You are on page 1of 16

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SENSORI

ACARA I
SELEKSI PANELIS MENGGUNAKAN UJI SEGITIGA

KELOMPOK 5

Andriani Nur Hapsari H3117007


Arum Apilahati H3117013
Audi Naufal Ammar H3117015
Dwi Wahyuningrum H3117025
Fitria Khoirotul L H3117031

D3 TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
ACARA I
SELEKSI PANELIS MENGGUNAKAN UJI SEGITIGA
A. Tujuan
Tujuan dari acara I seleksi panelis menggunakan uji segitiga adalah
mahasiswa memahami cara menjadi panelis dan melakukan seleksi panelis
menggunakan uji segitiga.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Bahan
Roti adalah produk yang dibuat dari biji-bijian, kacang-kacangan dan
umbi-umbian yang digiling ke dalam makanan, dibasahi, biasanya
ditambahkan dengan agen ragi, diremas, dibuat menjadi roti dan
dipanggang. Roti berkualitas baik, bagaimanapun, dapat dicapai dengan
menggunakan jenis dan jumlah bahan yang cocok (yaitu, tepung, garam,
ragi, gula dan air) tidak cukup untuk menghasilkan roti berkualitas tinggi.
Dibandingkan dengan jenis lain dari produk panggang seperti kue dan
biskuit, roti membutuhkan jumlah bahan-bahan yang relatif kecil (2-5%)
(Artan dkk., 2010).
Roti tawar adalah roti yang disukai oleh semua kalangan, bisa
sebagai pengganti nasi yang dibuat dari tepung terigu, air, yeast, lemak dan
garam yang diragikan dengan ragi roti dan dipanggang
(Nugroho dkk., 2016). Roti tawar merupakan salah satu produk pangan
yang cukup popular di seluruh dunia. Roti tawar disukai masyarakat
karena memiliki beberapa manfaat yang diantaranya bergizi,
mengenyangkan, dan kemudahan dalam preparasi dan konsumsi
(Sari dkk., 2015)
2. Tinjauan Teori
Untuk melaksanakan suatu penilaian organoleptik diperlukan panel
yang bertindak sebagai instrumen atau alat. Panelis merupakan anggota
panel atau orang yang terlibat dalam penilaian organoleptik dari berbagai
kesan subjektif produk yang disajikan. Panelis merupakan instumen atau
alat untuk menilai mutu dan analisa sifat–sifat sensorik suatu produk.
Dalam pengujian organoleptik dikenal beberapa macam panel
(Ayustaningworo, 2014). Dalam pengujian organoleptik dikenal beberapa
macam panel. Secara umum, panelis dapat dikategotikan menjadi 3, yaitu
panelis tidak terlatih, panelis terlatih, dan panelis ahli. Namun, ada juga
yang mengkategorikan panelis atas panel perseorangan, panel perorangan
terbatas, serta panel konsumen (Faridah, 2009).
Triangle test atau uji segitiga adalah suatu metode yang bertujuan
untuk menetapkan apakah ada perbedaan sifat sensorik atau organoleptik
antara dua contoh. Dimana terdapat tiga sampel pada uji triangle dan dari
tiga sampel tersebut sama. Panelis diminta untuk memilih satu diantara
tiga contoh yang berbeda dari dua yang lain. Dalam uji ini tidak ada
sampel baku atau sampel pembanding (Calder, 2011).
Tujuan dilakukannya uji triangle adalah untuk menentukan apakah
terdapat perbedaan antara dua atau lebih produk. Selain sebagai uji
pembedaan juga dapat digunakan sebagai seleksi panelis. Ketika panelis
bisa memilih dengan benar sampel yang berbeda, maka panca inderanya
masih normal dan sensitif sehingga memenuhi persyaratan sebagai seorang
panelis. Uji segitiga atau uji triangle ini juga digunakan untuk
mendeteksi perbedaan yang kecil dengan sifat yang lebih terarah.
Pengujian ini lebih banyak digunakan karena lebih peka dari pada uji
pasangan (Hayati dkk., 2012). Selain itu uji segitiga digunakan untuk
untuk menguji kemampuan fisiko-psikologis panelis, khususnya
kemampuan untuk membedakan.Selain itu digunakan untuk memilih atau
menyeleksi panelis (Kartika dkk., 1988).
Kelebihan dan kekurangan pada uji segtiga yaitu pada pembedaan
dalam uji triangel tidak terarah, tidak perlu disertai pernyataan sifat yang
satu lebih dari yang lainnya, cukup menyatakan ada perbedaan atau tidak
sehingga pengujiannya dirasa lebih simpel. Pengujian ini lebih banyak
digunakan karena lebih peka daripada uji berpasangan, dalam
melaksanakan pengujian panelis dimudahkan karna hanya menentukan
sampel beda dari 3 jenis sampel yang diujikan, sedangkan kekurangannya
yaitu pada pengujian ini hanya digunakan untuk pengujian pembeda saja
(Bayarri, 2008). Uji segitiga dipilih karena memungkinkan seseorang
untuk membedakan antara sampel tanpa harus menentukan karakteristik
sensorik yang berbeda. (Radovich dkk., 2004). Uji segitiga sering
digunakan untuk menentukan sikap konsumen terhadap makanan dengan
mengukur tingkat penerimaan produk baru atau meningkatkan produk
panganyang ada (Muresan dkk., 2012).
Aplikasi dari uji segitiga dalam bidang pangan yatu untuk menguji
perbedaan antar sampel yang mendapat perlakuan yang berbeda. Misalnya
dalam penelitian yang dilakukan oleh Johnson dkk (2016), yang menguji
perbedaan yang terlihat antara suplemen serat berbasis inulin dan
mengkristal pemanis xylitol yang digunakan sebagai plasebo saat
dicampurdengan masking agent (jus jeruk). Uji tes ini diharapkan panelis
merasakan kesamaan rasa walaupun ada penambahan bahan. Hail dari
penelitian ini adalah dari 42 orang panelis terdapat 18 orang yang
menjawab berbeda. Hal ini dluar rentang maksimal yaitu hanya boleh 16
orang saja yang merasakan perbedaan. Jadi dapat disimpulkan
penambahan pemanis xylitol dapat mengubah rasa produk. Contoh lain
yaitu pengujian terhadap penggunaan KCl sebagai pengganti NaCl dengan
carrier berupa nasi. Hasil percobaan ini yaitu penggantian unsur natrium
dengan kalium 25% tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap
rasa. Hal ini dapat mengurangi asupan natrium yang biasanya dikonsumsi
dalam bentuk garam (Garcia dkk., 2015).
C. Metodologi
1. Alat
a. Alat Tulis
b. Borang
c. Gelas kecil
d. Label
e. Nampan
f. Piring kecil
g. Pisau
h. Tisu
2. Bahan
a. Air Putih
b. Roti tawar merk Garmelia (1 sampel)
c. Roti tawar merk Lingga (2 sampel)
3. Cara Kerja
a. Penyaji

Roti Tawar

Pengirisan/pembagian sesuai kebutuhan

Peletakan masing-masing sampel dalam piring kecil,


sertakan label pada piring sesuai dengan sampel

Penyiapan borang pengujian, diletakkan di atas meja


panelis

Pemanggilan panelis
panelis

Penjelasan kepada panelis tentang tata cara pengujian


panelis

Pembersihan tempat yang dipergunakan panelis setelah


pengujian selesai

Pentabulasian data yang diperoleh


panelis
Gambar 1.1 Diagram Alir Seorang Penyaji

b. Panelis
Penulisan dalam borang penilaian nama, tanggal
pengujian, dan produk yang diuji
Pembacaan instruksi dalam borang dengan teliti dan
pastikan kelengkapan sampel

Penilaian pada sampel sesuai instruksi

Penulisan hasil penilaian pada kolom

Penyerahan borang penilaian kepada tim penyaji

Gambar 1.2 Diagram Alir Seorang Panelis

D. Hasil dan Pembahasan


Uji segitiga atau triangle test merupakan salah satu bentuk pengujian
pembeda dimana dalam pengujian ini sampel disajikan tanpa menggunakan
pembanding. Uji segitiga ini digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan
yang kecil. Uji segitiga ini bersifat sederhana karena hanya untuk mengetahui
ada tidaknya perbedaan antara sampel, tetapi ada pula yang lebih terarah yaitu
mengetahui sejauh mana perbedaan sampel-sampel yang disediakan. Tujuan
dari uji segitiga adalah untuk menguji kemampuan fisiko-psikologis panelis,
khususnya kemampuan untuk membedakan.Selain itu digunakan untuk
memilih atau menyeleksi panelis (Kartika dkk., 1988).
Tujuan dilakukannya uji triangle adalah untuk menentukan apakah
terdapat perbedaan antara dua atau lebih produk. Selain sebagai uji
pembedaan juga dapat digunakan sebagai seleksi panelis. Ketika panelis bisa
memilih dengan benar sampel yang berbeda, maka panca inderanya masih
normal dan sensitif sehingga memenuhi persyaratan sebagai seorang panelis.
Uji segitiga atau uji triangle ini juga digunakan untuk mendeteksi perbedaan
yang kecil dengan sifat yang lebih terarah. Pengujian ini lebih banyak
digunakan karena lebih peka dari pada uji pasangan (Hayati dkk., 2012).
Panelis merupakan anggota panel atau orang yang terlibat dalam
penilaian organoleptik dari berbagai kesan subjektif produk yang disajikan.
Panelis merupakan instumen atau alat untuk menilai mutu dan analisa sifat–
sifat sensorik suatu produk. Dalam pengujian organoleptik dikenal beberapa
macam panel (Ayustaningworo, 2014).
Dalam menjadi seorang panelis dalam pengujian sensoris terdapat
beberapa syarat. Adapun beberapa kriteria panelis yang dipertimbangkan
adalah tertarik untuk melakukan penilaian mutu organoleptic dan bukan
karena terpaksa, memiliki waktu, tepat waktu, sehat (bebas penyakit THT dan
tidak buta warna), memiliki kemampuan verbal, sikap netral terhadap produk,
memiliki kepekaan yang dibutuhkan, menghentikan kebiasaan merokok,
minum-minuman keras, makan permen karet 1 jam sebelum pengujian dan
tidak alergi dengan bahan yang akan dinilai. Panelis diharuskan untuk dapat
membuat keputusan secara objektif dan presisi, peka terhadap atribut yang
diujikan dan diilih secara sistematis. Tak hanya itu, wanita yang sedang hamil
atau menstruasi sebaiknya tidak melakukan penilaian organoleptik, karena
pada masa tersebut mudah mengalami gangguan sensori aroma dan flavor.
Begitu juga dengan kondisi fisiologis, misalnya lapar, kenyang, kelelahan,
maupun fisiologis seperti mood yang naik turun akan mempengaruhi
kepekaan indra seseorang (Kusuma dkk., 2017).
Panelis tidak terlatih terdiri dari 25-100 orang awam yang memiliki
kemampuan rata-rata yang tidak terlatih secara formal, tetapi mempunyai
kemampuan untuk membedakan dan mengkomunikasikan reaksi dari
penilaian organoleptik yang diujikan. Panelis tidak terlatih hanya
diperbolehkan menilai sifat-sifat organoleptik yang sederhana, seperti sifat
kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan data uji pembedaan. Panel terlatih
terdiri dari 15-20 orang yang mempunyai kepekaan cukup baik namun
memerlukan latihan-latihan untuk mencipatakan kemampuan atas kepekaan
tertentu di dalam menilai sifat organoleptik bahan makanan tertentu. Panelis
ahli memiliki kelebihan sensoris yang digunakan untuk mengukur sifat
spesifik (karakteristik) dengan tepat. Panelis ahli terdiri dari 3-5 orang dengan
tingkat sensitivitas tinggi dan sudah berpengalaman pada jenis produknya,
sehingga seorang panelis ahli untuk suatu jenis produk lain belum tentu dapat
menilai jenis produk lain dengan cepat dan tepat (Blaak, 2018).
Panel perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan
spesifik yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat dan latihan-latihan
yang sangat intensif. Panel perseorangan sangat mengenal sifat, peranan dan
cara pengolahan bahan yang akan dinilai dan menguasai metode-metode
analisis organoleptik dengan sangat baik. Keputusan sepenuhnya ada pada
seorang. Panel terbatas merupakan orang yang mempunyai kepekaan tinggi
dan pada panel sudah digunakan alat-alat objektif sebagai kontrol. Panelis ini
mengenal dengan baik faktor-faktor dalam penilaian organoleptik dan
mengetahui cara pengolahan dan pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir.
Keputusan diambil berdiskusi diantara anggota-anggotanya
(Ayustianingwarno, 2014).
Panel konsumen dapat dikategorikan sebagai panelis tidak terlatih yang
dipilih secara acak dari total potensi konsumen di suatu daerah pemasaran.
Dalam hal ini, jumlah panel yang diperlukan cukup besar (sekitar 100 orang)
dan juga perlu memenuhhi kriteria seperti umur, jenis kelamin, suku bangsa
dan tingkat pendapatan dari populasi pada daerah target pemasaran yang
dituju (Ayustianingwarno, 2014).
Adapun uji segitiga digunakan untuk menunjukkan apakah ada
perbedaan karakteristik sensori diantara dua sampel. Dalam uji segitiga,
panelis diminta untuk mencari sampel yang berbeda dari keseluruhan
karakteristik sensori. Tingkat probabilitas uji segitiga adalah 1/3. Analisa
hasil uji segitiga dilakukan dengan membandingkan jumlah jawaban yang
benar dengan tabel binomial. Uji segitiga sendiri memiliki batasan untuk
calon panelis dapat lolos uji yaitu lebih dari 60%. Panelis yang menjawab
benar lebih dari 60% dinyakan lolos (Wijayanti dkk., 2015).
Tabel 1.1 Tabulasi Data
Respon Presentase
No Nama Panelis Ket
I II III IV Benar
1 Alicia Dyah P B B B B 100% L
2 Amanda Aprilia B B B B 100% L
3 Amelia Rosa Damayanti B B B S 75% L
4 Andhega Besti B B B S 75% L
5 Andri Agustiangga B B B B 100% L
6 Andriani Nur Hapsari B B B B 100% L
7 Anggito Prayoga B B B B 100% L
8 Annisa Noor Zuhrifa B B B B 100% L
9 Arum Aprilahaty S B B B 75% L
10 Arum Fibrianti B B B B 100% L
11 Aulinta Nisa’ul B S B B 75% L
12 Cahyanto Aji Santoso B B B B 100% L
13 Cicilia Dian DM B B B S 75% L
14 Desy Putri Diana B B B B 100% L
15 Devita Refa Rizky B B S B 75% L
16 Dwi Wahyuningrum B B B B 100% L
17 Embun Sholeh B B B B 100% L
18 Ernawati B B B B 100% L
19 Fischa Fauziah B B B B 100% L
20 Fitri Nurani B B B B 100% L
21 Fitria Khoirotul B B B B 100% L
22 Haniful Abid S B S B 50% TL
23 Ihza Rahmanir B S B B 75% L
24 Ilham Bagus Febriansyah B B B B 100% L
25 Irena Asri Wulandari B B B B 100% TL
26 Irha Putri Genbrovit S B S S 25% L
27 Jihan Salvanisa S S S S 0% TL
Kelfindo Alfani
28 B B B B 100% L
Rahmadika
29 Khairunnisya N. I. S B B B 75% L
30 Khoiril Ana B B B B 100% L
31 Kusnul Khotimah B B S B 75% L
32 Lina Septiana B B B B 100% L
33 Lutfia Erlin Nur Hidayati B B B B 100% L
34 Meyliana Eva Elcidthian B B S B 75% L
Muhammad Deri
35 B S S S 25% TL
Nugraha
36 M. Mufid Akmal B B B B 100% L
37 Nihayah Qurotul A. B B B S 75% L
38 Nisa Indah P. B B B B 100% L
39 Nur Cahyo Utomo B B B S 75% L
40 Nurul Haqiqi B B B S 75% L
41 Putri Ardianti Novie M. S B S B 50% TL
42 Rendy Astica Chennendy B B B B 100% L
43 Reni Rahayu B B S S 50% TL
44 Septiana Kartika S. S. B B S B 75% L
45 Tintan Rustianasari B B B B 100% L
46 Widya Agustin B B B B 100% L
47 Wijieh Mawar Ayuni B B B B 100% L
48 Yoga Pranata Sibang P. B B B B 100% L
Yudistra Ajeng
49 B B B B 100% L
Kurniawati
50 Yuliana Saraswati B B B S 75% L
Sumber: Laporan Sementara
Berdasarkan Tabel 1.1 Tabulasi Data Hasil Uji Segitiga, pada
percobaan digunakan sebanyak 50 panelis dari mahasiswa D3 THP 2017.
Masing-masing panelis diberikan 3 macam sampel roti tawar. Di antara 3
sampel tersebut terdapat 2 sampel yang sama jenisnya. Panelis diminta untuk
menentukan sampel mana yang berbeda. Pada setiap panelis dilakukan 4 kali
pengujian dengan kode yang berbeda-beda. Berdasarkan praktikum yang
telah dilakukan, hasil pengujian triangle dapat dilihat pada Tabel 1.1. tabel
tersebut menunjukan bahwa sebanyak 29 panelis dapat menjawab benar
dengan peresentase 100%, sebanyak 15 orang panelis dapat menjawab benar
dengan peresentase 75%, sebanyak 3 panelis dapat menjawab benar dengan
persentase 50%, sebanyak 2 panelis hanya dapat menjawab benar dengan
presentase 25%, dan sebanyak 1 panelis menjawab dengan presentase benar
sebesar 0%. Standar nilai minimum yang dibutuhkan untuk menjadi seorang
panelis terlatih menurut Kartika dkk (1988) yaitu calon panelis yang dapat
mendeteksi perbedaan dengan benar lebih dari 60%. Berdasarkan hasil
pengujian diperoleh jumlah panelis yang lolos seleksi sebanyak 44 orang dan
panelis yang tidak lolos seleksi sebanyak 6 orang. Dan persentase jumlah
panelis yang lolos seleksi adalah 88%.
Pengujian triangle ini memiliki kelemahan yaitu tidak adanya sampel
standar atau sampel baku sehingga kadang sulit memberikan penilaian. Selain
itu kelemahan lain jika panelis kurang teliti, panelis akan mengalami
kesulitan membandingkan sampel satu dengan yang lainnya karena semua
samel disajikan bersama. Sedangkan kelebihannya adalah panelis tidak perlu
mengingat sampel standar karena memang tidak disediakan sampel standar,
selain itu ketiga sampel ada disediakan bersamaan sehingga masih dapat
diamati berulang-ulang serta memiliki ketelitian yang tinggi terhadap
penilaian dan lebih akurat dibanding uji duo trio
karena peluang kesalahannya sebesar 33,3 %, selain itu pengujian ini
tergolong murah karena hanya menggunakan peralatan yang sederhana
sehingga tidak memerlukan biaya yang mahal (Setyaningsih dkk., 2010).
Aplikasi dari uji segitiga dalam bidang pangan yatu untuk menguji
perbedaan antar sampel yang mendapat perlakuan yang berbeda. Misalnya
dalam penelitian yang dilakukan oleh Johnson dkk (2016), yang menguji
perbedaan yang terlihat antara suplemen serat berbasis inulin dan mengkristal
pemanis xylitol yang digunakan sebagai plasebo saat dicampurdengan
masking agent (jus jeruk). Uji tes ini diharapkan panelis merasakan kesamaan
rasa walaupun ada penambahan bahan. Hail dari penelitian ini adalah dari 42
orang panelis terdapat 18 orang yang menjawab berbeda. Hal ini dluar
rentang maksimal yaitu hanya boleh 16 orang saja yang merasakan
perbedaan. Jadi dapat disimpulkan penambahan pemanis xylitol dapat
mengubah rasa produk. Contoh lain yaitu pengujian terhadap penggunaan
KCl sebagai pengganti NaCl dengan carrier berupa nasi. Hasil percobaan ini
yaitu penggantian unsur natrium dengan kalium 25% tidak memberikan
perbedaan yang nyata terhadap rasa. Hal ini dapat mengurangi asupan
natrium yang biasanya dikonsumsi dalam bentuk garam (Garcia dkk., 2015).
Uji segitiga juga dilakukan untuk menyeleksi panelis yang diharapkan
kedepan bisa menguji bahan pangan yang akan diujikan. Dalam percobaan
Apandi dkk (2016), seleksi panelis dilakukan dengan uji segitiga, dimana
pcalon panelis disuguhkan sampel berupa yogurt. Calon panelis dapat
dinyatakan lolos uji apabila lebih dari 40% jawaban benar.
DAFTAR PUSTAKA

Apandi, Ilham., Fajar Restuhadi., dan Yusmarini. 2016. Analisis Pemetaan


Kesukaan Konsumen (Costumer’s Preference Mapping) terhadap
Atribut Senori Produk Soygurt Dikalangan Mahasiswa Fakultas
Pertanian Universitas Riau. JOM Faperta, Vol. 3 No. 1 Hal.
Artan, Mohammad Yasin., Roselina Karim, Boo Huey Chern, Abdul Aziz Ariffin,
Yaakob Che Mon dan Nyuk L. Chin. 2010. The Influence of Different
Formulations of Palm Oil/Palm Stearin-Based Shortenings on the
Quality of White Bread. Middle-East Journal of Scientific Research, Vol
5 (6): 469-576.
Ayustisaningwarno, Fitriyono. 2014. Teknologi Pangan Teori Praktis dan
Aplikasi. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Bayarri, S, I. Carbonell., L. Izquierdo And , A. Tárrega. 2008. Replicated Triangle
And Duo–Trio Tests: Discrimination Capacity Of Assessors Evaluated
By Bayes’ Rule. Journal Food Quality And Preference : 519–523
Blaak, Jürgen., Daniela Keller., Isabel Simon., Marina Schleißinger., Nanna Y.
Schürer., dan Peter Staib. 2018. Consumer Panel Size in Sensory
Cosmetic Product Evaluation: A Pilot Study from a Statistical Point of
View. Journal of Cosmetics, Dermatological Sciences and
Applications. Vol. 8(1): 97-109.
Faridah, Anni. 2009. Pentingnya Uji Sensori dalam Pengolahan Pangan. Jurnal
Pendidikan dan Keluarga. Vol. 1(3): 34-48.
Garcia, Lorena Saavedra., Antoni Bemabe-Ortiz., Robert H. Gilman., Francisco
Diez-Canseco., Maris Kathia Cardenas., Katherine A. Sacksteder., dan
J. Jalme Miranda. 2015. Applying the Triangle Taste Test to Access
Differenes between Low Sodium Salts and Common Salt: Evidence
from Peru. PLoS ONE, Vol. 10 No. 7 Page 1-10.
Hayati, Rita., Ainun Marliah, dan Farnia Rosita. 2012. Sifat Kimia Dan Evaluasi
Sensori Bubuk Kopi Arabika. Jurnal Floratek. 7(1):23-29.
Johnson, Shanti., Nana KA Bonsu., dan Matthew McSweeney. 2016. Triangle
Taste Test and Sensory Evaluation: A Novel Apllication for
Determining Supplement-Placebo Match in a Clinical Trial. Journal of
Food Technology and Nutritional Science, Vol. 2 No. 1 Page 1-4.
Kartika, B., B. Hastuti., W. Supartono. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan
Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta.
Muresan, Crina et al. 2012. Sensory Evaluation of Bakery Products and Its Role in
Determining of The Consumer Preferences. Journal of Agroalimentary
Processes and Technologies 2012, 18(4), 304-306.
Nugroho, Happy Is ., Eko Nurcahya Dewi., dan Laras Rianingsih. 2016. Pengaruh
Penambahan Tepung Daging Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus)
Terhadap Nilai Gizi Roti Tawar. Jurnal Pengolahan & Bioteknologi
Hasil Perikanan. 5(4) : 11-19.
Radovich A, Theodore J.K., Matthew D. Kleinhenz. Jeannine F. Delwiche B,
Rachel E. Liggett. 2004. Triangle Tests Indicate That Irrigation
TimingAffects Fresh Cabbage Sensory Quality. Food Quality And
Preference, Vol. 15, Issue 1, Page :471–476.
Sari, ardhea mustika., Linda Kurniawati., Akhmad Mustofa. 2015. Karakteristik
Roti Tawar Dengan Substitusi Tepung Sorgum (Sorghum Bicolor (L)
Moench) Terfermentasi Dan Tanpa Fermentasi. Jurnal Teknologi Hasil
Pertanian (8)1 : 1-5.
Setyaningsih, D., A. Apriyantono dan M.P. Sari. 2010. Analisis Sensori untuk
Industri Pangan dan Agro. IPB Press, Bogor.
Wijayanti, Sudarma Dita., Tri Dewanti Widyaningsih ., dan Dzulvina Utami.
2015. Evaluasi Nilai Cerna In Vitro Sereal Flake Berbasis Ubi Jalar
Oranye Tersuplementasi Kecambah Kacang Tunggak. Jurnal Teknologi
Pertanian Vol. 16(1): 31-40
LAMPIRAN
1. Perhitungan

Jumlah Panelis lolos (>60%) adalah 44 orang

Jumlah panelis tidak lolos (<60%) adalah 6 orang.

Presentase Benar

Presentase Benar Jumlah jawaban benar X%


= x 100
4
Presentase Benar 4 100%
= x 100
4
Presentase Benar 3 75%
= x 100
4
Presentase Benar 2 50%
= x 100
4
Presentase Benar 1 25%
= x 100
4
Presentase Benar 0 0%
= x 100
4

Presentase jumlah panelis lolos


jumlah panelis lolos
Persentase panelis lolos = x 100
jumlah seluruh panelis
44
= x 100
50
= 88%

Persentase jumlah panelis tidak lolos


jumlah panelis tidak lolos
Persentase panelis tidak lolos = x 100
jumlah seluruh panelis
6
= x 100
50
= 12%
2. Dokumentasi

Gambar 1.3 Sampel yang Gambar 1.4 Pemotongan


Diujikan (Roti Tawar) Sampel

Gambar 1.5 Pemberian Label Gambar 1.6 Pelaksanaan Uji


Segitiga

You might also like