu
dituntaskan dengan baik. Beberapa sarana dan prasarana dasar ekonomi
masyarakat seperti pertanian dan perkebunan belum mendapatkan
perhatian serius dari Pemerintah Aceh begitu juga dengan sektor lainnya.
Angka kemiskinan yang tinggi, kualitas pelayanan kebutuhan dasar yang
belum terpenuhi, tingkat produktivitas pertanian yang masih rendah
merupakan fakta problematika sosial dan tantangan pembangunan di
Aceh.

Sebagai diaspora Aceh yang ada di Bogor para penulis dalam buku ini
memberikan gagasan dan ide yang bermanfaat atas isu-isu permasalahan
yang ada saat ini bagi masyarakat maupun pemerintah Aceh. Gagasan
dan ide tersebut dituliskan dalam bahasa yang sederhana namun syarat
makna dan mengambil referensi serta kutipan dari sumber-sumber yang
relevan dengan masyarakat Aceh yang penuh syari’at Islam. Khas
akademisi namun dekat dengan pengalaman praktis yang terjadi di
masyarakat, beberapa tulisan sangat memotivasi dan memacu siapa saja
yang membaca khususnya orang Aceh untuk melanjutkan

17
pembangunannya sendiri, memanfaatkan dan mengelola potensi sumber
daya alam yang berlimpah, menjadikan pertanian dan ekonomi maritim
sebagai sumber peningkatan kesejahteraan, terhapusnya kemiskinan di
Aceh, tumbuhnya industri-industri kreatif serta entrepreneur yang
mendukung industri dan sumber daya lokal, mendukung pemerintah untuk
melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan serta
mengembalikan khittah Aceh sebagai Serambi Mekkah melalui nilai-nilai
keislaman dalam kehidupan sehari-hari.

Akhirnya, dengan rasa bangga dan hormat saya ucapkan selamat kepada
para penulis IKAMAPA atas penerbitan buku Aceh (Tidak) Hitam Putih ini,
terlebih dikarenakan buku ini adalah karya pertama dari IKAMAPA.
semoga bermanfaat.

Jakarta, Agustus 2017

Ir. Razali AR, M.Si


Sesditjen PDT, Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi
Ketua IKAMAPA Bogor tahun 1993-1994

18
DAFTAR ISI

Ucapan Terima Kasih 5

Sambutan Buku 7
Fauzi Mustafa, SH.

Prakata Buku 10
Drh. Faisal Jamin, M.Si.

Selayang Pandang Buku 12


Husaini Yusuf, SP.

Kata Pengantar 15
Ir. Razali AR, M.Si.

Daftar Isi 19

Prolog 23
H. M. Nasir Jamil, S.Ag., M.Si.

HITAM PUTIH EKONOMI DAN PEMBANGUNAN ACEH


1. Dana Desa dan Masa Depan Pertanian 29
Husaini Yusuf

2. Wisata Syariah di Pulo Aceh 35


Mandasari

3. Menakar Keberhasilan Pembangunan Aceh 41


Saradi Wantona

4. Perencanaan Pembangunan Berbasis Mitigasi Bencana 47


Samsul Bahri

5. Membangun Harapan Perikanan Aceh 51


Samsul Bahri

6. Bendera Aceh dan Kerusakan Lingkungan 55


Mustaqim

7. Wisata Syariah dan Libur Lebaran 61


Muhammad Reza

19
8. Iedil Fitri dan Budaya Konsumerisme 66
Yuhdi Fahrimal

HITAM PUTIH POTENSI SUMBER DAYA ALAM ACEH


9. Reorientasi Budidaya Perikanan Laut 73
Ikhsan

10. Primadona Nasional yang Terlupakan 79


Keumala Fadhiela

11. Pengembangan Potensi Kakao Aceh 83


Fakhrurrazi

12. Agribisnis Perkebunan Tombak Pembangunan Pertanian 89


Nanda F. Fauzi

13. Jernang dan Alternatif Kesejahteraan Masyarakat Aceh 94


Nelly Fridayanti

14. Gaharu Untuk Peningkatan Ekonomi Rakyat 99


Lukman

15. Anomali Iklim dan Ancaman Pangan 106


Husaini Yusuf

16. Mencari Solusi Illegal Logging Aceh 112


Purwana S. Lhoknga

17. Diversivikasi Pangan, Mungkinkah? 121


Hanif Muchdatul Ayunda

HITAM PUTIH DINAMIKA SOSIAL, POLITIK, & BUDAYA ACEH


18. Hasan Tiro-isme 131
Rahmat Fadhil

19. Rohingya, Media, dan Bahaya Laten Konflik 136


Yuhdi Fahrimal

20. Membaca Peluang Library Cafe Bagi Aceh 141


Raudhi Kurniawan

21. Merawat Tradisi “Meugang” 145


Husaini Yusuf

22. Dimensi Politik dan Kemiskinan Aceh 150


Saradi Wantona

23. Makhluk Politik 156


Mustaqim

20
24. Retorika Kegaduhan 161
Rahmat Fadhil

25. Syari’at yang Dipolitisasi 166


Mustaqim

26. GAM Lawan GAM, Keusoe Lheuh? 172


Rahmat Fadhil

27. Memburu Calon Kepala Daerah 176


Mustaqim

28. Media Sosial dan Industri Kebohongan 181


Yuhdi Fahrimal

29. Narkoba dan Ancaman Regenerasi Bangsa 188


Husaini Yusuf

Epilog 195
Prof. Dr. Ir. Abubakar Karim, MS.

Profil IKAMAPA 207

Profil Penulis 211

21
Halaman ini sengaja dikosongkan

22
Prolog

Merajut Asa di Luar Hitam dan Putih

H. M. Nasir Jamil, S.Ag., M.Si.


Anggota DPR RI Fraksi PKS asal Aceh

Melihat potensi daerah-daerah di Nusantara, maka Aceh adalah salah


satu jawaban atas pertanyaan mengenai daerah di Indonesia yang paling
potensial untuk dipoles, dikembangkan dan dimajukan. Klaim tersebut
menyentuh pusat syaraf kita dan membuat siapapun yang masih berpikir
sehat bahwa Aceh memiliki beragam potensi untuk melesat jauh, seperti
rudal yang ingin cepat menjilat angkasa.

Daerah yang berpotensi untuk maju tentu memiliki sumber daya alam
yang melebihi di atas rata-rata. Aceh yang berada di ujung Pulau
Sumatera, memiliki kelebihan itu. Kesadaran bahwa memiliki sumberdaya
alam yang melimpah tentu berkorelasi dengan sikap keagamaan yang
meyakini bahwa semua itu adalah karunia Allah Swt Yang Maha Pencipta.
Dalam kamus pembangunan, potensi itu merupakan salah satu variabel
dalam membangun Aceh.

Sumber daya alam yang ada di Aceh sangat beragam; seperti kawasan
wisata, hutan, minyak bumi, bahkan gas alam merupakan potensi
kekayaan alam yang patut untuk dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Melalui pemanfaatan yang baik dan massif, sumber daya alam dapat
dikonversikan menjadi kekuatan untuk kemajuan Aceh. Sebab, dari
keuntungan atas pengelolaannya, maka pengembangan infrastruktur,
peningkatan perekonomian masyarakat, peningkatan kualitas pendidikan
dan kebudayaan bukan lagi sebagai sesuatu hal yang sulit untuk
diwujudkan.

Pemanfaatan akan sumber daya alam yang dimiliki Aceh akan jauh lebih
maksimal manfaatnya apabila diseimbangkan dengan peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Peranan warga dalam pembangunan
Aceh yang memiliki peranan dalam membangun wilayahnya perlu

23
meningkatkan kualitas hingga pada level terbaik dalam pengelolaan
sumber daya alam yang tersedia secara maksimal.

Para pemuda-pemudi Aceh sebagai sebagai sumber daya manusia yang


berada di garda terdepan dalam pembangunan Aceh memiliki peranan
yang penting untuk memupuk dan mencetuskan masyarakat Aceh yang
lebih kompetetif. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat Aceh lebih memiliki
kompetensi yang dapat menyeimbangkan atas sumber daya alam yang
tersedia, sehingga kekayaan Tuhan yang berada di Aceh tidak ada yang
sia-sia begitu saja, namun dapat dimanfaarkan sebaik mungkin.

Adapun mengenai ragam persoalan yang pernah menimpa Aceh seperti


munculnya Gerakan Aceh Merdeka (GAM) juga bencana alam berupa
gempa dan tsunami yang menelan ratusan orang hilang tanpa bekas dan
ratusan korban lainnya terbujur kaku, serta rusaknya lingkungan
memang sempat menenggelamkan harapan masyarakat Aceh untuk
bangkit menjadi daerah yang lebih maju. Tapi harapan itu kembali
mengapung ke permukaan dan menolak asumsi bahwa bencana alam
yang dahsyat itu bagaikan luka parah yang tak kunjung sembuh.

Rakyat Aceh, akhirnya benar-benar bangkit dan berusaha untuk mencari


warna-warni seperti yang kerap mereka lihat saat pelangi muncul
menempel langit. Salah satu pelajaran pentingnya adalah sebagai
pengukir mental dan pemikiran bagi masyarakat untuk lebih mampu
mengelola dan membangun Aceh lebih baik. Sehingga dengan demikian,
persoalan yang pernah ada menjadi potensi lainnya selain dari sumber
daya alam dalam rangka membangun Aceh.

Selain daripada pemanfaatan sumber daya alam dan persoalan yang


dikonversikan menjadi potensi pembangunan Aceh, berbagai tindakan
yang bermanfaat seperti menyumbangkan pemikiran, ide, dan gagasan
adalah potensi lain yang dapat dimaksimalkan untuk pembangunan Aceh,
terutama bagi masyarakat intelektual Aceh yang bernaung di dunia
akademisi. Pemikiran, ide, dan gagasan seperti yang dimuat dalam buku
ini sangat potensial dalam membangun Aceh. Sebab, pemikiran, ide, dan
gagasan jika dipadukan dengan potensi yang ada maka akan menjadi
mutiara yang memiliki harga yang tinggi. Buku ini saya kira menjadi salah
satu bagian dari potensi yang terbalut suatu pemikiran, ide maupun

24
gagasan yang dapat disatupadukan dengan potensi lainnya untuk
membangun Aceh.

Dengan buku ini, kita akan melihat bahwa harapan untuk membangun
Aceh yang berkembang dan berkemajuan bukanlah harapan kosong,
melainkan memberikan harapan yang lebih variatif, dan tidak hitam putih
saja, sehingga harapan demi harapan untuk Aceh bangkit dan maju
menjadi lebih membumi dan tidak sulit diwujudkan.

25

View publication stats

You might also like