Professional Documents
Culture Documents
PEMULIAAN TANAMAN
ACARA II
KORELASI ANTARA DUA SIFAT PADA TANAMAN
Semester:
Genap 2019
Oleh :
Nur Sita Utami
A1D017176/10
PJ Acara: Shofwan Akbar M. & Nisrina Nur Athiroh
A. Latar Belakang
Pemuliaan tanaman dapat diartikan sebagai suatu seni dan ilmu yang
pada suatu populasi baru dengan sifat genetik yang baru. Ilmu pemuliaan tanaman
dengan cara merubah genetik suatu tanaman sehingga tanaman tersebut dapat
berubah menjadi lebih baik dari keturunan sebelumnya. Pengetahuan yang cukup
mengenai tanaman yang bersangkutan sangat diperlukan, hal itu meliputi sifat
sering kali ada hubungannya satu dengan yang lain. Hubungan yang ada diantara
khususnya dalam pekerjaan seleksi. Korelasi yang sempurna jarang terjadi pada
tersebut.
dua proporsi yang masing-masing mengandung dua kriteria yang salah satunya
indeks, bukan sebuah pengukuran pada sebuah skala linear dengan satu-satunya
yang sama. Analisa korelasi bertujuan untuk mengukur seberapa kuat atau derajat
2. Mengetahui bentuk hubungan yang ada diantara dua sifat yang bersangkutan
II. TINJAUAN PUSTAKA
hubungan antara dua variabel atau lebih yang sifatnya kuantitatif. Korelasi
dengan 0 berarti fit of regression line, sehingga pengetahuan kita tentang X tidak
apabila sama dengan +1 atau -1 berarti semua titik terletak pada garis lurus, oleh
karena itu dapat diadakan ramalan yang sangat mendekati persamaan garis
kecilnya hubungan antara dua kategori dan dinyatakan dengan lambang bilangan
yang dikenal dengan koefisien korelasi. Koefisien korelasi itu bergerak diantara 0-
1 atau tergantung kepada arah korelasi, nihil, positif, atau negatif. Koefisien yang
negatif menunjukan arah korelasi yang negatif. Sedangkan koefisien yang bernilai
varietas yang memiliki sifat-sifat yang baik. Terkadang dari sifat-sifat tersebut
terdapat hubungan antara yang satu dengan yang lain. Hubungan tersebut dapat
perubahan pada satu peubah bagaimana pun bertalian dengan perubahan pada
peubah lain, maka kedua peubah itu dapat dikatakan berkorelasi. Derajat
keturunannya, misalnya sifat daya hasil tinggi, jumlah anakan, dan sebagainya.
Analisis korelasi dari sifat-sifat tersebut akan dapat diketahui tingkat kemiripan
antara tetua atau tidak dari keturunannya. Korelasi menurut Sugiarto (1992)
dapat dibedakan menjadi tiga ditinjau dari sifat-sifat yang berhubungan, yaitu:
1. Korelasi sederhana
Satu sifat dipengaruhi oleh satu sifat yang lain, misalnya panjang malai
2. Korelasi partial.
Dua sifat dipengaruhi oleh sifat-sifat yang lain, misalnya tinggi produksi
dan tinggi sterilitas biji dipengaruhi oleh bobot malai dan serangan penyakit.
3. Korelasi berganda.
Satu sifat dipengaruhi oleh banyak sifat yang lain, misalnya daya hasil
dan korelasi lingkungan. Oleh karena ini, korelasi fenotipik ini selanjutnya
program pemuliaan tanaman. Korelasi ini dapat diartikan sebagai korelasi nilai
(Nasir, 2001).
dengan korelasi. Pengetahuan tentang sifat-sifat yang dimiliki oleh tanaman akan
menurut jenis bentuknya terbagi menjadi tiga macam yaitu korelasi sederhana,
(koefisien korelasi) ada lima macam yaitu tidak ada korelasi, korelasi lemah,
Uji untuk menguji ketepatan hasil koefisien korelasi yang diperoleh adalah
uji t-student , karena disini hanya membandingkan dua nilai rerata. Nilai t-hitung
bisa positif atau negatif tergantung dari jenis korelasinya. Hasil korelasi signifikan
atau nyata bila nilai t-hitung > t-tabel, jika nilai t-hitung < t-tabel berarti hubungan
lebih peubah dalam mengolah data. Hubungan tersebut mungkin renggang atau
erat. Satu pihak dua peubah mungkin bebas antara satu sama lain, dalam keadaan
seperti itu korelasinya nol. Pihak lain kedua peubah bergantung sepenuhnya pada
yang lain, maka harga mutlak korelasinya adalah satu (Sembiring, 1995).
1. Koefisen korelasi harus besar apabila kadar hubungan tinggi atau kuat, dan
2. Koefisien korelasi harus bebas dari satuan yang digunakan untuk mengukur
Korelasi dua atau lebih antar sifat positif yang dimiliki akan memudahkan
seleksi karena akan diikuti oleh peningkatan sifat yang satu diikuti dengan yang
lainnya, sehingga dapat ditentukan satu sifat atau indek seleksi (Eckebil et al.,
1977). Sebaliknya bila korelasi negatif, maka sulit untuk memperoleh sifat yang
diharapkan. Seleksi menjadi tidak efektif apabila tidak ada korelasi di antara sifat
Sxy
𝑟 =
√Sx2Sy2
1). Bila r = 0 atau mendekati nol, berarti antara dua peubah yang diamati
apabila nilai r mendekati -1, artinya bila peubah X semakin besar maka
1992).
III. METODE PRAKTIKUM
pada hari Rabu, 8 Mei 2019. Praktikum dilakukan pukul 13.00-15.00 WIB.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah padi (Oryza sativa L.).
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat pengukur yang meliputi
penggaris dan timbangan. Bahan dan alat tersebut digunakan demi kelancaran dari
C. Prosedur Kerja
A. Hasil
Tabel 1. Data dan perhitungan koefisien korelasi panjang malai dan bobot biji
X Y Xi- X (Xi- X )2 Yi- Y (Yi- Y )2 XY (Xi- X )(Yi- Y )
20,5 1,17 −4,6 21,16 −1,17 1,37 23,99 5,38
29 0,34 3,9 15,21 −2 4 9,86 −7,8
24 1,68 −1,1 1,21 −0,66 0,44 16,32 0,73
30 4,57 4,9 24,01 2,23 5,43 137,1 10,93
22 0,91 −3,1 9,61 −1,43 2,04 20,02 4,43
125,5 11,67 71,2 13,28 13,67
25,1 2,34 14,24 2,66 2,73
Ʃ(xi−x̅) 71,2
Sx2 = = = 17,8
𝑛−1 4
Ʃ(𝑦𝑖−𝑦̅) 13,28
Sy2 = = = 3,32
𝑛−1 4
Ʃ(xi−x̅)(yi−y
̅) 13,67
Sxy = = = 3,41
n−1 4
r2 = 0,1936
1−𝑟 2 1−0,1936
Sr = √ 𝑛−2 = √ = √0,2688 = 0,518
3
𝑟 0,44
t = 𝑆𝑟 = 0,518 = 0,85
Kesimpulan: koefisien relasi antara panjang malai dan bobot biji adalah 0,44.
Koefisien relasi tidak berbeda nyata karena thitung (0,85) < ttabel (2,77).
Tabel 2. Data dan perhitungan koefisien korelasi panjang malai dan jumlah biji
X Y Xi- X (Xi- X )2 Yi- Y (Yi- Y )2 XY (Xi- X )(Yi- Y )
20,5 101 −4,6 21,16 −35,6 1267,36 2070,5 163,76
29 163 3,9 15,21 26,4 696,96 4727 102,96
24 119 −1,1 1,21 −17,6 309,76 2856 19,36
30 208 4,9 24,01 71,4 5097,96 6240 349,86
22 92 −3,1 9,61 −44,6 1989,16 2024 138,26
125,5 683 71,2 9361,2 774,2
25,1 136,6 14,24 1872,24 154,84
Ʃ(xi−x̅) 71,2
Sx2 = = = 17,8
𝑛−1 4
Ʃ(𝑦𝑖−𝑦̅) 9361,2
Sy2 = = = 2840,3
𝑛−1 4
Ʃ(xi−x̅)(yi−y
̅) 774,2
Sxy = = = 193,55
n−1 4
r2 = 0,898
1−𝑟 2 1−0,898
Sr = √ 𝑛−2 = √ = √0,034 = 0,184
3
𝑟 0,948
t = 𝑆𝑟 = 0,184 = 5,152
Kesimpulan: koefisien relasi antara panjang malai dan jumlah biji adalah 0,948.
Tabel 3. Data dan perhitungan koefisien korelasi bobot biji dan jumlah biji
X Y Xi- X (Xi- X )2 Yi- Y (Yi- Y )2 XY (Xi- X )(Yi- Y )
1,17 101 −1,17 1,37 −35,6 1267,36 118,17 41,65
3,34 163 1 1 26,4 696,96 544,42 26,4
1,68 119 −0,66 0,44 −17,6 309,76 199,92 11,62
4,57 208 2,23 4,97 71,4 5097,96 950,56 159,22
0,91 92 −1,43 2,04 −44,6 1989,16 83,72 63,78
11,67 683 9,82 9361,2 302,67
2,34 136,6 1,96 1872,24 60,534
Ʃ(xi−x̅) 9,82
Sx2 = = = 2,46
𝑛−1 4
Ʃ(𝑦𝑖−𝑦̅) 9361,2
Sy2 = = = 2340,3
𝑛−1 4
Ʃ(xi−x̅)(yi−y
̅) 302,67
Sxy = = = 75,67
n−1 4
r2 = 0,996
1−𝑟 2 1−0,996
Sr = √ 𝑛−2 = √ = √0,01332 = 0,115
3
𝑟 0,998
t = 𝑆𝑟 = 0,115 = 8,67
Kesimpulan: koefisien relasi antara bobot biji dan jumlah biji adalah 0,998.
B. Pembahasan
besar dan tanda dari koefesien korelasi genetik diantara sifat-sifat dapat digunakan
sebagai kriteria seleksi. Perkiraan ini berguna dalam menduga apakah seleksi
untuk sifat tertentu akan member pengaruh menguntungkan atau tidak pada sifat
antar variabel, dengan demikian dalam analisis korelasi tidak diperlukan pembeda
antara variabel tergantung dan variabel bebas. Sehingga analisis korelasi dapat
bebas, dan (c) variabel bebas dengan variabel bebas (Solimun, 2001).
1. Korelasi sederhana
Satu sifat dipengaruhi oleh satu sifat yang lain, misalnya panjang malai
2. Korelasi partial
Dua sifat dipengaruhi oleh sifat-sifat yang lain, misalnya tinggi produksi dan
tinggi sterilitas biji dipengaruhi oleh bobot malai dan serangan penyakit.
3. Korelasi berganda
Satu sifat dipengaruhi oleh banyak sifat yang lain, misalnya daya hasil
Menurut Arifin (2011) ada beberapa jenis korelasi antar sifat tanaman, yaitu:
1) korelasi genetik atau korelasi genotipe adalah korelasi antar sifat yang hanya
ditimbulkan oleh faktor genetik total, 2) korelasi genetik additif atau korelasi
additif adalah korelasi antar sifat yang hanya ditimbulkan oleh faktor genetik
additif, 3) korelasi lingkungan adalah korelasi antara dua sifat pada suatu tanaman
dalam positif (+) dan negatif (-) atau (-1≤ KK ≤ +1) untuk bentuk/arah hubungan.
positif, artinya semakin dekat nilai koefisien korelasi ke +1, semakin kuat
korelasi positifnya.
negatif, semakin dekat nilai koefisien korelasi ke -1, semakin kuat korelasi
negatifnya.
Derajat hubungan antara dua sifat tanaman menunjukan hal yang nyata
artinya bertambahnya nilai sifat yang satu akan bertambah pula sifat yang
lain. Hal itu juga berlaku sebaliknya, yaitu berkurangnya sifat yang satu akan
berkurang pula sifat yang lain. Contoh: hubungan antara panjang malai
dengan jumlah bulir. Padi yang mempunyai malai yang panjang tentu jumlah
bulirnya akan banyak. Sebaliknya Padi yang mempunyai malai yang pendek
berkurangnya nilai sifat yang lain. Contoh: hubungan antara tinggi tanaman
dengan bobot tanaman. Tanaman yang tinggi akan mempunyai bobot yang
rendah.
Derajat hubungan antara dua sifat tanaman menunjukan hal yang tidak saling
mempengaruhi antar satu sifat dengan sifat yang lain. Koefisien korelasi = 0
berarti tidak ada hubungan sama sekalian antara kedua sifat tersebut.
hubungan antara panjang malai dengan jumlah bulir pada tanaman padi. Suatu
Oleh karena hal tersebut, maka korelasi sangat penting untuk dipelajari dalam
suatu tanaman dengan daya hasil memainkan peranan penting untuk seleksi
tanaman karena untuk memilih suatu bahan tanaman unggul diperlukan seleksi
dua atau tiga sifat se&ara bersama-sama. Apabila diketahui adanya korelasi yang
erat antar sifat maka pemilihan sifat tertentu secara tidak langsung telah memilih
sifat lain.
korelasi antara lain panjang malai, bobot biji, jumlah anakan, tinggi tanaman, dan
jumlah biji. Menurut Riyanto et al. (2012) dalam penelitiannya yang termasuk
contoh karakter tanaman yang memiliki hubungan koefisien korelasi yaitu tinggi
tanaman, bobot gabah, dan jumlah anakan. Karakter tinggi tanaman berkorelasi
nyata dan positif dengan karakter bobot gabah per rumpun. Artinya, peningkatan
tinggi tanaman sampai batas tertentu akan diikuti dengan peningkatan hasil. Akan
tetapi, tanaman yang terlalu tinggi dapat menyebabkan tanaman rebah sehingga
dapat menurunkan hasil. Oleh karena itu diperlukan tinggi tanaman ideal dengan
hasil bobot gabah tang terbaik dalam melakukan seleksi. Karakter jumlah anakan
total per rumpun dan jumlah anakan produktif per rumpun berkorelasi positif
dengan karakter bobot gabah per rumpun. Artinya, hasil tinggi pada padi
didukung oleh karakter jumlah anakan per rumpun dan jumlah anakan total per
rumpun yang tinggi. Semakin tinggi jumlah anakan per rumpun dan jumlah
bahwa karakter tanaman yang memilik hubungan koefisien korelasi yaitu tinggi
tanaman, jumlah anakan, panjang malai, jumlah gabah isi, bobot biji, persentase
gabah isi, umur berbunga dan umur panen. Panjang malai berpengaruh terhadap
banyak bakal gabah yang terbentuk. Semakin banyak jumlah anakan, semakin
besar peluang terbentuknya malai yang produktif. Genotipe yang memiliki hasil
gabah tinggi ditandai oleh tingginya persentase gabah isi. Semakin tinggi
tersebut. Panjang malai, jumlah biji, dan jumlah anakan produktif terhadap bobot
1.000 butir berkorelasi nyata positif. Kondisi ini mengindikasikan bobot 1.000
butir, panjang malai, jumlah biji, tinggi tanaman, dan jumlah anakan produktif
bobot biji didapatkan hasil thitung (0,85) < ttabel (2,77) . Hal ini berarti koefisien
korelasi tidak berbeda nyata pada varietas padi tersebut, artinya antara panjang
malai dan bobot biji tidak ada hubungan. Menurut Sutoro et al. (2015), korelasi
bobot gabah hampa dari setiap jenis malai tidak nyata dengan panjang malai
tiap rumpun.
jumlah biji didapat thitung (5,152) ˃ ttabel (2,77) . Hal ini berarti koefisien korelasi
berbeda nyata pada varietas padi tersebut, artinya antara panjang malai dan jumlah
biji ada hubungan. Jenis koefisien korelasi yang terjadi berupa koefisien korelasi
positif dimana pertumbuhan satu karakter sifat satu akan mempengaruhi karakter
sifat yang lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prajitno (1981), padi yang
ttabel (2,77) maka koefisien korelasinya berbeda nyata. Hal ini berarti ada
hubungan antara bobot biji dengan jumlah biji, keduanya saling mempengaruhi.
Bertambahnya jumlah biji akan diikuti dengan bertambahnya bobot biji. Koefisien
korelasinya termasuk koefisien korelasi positif. Jenis korelasi ini termasuk dalam
jenis korelasi sederhana karena satu sifat dipengaruhi oleh satu sifat yang lain. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Arinta dan Lubis (2018), jumlah gabah per malai
memiliki korelasi positif dengan bobot gabah per rumpun dan ubinan, sehingga
jumlah gabah per malai yang banyak akan sejalan dengan banyaknya hasil bobot
1. Diketahuinya derajat hubungan antara dua sifat pada tanaman padi, derajat
hubungan antara panjang malai dengan bobot biji adalah 0,44, derajat
hubungan antara panjang malai dengan jumlah biji adalah 0,948, dan derajat
2. Bentuk hubungan yang ada diantara dua sifat yang bersangkutan dapat
positif, begitu pula dengan bobot biji dan jumlah biji bersifat positif.
DAFTAR PUSTAKA
Arinta, K. dan I. Lubis. 2018. Pertumbuhan dan produksi beberapa kultivar padi
lokal Kalimantan. Buletin Agrohorti, 6(2): 270-280.
Darjanto dan Satifah, S. 1984. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik
Penyerbukan Silang Buatan. Gramedia, Jakarta.
Kartina, N., B. P. Wibowo, I. A. Rumanti, dan Satoto. 2017. Korelasi hasil gabah
dan komponen hasil padi hibrida. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman
Pangan, 1(1): 11-19.
Rini, F. M., D. Wirnas dan A. Nindita. 2018. Keragaman populasi F2 padi (Oryza
sativa L.) pada kondisi cekaman suhu tinggi. Buletin Agrohorti, 6(3): 326-
335.
Sugiarto. 1992. Tahap Awal dan Aplikasi Analisis Regresi. Andi Offset,
Yogyakarta.