You are on page 1of 7

ACARA IX

A. JUDUL
INTERPRETASI TANAH

B. TUJUAN
1. Melatih mahasiswa melakukan interpretasi jenis tanah pada citra
berdasarkan pendekatan unsur-unsur yang ada seperti kondisi relief,
drainase, pola aliran, struktur geologi, penggunaan lahan dan land
cover.
2. Mahasiswa bisa memahami jenis-jenis tanah yang ada di
Indonesia.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Citra SPOT paduan warna skala 1 : 100.000 daerah sekitar waduk
Gadjahmungkur, Wonogiri.
2. Transparansi
3. Kertas kalkir
4. Kertas HVS
5. Spidol OHP
6. Alat tulis

D. DASAR TEORI
Istilah ’tanah’ memiliki pengetian ilmiah khusus yang berbeda bagi
kelompok yang berbeda yang bergerak dalam bidang survey dan pemetaan
tanah. Kebanyakan pakar teknik menganggap semua bahan bumi lepas
yang berada di atas batuan iduk sebagai tanah.sedangkan pakar pertanian
menganggap tanah sebagai bahan yangberkembang dari batuan induk
melalui proses alamiah yaitu pelapukan dan mengandung sejumlah
tertentu bahan organik dan behan lain yang mendukung kehidupan
tanamn. Dalam hal ini digunakan konsep pakar tanah (pedologi).
Melalui proses pelapukan, termasuk aktivitas iklim, tumbuhan, dan
bintang, material lepas permukaan bumi berkembang membentuk lapisan
yang disebut horizon tanah. Lapisan yang paling atas disebut dengan top
soil atau horizon A dengan kandungan organik paling tinggi. Ketebalan 0
hingga 60 cm, lebih sering 15-30 cm. Lapisan kedua disebut sub soil atau
horizon B, merupakan lapis akumulasi partikel halus yang tercuci dari
horizon A. Tebalnya 0-250 cm lebih umum 45-60 cm. Horizon A dan
horizon B disebut dengan solum tanah. Horizon C merupakan material
geologic yang berada di bawah tanah sebagai pembentuk horizon A dan B
disebut bhan induk atau bahan asal.
Terdapat tiga sumber utama material tanah. Tanah residual
(residual soil atau tanah insitu) terbentuk dari batuan induk di tempat
asalnya oleh proses almiah yaitu pelapukan. Tanah terangkut (transported
soil) terbentuk dari bahan induk yang telah terbawa ke lokasinya sekarang
oleh tenaga air, angina, dan atau glacial. Tanah organic (humus dan
gambut) terentuk dari dekomposisi bahan tumbuhan pada lingkungan yang
sangat basah, khususnya pada rawa atau darah air tanah dangkal.
Pembentukan tanah dipengaruhi oleh fungsi factor
pembentukannya, yaitu: iklim (climate), bahan induk (parent rock),
organisme, relief (topografi), dan waktu (time). Adapun cara interpretasi
tanah ada tiga pendekatan yang dapat ditempuh yaitu Pattern analysis
(Frost, 1960) , Element analisys (Buringh, 1960), dan Phisiograpic
analisys (Buring, Buller 1953).
Pattern anlisys merupakan interpretasi tanah yang mendasarkan
pada identifikasi “mayor landscape unit”, kemudian diperinci lagi menjadi
unit yang lebih kecil yang disebut “local pattern element” dnegan asumsi
tiap “pattern element” adalah : bentuklahan, drainase, kenampakan erosi,
vegetasi, rona citra, dan bentang budaya. Bentuklahan dibedakan secara
garis besar misalnya volkan, alluvial, dsb. Drainase disekati dengan
system pengatusan.
Element analisys interpratasi tanh berdasarkan faktor pembentuk
tanah. Sedang elemen tersebut, yaitu : iklim, bahan induk, relief,
organisme, waktu, dan ktifitas manusia. Sedang phisiographic anlisys
mebedakan medan menjadi ”physiographic inits” yang masing-masing
mempunyai asosiasi dengan tanah. Jasi citra ini mendasarkan pada
hubungan antara physiographic dan tanah. Namun dari ketiga pendekatan
interpretasi tanah tersebut pada praktikum ini hanya digunakan satu
pendekatan yaitu pendekatan pattern analisys.

E. LANGKAH KERJA
1. Memasang plastik transparansi di atas citra dan melakukan
pengamatan secara monoskopis.
2. Membatasi wilayah liputan citra dan membedakan menjadijenis
batuan bentang lahan utama. Menggunakan pertimbangan genesa
dan relief untuk membatasinya.
3. Memperinci setiap bentang lahan utama menjadi unit yang lebih
rinci dengan memperhatikan pattern elements berikut :
 Bentuklahan/relief
 Drainase
 Kenampakan erosi
 Vegetasi
 Rona citra
 Bentang budaya
4. Memperhatikan setiap unit, dan menggunakan pendekatan elemen
(unsur) untuk menafsirkan karakter tanahnya dan mengisi tabel
isian untuk mencatat hasil pengamatan.
5. Menafsirkan jenis dan sifat tanah bagi setiap unit di daerah liputan
citra dan menggunakan tabel isian tanah sebagai rujukan.
6. Melengkapi peta dengan legenda dan keterangan lainnya.

F. HASIL PRAKTIKUM
1. Peta tentatif agihan jenis tanah sebagian daerah waduk
Gadjahmungkur, Wonogiri skala 1:100.000 pada transparansi.
2. Peta tentatif agihan jenis tanah sebagian daerah waduk
Gadjahmungkur, Wonogiri skala 1:100.000 pada HVS.
3. Peta tentatif agihan jenis tanah sebagian daerah waduk
Gadjahmungkur, Wonogiri skala 1:100.000 pada kertas kalkir.
Hasil praktikum terlampir.

G. PEMBAHASAN
Citra penginderaan jauh tidak bisa langsung digunakan untuk
mengetahui jenis tanah. Untuk dapat mengetahui jenis tanah dari
interpretasi citra penginderaan jauh harus menggunakan pendekatan
elemen atau unsur untuk menafsirkan karakteristik tanahnya. Elemen-
elemen atau unsur yang digunakan untuk menafsirkan karakteristik tanah
dari citra peninderaan jauh antara lain adalah tipe lahan atau bentuklahan.
Relief atau posisi topografi, bentuk lereng, drainase, pola aliran, insitu atau
akumulasi, vegetasi alami, bahan induk, rona atau warna, dan penggunaan
lahan. Kesemua informasi unsur tersebut dapat disadap dari citra
penginderaan jauh.
Relief atau topografi kaitannya dnegan tanah adalah pada topografi
tinggi biasanya tanah belum terbentuk sehingga tebal solum tanah tipis.
Dalam hal ini drainase eksternal yaitu yang tampak di luar. Dari drainase
ini kita akan dapat mengetahui jenis tanah tentu saja dnegan diasosiasikan
dengan unsur lainnya. Pola aliran yang bersifat kostrukional bersifat
membangun, contohnya adalah endapan dari sungai akan membentuk
bentuklahan baru. Pola aliran destruksionel bersifat merusak yaitu
mengikis atau menggerus sehingga menimbulkan erosi lebih lanjut.
Adanya vegetasi alami yang rapat mengindikasikan bahwa tanah cepat
terbentuk. Jenis penggunaan lahan pertanian biasnya ada tanah jenis subur
yang berasal dari bahan induk alluvium dan koluvium.
Dari hasil interpretasi dari citra yang dilakukan ada 7 jenis tanah
yang ada di sekitar daerah waduk wonogiri yaitu jenis tanah alluvial, glei
humus, litosol, latosol, grumosol, mediteran dan rendsina.
Jenis tanah aluvial hasil dari proses flufial berasal dari bahan induk
aluvial dan koluvial. Umumnya jenis tanah ini berasal pada daerah dengan
topografi datar sampai landai. Jenis tanah ini masih muda, belum
mengalami perkembangan. Kesuburan tanah ini umumnya sedang hingga
tinggi. Sebaran jenis tanah aluvial di daerah dataran aluvial sungai, dataran
aluvial pantai dan di daerah cekungan. Jenis tanah hasil proses fluvial
lainnya adalah glei humus yang nampak lebih hijau keabuan jika
dibandingkan dengan aluvial yang lebih nampak kebiruan.
Terdapat 3 jenis tanah pada hasil proses volkanik yaitu grumusol,
latosol dan litosol. Tanah latosol merupakan hasil proses volkan, dengan
bahan induk berupa tuff volkan. Jenis tanah ini telah mengalami
perkembangan atau sering disebut dengan deferensiasi horizon. Jeni stanah
ini berada pada daerah bertopografi landai. Pada citra terlihat dnegan rona
biru sampai merah. Penggunaan lahan pada tanah ini adalah pemukiman
dan sawah. Tanah grumosol pada citra terlihat dnegan rona merah samapi
hijau agak gelap. Jenis tanah ini merupakan tanah hasil proses volkan
dengan bahan induk berupa toff volkan. Berada pada daerah dengan
topografi datar sampai berombak. Tanah ini memiliki perkembangan profil
uga selain itu jeni tanah ini gaka tebal. Dan terakhir tanah litosol biasanya
terdapat pada topografi berbukit, sehingga pada citra nampak gelap sampai
merah.
Tanah rendsina dan mediteran berasal dari bahan induk batu
gamping yang terbentuk melalui proses solusional. Jenis tanah ini berada
pada daerah topografi bergelobang. Pada citra rendsina terlihat dengan
warna putih sampai merah. Sedangkan mediteran terlihat lebih dominan
warna merah.
H. KESIMPULAN
1. Untuk dapat mengetahui jenis tanah dari interpretasi citra
penginderaan jauh harus menggunakan pendekatan elemen atau unsur
untuk menafsirkan karakteristik tanahnya.
2. Elemen-elemen atau unsur yang digunakan untuk menafsirkan
karakteristik tanah dari citra peninderaan jauh antara lain adalah tipe
lahan atau bentuklahan. Relief atau posisi topografi, bentuk lereng,
drainase, pola aliran, insitu atau akumulasi, vegetasi alami, bahan
induk, rona atau warna, dan penggunaan lahan.
3. Jenis tanah aluvial dan glei humus merupakan hasil dari proses
flufial.
4. Tanah rendsina dan mediteran berasal dari bahan induk batu
gamping yang terbentuk melalui proses solusional.
5. Terdapat 3 jenis tanah pada hasil proses volkanik yaitu grumusol,
latosol dan litosol.
DAFTAR PUSTAKA

Lillesand, Thomas M. And ralph W. Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan


Interpretasi Citra. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Suharsono, Prapto. 1994. Pedoman Praktikum Penginderaan Jauh
Terapan untuk Geomorfologi. Yogyakarta : Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada.
Sutanto. 1994. Penginderaan jauh Jilid II. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.

You might also like