You are on page 1of 14

84 Jurnal Natur Indonesia 5(1): 84-94 (2002)

PEMANFAATAN TANIN LIMBAH KAYU INDUSTRI KAYU


LAPIS UNTUK MODIFIKASI RESIN FENOL FORMALDEHID

Amilia Linggawati, Muhdarina, Erman, Azman, Midiarty

Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Riau

Diterima 21-8-2002 Disetujui 22-9-2002

ABSTRACT

Plywood industries high productivity in Riau Province will result with


increase of adhesive consumption. On the other hand, plywood company
production will raise the wood waste volume. According to Steasny
experiment, these wood wastes able to be used as tannin sources with
condensed tannin content about 44%. Tannin is obtained from tree trunk
extraction of wood waste PT Sola Gratia Plywood Pekanbaru. Tannin is
used to modify resin phenol formaldehyde raw material of plywood
adhesive. Tannin substitution into resin phenol formaldehyde was done
with oxsalatdihidrate acid as a catalisator and NaOH with pH variation 2,
4, 7, 8 and 9, also tannin composition 10, 20, and 30% from phenol weight
in resin phenol formaldehyde. The composed resin is characterized. The
characters that analyzed are pH using pHmeter, specific gravity using
picnometer, viscosity using viscometer, functional group using infra red
spectrometer. Then it is continue to calculate curing time and resin
content obtained. Due to resin character from phenol formaldehyde
modification with tannin extraction, it is found that a best condition of
tannin phenol formaldehyde polymerization refer to phenol formaldehyde
adhesive quality requirement, SIL0778-83 occurred in pH 9 with tannin
ratio and phenol 30:70, using alkali catalisator (NaOH). The
polymerization results on resin content about 51.21%, viscosity 0.75 poise,
specific gravity 1.127 gr/ml and curing time 33.51 second. But the
adhesive experiment result is quite low about 30%. Functional group
analysis from infra red spectrum shows that modification on molecule
structure of phenol formaldehyde from tannin from plywood waste
extraction is determined.

Keywords: adhesive, phenol formaldehyde, plywood waste, tannin

PENDAHULUAN Peningkatan produksi kayu lapis akan


Kegiatan produksi kayu lapis di meningkatkan konsumsi bahan pere-
provinsi Riau dilaksanakan oleh se- kat. Dilain pihak peningkatan produk-
kitar 12 perusahaan. Produksi kayu si kayu lapis akan meningkatkan vo-
lapis ini dari tahun ke tahun me- lume limbah kayu. Rachman et al,
nunjukkan peningkatan (BPS 1994). (1997) mengemukakan bahwa limbah
Tanin Limbah Kayu Lapis 85

kayu dari industri kayu lapis berkisar puran senyawa polifenol yang sangat
antara 51%-61%. Menurut Pizzi kompleks dan biasanya tergabung
(1983), kadar tanin dalam kayu dengan karbohidrat rendah. Oleh ka-
(batang dan kulit batang) berkisar rena adanya gugus fenol, maka tanin
50%-60%. Jika dihitung secara akan dapat berkondensasi dengan for-
matematis untuk 1 kubik kayu maldehida. Tanin terkondensasi sa-
gelondongan akan dihasilkan limbah ngat reaktif terhadap formaldehida
kayu sekitar 0,51-0,61 kubik, padahal dan mampu membentuk produk kon-
ekspor kayu lapis Riau pada tahun densasi, berguna untuk bahan perekat
1993/1994 telah mencapai sekitar termosetting yang tahan air dan pa-
818.823.018 meter kubik (BPS 1994). nas. Tanin diharapkan mampu men-
Dengan demikian sepanjang tahun subsitusi gugus fenol dari resin fenol
1993/1994, limbah kayu dari produksi formaldehid guna mengurangi pema-
kayu lapis diperkirakan mencapai kaian fenol sebagai sumberdaya alam
1.860.961.700 meter kubik. tak terbarukan.
Selama ini penggunaan limbah Penelitian terdahulu menge-
kayu tersebut sebagai bahan bakar ke- mukakan, tanin dapat digunakan se-
perluan rumah tangga, dan hanya se- bagai bahan perekat (Pizzi 1983).
bahagian kecil yang masih dapat di- Santoso & Sutigno (1995) menyim-
pergunakan untuk industri, yaitu se- pulkan bahwa tanin formaldehida da-
bagai bahan bakar untuk boiler, se- pat digunakan sebagai bahan perekat
dangkan yang lainnya, terutama kulit kayu lapis eksterior. Namun Horioka
dan serbuk kayunya belum diman- et al, (1997) menyimpulkan bahwa
faatkan. Berdasarkan hasil ekstraksi perekat tanin bersifat rapuh dan cepat
dan uji bilangan Stiasny dari limbah menjadi bangkar. Bertolak dari asum-
kayu, ternyata kadar tanin yang ter- si dan hasil penelitian tersebut, maka
kandung dalam kulit kayu bisa men- kelemahan ini harus diatasi dengan
capai 40% dengan reaktivitas tinggi cara memodifikasi tanin dengan fe-
terhadap formaldehid. nol formaldehida (FF) pada kondisi
Tanin merupakan komponen zat reaksi pemolimerian tertentu untuk
organik derivat polimer glikosida mendapatkan resin bermutu baik, se-
yang terdapat dalam bermacam-ma- suai dengan syarat mutu perekat SII
cam tumbuhan, terutama tumbuhan 0778-83.
berkeping dua (dikotil). Monomer ta- Salah satu kegunaan resin FF
nin adalah digallic acid dan D-glu- adalah sebagai bahan perekat kayu la-
kosa. Ekstrak tanin terdiri dari cam- pis. Resin FF merupakan hasil pe-
86 Jurnal Natur Indonesia 5(1): 84-94 (2002)

molimerian kondensasi antara fenol pH, berat jenis, viscositas, waktu cu-
dengan formaldehid. Hasil reaksi pe- ring, kadar resin dan keteguhan rekat.
molimerian ini tergantung pada kon- Berdasarkan SII 0778-83 (Anonim
disi reaksi, seperti jenis katalis yang 1983), perekat yang baik pH minimal
digunakan dan perbandingan antara 7, viskositas 0,5-5 poise, waktu
tanin dengan fenol dan formaldehida. curing 3-30 menit, kadar resin tinggi
FF dapat terbentuk bergantung pada dan daya rekat tinggi (≥ 7 kg/cm2).
nisbah fenol formaldehida yang
digunakan. Untuk mendapatkan hasil BAHAN DAN METODE
resin yang optimal, maka dilakukan Bahan kimia yang digunakan
optimasi dengan mempergunakan ka- adalah kristal fenol 99,9%, Formal-
talis dan perbandingan fenol dengan dehid 37%, Natrium hidroksida 1 N,
formaldehida yang berbeda. Dari hasil asam sulfat 0,5 N, HCl pekat, Meta-
penelitian Zulkaidir (1997), ternyata nol teknis, aquades, dan venir. Per-
kondisi pemolimerian resin FF terbaik alatan berupa gelas yang biasa digu-
adalah 1:2 untuk fenol dan formal- nakan di laboratorium, pH meter type
dehida yang dikatalis oleh NaOH dan HI 9017, Viskometer Ostwald, Kon-
1:0,8 dengan katalis asam oksalat- densor refluks, oven, magnetik stirer,
dihidrat. dan pompa vakum
Berdasarkan kondisi pemoli- Sampel diambil dari PT Sola
merian tersebut dilakukan modifikasi Gratia Plywood, PT Raja Garuda Mas
terhadap resin fenol formaldehid de- Panel, PT Siak Raya Timber, berupa
ngan tanin. Substitusi tanin ke da- serbuk kayu dan kulit kayu, tanpa
lam resin fenol formaldehid dilakukan membedakan jenis kayu. Sampel
dengan katalisator asam oksalat- dibersihkan dari kotoran yang me-
dihidrat dan NaOH pada variasi pH 2, nempel dan dijemur di bawah sinar
4, 7, 8 dan 9 dengan komposisi tanin matahari. Setelah itu dilakukan pe-
dan fenol 10, 20 dan 30% dari berat ngecilan ukuran kayu dan kulit kayu
fenol dalam resin fenol formaldehid. sehingga diperoleh serbuk kayu yang
Keberhasilan proses modifikasi resin lebih kecil. Sampel siap diekstraksi.
tanin-fenol formaldehida sebagai ba- Sebanyak 100 gram serbuk ka-
han perekat ini diidentifikasi dengan yu, dimasukkan ke dalam labu bundar
spektrometer infra merah untuk me- dan ditambahkan aquades sebanyak 3
ngetahui daerah sidik jari polimer ba- sampai 4 kali berat serbuk kayu terse-
ru dan karakteristik resinnya. Karak- but. Campuran ini direfluks selama 3
ter resin bermutu baik ditentukan oleh jam dengan penangas air pada 700C
Tanin Limbah Kayu Lapis 87

sampai 800C. Campuran disaring de- sisi fenol formaldehida adalah 1:2, se-
ngan menggunakan pompa vakum dangkan untuk katalisator asam (asam
dan diambil filtratnya. oksalatdihidrat) pada komposisi 1:0,8.
Ampas atau residu dari serbuk Pada pembuatan resin tanin fe-
kayu tersebut diekstrak ulang sampai nol formaldehid dengan katalis basa,
dua kali dan hasil saringannya dicam- variasi komposisi tanin dan FF adalah
purkan dengan filtrat pertama. Filtrat 10% dan 30% berat fenol dari resin
diuapkan pada 700C sampai 800C, fenol formaldehid. Ditimbang tanin
dengan menggunakan pemanas dan dan fenol sesuai dengan komposisi
dilakukan pengadukan secara kon- tersebut, dan dilarutkan dengan
tinu sampai diperoleh tanin pekat. 149,381 ml formaldehid 37%. Ke da-
Untuk memperoleh tanin padat, laru- lam larutan tersebut ditambahkan ka-
tan pekat tersebut dipindahkan ke da- talisator NaOH 1 N tetes demi tetes
lam cawan petri dan dipanaskan da- sampai pH larutan sesuai yang di-
lam oven pada suhu 700C sampai 80 inginkan (7, 8, 9, dan 10). Untuk ka-
0
C hingga diperoleh bongkahan- talis asam, variasi komposisi tanin
bongkahan. Tanin yang diperoleh di- dan FF, yaitu 10%, 20%, 30%, 50%,
tentukan bilangan Stiasny-nya. 70%, dan 90% berat fenol dari resin
Penentuan bilangan Stiasny fenol formaldehid. Timbang tanin se-
berguna untuk menganalisis kadar suai dengan komposisi yang ditentu-
tanin terkondensat (kondensasi). Se- kan dan larutkan dalam 59,753 ml
banyak 0,5 gram contoh tanin dilarut- formaldehid 37% dan tambahkan te-
kan dalam 175 ml aquades, ditambah- tes demi tetes asam oksalat hingga pH
kan 28,5 ml HCl 0,28 N dan 1 ml 2 dan 4 (suasana asam).
formaldehid 37%. Larutan diaduk se- Masing-masing larutan tersebut
lama 5 menit dan disimpan selama 5 dimasukkan kedalam labu leher tiga
jam. Endapan yang terbentuk dibilas 500 ml dan direfluk pada 800C
dengan aquades, endapan dikeringkan sampai 900C. Setelah tepat pada suhu
dalam oven dan didinginkan dalam reaksi, waktu reaksi dihitung sebagai
desikator kemudian ditimbang. Kadar kondisi 0 (nol) detik, kemudian seba-
tanin terkondensat dihitung berda- hagian resin diambil ± 30 ml untuk
sarkan gravimetri. diukur pH, viskositas dan berat je-
Kondisi pemolimerian antara nisnya. Perlakuan yang sama dilaku-
fenol dan formaldehida didasarkan kan pada setiap interval waktu 15
pada penelitian Zulkaidir (1997). Un- menit sampai pH larutannya konstan,
tuk katalisator basa (NaOH), kompo- setelah itu pemanasan dihentikan. Re-
88 Jurnal Natur Indonesia 5(1): 84-94 (2002)

sin didinginkan dan selanjutnya di- dimasukkan ke dalam cawan porselin,


ukur kadar resin dan waktu curing. kemudian dipanaskan pada suhu
Pengukuran pH menggunakan 1000C, lalu tambahkan beberapa tetes
pHmeter tipe HI 9017, sedangkan pe- HC1 pekat, kemudian dilanjutkan
ngukuran berat jenis dilakukan secara dengan penambahan beberapa mili-
gravimetri, menggunakan piknometer liter larutan heksametilen tetraamin.
pada suhu 300C. Pengukuran viskosi- Dicatat waktunya mulai dari tetes per-
tas menggunakan viscometer Ostwald tama sampai terjadi penggumpalan
dengan mengukur waktu alir air dan pada waktu curing.
sampel pada suhu 300C Sebelum dilakukan pengujian
Untuk melihat pergeseran kimia daya rekat terlebih dahulu dibuat con-
dari spektrum fenol formaldehid ke toh uji. Contoh uji berupa kupasan
spektrum tanin fenol formaldehid batang kayu, dibuat berukuran 30 cm
dilakukan dengan perekaman spek- x 30 cm x 3,6 mm, tebal core 2 cm,
trum infra merah untuk setiap perban- dan tebal venir 0,75 cm. Kupasan ba-
dingan tanin dan fenol. Perekaman tang dijadikan tripleks, dengan pere-
spektrum infra merah tersebut meng- kat resin tanin fenol formaldehid.
gunakan alat spektrofotometer IR. Jumlah perekat yang dilaburkan seba-
Penentuan kadar resin dilaku- nyak 170 gr/m2 untuk setiap permu-
kan secara gravimetri. Cawan porselin kaan. Kemudian dilakukan pengem-
dipanaskan pada suhu ± 1400C selama paan dingin selama 10 menit dan pe-
1 jam, kemudian didinginkan dalam ngempaan panas selama 5 menit pada
eksikator dan ditimbang. Perlakuan suhu 1350C dan tekanan 35 kg/cm.
yang sama diulang hingga berat kon- Contoh uji direbus pada suhu
0
stan. Selanjutnya ditimbang 10 gram 60 C selama 3 jam, kemudian dike-
resin sampel dalam cawan porselin, ringkan dalam oven pada suhu 600C ±
kemudian cawan berisi resin tersebut 20C selama 16-20 jam dan direbus
dipanaskan pada suhu ± 1400C selama lagi selama 4 jam pada suhu 600C.
1 jam, kemudian didinginkan dalam Setelah itu contoh uji direndam
eksikator setelah dingin lalu ditim- dengan air dingin selama 16-20 jam,
bang. Perlakuan yang sama diulang kemudian ditarik dengan menggu-
hingga diperoleh berat konstan. nakan alat uji geser tarik pada waktu
Penentuan waktu curing berguna masih basah. Luas permukaan kayu
untuk melacak produktivitas bahan lapis yang diuji 3,25 cm2 dengan
perekat. Sampel resin sebanyak 10 ml koefisien 1,3.
Tanin Limbah Kayu Lapis 89

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis spektrum IR dilakukan


Tabel 1 memperlihatkan hasil dengan mengidentifikasi puncak-
ekstraksi limbah kayu dari 3 perusa- puncak serapan dari spektrum IR
haan kayu lapis yang beroperasi di tanin ekstrak, fenol formaldehid dan
Riau. Kadar tanin terkondensasi ter- tanin fenol formaldehid, untuk me-
besar berasal dari limbah kayu PT. ngetahui apakah telah terjadi sub-
Sola Gratia Plywood, sehingga lim- stitusi pada resin fenol formaldehid
bah ini yang dijadikan sampel peneli- oleh tanin.
tian. Ekstrak tanin ini direaksikan de- Spektrum IR dari senyawa-
ngan resin FF dengan komposisi dan senyawa tersebut dapat dilihat pada
pH yang telah ditentukan. Resin FF Gambar 1 (senyawa tanin ekstrak),
yang telah dimodifikasi ini dikarak- Gambar 2 (resin fenol formaldehid),
terisasi. Hasil karakterisasi resin ta- dan Gambar 3 (resin tanin fenol
nin FF ini tercantum pada Tabel 2. formaldehid).

Tabel 1. Hasil ekstraksi tanin terkondensasi dari limbah kayu perusahaan kayu lapis.
Nama perusahaan Ekstraksi tanin, % kondensat
Kulit Batang kayu
PT Sola Gratia Plywood ++ ++++
PT Raja Garuda Mas Panel ++ -
PT Siak Raya Timber ++ -
-: % kondensat tidak teridentifikasi, ++: % kondensat kecil dari 20%, ++++: % kondensat besar dari 40%.

Tabel 2. Karakterisasi resin tanin fenol formaldehid pada berbagai pH dan komposisi
tanin dan fenol.
Nisbah pH pH Waktu Berat Viscositas Kadar Waktu
Tanin dan awa akhir reaksi jenis (poise) resin curing
Fenol l (menit) (g/ml ) (%) (detik)
10 : 90 2 2,20 120 1,089 0,123 33,73 79,00
20 : 80 2 2,15 105 1,086 5,000 40,1 76,00
30 : 70 2 2,14 90 1,086 5,500 25,71 99,00
10 : 90 4 4,16 105 1,048 0,128 16,68 109,00
20 : 80 4 4.44 105 1,099 3,250 26,28 108,00
30 : 70 4 4.36 90 1,100 8,000 30,12 100,00
10 : 90 7 5,63 120 1,107 0,054 49,79 29,04
30 : 70 7 4,97 120 1,142 0,079 50,70 22,07
10 : 90 8 6,04 120 1,124 0,115 47,50 30,30
30 : 70 8 6,43 135 1,151 0,255 50,04 19,23
10 : 90 9 8,08 75 1,112 0,077 49,28 36,26
30 : 70 9 8,21 45 1,127 0,750 51,21 33,51
10 : 90 10 10,34 90 1,079 1,250 Padat -
30 : 70 10 10,11 60 1,105 2,250 Padat -
-: sudah keras tidak dapat ditentukan.
90 Jurnal Natur Indonesia 5(1): 84-94 (2002)

Gambar 1. Spektrum infra merah dari senyawa ekstrak tanin.

Gambar 2. Spektrum infra merah dari resin fenol formaldehid.


Tanin Limbah Kayu Lapis 91

Gambar 3. Spektrum infra merah dari resin tanin fenol formaldehid.

Tabel 3. Pita puncak serapan spektrum IR tanin ekstrak, fenol formaldehid dan tanin fenol
formaldehid.
Analisis spektrum Bilangan gelombang (cm-1)
Tanin ekstrak Fenol Tanin fenol
formaldehid formaldehid
Ulur OH 3300,00 3350,70 3300,00
Uluran C-H 2929,20 2907,52 2923,90
Ulur C=O 1718,50 - -
Ikatan C=C konjugasi 1622,00 1634,98 1610,50
Uluran cincin C-C 1514,00 1595,32 1510,20
Liuk C-H aromatik 1452,30 1457,85 1456,20
Tekuk OH 1375,20 1374,73 1396,40
Ulur C-O 1298,20 1236,15 1234,40
Tekukan OH dalam bidang 1033,80 1023,02 1028,60

Tabel 4. Uji kekuatan rekat resin tanin fenol formaldehid tanpa ekstender.
Beban tarik, kg Kekuatan geser-tarik, kg/cm2 Kelengketan, %
21 8,4 0
26 10,4 10
29 11,6 10
32 12,8 0
50 20,0 10
36 14,4 0
44 17,6 0
50 20,0 30
92 Jurnal Natur Indonesia 5(1): 84-94 (2002)

Hasil analisis pita-pita puncak sera- talisator dengan pH yang berbeda


pan dari ketiga spektrum ini dapat di- akan menghasilkan resin dengan sifat
lihat pada Tabel 3. fisik berbeda. Perbedaan sifat ini di-
Hasil uji daya rekat hanya di- pengaruhi oleh mekanisme pola per-
lakukan pada contoh uji yang dilabur tumbuhan rantai yang berbeda akibat
resin tanin fenol formaldehid pada perbedaan kondisi (suasana) reaksi.
kondisi terbaik (pH 9, perbandingan Pada suasana asam reaktivitas formal-
tanin dan fenol 30:70%) dan tanpa dehid lebih besar dari pada gugus fe-
ekstender dapat dilihat pada Tabel 4. nolik, sehingga formaldehid lebih da-
Untuk resin yang diberi ekstender hulu berinteraksi dengan ion H+ dari
tidak dicantumkan, karena pada saat katalisator asam dan selanjutnya be-
perebusan 2-4 jam venir-venir yang reaksi dengan senyawa yang mengan-
telah direkat langsung lepas tanpa dung gugus fenolik. Reaksi perpan-
ditarik. jangan rantai ini terus berlanjut sam-
Berdasarkan uji reaksi Steasny pai reaktan habis bereaksi, ditandai
(Tabel 1), tanin terkondensasi yang dengan konstannya pH hasil reaksi.
diperoleh dari ektraksi kulit kayu Untuk mencapai kondisi ini dibutuh-
sebesar 20%, sedangkan dari batang kan waktu reaksi sekitar 90-20 menit.
kayu sebesar 40%. Ini berarti reak- Pada suasana basa reaktivitas gugus
tivitas tanin terkondensasi hasil ek- fenolik lebih besar dari pada for-
straksi batang kayu lebih besar dari maldehid, sehingga kemungkinan ter-
pada kulit kayu, sehingga limbah ba- bentuknya derivat metilol yaitu inter-
tang kayu dari PT Sola Gratia Ply- mediet tanin formaldehid lebih besar.
wood yang dijadikan sampel pe- Metilol akan mengalami kondensasi
nelitian. dengan pusat fenol dari unit tanin lain
Temperatur reaksi dijaga agar melalui jembatan metilen menjadi
tetap 80-950C supaya reaksi dapat ter- unit yang lebih besar (polimer). Pe-
kendali, karena jika temperatur reaksi molimerian ini terus berlanjut men-
tinggi, maka pertumbuhan rantai poli- jadi lebih besar sehingga pH akhir
mer menjadi sangat cepat sehingga reaksi menjadi konstan. Keadaan
akan terjadi curing dan akan mempe- tersebut dicapai pada waktu reaksi
ngaruhi kualitas resin yang dihasilkan. antara 45-135 menit. Perbedaan nis-
Berdasarkan sifat fisik dari resin bah tanin dan fenol juga mempe-
tanin fenol formaldehid pada berbagai ngaruhi perbedaan sifat fisik resin
kondisi perlakuan (Tabel 2), ternyata yang dihasilkan. Semakin besar kom-
kondisi reaksi akibat pemakaian 2 ka- posisi tanin semakin meningkat berat
Tanin Limbah Kayu Lapis 93

jenis dan viskositas dari resin yang Berdasarkan hasil pengujian ke-
dihasilkan. Hal ini dipengaruhi oleh kuatan rekat resin tanin fenol for-
molekul tanin yang mempunyai Mr maldehid tanpa pemberian ekstender
lebih besar dari fenol, sehingga kera- (Tabel 4), ternyata kekuatan rekatnya
patan molekul-molekul dalam larutan masih memenuhi kriteria SII.0778-83
resin tanin fenol formaldehid sema- (≥ 7 kg/cm2). Namun jika dilihat dari
kin besar. Besarnya kerapatan mole- kelengketan perekat, ternyata masih
kul-molekul ini dan adanya perlakuan sangat kecil, yang terbesar hanya
pemanasan pada temperatur 80-950C 30%. Kemungkinan hal ini disebab-
lebih mempercepat proses pemolime- kan oleh kondisi pH pemolimerian
rian dan terbentuk ikatan silang. Aki- yang tinggi, sehingga reaksi konden-
batnya waktu reaksi dan waktu curing sasi berjalan terlalu cepat, akibatnya
menjadi lebih singkat dengan kadar perekat lebih cepat menggumpal se-
resin yang lebih banyak. Selain itu, belum dilakukan pengempaan panas.
meningkatnya komposisi tanin ber- Perekat yang cepat menggumpal tidak
dampak pada kenaikan berat jenis akan sempurna berdifusi ke dalam
atau kerapatan larutan, sehingga akan pori-pori vener maupun core, akibat-
meningkat daerah kristalin dari po- nya interaksi antara permukaan vener
limer, kekuatan dan kekakuan resin ataupun core akan menjadi lemah, se-
bila dijadikan perekat. hingga kelengketan menjadi lemah
Jika mengacu pada Standar In- atau kecil. Berdasarkan data spektrum
dustri Indonesia tentang syarat mutu IR pada Tabel 3 diketahui bahwa
perekat fenol formaldehid cair untuk tanin ekstrak memiliki serapan pada
kayu lapis (SII 0778-83), maka resin bilangan gelombang 1718,5 cm-1, ber-
tanin fenol formaldehid yang meme- arti mempunyai gugus karbonil, se-
nuhi standar adalah yang disintesis dangkan tanin fenol formaldehid ti-
pada komposisi nisbah tanin dan fe- dak. Namun tanin ekstrak, fenol for-
nol 30:70 untuk katalis basa pH 9 maldehid dan tanin fenol formaldehid
dengan kadar resin terbesar (51,21%), sama-sama memiliki gugus ulur OH
sedangkan untuk katalis asam pH 2 dari fenolik, masing-masing pada da-
pada komposisi 20:80 dengan kadar erah bilangan gelombang 3300 cm-1,
resin 40,01%. Sehingga penggunaan 3350 cm-1 dan 3300 cm-1 yang diper-
katalis basa pada kondisi pemolime- tegas oleh adanya tekuk OH dalam
rian tersebut cenderung lebih ekono- bidang pada 1033,80 cm-1, 1023,02
mis dan dijadikan bahan perekat cm-1 dan 1028,60 cm-1. Jika dilihat
untuk diuji kekuatan rekatnya. dari variasi pergeseran bilangan ge-
94 Jurnal Natur Indonesia 5(1): 84-94 (2002)

lombang dari ketiga senyawa terse- terbaik terjadi pada nisbah tanin dan
but, ternyata bilangan gelombang fenol 30:70 pH 9 dengan mengguna-
senyawa yang diduga tanin fenol kan katalisator basa (NaOH). Pemoli-
formaldehid cenderung dekat dengan merian ini menghasilkan kandungan
daerah bilangan gelombang tanin ek- resin 51,21%, viskositas 0,75 poise,
strak. Pola pergeseran seperti bi- berat jenis 1,127 gr/ml dan waktu cu-
langan gelombang tersebut juga ter- ring 33,51 detik. Namun uji keleng-
jadi pada ulur C-H, C-C dan ikatan ketan masih rendah hanya 30%. Ana-
C=C terkonjugasi. Selain itu, puncak lisis gugus fungsi dari spektrum infra
serapan dari bilangan gelombang merah membuktikan telah terjadi mo-
ikatan C=C terkonjugasi pada tanin difikasi pada struktur molekul fenol
ekstrak dan tanin fenol formaldehid formaldehid dengan tanin hasil eks-
lebih tajam dari pada puncak serapan traksi limbah kayu lapis.
fenol formaldehid. Hal ini berarti tan-
nin telah tersubstitusi ke dalam fenol DAFTAR PUSTAKA
formaldehid, sehingga membentuk Anonim. 1983. Syarat Mutu Perekat Fe-
tanin fenol formaldehid. Pernyataan nol Formaldehid. Standar Indus-
tri Indonesia SII 0778-83. Jakarta:
ini dibuktikan dengan telah berubah- Dewan Standarisasi Nasional.
nya sifat fisik dari resin fenol formal- BPS. 1994. Riau Dalam Angka. Pekan-
baru.
dehid setelah ditambah tanin ekstrak Horioka, K., et al. 1997. Synthesis of
pada berbagai komposisi dan kondisi tannin resin adhesives and proper-
ties. Forest Product Journal 24:
perlakuan (Tabel 2). 35-41.
Pizzi, A. 1983. Tanin-based wood adhe-
KESIMPULAN sive. Di dalam: Pizzi, A (ed). Wood
Adhesive Chemistry and Tech-
Berdasarkan hasil penelitian nology. New York: Marcell Deller.
disimpulkan bahwa limbah kayu dari Rachman, O., et al. 1997. Case study on
waste in plywood manufacture.
pabrik kayu lapis dapat dijadikan Forest Product Institute. Report
sumber tanin, dengan kandungan Forest Products Institute 2: 2-3.
Santoso, A. & Sutigno, P. 1995. The ef-
tanin kondensat terbesar berasal dari fect of glue spread and precen-
limbah batang kayu PT Sola Gratia tage of filler of tanin formal-
dehyde resin on plywood bonding
Plywood yaitu sebesar 44%. Tanin strenght. Forest Product Journal
hasil ekstraksi limbah kayu ini dapat 13: 87-92.
dijadikan bahan perekat tanin fenol Zulkaidir. 1997. Karakterisasi resin
fenol formaldehida dari hasil pe-
formaldehid. Berdasarkan syarat mutu molimerian kondensasi dengan
perekat fenol formaldehid cair SII. perbandingan tertentu. Skripsi.
Pekanbaru: FMIPA UNRI.
0778-83 kondisi pemolimerian yang
Tanin Limbah Kayu Lapis 95

Zheng, W. J & Lin, P. 1996. Accumu-


lation and distribution of Cu, Pb, Zn
and Cd in Avicennia marina mang-
rove community of futian in Shen-
zhen. Oceanol. Limnol. Sin 27: 386-
393.
Tanin Limbah Kayu Lapis 97

You might also like