You are on page 1of 23

LAPORAN PRAKTIKUM

SANITASI PENANGANAN LIMBAH

Disusun Oleh :
ARINGGA WICAKSONO
H0916009

Kelompok 10

PROGRAM STUDI ILMU TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2019
ACARA I

ANALISIS KUALITAS AIR

A. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum sanitasi acara I “Analisis Kualitas Air” adalah :
1. Mahasiswa mengetahui cara analisis sifat fisik air dengan pengukuran
suhu pada berbagai sampel
2. Mahasiswa mengetahui cara analisis zat padat tersuspensi pada berbagai
sampel
3. Mahasiswa mengetahui cara analisis sifat kimia air dengan menganalisis
kesadan air pada berbagai sampel
B. Tinjauan Pustaka
Air adalah kebutuhan pokok bagi kehidupan makhluk hidup,
terutama manusia sehingga kualitas dan kuanti-tasnya harus diperhatikan,
baik persyaratan fisik, persyaratan biologis, maupun persyaratan kimia. Bagi
manusia air sangat efensial untuk proses pencernaan, absorsi, dan ekskresi,
tetapi air juga rentan terhadap kontaminasi dan pencemaran. Selain
manfaatnya untuk menunjang kehidupan, air digunakan untuk menghasilkan
tenaga listrik, industri dan sebagai sumber kesenangan, relaksasi dan
rekreasi. Kebanyakan manusia memanfaatkan persediaan air yang dapat
digunakan dengan apa adanya. Dengan begitu, beberapa langkah sengaja
dilakukan guna menjaga mutu dan kuantitas air untuk masa depan
(Dewi, 2018)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 416
tahun 1990, bahwa air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum
apabila telah dimasak. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air), dan gas
(uap air). Air merupakan satu – satunya zat yang secara alami terdapat di
permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Air adalah substansi
kimia dengan rumus kimia H20 : satu molekul air tersusun atas dua atom
hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat
tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar. Total
Padatan Tersuspensi (TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi yang tertahan
pada kertas saring millipore berdiameter pori 0,45µm. Sedangkan TDS
(Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik zat organic maupun
anorganic) yang terdapat pada sebuah larutan. Umumnya berdasarkan
definisi di atas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat
melewati saringan yang berdiameter 2 mikrometer (2×10-6 meter)
(Mays, 1996).
Data dari WHO (1998) menyebutkan bahwa separuh dari populasi
dunia mengalami penyakit yang berhubungan dengan kekurangan air dan air
terkontaminasi yang berisiko pada timbulnya penyakit bawaan air seperti
diare yang banyak mengakibatkan kematian. Pada tahun 1995 diare
mengakibatkan lebih dari tiga ribu kematian dimana 80 persen diantaranya
terjadi pada anak berusia di bawah lima tahun. Berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002,
bahwa air minum yang dikonsumsi masyarakat harus memenuhi persyaratan
kesehatan kualitas air minum. Temperatur/suhu air minum seharusnya sejuk
atau tidak panas agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada dalam
saluran pipa yang dapat membahayakan kesehatan, menghambat reaksi
biokimia dalam saluran pipa, menghambat perkembangbiakan
mikroorganisme patogen, dan bila diminum dapat menghilangkan dahaga.
Tingginya pencemaran limbah domestik dapat menyebabkan kualitas air
baku menurun karena kekeruhannya tinggi. Pada dasarnya kekeruhan air
disebabkan adanya zat padat yang tersuspensi baik organik maupun
anorganik. Banyaknya zat padat tersuspensi ini akan mendukung
perkembangbiakan bakteri. Semakin jernih/tidak keruh air maka akan
menghambat perkembangbiakan bakteri yang mungkin ada dalam air. Selain
itu dalam air yang keruh akan sulit dilakukan desinfeksi karena mikroba
akan terlindungi zat tersuspensi tersebut (Desiandi, et al., 2009)
C. Metodologi
1. Alat
a. Beaker glass
b. Buret
c. Desikator
d. Kertas saring
e. Labu Erlenmeyer
f. Neraca Analitik
g. Oven
h. Statif
i. Thermometer
2. Bahan
a. Aquadest
b. Indikator EBT
c. Larutan buffer pH 10
d. Na2EDTA
e. Sampel air kemasan
f. Sampel air PDAM
g. Sampel air sumur
h. Sampel air sungai
3. Cara kerja
a. Pengukuran Suhu

Sampel Air PDAM/Air Sumur/Air Sungai/Air Kemasan

Pencelupan termometer

Pendiaman beberapa saat

Pembacaan suhu termometer

Pencatatan hasil

Gambar 1.1 Diagram Alir Pengukuran Suhu

b. Perhitungan Padatan Tersuspensi (TSS)


1. Persiapan Kertas Saring
Kertas Saring

Pemasukan ke dalam oven suhu 103-105 C selama 30 menit

Pemasukan ke dalam desikator selama 15 menit

Penimbangan (A gram)

Gambar 1.2.1 Diagram AlirPersiapan Kertas Saring


2. Perlakuan Sampel
50 ml sampel Air PDAM/Air Sumur/Air Sungai/Air Kemasan

Penyaringan menggunakan kertas saring

Pengambilan filtrat dan kertas saring

Pemasukan ke dalam oven suhu 103-105 C selama 1 jam

Pemasukan ke dalam desikator selama 15 menit

Penimbangan (B gram)

Gambar 1.2.2 Diagram Alir Perlakuan Penyaringan Sampel


Perhitungan TSS
D. Hasil dan Pembahasan
Tabel 1.1. Hasil Pengamatan Suhu Air
Kelompok Jenis Sampel Suhu (oC)
10 Air PDAM 28
11 Air Sungai 28
12 Air Minum Kemasan 27
Sumber : Laporan Sementara
Dalam pembagiannya air memiliki berbagai jenis pembagian
berdasarkan keberadaan dan asalnya. Untuk keberadaannya air dibagi
menjadi Air Permukaan dan Air Tanah. Air permukaan biasa terlihat
langsung seperti air sungai, air danau, dan air laut. Secara umum air
permukaan akan dibagi berdasarkan daerahnya yaitu air daerah daratan dan
air daerah laut. Untuk Air Tanah dapat dibagi menjadi air Freatis yang
terletak dekat dengan permukaan dan air Artesis yang terletak jauh di bawah
permukaan tanah.
Untuk asalnya maka air akan dibagi menjadi 3 jenis. Yang pertama adalah
air yang berasal dari atmosfer atau disebut meteoric water. Yang kedua
adalah air yang berasal dari perut bumi seperti air yang tersimpan pada
batuan sedimen yaitu Air Tanah Turbir. Yang terakhir adalah air tanah
Juvenil yaitu air tanah yang naik dari magma bila gas-gas yang ada
dilepaskan melalui mata air panas (Sutandi, 2012)
Dalam pengujian kualitas air maka dibutuhkan beberapa parameter
yang akan diujikan. Dalam hal ini, pemerintah Indonesia mengatur standar
kualitas air minum dalam kemasan yang diatur dalam SNI 01-3553-2006.
Dalam standar tersebut untuk kualitas air secara fisik yang harus diujikan
adalah sebagai berikut:
1. Bau
2. Rasa
3. Warna
4. pH
5. Kekeruhan
Untuk standar air kemasan secara lengkap berdasarkan SNI 01-3553-
2006 dapat dilihat pada tabel 1.2

Tabel 1.2 Syarat Mutu Air Minum dalam Kemasan

Sumber : SNI 01-3553-2006

Selain standar bagi air minum dalam kemasan, limbah cair yang
dihasilkan dalam industri pangan ataupun industri lainnya juga memiliki
standar yang harus dipatuhi. Adanya standar yang diberlakukan bagi limbah
cari yang dihasilkan oleh industri adalah sebagai bentuk kepedulian pihak
pemilik industri terhadap lingkungan sehingga limbah yang dikeluarkan
minimal tidak memperburuk kondisi lingkungan sekitar. Baku mutu air
limbah sendiri dapat dilihat pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa tengah
Nomor 5 Tahun 2012.
Dalam menganalisa kondisi baku mutu air salah satu parameter
penting yang harus diperhatikan adalah suhu. Suhu air sangat berperan
mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Peningkatan suhu juga
menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh
mikrobia. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton adalah 20-
30o-C. dengan begitu parameter suhu pada pengujian baku mutu air menjadi
penitng untuk diamati (Ali, et al., 2013)
Tabel 1.3. Hasil Pengujian Total Soluble Solid
Berat Kertas Berat Kertas
Jenis TSS
Kelompok Saring Awal Saring +
Sampel (%)
(gr) Filtrat (gr)
10 Air PDAM 0,803 0,889 1,72
11 Air Sungai 0,809 0,831 0,44
Air Minum
12 0,690 0,703 0,26
Kemasan
Sumber : Laporan Sementara
Kandungan mineral dalam suatu bahan pangan dapat dinilai dari nilai
TDS (Total Dissolve Solids) dan TSS (Total Suspended Solids) TDS
mengandung berbagai macam zat terlarut (baik itu zat organik, anorganik,
atau komponen lainnya) dengan diameter < 10-3 µm yang terdapat pada
sebuah larutan yang terlarut dalam air. Ion yang paling umum terlarut adalah
kalsium, fosfat, nitrat, natrium, kalium, magnesium, bikarbonat, karbonat,
dan klorida. Sumber utama TDS dalam perairan adalah limpahan dari
pertanian, limbah rumah tangga, dan industri.
TSS merupakan materi atau bahan tersuspensi yang menyebabkan
kekeruhan air yang terdiri dari lumpur, pasir halus serta jasad renik yang
terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi yang terbawa oleh badan
air. TSS menjadi faktor penting karena dapat menjadi dasar perubahan fisik,
kimia, dan biologi dari sampel yang ada. Sehingga dapat dibilang komponen
apapun yang tertahan dalam proses penyaringan mekanis dengan ukuran >
10-3 µm adalah komponen penyusun TSS (Rinawati, et al., 2016)
Perhitungan TSS menjadi penting dalam pengujian baku mutu air
karena TSS merupakan segala komponen tertahan yang dapat memberikan
perubahan baik fisik, kimia, dan biologi dari air. Sehingga perhitungan TSS
menjadi acuan untuk pengujian baku mutu air. Dalam pengolahan industri
nilai TSS menjadi analisis dasar standar pengolahan limbah cair yang
dikeluarkan karena nilai TSS secara umu dapat merepresentasikan tingkat
kekeruhan dari limbah cair yang dikeluarkan. Sehingga jika limbah cair
yang dikeluarkan tidak keruh maka nilai TSS yang akan tertera juga rendah.
Untuk baku mutu limbar cair dapat dilihat di Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012.
Berdasarkan Tabel 1.3. sampel yang memiliki TSS dari kadar paling
tinggi ke rendah berturut-turut adalah air PDAM (1,72%), air sumur
(0,44%), dan air kemasan (0,26%). Dalam pengujian ini seharusnya nilai
TSS dari PDAM memiliki nilai terendah atau setidaknya bukan menjadi
sampel dengan nilai TSS tertinggi. Hal ini karena air dari PDAM adalah air
yang terlah diproses dan digunakan sebagai air pemenuhan kebutuhan
masyarakata luas yang menggunakan jasa dari PDAM. Menurut PP RI no.
82 tahun 2001, baku mutu air parameter TSS untuk peruntukan kelas dua
adalah 50 mg/L. Kemungkinan adanya nilai TSS yang lebih besar ini
diakibatkan sistem saluran air dari PDAM yang panjang dan luas sehingga
sangat dimungkinkan adanya bahan selain air yang berada di saluran
tersebut seperti lumut, atau mikrobia lainnya sehingga akan meningkatkan
nilai TSS dari air PDAM.
Tabel 1.4. Hasil Pengamatan Kesadahan Air
Jenis Volume N Perubahan PPM
Kelompok
Sampel Titran (mL) Titran Warna CaCO3
Merah
Air anggur
10 0,3 0,1 120
PDAM menjadi
biru
Merah
Air anggur
11 0,4 0,1 160
Sungai menjadi
biru
Merah
Air
anggur
12 Minum 0,3 0,1 120
menjadi
Kemasan
biru
Sumber : Laporan Sementara
Selain pengujian secara fisik maka baku mutu air juga harus diuji
berdasarkan parameter kimia. Parameter kimia dalam pengujian air juga
dapat dilihat di dalam SNI baku mutu air yaitu SNI 01-3553-2006.
Berdasarkan SNI tersebut maka parameter kimia yang diujikan dalam baku
mutu air adalah :
1. Zat Organik (Angka KMnO4)
2. Nitrat
3. Nitrit
4. Amonium
5. Sulfat
6. Klorida
7. Flourida
8. Sianida
9. Besi
10. Mangan
11. Klor bebas
12. Kromium
13. Barium
14. Boron
15. Selenium
Senyawa kimia dalam air sering juga dikaitakan dengan kesadahan
air. Kesadahan air adalah air dengan kandungan garam magnesium dan
kalsium tinggi yang terlarut dalam air.Kesadahan air biasanya dilaporkan
dalam satuan miligram per liter atau ppm (part per million). Secara
tradisional kesadahan air pada umunya di analisa menggunakan metode
titrasi (Wurts, 2016).
Kesadahan air dibagi menjadi dua yaitu kesadahan permanen dan
sementara. Kesadahan air sementara dihasilkan akibat adanya ion
bikarbonat dan HCO3—yang berada di dalam air. Jenis kesadahan ini dapat
dihilangkan dengan cara mendidihkan air target yang mana akan melepas
CO2 dengan rumus kimia sebagai berikut:

Ca(HCO3)2 > CaCO3 + CO2 + H2O

Sedangkan kesadahan permanen dalam air akibat adanya kalsium


dan magnesium nitrat, sulfat, dan klorida serat komponen lainnya. Jenis tipe
kesadahan ini tidak dapat dihilangkan dengan cara mendidihkan air yang
menjadi target (Brown, 2017). Sedangkan tingkat kesadahan air dapat juga
diklasifikasikan berdasarkan konsentrasi dari kalsium karbonat yang
terkandung yang dapat dilihat pada tabel 1.5.
Tabel 1.5 Klasifikasi Kesadahan Air berdasarkan Konsentrasi
Kalsium Karbonat

Jenis Kesadahan Konsentrasi Kalsium


Karbonat (mg/L)
Air Lembut (Soft Water) 0 – 75
Kesadahan Menengah 75 – 150
Air Sadah 150 – 300
Air Sadah Sangat Kuat >300
Sumber : (Brown, 2017)

Metode yang dapat dilakukan untuk penentuan kesadahan adalah


metode Titrasi EDTA (Ethylene Diamene Tetra Asetat). Kesadahan total
yaitu ion Ca2+ dan Mg2+ dapat ditentukan melalui titrasi dengan EDTA
sebagai titran dan menggunakan indikator yang peka terhadap semua
kation tersebut. EDTA membentuk satu kompleks kelat yang dapat larut
ketika ditambahkan ke suatu larutan yang mengandung kation logam
tertentu. Jika sejumlah kecil Eirochrome Black Tea atau Calmagite
ditambahkan ke suatu larutan mengandung kalsium dan ion-ion
magnesium pada satu pH dari 10,0 ± 0,1, larutan menjadi berwarna merah
muda. Jika EDTA ditambahkan sebagai satu titran, kalsium dan
magnesium akan menjadi suatu kompleks, dan ketika semua magnesium
dan kalsium telah manjadi kompleks, larutan akan berubah dari berwarna
merah muda menjadi berwarna biru yang menandakan titik akhir dari
titrasi (Astuti & Fatimah, 2016).
Prinsip dari titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilen
diamin tetra acetat (EDTA) akan bereaksi dengan kation logam tertentu
membentuk senyawa kompleks kelat yang larut. Pada pH 10,0 ± 0,1, ion-ion
kalsium dan ,magnesium dalam contoh uji akan beraksi dengan indikator
Eriochrome Black T (EBT), dan membentuk larutan berwarna merah
keungguan. Penggunaan pH yang cenderung tinggi saat pengujian
kesadahan air dikarenakan reagen yang digunakan berfungsi secara optimal.
Jika ditambahkan sebagai titran, maka ion-ion kalsium dan magnesium akan
membentuk senyawa kompleks, molekul indikator terlepas kembali, dan
pada titik akhir titrasi larutan akan berubah warna dari merah keunguan
menjadi biru. Dengan cara ini akan didapat kesadahan total (Ca + Mg).
Kalsium dapat ditentukan secara langsung dengan EDTA bila pH contoh uji
dibuat cukup tinggi (12-13), sehingga magnesium akan mengendap sebagai
magnesium hidroksida dan pada titik akhir titrasi indikator. Eurochrome
Black T (EBT) hanya akan bereaksi dengan kalsium saja membentuk larutan
berwarna biru. Dari cara ini akan didapat kadar kalsium dalam air (Ca). Dari
kedua cara tersebut dapat dihitung kadar magnesium dengan cara
mengurangkan hasil kesadahan total dengan kadar kalsium yang diperoleh,
yang dihitung sebagai CaCO3 (Hasibuan, 2015).
Pada saat praktikum menggunakan EDTA dalam bentuk Na2EDTA
sebagai ligan pembentuk senyawa kompleks dan EBT sebagai indikator
yang digunakan. Titrasi dilakukan dengan menambahkan indikator EBT
pada sampel air sadah dalam erlenmeyer, kemudian dititrasi dengan
menggunakan Na2EDTA. Sebelumnya, saat penambahan indikator EBT
pada sampel, telah terjadi reaksi membentuk ikatan kompleks antara
indikator dan ion logam, namun ikatan tersebut lemah. Setelah dititrasi
menggunakan Na2EDTA, terjadi ikatan antara ion logam dengan ligan yang
lebih kuat daripada ikatan yang terbentuk antara ion logam dengan indikator
EBT. Terjadi perubahan warna dari merah anggur (sebelum titrasi) menjadi
biru (pada titik akhit titrasi). Reaksi yang terjadi selama percobaan adalah
sebagai berikut :
EBT + Mg2+  EBT-Mg dan
EBT + Ca2+  EBT-Ca (berwarna merah anggur)
EBT-Mg + Na2EDTA  Mg- Na2EDTA + EBT dan
EBT-Ca + Na2EDTA  Ca- Na2EDTA + EBT (berwarna biru)
(Triwahyuni & Yusrin, 2008)
Selama pengujian nilai kesadahan dari setiap sampel akan memiliki
nilai yang berbeda. Hal diakibatkan karena dalam siklus air yang terjadi air
akan berkontak dengan berbagai macam hal dan faktor yang mempengaruhi
sifat dari air itu sendiri. Sehingga sangat dimungkinkan adanya perbedaan
nilai pengujian pada setiap sampel yang ada. Perbedaan konsentrasi jenis
kesadahan pada setiap bentuk lahan disebabkan oleh faktor topografi,
material batuan, dan perkembangan tanah (Yunus, 2010)
Jika melihat pada tabel 1.4 maka dapat dilihat hasil pengujian setiap
sampel yang diujikan selama praktikum. Pengklasifikasian tingkat
kesadahan perlu dilakukan agar setiap pihak yang terlibat didalamnya dapat
bertindak dan mencegah serta memberikan perawatan pada sumber air yang
ada. Untuk klasifikasi tingkat kesadahan air dapat dilihat pada tabel 1.5. Jika
hasil praktikum dibandingkan dengan standar tingkat kesadahan yang ada
maka semua sampel yang ada termasuk kategori kesadahan menengah
kecuali sampel air sungai dengan nilai 160 ppm masuk ke kategori air sadah.
Menurut WHO air yang bersifat sadah akan menimbulkan dampak,
terhadap kesehatan dapat menyebabkan cardiovascular (penyumbatan darah
jantung) dan urolithiasis (batu ginjal), menyebabkan pergerakan pada
peralatan logam untuk memasak sehingga penggunaan energi menjadi
boros, penyumbatan pada pipa logam karena endapan CaCO3, dan
pemakaian sabun menjadi lebih boros karena buih yang dihasilkan sedikit
(Wulandari, 2017). Jika air memiliki kategori kesadahan yang tinggi
diharuskan untuk diendapkan dan disaring terlebih dahulu sebelum
digunakan untuk air minum atau memasak, serta berdampak pada pompa air
yang relatif cepat aus (Sulistyani & Fillaeli, 2012).
Oksigen terlarut (DO) adalah suatu faktor yang terpenting dalam
setiap sistem perairan. Sumber utama oksigen terlarut berasal dari atmosfer
dan proses fotosintesis tumbuhan hijau. Oksigen dari udara diserap dengan
difusi langsung. Oksigen hilang dari air oleh adanya pernafasan biota,
penguraian bahan organik, aliran masuk air bawah tanah yang miskin
oksigen, adanya besi, dan kenaikan suhu (Alaerts, 1984). Biological Oxygen
Deman (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologi adalah suatu analisis
empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses mikrobiologis
yang benar-benar didalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasi) hampir semua
zat organis yang terlarut dan sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam
air. Pengujian ini juga dapat digunakan untuk menafsirkan beban
pencemaran zat organis (Alaerts, 1984). COD (Chemichal Oxygen Demand)
atau Kebutuhan Oksigen Kimia adalah jumlah oksigen (mg) yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam satu liter air,
dimana K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (Oxidating Agent).
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis
Universitas Sumatera Utara yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui
proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen dalam air
(Alaerts, 1984).
Salah satu water treatment yang digunakan untuk mengolah limbah
cair industri yaitu dengan proses elektrokoagulasi. Pemakaian bahan kimia
sebagai bahan utama maupun bahan pembantu pada proses pengolahan
limbah saat ini harus benar-benar dipertimbangkan terkait dengan beban
pencemar lingkungan. Elektrokoagulasi terdiri dari tiga proses yaitu
elektrokimia, koagulasi dan flotasi. Ketiga proses dasar ini salaing
berinteraksi dan berhubungan untuk menjalankan elektrokoagulasi
(Holt, 2002).
Pada proses pengolahan limbah secara kimia, yang umum digunakan
adalah proses koagulasi & flokulasi, serta adsorpsi. Koagulasi bertujuan
untuk membuat gumpalan-gumpalan yang lebih besar dengan penambahan
bahan-bahan kimia, misalnya Al2SO4, Fe2Cl3, Fe2SO4, PAC, dan
sebagainya. Flokulasi adalah proses penggabungan inti flok sehingga
menjadi flok berukuran lebih besar. Proses flokulasi hanya dapat
berlangsung bila ada pengadukan. Pengadukan pada proses flokulasi
merupakan pemberian energi agar terjadi tumbukan antar partikel
tersuspensi dan koloid agar terbentuk gumpalan (flok) sehingga dapat
dipisahkan melalui proses pengendapan dan penyaringan. Sedangkan untuk
proses adsorpsi adalah peristiwa penyerapan pada permukaan suatu
adsorben, misalnya adsorpsi zat padat terhadap gas atau zat cair. Zat yang
teradsorpsi disebut sebagai adsorbat dan zat pengadsorpsi disebut adsorben.
Ada berbagai macam adsorben yang umum digunakan diantaranya karbon
aktif, zeolit dan lain-lain (Yulis & Desti, 2018)
E. Kesimpulan
Kesimpulan dari acara I “Analisis Kualitas Air” adalah:
1. Suhu merupakan salah satu parameter yang penting diperhatikan dalam
menganalisa kondisi baku mutu air. Peningkatan suhu dapat
mengindikasi adanya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh
mikroba. Parameter yang perlu diuji telah diatur oleh Pemerintah
Indonesia dalam SNI 01-3553-2006, yang secara fisik, parameter uji air
yaitu: bau, warna, rasa, pH dan kekeruhan.
2. Terdapat tiga jenis pengukuran yang mampu menunjukkan jumlah
padatan dalam air, yaitu total solids (TS), total suspended solids (TSS),
dan total dissolved solids (TDS). Total Suspended Solids adalah angka
hasil analisis yang menunjukkan konsentrasi materi padat yang
tersuspensi dalam air. TSS sampel Air PDAM memiliki nilai paling
besar yaitu 1,72.
3. Tingkat kesadahan air adalah salah satu parameter kimia yang digunakan
untuk menentukan kualitas air. Salah satu metode yang dapat digunakan
dalam penentuan tingkat kesadahan air adalah metode titrasi EDTA.
Indikator yang digunakan dalam metode ini adalah indicator Eriochroma
Black T (EBT). Nilai Kesadahan tertinggi dari hasil uji kesadahan
berbagai sampel air dimiliki oleh sampel air sungai sebesar 160 ppm.
Daftar Pustaka

Alaerts, G., 1984. Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional.


Ali, A., Soemarno & Purnomo, M., 2013. Kajian Kualitas Air dan Status Mutu Air
SUngai Metro di Kecamatanb Sukun Kota Malang. Jurnal Bumi
Lestari, 13(2), pp. 265-274.
Astuti, D. W. & Fatimah, S., 2016. Analisis Kadar Kesadahan Total Pada Air Sumur
Di Padukuhan Bandung Playen Gunung Kidul. Analit: Analytical and
Enviromental Chemistry.
Brown, T. E., 2017. Chemistry: The Central Science. Fourteen ed. s.l.:Pearson.
Desiandi, M., Sitorus, R. J. & Hamzah, H., 2009. Pemeriksaan Kualitas Air Minum
pada Daerah Persiapan Zona Air Minum Prima PDAM Tirta Musi
Palembang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2(1).
Dewi, R. S., 2018. Pengaruh Lama Kontak Arang Kayu Terhadap Penurunan Kadar
Kesadahan Air Sumur Gali Di Paal Merah II kota Jambi. riset informasi
Kesehatan, 7(1), pp. 46-54.
Hasibuan, R., 2015. Pengaruh Penyaringan Secara Tradisional Terhadap Kadar
Kesadahan Total Pada Air Sumur Gali di Desa Batang Terap Kecamatan
Perbaungan Kab. Serdangbedagai. Jurnal Pendidikan Kimia, 7(3), pp.
6-12.
Holt, P., 2002. Electrocoagulation: Unravelling and Synthesis the Mechanism
Behind a Water treatment Process, s.l.: University of Sydney.
Mays, L. W., 1996. Water Resources Handbook. New York: McGraw Hill.
Rinawati, Hidayat, D., Suprianto & Dewi, P. S., 2016. Penentuan Kandungan Zat
PAdat (Total Dissolve Solid) dan Total Suspended Solid di Peraiaran
Teluk Lampung. Analit: Analytical and Enviromental Chemistry, 1(1),
pp. 36-45.
Sulistyani, S. & Fillaeli, A., 2012. Uji Kesadahan Air Tanah di Daerah Sekitar
Pantai Kecamatan Rembang Propinsi Jawa Tengah. Jurnal Sains Dasar,
7(3), pp. 33-39.
Sutandi, M. S., 2012. Air Tanah. Bandung: Fakultas Teknik Universitas Kristen
Maranatha.
Triwahyuni, E. & Yusrin, 2008. Penggunaan Metode Kompleksometri pada
Penetapan Kadar Seng Sulfat dalam Campuran Seng Sulfat dengan
Vitamin C. Jurnal Unimus, 3(2), pp. 1-3.
Wulandari, D. D., 2017. Analisa Kesadahan Total dan Kadar Klorida Air Di
Kecamatan Tanggulangin Sidoarjo. Medical Technology and Public
Health Journal, 1(1), pp. 14-20.
Wurts, W. A., 2016. Understanding Water Hardness. World Aquaculture.
Yulis, P. A. R. & Desti, A. F., 2018. Analisis Kadar DO, BOD, dan COD Air Sungai
Kuantan Terdampak Penambangan Emas Tanpa Izin. Riau: FKIP
Universitas Islam Riau.
Yunus, H. S., 2010. Metodologi Penelitian WIlayah Kontemporer. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
LAMPIRAN PERHITUNGAN

Perhitungan TSS
b. Kelompok 10
1000
Perhitungan TSS = ×𝑏−𝑎
500
1000
= × 0,889 − 0,803
500

= 20 × 0,086
= 1,72
c. Kelompok 11
1000
Perhitungan TSS = ×𝑏−𝑎
500
1000
= × 0,831 − 0,809
500

= 20 × 0,822
= 0,44
d. Kelompok 12
1000
Perhitungan TSS = ×𝑏−𝑎
500
1000
= × 0,703 − 0,690
500

= 20 × 0,013
= 0,26
Perhitungan Kesadahan Air
a. Kelompok 10
(𝑉+𝑁) 𝑁𝑎2 𝐸𝐷𝑇𝐴 ×𝐵𝐸 𝐶𝑎𝐶𝑂3 × 1000
Kesadahan air = 𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

(0,3+0,1) 100 × 1000


= 25

= 120 ppm CaCO3


b. Kelompok 11
(𝑉+𝑁) 𝑁𝑎2 𝐸𝐷𝑇𝐴 ×𝐵𝐸 𝐶𝑎𝐶𝑂3 × 1000
Kesadahan air = 𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

(0,4+0,1) 100 × 1000


= 25

= 160 ppm CaCO3


c. Kelompok 12
(𝑉+𝑁) 𝑁𝑎2 𝐸𝐷𝑇𝐴 ×𝐵𝐸 𝐶𝑎𝐶𝑂3 × 1000
Kesadahan air = 𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

(0,3+0,1) 100 × 1000


= 25

= 120 ppm CaCO3


DOKUMENTASI

Gambar 1.3 Pengujian suhu sampel Gambar 1.4 Hasil pengujian pada
petri dish

Gambar 1.5 Perubahan warna pada Gambar 1.6 Perubahan warna pada
uji kesadahan
uji kesadahan

You might also like