You are on page 1of 13

BAB I

LATAR BELAKANG

Latar Belakang Masalah

Keadaan Amazon

Amazon merupakan perusahaan yang didirikan pada tahun 1994 dan mulai menjual

buku via online di tahun 1995 dan go publik pada tahun 1997. Jeff Bezoz, pendiri sekaligus

CEO Amazon, memiliki ide menjual buku melalui internet. Hal ini dikarenakan jumlah

produk tak terbatas dan jumlah konsumen yang lebih banyak dapat dijangkau ketimbang toko

fisik. Marketnya sangat besar, penjualan retail buku sebanyak 25 miliar juta di Amerika dan

sekitar 80 miliar di seluruh dunia. Selain itu pasar yang ada sangatlah luas dan penerbit buku

serta retailnya cenderung terbagi-bagi.

Selama ini Amazon menggunakan metode strategi penjualan yaitu melalui distribusi

pribadi menggunakan website mereka dengan memanfaatkna para supplier buku yang dapt

dipesan hanya via telepon. Selain tidak memerlukan budjet yang banyak, Amazon juga dapat

mengontrol segala proses, kualitas, waktu sesuai dengan kehendak mereka sendiri tanpa

diributi oleh para penerbit.

Pada tahun 1998 Amazon mulai menjual barang mereka sendiri. Tidak hanya menjual

buku, Amazon juga menawarkan CD musik, video rekaman, DVD, game komputer, mainan,

software, alat elektronik hingga produk-produk keseharian. Mereka hanya menyetok barang

yang diinginkan pasar, dan barang-barang tersebut laku dengan sendirinya. Amazon

memakai sistem “marketplace” dimana produk-produk yang dijual dikategorikan berdasarkan

abjad dan jenis kebutuhan konsumen. Amazon juga menggunakan strategi partnership
dimana bekerja sama dengan beberapa perusahaan e commerce yang ingin menjajahkan

produk mereka di website mereka. Dari sinilah Amazon memperoleh banyak untung.

Strategi Keuangan

Pada Mei tahun 1997 Amazon melakukan IPO dan sukses membukukan $50 juta dollar.

Amazon menemui persoalan terkait hutang dalam tiga kejadian antara lain:

- Mei 1998, perusahaan menjual 10% surat berharga seharga %326 juta namun tingkat

nilai perusahaan bakal naik hingga $530 juta.

- Februari 1999, perusahaan menjual $1.25 milyar saham yang setara dengan nilai

4.75% surat berharga pada tahun 2009

- Februari 2000, perusahaan menjual $680 juta setara dengan nilai 6.875% surat

berharga pada tahun 2010

Penilaian Analisa Saham dan Hutang Amazon

Pada Juni 2000, Ravi Suria, analis credit dari Lehman Brothers menerbitkan laporan

yang menyatakan peringatan mengenai convertible bond/debt dari Amazon.com. Setelah

melihat kondisi keuangan perusahaan, Suria menyatakan bahwa Amazon.com memiliki

neraca keuangan yang lemah, manajemen modal kerja yang buruk, serta arus kas operasional

yang negative. Suria menetapkan convertible debt Amazon.com sangat lemah dan dengan

penuh keyakinan menyarankan agar para investor menghindarinya.

Menurut catatan Suria, Amazon.com merupakan pioner dan brand terkemuka dalam

dunia ritel internet. Namun demikian, dia meyakini bahwa perusahaan akan kekurangan kas

karena kinerja operasional yang buruk, tercermin dari bisnis model yang lemah. Pada

Februari 1999 perusahaan menerbitkan $1.25 miliar convertible debt. Setahun berselang,

perusahaan menerbitkan kembali convertible debt sejumlah $680 juta. Menurut pengamatan
Suria, perusahaan kehilangan uang dengan cepat setelah penerbitan convertible debt tersebut

dan jika tidak dapat menghasilkan arus kas yang positif, perusahaan akan mengalami

kesulitan keuangan. Efek laporan Suria tersebut, harga convertible debt Amazon menurun

15% dan harga saham menurun 19% hanya satu hari setalah laporan tersebut diterbitkan.

Begitu juga pada tahun 2000, Amazon masih tetap menolak laporan prediksi dari para analis

dan akhirnya harga saham mengalami penurunan sekitar 58% dan harga convertible debt

menurun sekitar 20% (atau 50%dari nilai 1 parnya).

Rumusan Masalah

Pada kasus Amazon ini akan memberikan analisis mendalam terkait anallisa kredit dan

financial distress. Adapun yang menjadi permasalahan adalah:

a. Bagaimanakah penilaian terhadap model bisnis dari Amazon?

b. Bagaimanakah hasil analisa Ravi Suria terhadap resiko kredit terhadap keputusan

hutang dari Amazon?

c. Mengapa market (hutang dan saham) bereaksi secara signifikan terhadap laporan

Suria?
BAB II

KAJIAN TEORI

Financial Distress

Salah satu aspek pentingnya analisis terhadap laporan keuangan dari sebuah

perusahaan adalah kegunaannya untuk meramal kontinuitas atau kelangsungan hidup

perusahaan. Prediksi kelangsungan hidup perusahaan sangat penting bagi manajemen dan

pemilik perusahaan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan dan mengantisipasi

kondisi yang menyebabkan kemungkinan adanya potensi kebangkrutan.

Platt dan Platt (2002) mendefinisikan financial distress merupakan suatu kondisi

dimana keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau sedang krisis. Dengan kata lain

financial distress merupakan suatu kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan

keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya. Sedangkan kesulitan keuangan

merupakan kesulitan likuiditas sehingga perusahaan tidak mampu menjalankan kegiatan

operasinya dengan baik (Trijadi, 1999). Kesulitan keuangan dapat diartikan dalam beberapa

kategori yaitu sebagai berikut :

1. Economic Failure, yaitu kegagalan ekonomi yang berarti bahwa pendapatan

perusahaan tidak dapat menutup biayanya sendiri. Ini berarti tingkat labanya lebih

kecil dari biaya modal.

2. Bussines Failure, didefenisikan sebagai usaha yang menghentikan operasinya dengan

akibat kerugian bagi kreditur, dan kemudian dikatakan dengan akibat kerugian bagi

kreditur, dan kemudian dikatakan gagal meskipun tidak melalui kebangkrutan secara

normal.
3. Technical insolvency, sebuah perusahaan dapat dinilai mengalami kesulitan keuangan

apabila tidak memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo. Technical insolvency ini

menunjukkan kekurangan likuiditas yang sifatnya sementara dimana pada suatu

waktu perusahaan dapat mengumpulkan uang untuk memenuhi kewajibannya dan

tetap beroperasi.

4. Insolvency in bankcrupy, sebuah perusahaan dapat dikatakan mengalami kesulitan

keuangan bilamana nilai buku dari total kewajiban melebihi nilai pasar dari asset

perusahaan.

5. Legal Bankcrupy, sebuah perusahaan dikatakan sebagai bangkrut secara hukum,

kecuali diajukan tuntutan secara resmi dengan undang-undang.

Indikasi terjadinya kesulitan keuangan atau financial distress dapat diketahui dari

kinerja keuangan suatu perusahaan. Kinerja keuangan dapat diperoleh dari informasi

akuntansi yang berasal dari laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan laporan

mengenai posisi kemampuan dan kinerja keuangan perusahaan serta infromasi lainnya yang

diperlukan oleh pemakai informasi akuntansi. Menurut standar akuntansi keuangan (2007)

laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan

yang lengkap terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan,

catatan dan laporan lain yang berkaitan dengan laporan tersebut.

Berbagai pihak dapat menggunakan laporan keuangan sebagai dasar pengambilan

keputusan untuk melakukan aktifitas investasi dan pendanaan, baik pihak internal maupun

eksternal perusahaan. Pihak-pihak eksternal perusahaan biasanya bereaksi terhadap sinyal

distress seperti penundaan pengiriman barang, masalah kualitas produk, tagihan dari bank

dan lain sebagainya yang menyebabkan perubahan terhadap biaya operasi sehingga

perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya. Indikasi awal terjadinya


financial distress diperbankan dapat diketahui dari laporan keuangan bank yang sudah

diterbitkan oleh bank tersebut, terutama laporan laba rugi dimana perusahaan perbankan

mengalami laba bersih negatif dan mengalami negatif spread akibat rendahnya biaya bunga

pinjaman daripada bunga simpanan. Spread merupakan selisih antara tingkat bunga pinjaman

dan tingkat bunga simpanan (Budisantosa dan Triandaru, 2006). Besar kecilnya spread

disuatu bank dapat dijadikan indikator tingkat efisiensi atau kinerja suatu bank.

Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan perbankan merupakan salah satu

sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi

keuangan perusahaan yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang

tepat. Agar informasi yang tersaji menjadi lebih bermanfaat dalam pengambilan keputusan

yang tepat, data keuangan harus dikonversi menjadi informasi yang berguna dalam

pengambilan keputusan ekonomis. Platt dan Platt (2002) menyatakan kegunaan informasi

jika suatu perusahaan mengalami financial distress adalah:

Dapat mempercepat tindakan manajemen untuk mencegah masalah sebelum terjadinya

kebangkrutan.

Pihak manajemen dapat mengambil tindakan merger atau takeover agar perusahaan

lebih mampu untuk membayar hutang dan mengelola perusahaan dengan lebih baik.

Memberikan tanda peringatan dini/awal adanya kebangkrutan pada masa yang akan datang.

Tujuan laporan keuangan berdasarkan SFAC (Statement of Financial Accounting Concepts)

No.1 (FASB 1978) menjelaskan bahwa tujuan pertama pelaporan keuangan adalah

menyediakan informasi yang bermanfaat kepada investor, kreditur, dan pemakai lainnya, baik

yang sekarang maupun pemakai potensial dalam pembuatan keputusan investasi, kredit dan

keputusan lainnya secara rasional. Tujuan kedua adalah menyediakan informasi untuk

membantu investor, kreditur dan pemakai lainnya, baik pemakai saat ini maupun pemakai
potensial dalam menilai jumlah, waktu, ketidakpastian penerimaan kas dari dividen dan

bunga dimasa yang akan datang.

SFAC (Statement of Financial Accounting Concepts) No.2 (FASB 1978) juga

menjelaskan bahwa salah satu karakterisitik kualitatif yang harus dimiliki oleh informasi

akuntansi agar tujuan pelaporan keuangan dapat tercapai adalah kemampuan prediksi. Hal ini

menunjukkan bahwa informasi akuntansi seperti yang tercantum dalam pelaporan keuangan

dapat digunakan oleh investor saat ini dan investor potensial dalam melakukan prediksi

penerimaan kas, deviden dan bunga dimasa yang akan datang. Oleh karena itu prediksi

dengan menggunakan informasi laporan keuangan menjadi sangat penting dilakukan dengan

menggunakan analisis rasio keuangan.

Analisis rasio keuangan merupakan teknik analisa untuk membantu mengevaluasi

laporan keuangan perusahaan dengan menggabung-gabungkan angka-angka didalam atau

antara laba-rugi dan neraca. Analisis terhadap rasio keuangan perusahaan dapat memberikan

informasi mengenai kondisi keuangan secara sistematis dan memberikan proses penilaian

yang bertujuan untuk mengevaluasi posisi keuangan dan hasil-hasil operasi perusahaan pada

masa lalu dan saat sekarang. Salah satu tujuan analisis keuangan itu adalah untuk

memperkirakan kelangsungan hidup perusahaan atau tingkat kebangkrutan perusahaan.

Kelangsungan hidup suatu perusahaan merupakan salah satu aspek penting untuk diketahui

dan diharapkan oleh semua pihak yang berkepentingan dalam perusahaan (Harnanto, 1987)

Rasio adalah suatu rumusan secara sistematis dari hubungan atau korelasi antara suatu jumlah

dengan jumlah tertentu lainnya. Analisis rasio merupakan suatu teknik analisa yang dalam

banyak hal mampu memberikan pertunjuk atau indikator dan gejala-gejala yang timbul

disekitar kondisi yang melingkupinya. Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2007)

ada 5 macam analisis: (1) Rasio Likuiditas, (2) Rasio Aktivitas, (3) Rasio Solvabilitas, (4)

Rasio Profitabilitas dan (5) Rasio Pasar. Analisis rasio keuangan dapat digunakan untuk
menganalisis atau memprediksi kebangkrutan dan financial distress agar manajemen dapat

mengambil tindakan untuk mencegah kondisi yang tidak diinginkan. Prediksi financial

distress perlu untuk dikembangkan, karena dengan mengetahui kondisi financial distress

perusahaan sejak dini diharapkan dapat dilakukan tindakan – tindakan untuk mengantispasi

yang mengarah kepada kebangkrutan.

Prediksi financial distress perusahaan ini menjadi perhatian banyak pihak (Almilia, 2003).

Pihak – pihak yang menggunakan model tersebut meliputi :

1. Pemberi pinjaman. Penelitian berkaitan dengan prediksi financial distress menpunyai

relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman, baik dalam memutuskan apakah akan

memberikan suatu pinjaman dan menentukan kebijakan untuk mengawasi pinjaman

yang telah diberikan.

2. Investor. Model prediksi financial distress dapat membantu investor ketika akan

menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan pembayaran

kembali pokok dan bunga.

3. Pembuat peraturan. Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab mengawasi

kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan perusahaan individu. Hal ini

menyebabkan perlunya suatu model yang aplikatif untuk mengetahui kesanggupan

perusahaan membayar hutang dan menilai stabilitas perusahaan.

4. Pemerintah. Prediksi financial distress juga penting bagi pemerintah dan antitrust

regulation.

5. Auditor. Model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna bagi

auditor dalam membuat penilaian going concern suatu perusahaan.

6. Manajemen. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka perusahaan akan

menanggung biaya langsung (fee akuntan dan pengacara) dan biaya tidak langsung
(kerugan penjualan atau kerugian paksa akibat ketetapan pengadilan). Sehingga

dengan adanya model prediksi financial distress diharapkan perusahaan dapat

menghindari kebangkrutan dan otomatis juga dapat menghindari biaya langsung dan

tidak langsung dari kebangkrutan.

Dalam kondisi ekonomi yang tidak buruk, kebanyakan perusahaan yang mengalami

financial distress adalah akibat dari kelemahan manajemen (Whitaker, 1999). Menurut

Martin (1995) dalam Supardi & Mastuti (2003), kebangkrutan didefinisikan ke dalam

beberapa pengertian, yaitu:

1. Economic distress, berarti perusahaan kehilangan uang atau pendapatan sehingga

tidak mampu menutup biaya sendiri karena tingkat laba yang lebih kecil dari biaya

modal atau nilai sekarang dan arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban.

Kegagalan terjadi bila arus kas perusahaan sebenarnya jauh di bawah arus kas yang

diharapkan atau tingkat pendapatan atas biaya historis dan investasinya lebih kecil

daripada biaya modal perusahaan yang dikeluarkan untuk sebuah investasi.

2. Financial distress, berarti kesulitan dana untuk menutup kewajiban perusahaan atau

kesulitan likuiditas yang diawali dengan kesulitan ringan sampai pada kesulitan yang

lebih serius, yaitu jika hutang lebih besar dibandingkan dengan aset. Definisi financial

distress yang lebih pasti sulit dirumuskan tetapi terjadi dari kesulitan ringan sampai

berat.

Indikator yang menunjukkan apakah suatu perusahaan mengalami financial distress

antara lain ditandai dengan adanya pemberhentian tenaga kerja atau hilangnya pembayaran

dividen, serta arus kas yang lebih kecil daripada hutang jangka panjang (Whitaker, 1999),
atau jika selama 2 tahun mengalami laba bersih operasi negatif dan selama lebih dari 1 tahun

tidak melakukan pembayaran dividen, sedangkan Wahyujati (2000) mendefinisikan financial

distress jika perusahaan mengalami net income negatif selama 3 tahun.


BAB III

PEMBAHASAN

Suria, menggambarkan tentang uang perusahaan yang banyak terbuang. Dalm hal ini

arus kas dari Amazon banyak yang hilang dan berantakan. Pemberitaan yang mengguncang

membuat nilai saham menurun 19% dalam satu hari. Banyak pendapat bahwa kelebihan

hutang yang menyebabkan hal ini terjadi. Termasuk juga dalam penanganan logistic dan

inventory yang menyebabkan situasi arus kas menjadi lebih buruk dbandingkan dengan

penjualan. Penilaian terhadap model bisnis online seperti ini sepertinya menjadi sesuatu hal

yang baru, sehingga cukup diragukan.

Apalagi semenjak Amazon memutuskan untuk membangun infrastruktur dan jaringan

serta Distribution Center yang membutuhkan dana besar. Hal ini membuat Amazon merasa

kesulitan dalam menjalankan usahanya terutama dalam bidang logistic dan inventory. Hal ini

kemungkina terjadi kerana kas pendapatan operasional menurun tajam dari tahun

sebelumnya. Padahal secara akuntansi arus kas adalah fakta untuk melihatn keberhasilan dan

peforma perusahaan. Arus kas yang buruk dari Amazon yang menyebabkan Amazon

memutuskan untuk mengambil pinjaman dalam menjalankan usahanya.


Year 2000 Year 1999 Year 1998 Year 1997
Current Assets $ 1,361 $ 1,012 $ 424 $ 137
Total Assets $ 2,135 $ 2,471 $ 648 $ 149
Current Liabilities $ 975 $ 739 $ 162 $ 44
Total Liabilties $ 3,102 $ 2,205 $ 510 $ 121
Cash Provided by Operations $ (130) $ (90) $ 31 $ 1
Capital Expenditures $ 135 $ 287 $ 28 $ 8
Divisdend Paid $ - $ - $ - $ -
Net Loss $ (1,411) $ (720) $ (125) $ (31)
Sales $ 2,762 $ 1,640 $ 610 $ 148

Current Ratio 1.4 1.37 2.62 3.11


Current Cash Debt Coverage Ratio -0.134 -0.122 -0.191 -0.023
Cash Debt Coverage Ratio -0.042 -0.041 0.061 0.008
Debt to Total Assets Ratio 1.45 0.89 0.79 0.81
Free Cash flow $ (1,546) $ (1,007) $ (153)
Change in Net Loss $ (691) $ (595) $ (94)
Change in Cash Provided by Operation $ (40) $ (121) $ 30

Hal-hal ini muncul arena usaha Amazon dalam mengimplementasikan strategi untuk

berkembang dan tumbuh yang menyebabkan keuangan Amazon menjadi buruk. Dengan

menambahkan produk baru seperti CD, elektronik, mainan, dan membangun gudang di

berbagai negara dan kebijakan serta pengaturan inventori menjadi lebih sulit. Inventori yang

besar menyebabkan Amazon kehilangan banyak biaya. Suria juga melihat bahwa Inventory

Turn Over dari Amazon menurun semenjak tahun 1998. Rasio Inventory Turn Over dari 8.5

turun menjadi 2.9.

Coverage ratio dari Amazon juga mengalami penurunan setiap tahunnya, dari 0.008 di tahun

1998 menjadi -0.042 di tahun 2000. Free cash flow juga mengalami kekurangan dimana di

tahun 2000 cash flownya minus $1.546.


Begitu juga hutang dari Amazon yang terus meningkat dari 0.81 di tahun 1998 menjadi 1.45

di tahun 2000. Hal ini disebabkan Amazon membutuhkan banyak dana dalam menjalankan

usahanya. Selain itu beberapa hal yang dapat dilihat dari rasio keuangan :

 Amazon semakin tidak liquid seiring dengan rendahnya current ratio dibawah ideal,
cash flow negatif dan Current cash debt coverage ratio negatif.
 Solvency Amazon memburuk dengan debt to total assets ratio yang meningkat dan
cash debt coverage ratio negatif (ideal >100%).
 Net loss semakin besar ($691 juta) menunjukkan perusahaan semakin tidak efisien .

Apabila Amazon terus mengalami defisit dalam kas, maka amazon akan mengalami tekanan

dalam keuangan dimana hutang amazon akan semakin meningkat dikarenakan amazon

menggunakan hutang yang cukup besar dalam menjalankan operasional. Runtuhnya

keuangan amazon juga disebabkan adanya tingkat inventori yang tinggi dan pembangunan

poin dan gedung gudang di berbagai tempat. Kesalahan perhitungan seperti ini yang dapat

membuat amazon dalam financial distress.

Dalam mengatasi hal ini, amazon harus segera melakukan tindakan dalam mengurangi

kekurangan arus kas dan berhenti melakukan pinjaman. Kekurangan arus kas dapat dihindari

dengan cara mengurangi gudang serta distribution center yang memiliki inventori tinggi yang

menyebabkan biaya tinggi pula. Hal ini secara signifikan kemungknan dapat mengurangi

biaya dan membuat arus kas jauh lebih baik. Saham yang turun disebabkan adanya indikasi

pasar yang melihat bahwa amazon edang terlilit hutang dan arus kas negative yang membuat

speculator berpendapat bahwa amazon tidak mampu lagi menjalankan usahanya.

You might also like