You are on page 1of 24

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMULIAAN TANAMAN

ACARA II
KORELASI ANTARA DUA SIFAT PADA TANAMAN

Semester:
Genap 2019

Oleh :
Nur Sita Utami
A1D017176/10
PJ Acara: Shofwan Akbar M. & Nisrina Nur Athiroh

KEMENTERIAN RISET, TEKOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemuliaan tanaman dapat diartikan sebagai suatu seni dan ilmu yang

mempelajari adanya pertukaran dan perbaikan karakter tanaman yang diwariskan

pada suatu populasi baru dengan sifat genetik yang baru. Ilmu pemuliaan tanaman

pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan varietas-varietas yang unggul, yaitu

dengan cara merubah genetik suatu tanaman sehingga tanaman tersebut dapat

berubah menjadi lebih baik dari keturunan sebelumnya. Pengetahuan yang cukup

mengenai tanaman yang bersangkutan sangat diperlukan, hal itu meliputi sifat

morfologis, anatomis maupun fisiologis.

Kenyataan menunjukkan bahwa diantara sifat-sifat yang ada pada tanaman

sering kali ada hubungannya satu dengan yang lain. Hubungan yang ada diantara

sifat-sifat tanaman ini sangat membantu usaha-usaha pemuliaan tanaman

khususnya dalam pekerjaan seleksi. Korelasi yang sempurna jarang terjadi pada

sifat-sifat kuantitatif, karena lingkungan sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat

tersebut.

Korelasi adalah suatu keterkaitan yang bisa ditangkap dari perbandingan

dua proporsi yang masing-masing mengandung dua kriteria yang salah satunya

disebutkan dalam kedua proporsi tersebut. Koefisisen korelasi adalah suatu

indeks, bukan sebuah pengukuran pada sebuah skala linear dengan satu-satunya

yang sama. Analisa korelasi bertujuan untuk mengukur seberapa kuat atau derajat

kedekatan suatu relasi yang terjadi antar variabel.


B. Tujuan

Praktikum acara ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui derajat hubungan antara dua sifat pada tanaman

2. Mengetahui bentuk hubungan yang ada diantara dua sifat yang bersangkutan
II. TINJAUAN PUSTAKA

Korelasi adalah suatu teknik statistika yang digunakan utnuk mencari

hubungan antara dua variabel atau lebih yang sifatnya kuantitatif. Korelasi

memiliki koefisien antara -1 sampai dengan 1. Koefisien korelasi apabila sama

dengan 0 berarti fit of regression line, sehingga pengetahuan kita tentang X tidak

akan membantu dalam mengadakan ramalan besarnya Y. Koefisien korelasi

apabila sama dengan +1 atau -1 berarti semua titik terletak pada garis lurus, oleh

karena itu dapat diadakan ramalan yang sangat mendekati persamaan garis

regregasinya (Darjanto, 1984).

Koefisien hubungan atau koefisien korelasi di definisikan sebagai besar

kecilnya hubungan antara dua kategori dan dinyatakan dengan lambang bilangan

yang dikenal dengan koefisien korelasi. Koefisien korelasi itu bergerak diantara 0-

1 atau tergantung kepada arah korelasi, nihil, positif, atau negatif. Koefisien yang

bertanda positif menunjukan korelasi yang positif. Koefisien yang bertanda

negatif menunjukan arah korelasi yang negatif. Sedangkan koefisien yang bernilai

0 menunjukan tidak adanya korelasi antara X dan Y ( Sutrisno, 2000).

Salah satu tujuan dari pemuliaan tanaman adalah mendapatkan suatu

varietas yang memiliki sifat-sifat yang baik. Terkadang dari sifat-sifat tersebut

terdapat hubungan antara yang satu dengan yang lain. Hubungan tersebut dapat

berupa hubungan yang positif maupun negatif. Apabila hubungan tersebut

dimisalkan dengan peubah X dan Y yang memperlihatkan adanya suatu kenaikan

atau pertambahan pada peubah X yang dibarengi dengan pertambahan yang


berpadanan pada peubah Y, atau suatu penurunan pada X ternyata bertalian

dengan penurunan pada Y, maka hal tersebut dapat menunjukkan bahwa

perubahan pada satu peubah bagaimana pun bertalian dengan perubahan pada

peubah lain, maka kedua peubah itu dapat dikatakan berkorelasi. Derajat

hubungan yang berkaitan dengan sifat-sifat yang saling berhubungan dinyatakan

dalam suatu bilangan yang disebut koefisien korelasi (Schefler, 1987).

Koefisien korelasi dapat pula digunakan untuk mengetahui tingkat

kemiripan (resemblance) dalam variabilitas antara tanaman induk dengan

keturunannya, misalnya sifat daya hasil tinggi, jumlah anakan, dan sebagainya.

Analisis korelasi dari sifat-sifat tersebut akan dapat diketahui tingkat kemiripan

antara tetua atau tidak dari keturunannya. Korelasi menurut Sugiarto (1992)

dapat dibedakan menjadi tiga ditinjau dari sifat-sifat yang berhubungan, yaitu:

1. Korelasi sederhana

Satu sifat dipengaruhi oleh satu sifat yang lain, misalnya panjang malai

dengan banyaknya gabah per malai pada tanaman padi.

2. Korelasi partial.

Dua sifat dipengaruhi oleh sifat-sifat yang lain, misalnya tinggi produksi

dan tinggi sterilitas biji dipengaruhi oleh bobot malai dan serangan penyakit.

3. Korelasi berganda.

Satu sifat dipengaruhi oleh banyak sifat yang lain, misalnya daya hasil

dipengaruhi oleh sifat banyak anakan, ketahanan rebah, ketahanan terhadap

hama dan penyakit, respon terhadap pemupukan, dan sebagainya.


Korelasi antara dua karakter dapat dibagi dalam korelasi fenotipik dan

korelasi genotipik. Korelasi fenotipik dapat dipisahkan menjadi korelasi genotipik

dan korelasi lingkungan. Oleh karena ini, korelasi fenotipik ini selanjutnya

diharapkan dapat menunjukkan korelasi genotipik yang lebih berarti dalam

program pemuliaan tanaman. Korelasi ini dapat diartikan sebagai korelasi nilai

pemuliaan dari dua karakter yang diamati. Sedangkan korelasi lingkungan

merupakan sisaan galat yang juga memberikan konstribusi terhadap fenotip

(Nasir, 2001).

Karakteristik yang saling mempengaruhi pada sifat tanaman sering disebut

dengan korelasi. Pengetahuan tentang sifat-sifat yang dimiliki oleh tanaman akan

sangat membantu dan bermanfaat dalam kegiatan pemuliaan tanaman. Korelasi

menurut jenis bentuknya terbagi menjadi tiga macam yaitu korelasi sederhana,

korelasi partial, dan korelasi berganda. Korelasi menurut besarnya nilai r

(koefisien korelasi) ada lima macam yaitu tidak ada korelasi, korelasi lemah,

korelasi sedang, korelasi kuat, dan korelasi sempurna (Sugiarto, 1992).

Uji untuk menguji ketepatan hasil koefisien korelasi yang diperoleh adalah

uji t-student , karena disini hanya membandingkan dua nilai rerata. Nilai t-hitung

bisa positif atau negatif tergantung dari jenis korelasinya. Hasil korelasi signifikan

atau nyata bila nilai t-hitung > t-tabel, jika nilai t-hitung < t-tabel berarti hubungan

korelasi yang diamati non-signifikan atau tidak nyata (Sugiarto, 1992).

Peneliti akan selalu berkepentingan menentukan hubungan antara dua atau

lebih peubah dalam mengolah data. Hubungan tersebut mungkin renggang atau

erat. Satu pihak dua peubah mungkin bebas antara satu sama lain, dalam keadaan
seperti itu korelasinya nol. Pihak lain kedua peubah bergantung sepenuhnya pada

yang lain, maka harga mutlak korelasinya adalah satu (Sembiring, 1995).

Koefisien korelasi harus memenuhi syarat, yaitu sebagai berikut:

1. Koefisen korelasi harus besar apabila kadar hubungan tinggi atau kuat, dan

harus kecil apabila kadar hubungan kecil atau lemah

2. Koefisien korelasi harus bebas dari satuan yang digunakan untuk mengukur

variabel-variabel baik prediktor maupun respon (Rini et al., 2018).

Korelasi dua atau lebih antar sifat positif yang dimiliki akan memudahkan

seleksi karena akan diikuti oleh peningkatan sifat yang satu diikuti dengan yang

lainnya, sehingga dapat ditentukan satu sifat atau indek seleksi (Eckebil et al.,

1977). Sebaliknya bila korelasi negatif, maka sulit untuk memperoleh sifat yang

diharapkan. Seleksi menjadi tidak efektif apabila tidak ada korelasi di antara sifat

yang diharapkan (Poespodarsono, 1988).

Rumus untuk mencari koefisien korelasi (r) adalah :

Sxy
𝑟 =
√Sx2Sy2

Sifat-sifat koefisien korelasi dalam pemuliaan tanaman adalah:

1. Besarnya nilai koefisien korelasi berkisar -1 sampai denagn 1 (-1 ≤ r ≤

1). Bila r = 0 atau mendekati nol, berarti antara dua peubah yang diamati

tidak terdapat hubungan atau hubungannya sangat lemah. Bentuk dari

diagram pencarnya adalah titik-titik pengamatan menyebar hampir sama di

keempat kuadran. Hubungan X dan Y sangat kuat tetapi hubungannya negatif

apabila nilai r mendekati -1, artinya bila peubah X semakin besar maka

peubah Y akan semakin kecil, begitu pula sebaliknya. Hubungan X dan Y


akan sangat kuat dan searah apabila r mendekati 1. Nilai X membesar, maka

nilai Y juga akan membesar.

2. Koefisien korelasi hanya mencerminkan keeratan hubungan linier antar X dan

Y dan tidak berlaku menerangkan hubungan yang tidak linier.

3. Koefisien korelasi tidak memiliki satuan.

4. Umumnya hubungan fungsional antar peubah yang berkorelasi tidak

memberikan pengertian tentang adanya hubungan sebab akibat antara

peubah- peubah yang bersangkutan.

5. Nilai koefisien korelasi bersifat searah artinya r-xy = r-yx = r (Sugiarto,

1992).
III. METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

Praktikum acara “Korelasi Antara Dua Sifat Pada Tanaman” dilaksanakan

pada hari Rabu, 8 Mei 2019. Praktikum dilakukan pukul 13.00-15.00 WIB.

Praktikum bertempat di Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi 1

Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah padi (Oryza sativa L.).

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat pengukur yang meliputi

penggaris dan timbangan. Bahan dan alat tersebut digunakan demi kelancaran dari

proses praktikum korelasi antara dua sifat pada tanaman.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu:

1. Sifat-sifat yang hendak dicari koefisien korelasinya diamati, dengan cara

diukur, dihitung, ditimbang dan sebagainya

2. Semua hasil pengamatan, pengukuran, penimbangan dan perhitungan ditulis

dengan baik pada tabel yang telah disiapkan

3. Data hasil pengamatan dimasukkan dalam tabel frekuensi


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil yang diperoleh dari praktikum ini yaitu:

Tabel 1. Data dan perhitungan koefisien korelasi panjang malai dan bobot biji
X Y Xi- X (Xi- X )2 Yi- Y (Yi- Y )2 XY (Xi- X )(Yi- Y )
20,5 1,17 −4,6 21,16 −1,17 1,37 23,99 5,38
29 0,34 3,9 15,21 −2 4 9,86 −7,8
24 1,68 −1,1 1,21 −0,66 0,44 16,32 0,73
30 4,57 4,9 24,01 2,23 5,43 137,1 10,93
22 0,91 −3,1 9,61 −1,43 2,04 20,02 4,43
125,5 11,67 71,2 13,28 13,67
25,1 2,34 14,24 2,66 2,73

Ʃ(xi−x̅) 71,2
Sx2 = = = 17,8
𝑛−1 4

Ʃ(𝑦𝑖−𝑦̅) 13,28
Sy2 = = = 3,32
𝑛−1 4

Ʃ(xi−x̅)(yi−y
̅) 13,67
Sxy = = = 3,41
n−1 4

Sxy 3,41 3,41


r= = = 7,69 = 0,44
√𝑆𝑥 2 Sy2 √59,096

r2 = 0,1936

1−𝑟 2 1−0,1936
Sr = √ 𝑛−2 = √ = √0,2688 = 0,518
3

𝑟 0,44
t = 𝑆𝑟 = 0,518 = 0,85

Kesimpulan: koefisien relasi antara panjang malai dan bobot biji adalah 0,44.

Koefisien relasi tidak berbeda nyata karena thitung (0,85) < ttabel (2,77).
Tabel 2. Data dan perhitungan koefisien korelasi panjang malai dan jumlah biji
X Y Xi- X (Xi- X )2 Yi- Y (Yi- Y )2 XY (Xi- X )(Yi- Y )
20,5 101 −4,6 21,16 −35,6 1267,36 2070,5 163,76
29 163 3,9 15,21 26,4 696,96 4727 102,96
24 119 −1,1 1,21 −17,6 309,76 2856 19,36
30 208 4,9 24,01 71,4 5097,96 6240 349,86
22 92 −3,1 9,61 −44,6 1989,16 2024 138,26
125,5 683 71,2 9361,2 774,2
25,1 136,6 14,24 1872,24 154,84

Ʃ(xi−x̅) 71,2
Sx2 = = = 17,8
𝑛−1 4

Ʃ(𝑦𝑖−𝑦̅) 9361,2
Sy2 = = = 2840,3
𝑛−1 4

Ʃ(xi−x̅)(yi−y
̅) 774,2
Sxy = = = 193,55
n−1 4

Sxy 193,55 193,55


r= = = = 0,948
√𝑆𝑥 2 Sy2 √41657,34 204,1

r2 = 0,898

1−𝑟 2 1−0,898
Sr = √ 𝑛−2 = √ = √0,034 = 0,184
3

𝑟 0,948
t = 𝑆𝑟 = 0,184 = 5,152

Kesimpulan: koefisien relasi antara panjang malai dan jumlah biji adalah 0,948.

Koefisien relasi berbeda nyata karena thitung (5,152) ˃ ttabel (2,77).

Tabel 3. Data dan perhitungan koefisien korelasi bobot biji dan jumlah biji
X Y Xi- X (Xi- X )2 Yi- Y (Yi- Y )2 XY (Xi- X )(Yi- Y )
1,17 101 −1,17 1,37 −35,6 1267,36 118,17 41,65
3,34 163 1 1 26,4 696,96 544,42 26,4
1,68 119 −0,66 0,44 −17,6 309,76 199,92 11,62
4,57 208 2,23 4,97 71,4 5097,96 950,56 159,22
0,91 92 −1,43 2,04 −44,6 1989,16 83,72 63,78
11,67 683 9,82 9361,2 302,67
2,34 136,6 1,96 1872,24 60,534
Ʃ(xi−x̅) 9,82
Sx2 = = = 2,46
𝑛−1 4

Ʃ(𝑦𝑖−𝑦̅) 9361,2
Sy2 = = = 2340,3
𝑛−1 4

Ʃ(xi−x̅)(yi−y
̅) 302,67
Sxy = = = 75,67
n−1 4

Sxy 75,67 75,67


r= = = 75,798 = 0,998
√𝑆𝑥 2 Sy2 √5745,43

r2 = 0,996

1−𝑟 2 1−0,996
Sr = √ 𝑛−2 = √ = √0,01332 = 0,115
3

𝑟 0,998
t = 𝑆𝑟 = 0,115 = 8,67

Kesimpulan: koefisien relasi antara bobot biji dan jumlah biji adalah 0,998.

Koefisien relasi berbeda nyata karena thitung (8,67) ˃ ttabel (2,77).

B. Pembahasan

Korelasi merupakan analisis sifat-sifat tanaman, tetapi pada umumnya

korelasi tidak memperhatikan faktor sebab dan akibat. Korelasi hanya

memperhatikan faktor sifat tersebut mempunyai perubahan-perubahan yang

masing-masing dicari kerapatannya. Korelasi diantara sifat-sifat dapat disebabkan

oleh pengaruh lingkungan ataupun pengaruh genetik. Suatu pengetahuan tentang

besar dan tanda dari koefesien korelasi genetik diantara sifat-sifat dapat digunakan

sebagai kriteria seleksi. Perkiraan ini berguna dalam menduga apakah seleksi

untuk sifat tertentu akan member pengaruh menguntungkan atau tidak pada sifat

yang lain (Arifin, 2011).


Analisis korelasi berkenaan dengan upaya mempelajari keeratan hubungan

antar variabel, dengan demikian dalam analisis korelasi tidak diperlukan pembeda

antara variabel tergantung dan variabel bebas. Sehingga analisis korelasi dapat

dipergunakan untuk menentukan besarnya keeratan hubungan antara (a) variabel

tergantung dengan variabel tergantung, (b) variabel tergantung dengan variabel

bebas, dan (c) variabel bebas dengan variabel bebas (Solimun, 2001).

Korelasi menurut Sugiarto (1992) dapat dibedakan menjadi tiga ditinjau

dari sifat-sifat yang berhubungan, yaitu:

1. Korelasi sederhana

Satu sifat dipengaruhi oleh satu sifat yang lain, misalnya panjang malai

dengan banyaknya gabah per malai pada tanaman padi.

2. Korelasi partial

Dua sifat dipengaruhi oleh sifat-sifat yang lain, misalnya tinggi produksi dan

tinggi sterilitas biji dipengaruhi oleh bobot malai dan serangan penyakit.

3. Korelasi berganda

Satu sifat dipengaruhi oleh banyak sifat yang lain, misalnya daya hasil

dipengaruhi oleh sifat banyak anakan, ketahanan rebah, ketahanan terhadap

hama dan penyakit, respon terhadap pemupukan, dan sebagainya.

Menurut Arifin (2011) ada beberapa jenis korelasi antar sifat tanaman, yaitu:

1) korelasi genetik atau korelasi genotipe adalah korelasi antar sifat yang hanya

ditimbulkan oleh faktor genetik total, 2) korelasi genetik additif atau korelasi

additif adalah korelasi antar sifat yang hanya ditimbulkan oleh faktor genetik
additif, 3) korelasi lingkungan adalah korelasi antara dua sifat pada suatu tanaman

karena adanya perubahan lingkungan.

Koefisien korelasi adalah indeks atau bilangan yang digunakan untuk

mengukur derajat hubungan dan bentuk/arah hubungan. Nilai koefisien korelasi

berada -1 dan +1 untuk kekuatan hubungan. Nilai koefisien korelasi dinyatakan

dalam positif (+) dan negatif (-) atau (-1≤ KK ≤ +1) untuk bentuk/arah hubungan.

 Jika koefisien korelasi bernilai positif, maka variabel-variabel berkorelasi

positif, artinya semakin dekat nilai koefisien korelasi ke +1, semakin kuat

korelasi positifnya.

 Jika koefisien korelasi bernilai negatif, maka variabel-variabel berkorelasi

negatif, semakin dekat nilai koefisien korelasi ke -1, semakin kuat korelasi

negatifnya.

 Jika koefisien korelasi bernilai 0 (nol), maka variabel tidak menunjukkan

korelasi (Artaya dan Arimbawa, 2018).

Menurut Prajitno (1981), ada tiga macam koefisien korelasi dalam

pemuliaan tanaman, yaitu:

1. Koefisien korelasi positif

Derajat hubungan antara dua sifat tanaman menunjukan hal yang nyata

artinya bertambahnya nilai sifat yang satu akan bertambah pula sifat yang

lain. Hal itu juga berlaku sebaliknya, yaitu berkurangnya sifat yang satu akan

berkurang pula sifat yang lain. Contoh: hubungan antara panjang malai

dengan jumlah bulir. Padi yang mempunyai malai yang panjang tentu jumlah
bulirnya akan banyak. Sebaliknya Padi yang mempunyai malai yang pendek

akan mempunyai jumlah bulirnya akan sedikit.

2. Koefisien korelasi negatif

Derajat hubungan antara dua sifat tanaman menunjukan hal yang

berlawanan, artinya bertambahnya nilai sifat yang satu akan diikuti

berkurangnya nilai sifat yang lain. Contoh: hubungan antara tinggi tanaman

dengan bobot tanaman. Tanaman yang tinggi akan mempunyai bobot yang

rendah.

3. Koefisien korelasi netral

Derajat hubungan antara dua sifat tanaman menunjukan hal yang tidak saling

mempengaruhi antar satu sifat dengan sifat yang lain. Koefisien korelasi = 0

berarti tidak ada hubungan sama sekalian antara kedua sifat tersebut.

Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui tingkat kemiripan dalam

variabilitas antar tanaman induk dengan keturunannya. Korelasi dalam pertanian

digunakan untuk mengetahui hubungan antara sifat-sifat kuantitatif, misalnya

hubungan antara panjang malai dengan jumlah bulir pada tanaman padi. Suatu

varietas unggul yang akan sangat menguntungkan dalam produktivitas pertanian

dapat ditentukan dengan mengetahui korelasi antara sifat-sifat kuantitatif tersebut.

Oleh karena hal tersebut, maka korelasi sangat penting untuk dipelajari dalam

pengembangan dan peningkatan produksi pertanian (Sembiring,1995).

Bidang pertanian pengetahuan mengenai korelasi antara sifat-sifat agronomi

suatu tanaman dengan daya hasil memainkan peranan penting untuk seleksi

simultan pada beberapa sifat. Menurut Sudarmaji (2007), pengetahuan adanya


korelasi antara sifat merupakan hal yang sangat penting dalam program pemuliaan

tanaman karena untuk memilih suatu bahan tanaman unggul diperlukan seleksi

dua atau tiga sifat se&ara bersama-sama. Apabila diketahui adanya korelasi yang

erat antar sifat maka pemilihan sifat tertentu secara tidak langsung telah memilih

sifat lain.

Beberapa contoh karakter pada tanaman yang memiliki hubungan koefisien

korelasi antara lain panjang malai, bobot biji, jumlah anakan, tinggi tanaman, dan

jumlah biji. Menurut Riyanto et al. (2012) dalam penelitiannya yang termasuk

contoh karakter tanaman yang memiliki hubungan koefisien korelasi yaitu tinggi

tanaman, bobot gabah, dan jumlah anakan. Karakter tinggi tanaman berkorelasi

nyata dan positif dengan karakter bobot gabah per rumpun. Artinya, peningkatan

tinggi tanaman sampai batas tertentu akan diikuti dengan peningkatan hasil. Akan

tetapi, tanaman yang terlalu tinggi dapat menyebabkan tanaman rebah sehingga

dapat menurunkan hasil. Oleh karena itu diperlukan tinggi tanaman ideal dengan

hasil bobot gabah tang terbaik dalam melakukan seleksi. Karakter jumlah anakan

total per rumpun dan jumlah anakan produktif per rumpun berkorelasi positif

dengan karakter bobot gabah per rumpun. Artinya, hasil tinggi pada padi

didukung oleh karakter jumlah anakan per rumpun dan jumlah anakan total per

rumpun yang tinggi. Semakin tinggi jumlah anakan per rumpun dan jumlah

anakan total per rumpun maka hasil akan meningkat.

Selanjutnya menurut Kartina et al. (2017) dalam penelitiannya menyebutkan

bahwa karakter tanaman yang memilik hubungan koefisien korelasi yaitu tinggi

tanaman, jumlah anakan, panjang malai, jumlah gabah isi, bobot biji, persentase
gabah isi, umur berbunga dan umur panen. Panjang malai berpengaruh terhadap

jumlah bakal gabah dengan kecenderungan semakin panjang malai semakin

banyak bakal gabah yang terbentuk. Semakin banyak jumlah anakan, semakin

besar peluang terbentuknya malai yang produktif. Genotipe yang memiliki hasil

gabah tinggi ditandai oleh tingginya persentase gabah isi. Semakin tinggi

persentase gabah isi suatu genotipe semakin tinggi produktivitas genotipe

tersebut. Panjang malai, jumlah biji, dan jumlah anakan produktif terhadap bobot

1.000 butir berkorelasi nyata positif. Kondisi ini mengindikasikan bobot 1.000

butir, panjang malai, jumlah biji, tinggi tanaman, dan jumlah anakan produktif

berpengaruh terhadap hasil gabah.

Berdasarkan hasil praktikum pada perhitungan panjang malai dengan

bobot biji didapatkan hasil thitung (0,85) < ttabel (2,77) . Hal ini berarti koefisien

korelasi tidak berbeda nyata pada varietas padi tersebut, artinya antara panjang

malai dan bobot biji tidak ada hubungan. Menurut Sutoro et al. (2015), korelasi

bobot gabah hampa dari setiap jenis malai tidak nyata dengan panjang malai

tiap rumpun.

Berdasarkan hasil praktikum pada perhitungan panjang malai dengan

jumlah biji didapat thitung (5,152) ˃ ttabel (2,77) . Hal ini berarti koefisien korelasi

berbeda nyata pada varietas padi tersebut, artinya antara panjang malai dan jumlah

biji ada hubungan. Jenis koefisien korelasi yang terjadi berupa koefisien korelasi

positif dimana pertumbuhan satu karakter sifat satu akan mempengaruhi karakter

sifat yang lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prajitno (1981), padi yang

mempunyai malai yang panjang tentu jumlah bulirnya akan banyak.


Berdasarkan hubungan bobot biji dengan jumlah biji didapat thitung (8,67) ˃

ttabel (2,77) maka koefisien korelasinya berbeda nyata. Hal ini berarti ada

hubungan antara bobot biji dengan jumlah biji, keduanya saling mempengaruhi.

Bertambahnya jumlah biji akan diikuti dengan bertambahnya bobot biji. Koefisien

korelasinya termasuk koefisien korelasi positif. Jenis korelasi ini termasuk dalam

jenis korelasi sederhana karena satu sifat dipengaruhi oleh satu sifat yang lain. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Arinta dan Lubis (2018), jumlah gabah per malai

memiliki korelasi positif dengan bobot gabah per rumpun dan ubinan, sehingga

jumlah gabah per malai yang banyak akan sejalan dengan banyaknya hasil bobot

gabah per rumpun dan ubinan.


V. SIMPULAN

Praktikum ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Diketahuinya derajat hubungan antara dua sifat pada tanaman padi, derajat

hubungan antara panjang malai dengan bobot biji adalah 0,44, derajat

hubungan antara panjang malai dengan jumlah biji adalah 0,948, dan derajat

hubungan antara bobot biji dan jumlah biji adalah 0,998.

2. Bentuk hubungan yang ada diantara dua sifat yang bersangkutan dapat

diketahui. Sifat panjang malai dengan jumlah biji bentuk hubungannya

negatif, sedangkan panjang malai dengan bobot biji bentuk hubungannya

positif, begitu pula dengan bobot biji dan jumlah biji bersifat positif.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. 2011. Deskripsi sifat agronomik berdasarkan seleksi genotype tanaman


kedelai dengan metode multivariat. Agromix, 2(2): 63-93.

Arinta, K. dan I. Lubis. 2018. Pertumbuhan dan produksi beberapa kultivar padi
lokal Kalimantan. Buletin Agrohorti, 6(2): 270-280.

Artaya, I. P., dan I. G. Arimbawa. 2018. Penerapan metode korelasi dalam


mengukur hubungan antara customer relationship dengan customer loyality
pada PT Antika Raya Surabaya. Jurnal Bisnis dan Manajemen, 1(1): 50-63.

Darjanto dan Satifah, S. 1984. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik
Penyerbukan Silang Buatan. Gramedia, Jakarta.

Eckebil J. P., W. M. Ross, C. O. Gardner, and J. W. Maranville. 1977. Heritability


estimates, genetic correlations, and predicted gains from S1 progeny test in
three grain sorghum Random-mating Populations. Crop Sci. 17:373-377.

Kartina, N., B. P. Wibowo, I. A. Rumanti, dan Satoto. 2017. Korelasi hasil gabah
dan komponen hasil padi hibrida. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman
Pangan, 1(1): 11-19.

Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Direktorat Jenderal Pendidikan


Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Poespodarsono, S. 1988. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. PAU-IPB


Bekerjasama dengan Lembaga Sumber Daya Informasi IPB, Bogor.

Prajitno, D. 1981. Analisis Korelasi-Regresi. Liberty, Yogyakarta.

Rini, F. M., D. Wirnas dan A. Nindita. 2018. Keragaman populasi F2 padi (Oryza
sativa L.) pada kondisi cekaman suhu tinggi. Buletin Agrohorti, 6(3): 326-
335.

Riyanto, A., T. Widiatmoko dan B. Hartanto. 2012. Korelasi antar komponen


hasil dan hasil pada padi genotip F5 keturunan persilangan G39 x Ciherang.
Prosiding Seminar Nasional.

Schefler, W. C. 1987. Statistika Untuk Biologi, Farmasi, Kedokteran, dan Ilmu


Yang Bertautan. ITB, Bandung.

Sembiring, R. K. 1995. Analisis Regresi. ITB, Bandung.


Solimun. 2001. Structural Equation Modelling dan LISREL. FMIPA Universitas
Brawijaya, Malang.

Sugiarto. 1992. Tahap Awal dan Aplikasi Analisis Regresi. Andi Offset,
Yogyakarta.

Sutoro, T. Suhartini, M. Setyowati, dan K. R. Trijatmiko. 2015. Keragaman malai


anakan dan hubungannya dengan hasil padi sawah (Oryza sativa). Buletin
Plasma Nutfah, (21)1: 9-16.

Sutrisno. 2000. Analisis Regresi. ANDI, Yogyakarta.


LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi kegiatan praktikum

Gambar 1. Menimbang bobot biji

Gambar 2. Menghitung jmlah biji

Gambar 3. Mengukur panjang malai


Lampiran 2. Jurnal

You might also like