You are on page 1of 8

GAMBARAN KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,BODY IMAGE, DAN

STATUS GIZI REMAJA PUTRI DI SMK NEGERI 2 SIBOLGA

Desty Adinda1, Etti Sudaryati2, Albiner Siagian2


1
Alumni Mahasiswa Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
2
Staf pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
Jalan Universitas No. 21 Kampus USU Medan

ABSTRACT

The eating habits of adolescents now consume more calories in excess accompanied
by a lack of physical activity causes many of the adolescents with overweight and obesity
status. Adolescence is closely related with self-actualization. One was about body image in
adolescents will greatly affect eating habits, actually selection of groceries and food
frequency. This study aims to describe eating habits, physical activity, body image, the
nutritional status of female adolescent in SMK Negeri 2 Sibolga.
This type of research was observational with cross sectional design. This study was
conducted by assess the food frequency questionnaire, food type, calculate nutrient intake
using a 24-hour food recall. Calculating physical activity with PAL and nutritional status
with BMI / U. Body image was measured by using the method of Figure Rating Scale (FRS).
The research sample were 90 people who the adolescent girls. Body weight was measured
using scales student and student body height using microtoise. Data analysis used descriptive
analysis.
The results of study showed most of eating habits of female adolescent in good
categories as much as 98.0%, 63.3% female students the kind of food is not varied, 95,6% the
energy consumption not correspond of RDA, 71,1% protein consumption not correspond of
RDA, 87,8% the fat consumption not correspond RDA, and 91,1% the carbohydrate not
correspond of RDA. Physical activity students 77.8% mild category. Negative of Body image
is 56.7%. The nutritional status of students skinny 5.6%, 14.4% fat and 5.6% obese.
Students is expected to have paid more attention to his eating habits by adopting
appropriate diet with Balanced Nutrition Guidelines. Schools should have a partnership with
health centers to information disseminated regarding weight and height normal, so students
not mistaken represent nutrition own status, so they do not have a negative body image.

Keywords: Eating Habits, Physical Activity, Nutritional Status, Body Image, Female
Adolescents

PENDAHULUAN
Masa remaja masa yang sangat memperhatikan tubuh (body image)
penting dalam membangun perkembangan mereka dan membangun citranya sendiri
mereka dalam dekade pertama kehidupan. mengenai bagaimana tubuh mereka
Masa remaja merupakan jembatan periode tampaknya dan hal ini dipengaruhi oleh
kehidupan anak dan dewasa, yang berawal lingkungan di sekitar mereka (Arisman,
pada usia 9-10 tahun dan berakhir di usia 2010).
18 tahun. Pada masa ini, remaja Masa remaja sangat erat
mengalami pubertas dan perkembangan hubungannya dengan aktualisasi diri. Salah
tubuh atau perubahan fisik yang drastis. satunya mengenai citra tubuh atau yang
Salah satu aspek psikologis dari perubahan biasa disebut body image pada remaja akan
tubuh dan perubahan fisik di masa pubertas sangat mempengaruhi pola makannya
adalah remaja menjadi amat termasuk pemilihan bahan makanan dan

1
frekuensi makan. Pola makan yang baik tubuh (IMT) diperoleh data sangat kurus
perlu dibentuk sebagai upaya untuk 3,1%, kurus 7,8%, normal 75,6% dan
memenuhi kebutuhan gizi. Pola makan gemuk 11% dan sangat gemuk/obesitas
yang tidak sesuai akan menyebabkan 2,5%. Prevalensi kekurusan dan
asupan gizi berlebih atau sebaliknya. kegemukan lebih tinggi diperkotaan
Meningkatnya aktivitas, kehidupan social dibandingkan pedesaan yaitu 9,7% dan
dan kesibukan remaja, akan memengaruhi 8,06% (Riskesdas, 2013).
kebiasaan makan mereka (Anggraeni, Remaja putri lebih kurang puas
2015). dengan keadaan tubuhnya dan memiliki
Pola konsumsi makanan sering citra tubuh (body image) yang negatif
tidak teratur, sering jajan, sering tidak dibandingkan dengan remaja putra selama
makan pagi, dan sama sekali tidak makan masa pubertas. Juga sejalan dengan
siang. Pola makan yang seimbang, yaitu berlangsungnya perubahan pubertas,
sesuai dengan kebutuhan disertai remaja putrid seringkali menjadi lebih
pemilihan bahan makanan yang tepat akan tidak puas dengan keadaan tubuhnya,
melahirkan status gizi yang baik mungkin karena lemak tubuhnya
(Anggraeni, 2015). bertambah, sedangkan remaja putra
Masalah gizi pada anak sekolah menjadi lebih puas dengan memasuki masa
menengah merupakan kelompok remaja pubertas, mungkin karena masa otot
dan perlu mendapatkan perhatian khusus mereka meningkat. Penampilan fisik
karena pengaruhnya yang besar terhadap merupakan suatu kontributor yang sangat
pertumbuhan dan perkembangan tubuh berpengaruh pada rasa percaya diri remaja.
serta dampaknya pada masalah gizi saat Penampilan fisik secara konsisten
dewasa (Yolanda, 2014). Menurut data berkorelasi paling kuat dengan rasa
Riskesdas (2013) hampir separuh proporsi percaya diri secara umum (Santrock,
penduduk Indonesia yang berusia diatas 10 2003).
tahun sekitar 42% tergolong memiliki gaya Hasil penelitian Marpaung (2015)
hidup tidak aktif (sedentary/ kurang tentang pola makan mahasiswa dengan
aktivitas fisik). Pada kelompok usia anak kejadian gizi lebih di FKM USU
(10-14) yang memiliki gaya hidup tidak menunjukkan bahwa 31 mahasiswa
aktif, persentasenya sebesar 67%, dan yang (51,6%) mengalami kegemukan dan
golongan remaja hingga dewasa muda (15- obesitas dengan pola makan yang tidak
24) sebesar 52%. sehat yaitu mengkonsumsi makanan
Terkait dengan masalah gizi adalah jajanan cepat saji (fast food) yang tinggi
masalah asupan makanan yang tidak karbohidrat dan lemak seperti KFC,
seimbang. Secara nasional, prevalensi humberger, dan pizza. Perubahan pola
gemuk pada remaja di Indonesia sebesar makan remaja yang cenderung
10,8%, terdiri dari 7,3% gemuk, 3,5% mengkonsumsi kalori berlebihan disertai
sangat gemuk (obesitas) dan prevalensi dengan kurangnya aktivitas fisik
kurus 11,1% terdiri dari 3,3% sangat kurus menyebabkan insiden berat badan lebih
dan 7,8% kurus. Perubahan data Riskesdas dan obesitas pada remaja cenderung
dari tahun 2010 ke 2013 pada prevalensi semakin meningkat.
remaja gemuk yaitu pada tahun 2010 Penelitian ini dilakukan di salah
remaja gemuk 1,4% dan pada tahun 2013 satu institusi pendidikan di kota Sibolga,
remaja gemuk 7,3%. Data ini Sumatera Utara, yaitu SMK Negeri 2
menunjukkan bahwa setiap tahun semakin Sibolga. Remaja menengah atas dipilih
banyak remaja yang tidak seimbang dalam karena prevalensi kegemukan dan
mengatur pola makan (Riskesdas, 2013). kekurusan remaja usia 16-18 tahun
Di Sumatera Utara prevalensi status mengalami kenaikan dari tahun 2007 ke
gizi remaja berdasarkan indeks massa

2
tahun 2013 berdasarkan data Riskesdas Manfaat penelitian ini diharapkan
tahun 2013. dapat memberikan informasi atau
Berdasarkan hasil studi peningkatan pengetahuan gizi bagi remaja,
pendahuluan terhadap 35 siswi, diketahui khususnya remaja putri SMK Negeri 2
bahwa 7,4% kurus, 12,5% gemuk, 5,7% Sibolga. Remaja putri dapat menumbuhkan
obesitas, dan 74,4% normal. Angka ini positif body image dan mengetahui cara
lebih besar dibanding angka kegemukan menjaga tubuh agar tetap sehat serta
nasional provinsi Sumatera Utara pada penyuluhan menu seimbang untuk
kelompok umur remaja. Sedangkan mengurangi tindakan diet yang tidak tepat,
persepsi dari 35 siswi tersebut, sebanyak sehingga tidak terjadi kebiasaan makan
40% remaja putri menggangap tubuhnya dalam melakukan upaya pencapaian tubuh
sudah ideal dan 60% lagi mengganggap ideal yang berbahaya bagi kesehatan
belum ideal, ada yang merasa terlalu kurus khususnya bagi remaja yang memiliki
dan terlalu gemuk. status gizi gemuk/obes.
Hasil survei pendahuluan diketahui
sebanyak 74,1% remaja putri suka METODE PENELITIAN
mengonsumsi camilan sedangkan 25,9% Penelitian ini bersifat deskriptif
lagi tidak suka mengonsumsi camilan. dengan desain cross-sectional. Penelitian
Remaja putri yang suka mengonsumsi ini dilakukan di SMK Negeri 2 Sibolga.
buah dan sayur ada 47% sisanya ada 53% Populasi penelitian ini adalah remaja
tidak menyukai konsumsi buah dan sayur. putrid SMK Negeri 2 Sibolga yang
Aktivitas remaja putri di SMK Negeri 2 berjumlah 449 siswi pada tahun 2016.
Sibolga diamati adalah sebanyak 75,6% Teknik pengambilan sampel yang
melakukan aktivitas memasak, digunakan adalah proportional stratified
membersihkan rumah dan menggunakan random sampling. Sampel diambil kelas X,
fasilitas transportasi umum kemudian XI, XII secara seimbang atau sebanding
berjalan kaki dari jalan raya ke sekolah agar memperoleh sampel representatif.
sejauh 500m. Sedangkan sebanyak 24,4% Penarikan sampel dari masing-masing
remaja putri menggunakan kendaraan kelas dilakukan secara acak sederhana
pribadi ke sekolah. (simple random sampling) dengan teknik
Remaja putri yang ada di SMK acak sederhana. Sampel minimal dalam
Negeri 2 Sibolga tergolong kedalam penelitian ini adalah 82 siswi.
kelompok remaja yang sedang mengalami Tabel 1 Nama Kelas dan Jumlah Sampel
pertumbuhan dan perkembangan yang Maksimal yang Diambil
pesat dan membutuhkan status gizi yang Populasi
Besar
baik untuk melakukan aktivitasnya setiap No. Kls Perhitungan Sampel
Siswi
Maksimal
hari. Oleh karena itu, penulis terdorong
untuk menggali lebih jauh mengenai 162/449 x
1. X 162 30
gambaran kebiasaan makan, aktivitas fisik, 82
body image, dan status gizi remaja putri di 135/449 x
2. XI 135 25
SMK Negeri 2 Sibolga. 82
Adapun rumusan masalah 152/449 x
3. XII 152 27
penelitian ini adalah belum diketahuinya 82
gambaran kebiasaan makan, aktivitas fisik, Total 449 82
body image, dan status gizi remaja putri di
SMK Negeri 2 Sibolga. Pengumpulan data primer
Tujuan penelitian ini adalah untuk meliputi karakteristik responden menurut
mengatahui gambaran kebiasaan makan, umur, kebiasaan makan dikumpulkan
aktivitas fisik, body image, dan status gizi dengan menggunakan kuesioner
remaja putri di SMK Negeri 2 Sibolga. pertanyaan, dan food recall. Aktivitas fisik
diukur dengan menghitung PAL (Physical
3
Activity Level),body image menggunakan dikonsunsi siswi adalah nasi. Tidak ada
metode Figure Rating Scale (FRS), dan siswi yang tidak mengonsumsi nasi setiap
data status gizi dengan cara pengukuran harinya. Hal ini dikarenakan nasi
berat badan dan tinggi badan siswi. merupakan makanan pokok yang biasa
Analisis data secara deskriptif dikonsumsi orang
dalam bentuk tabel distribusi dengan Jenis makanan siswi dikategorikan
melihat persentase dari dara tersebut menjadi dua yaitu beragam apabila
dengan bantuan software computer. konsusmsi makanan utama terdiri dari
makanan pokok, lauk pauk (nabati atau
HASIL DAN PEMBAHASAN hewani), sayuran, buah buahan dan tidak
Adapun karakteristik remaja putri beragam apabila dalam konsumsi makanan
menurut umur dapat dilihat pada tabel pokok tidak ada salah satu dari makanan
dibawah ini. pokok, lauk pauk (nabati atau hewani),
Tabel 2 Distribusi Responden sayuran, buah buahan.
Berdasarkan Umur Siswi Hasil pengamatan pada saat
SMKN 2 Sibolga penelitian menunjukkan bahwa remaja
Umur suka sekali jajan snack. Jenis snack yang
No. Jumlah Persentase
(Tahun) dikonsumsi adalah kue-kue yang rasanya
1. 14-16 40 44,4 manis dan permen. Sedangkan golongan
2. 17-19 50 55,6 buah-buahan yang banyak mengandung
Total 90 100 vitamin jarang dikonsumsi. Namun ada
juga siswi yang tidak pernah mengonsumsi
Hasil penelitian diketahui bahwa jajanan camilan/snack, hal ini dikarenakan
kategori umur siswi terbanyak berada pada mereka memang tidak suka dengan
kategori umur 17-19 tahun yaitu sebanyak camilan.
50 siswi (55,6%). Hasil wawancara juga diketahui
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kebiasaan bahwa sebagian besar remaja masih sedikit
Makan Siswi SMK Negeri 2 yang sarapan sebelum pergi ke sekolah,
Sibolga ada yang sarapan dirumah, ada yang
Kebiasaan sarapan di sekolah, bahkan ada yang tidak
Frekuensi % pernah sarapan sama sekali saat ingin
Makan
Baik 88 97,8 berangkat sekolah. Alasan mereka buru-
Kurang Baik 2 2,2 buru pergi ke sekolah, malas, dan memang
Total 90 100 tidak suka sarapan. Sebagian besar
Tabel 3 menunjukkan responden makanan yang biasa dimakan oleh remaja
yang memiliki kebiasaan makan tidak baik putri pada saat sarapan di rumah yaitu nasi
hanya sebesar 2,2%, berdasarkan pengisian dengan telur yang digoreng dan beberapa
kuesioner frekuensi makanan, siswi yang menambahkan sayur pada menu mereka.
memiliki kebiasaan makan tidak baik yaitu Sedangkan makanan yang biasa dimakan
tidak pernah sama sekali melakukan ketika sarapan di sekolah yaitu biskuit,
sarapan pagi, frekuensi makan hanya satu gorengan, mie.
kali dalam sehari, selain itu konsumsi Tabel 4 Distribusi Frekuensi Jenis
makanan yang tidak beragam. Makanan Siswi SMK Negeri
Menurut Khomsan (2003) remaja 2 Sibolga
telah mempunyai pilihan sendiri terhadap Jenis
Frekuensi %
makanan yang disenangi. Pada masa Makanan
remaja kebiasaan makan telah terbentuk. Tidak
57 63,3
Berdasarkan hasil food recall Beragam
diketahui bahwa frekuensi makan siswi Beragam 33 36,7
berdasarkan makanan pokok yang selalu Jumlah 90 100

4
Berdasarkan tabel 4 diketahui Menurut Arisman (2010) energi
bahwa sebagian besar siswi mengkonsumsi merupakan kebutuhan gizi utama manusia,
jenis makanan yang tidak beragam yaitu karena jika kebutuhan energi tidak
sebanyak 63,3%. sebagian siswi terpenuhi sesuai dengan dibutuhkan tubuh,
menganggap sayuran dan buah bukan maka kebutuhan gizi lain juga tidak
kebutuhan makanan yang wajib dipenuhi, terpenuhi seperti protein dan mineral.
selain itu sebagian siswi lain mengonsumsi Belum tercukupinya asupan energi
sayur dan buah, jika hanya tersedia saja. pada remaja putri dikarenakan sebagian
Padahal seharusnya, mengonsumsi sayur kecil remaja putri mempunyai kebiasaan
dan buah sangat dianjurkan dalam setiap makan yang kurang baik. Hal tersebut
kali makan. Ini dikarenakan sayur dan diketahui dari hasil wawancara dengan
buah mengandung serat yang tinggi, siswi yang menunjukkan bahwa pada
sehingga sangat baik untuk orang yang umumnya siswi sering mengonsumsi
mengalami berat badan lebih. makanan dalam jumlah yang tidak
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kecukupan seimbang dibandingkan dengan
Energi, Kecukupan Protein, kebutuhannya karena takut kegemukan.
Kecukupan Lemak, Dan Kebiasaan makan remaja rata-rata tidak
Kecukupan Karbohidrat Siswi lebih dari 3 kali sehari, bahkan ada yang
SMK Negeri 2 Sibolga makan hanya 2 kali sehari.
Kecukupan Gizi Frekuensi % Konsumsi protein sebagian besar
Energi siswi berada pada kategori tidak sesuai
Tidak Sesuai AKG 86 95,6 AKG yaitu sebanyak 71,1%. Kekurangan
Sesuai 4 4,4 protein dapat memengaruhi pertumbuhan
Jumlah 90 100 dan perkembangan otak anak. Kekurangan
Protein protein apabila berlangsung lama dapat
Tidak Sesuai AKG 64 71,1 mengakibatkan pertumbuhan dan
Sesuai 26 28,9 perkembangan jaringan yang tidak normal,
Jumlah 90 100 kerusakan fisik dan mental pada anak, ibu
Lemak hamil dapat mengalami keguguran,
Tidak Sesuai AKG 79 87,8 melahirkan bayi premature, dan anemia.
Sesuai 11 12,2 Asupan karbohidrat siswi
Jumlah 90 100 berdasarkan hasil penelitian yang paling
Karbohidrat banyak adalah tidak sesuai AKG sebanyak
Tidak Sesuai AKG 82 91,1 91,1%. Berdasarkan hasil wawancara dari
Sesuai 8 8,9 lembar food recall 1x24 jam, diketahui
Jumlah 90 100 bahwa asupan karbohidrat responden
sebagian besar berasal dari konsumsi nasi.
Kecukupan gizi siswi dilihat Selain itu asupan karbohidrat responden
berdasarkan kecukupan energi, kecukupan juga diperoleh dari konsumsi makanan
protein dan kecukupan lemak, kecukupan olahan lainnya seperti mie, roti, dan
karbohidrat kemudian dikelompokkan sebagainya. Salah satu fungsi karbohidrat
menurut umur dan dikategorikan menjadi adalah sebagai penghemat protein, yaitu
dua kategori yaitu tidak sesuai AKG ( bila karbohidrat makanan tidak
Lebih : 110% AKG dan kurang : <80% mencukupi, maka protein akan digunakan
AKG) dan sesuai AKG ( Baik: 80-110% untuk memenuhi kebutuhn energi tubuh
AKG). dengan mengalahkan fungsi utamanya
Berdasarkan hasil penelitian sebagai pembangun (Almatsier, 2010).
diperoleh bahwa tingkat kecukupan energi Asupan lemak siswi berdasarkan
siswi SMK Negeri 2 Sibolga sebagian hasil penelitian menunjukkan separuh dari
besar tidak sesuai AKG sebanyak 95,6%. siswi memiliki asupan lemak tidak sesuai

5
AKG sebanyak 87,8%. Berdasarkan hasil remaja atau usia sekolah pada umumnya
penelitian dari lembar food recall, memiliki tingkatan aktivitas fisik sedang,
diketahui bahwa asupan lemak responden sebab kegiatan yang sering dilakukan
sebagian besar berasal dari makanan yang adalah belajar.
digoreng dengan lemak atau minyak, yaitu Body image diukur dengan
goreng-gorengan. Selain itu asupan lemak membandingkan status gizi aktual terhadap
responden juga berasal dari konsumsi bentuk tubuh aktualnya. Dilihat dari tabel
daging, telur, susu, dan kacang-kacangan. 6 diketahui bahwa siswi banyak
Tubuh manusia membutuhkan lemak berpersepsi bentuk tubuh aktualnya seperti
makanan dan asam lemak esensial untuk pada gambar 3 yaitu kategori normal.
pertumbuhan dan perkembangan yang
normal (Brown dalam Savitri,2015). Tabel 6 Distribusi Frekuensi Tubuh
Aktivitas fisik dikategorikan Aktual Siswi SMK Negeri 2
menjadi tiga yaitu aktivitas ringan, Sibolga
aktivitas sedang, aktivitas sedang. Tubuh
Frekuensi %
Sebagian besar siswi berada pada kategori Aktual*
aktivitas ringan. Hal ini dikarenakan Gambar 1 5 5,6
sebagian siswi tidak pernah berolahraga. Gambar 2 30 33,3
Aktivitas fisik yang banyak dilakukan Gambar 3 31 34,4
siswi adalah belajar di sekolah dan Gambar 4 15 16,7
menonton TV. Gambar 5 7 1,1
Sedangkan siswi yang beraktivitas Gambar 6 2 2,2
berat sebanyak 5,6% melakukan kegiatan Total 90 100
bersawah dan ada yang menimba air dalam
waktu cukup lama. Ada juga siswi yang Hasil penelitian menunjukkan
melakukan pekerjaan rumah seperti bahwa 56,7% orang siswi memiliki body
mencuci dan menggosok pakaian dirumah image negatif, dan sebanyak 43,3% siswi
sendiri dan dirumah orang. memiliki body image positif. Banyak siswi
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Aktivitas yang berpersepsi negatif karena banyak
Fisik Siswi SMK Negeri 2 yang sudah memiliki status gizi normal
Sibolga namun merasa tubuhnya kurus, mereka
Aktivitas berpersepsi tubuhnya seperti pada gambar
Frekuensi %
Fisik 1 dan 2.
Ringan 70 77,8 Tabel 7 Distribusi Frekuensi Body
Sedang 15 16,7 Image Siswi SMK Negeri 2
Berat 5 5,6 Sibolga
Total 90 100 Body Image Frekuensi %
Positif 39 43,3
Berdasarkan hasil wawancara Negatif 51 56,7
diketahui bahwa siswi lebih banyak Total 90 100
menghabiskan waktu untuk melakukan
jenis aktivitas ringan dan sedang Penelitian ini sejalan dengan Savitri
dibandingkan dengan jenis aktivitas fisik (2015) pada siswi di SMAN 63 Jakarta
berat. Hal ini dikarenakan status mereka juga menunjukkan bahwa sebanyak 52,9%
yang masih pelajar, sehingga kegiatan mengalami distorsi body image Hal ini
utama yang biasa dilakukan dalam menunjukkan masih banyak siswi yang
keseharian siswi kurang lebih memiliki body image negatif.
menghabiskan waktu 8 jam di sekolah. Hal Status gizi dikategorikan menjadi
ini sejalan dengan menurut WHO (2013) empat yaitu kurus ( -3SD sampai <-2
yang menyatakan bahwa aktivitas fisik SD), normal ( -2 SD sampai 1 SD), gemuk

6
(>1 SD sampai 2 SD), obesitas (>2 SD).
Diketahui dari tabel 8 bahwa siswi yang SARAN
berstatus gizi kurus dan obesitas 1. Bagi siswi diharapkan lebih
mempunyai frekuensi yang sama yaitu memerhatikan kebiasaan makannya
5,6%. Sedangkan siswi yang berstatus gizi dengan cara menerapkan pola makan
normal sebanyak 74,4% dan berstatus gizi sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang
gemuk sebanyak 14,4%. Siswi yang seperti banyak mengonsumsi sayuran
berstatus gizi gemuk dan obesitas memiliki dan cukup buah-buahan, membiasakan
gaya hidup kurang beraktivitas fisik mengonsumsi lauk pauk yang
sedangkan siswi yang berstatus gizi kurus mengandung protein tinggi,
dikarenakan asupan gizi yang kurang. membiasakan minum air putih yang
Tabel 8 Distribusi Frekuensi Status Gizi cukup dan aman dan melakukan
Siswi SMK Negeri 2 Sibolga aktivitas fisik yang cukup dan
Status Gizi Frekuensi % pertahankan berat badan normal.
Kurus 5 5,6 2. Diharapkan sekolah bekerja sama
Normal 67 74,4 dengan pihak Puskesmas untuk
Gemuk 13 14,4 mengadakan penyuluhan dan edukasi
Obesitas 5 5,6 gizi terkait makanan yang baik untuk
Total 90 100 dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan
gizi pada usia remaja. Selain itu
Status gizi berdasarkan IMT/U diadakan juga penyebarluasan
merupakan gambaran keadaan gizi masa informasi mengenai berat badan dan
sekarang. Status gizi kurang dan lebih tinggi badan yang normal, sehingga
masih menjadi masalah gizi kesehatan siswi tidak salah merepresentasikan
masyarakat. Status gizi yang baik akan status gizinya sendiri, sehingga tidak
menunjang setiap aktivitas dan menjadi memiliki persepsi body image negatif.
salah satu gambaran kesehatan bagi setiap Diharapkan juga sekolah berperan
orang terutama bagi remaja. dengan beberapa mata pelajaran seperti
olahraga dan bimbingan konseling
KESIMPULAN untuk menumbuhkan rasa percaya diri
1. Kebiasaan makan remaja putri SMK terhadap bentuk tubuh siswi agar siswi
Negeri 2 Sibolga pada umumnya sudah tidak memiliki persepsi body image
baik. negative.
2. Aktivitas fisik remaja putri SMK
Negeri 2 Sibolga sebagian besar
tergolong aktivitas ringan. Tidak ada DAFTAR PUSTAKA
hubungan bermakna antara aktivitas
fisik dengan body image maupun status Almatsier, S., 2009. Prinsip Dasar Ilmu
gizi. Gizi. Jakarta: PT. Gramedia
3. Body image remaja putri SMK Negeri Pustaka Umum.
2 Sibolga sebagian besar memiliki
body image negatif. Tidak ada Anggraeni, S.D.,2015. Hubungan Antara
hubungan bermakna antara body image Body Image dengan Frekuensi
dengan kebiasaan makan maupun Makan, Jenis Makanan, dan Status
status gizi. Gizi Remaja Putri di SMA Negeri 7
4. Status gizi remaja putri SMK Negeri 2 Surakarta. Skripsi, Prodi Ilmu Gizi
Sibolga sebagian besar tergolong Ilmu Kesehatan Masyarakat,
memiliki status gizi normal. Ada
Surakarta.
hubungan bermakna antara status gizi
dengan kebiasaan makan.

7
Arisman., 2010. Gizi dalam Daur
Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi.
Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran.

Khomsan, A. 2003. Pangan dan Gizi


Untuk Kesehatan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada

Marpaung, C.A., 2015. Hubungan


Pengetahuan, Pola Makan, dan
Aktivitas Fisik dengan Kejadian
Gizi Lebih pada Mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Tahun
2015. Skripsi, FKM USU, Medan.

Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi


Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.

Riskesdas 2010., 2010. Jakarta: Balitbang


Depkes RI.

Riskesdas 2013., 2013. Jakarta: Balitbang


Depkes RI.

Santrock, JW., 2003. Adolescence


Perkembangan Remaja. Shinto
B.Adelar dan Sherly Saragih, alih
bahasa. Wisnu CK dan Yati S,
editor. Jakarta: Erlangga.

Savitri, W., 2015. Hubungan Body Image,


Pola Konsumsi dan Aktivitas Fisik
dengan Status Gizi Siswi SMAN
63 Jakarta Tahun 2015.Skripsi,
UIN, Jakarta.

You might also like