Professional Documents
Culture Documents
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara “Penentuan Sifat Fisik, Sifat Kimia Lemak
dan minyak” ini adalah untuk menentukan sifat fisik, sifat kimia beberapa jenis
minyak yaitu berat jenis dan bilangan penyabunan,
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan bahan
Minyak kacang tanah merupakan minyak yang lebih baik daripada
minyak jagung, dan minyak biji kapas untuk dijadikan salad dressing,
disimpan di bawah suhu -11°C. Hal ini disebabkan karena minyak kacang
tanah jika berwujud padat berbentuk amorf, di mana lapisan padat tersebut
tidak pecah sewaktu proses pembekuan. Minyak kacang tanah yang
didinginkan pada suhu -6,6°C, akan menjadi trigliserida padat. Berdasarkan
flow test, maka fase padat terbentuk dengan sempurna. Sifat fisiko-kimia
minyak kacang tanah sebelum dan sesudah dimurnikan (Tabel 1)
Tabel 1. Sifat Fisiko-Kimia Minyak Kacang Tanah Sebelum dan Sesudah
Dimurnikan
Karakteristik Sebelum dimurnikan Sesudah dimurnikan
Tipe virginia Tipe spanis Bermacam-macam
varietas
Bilangan Iod 94,80 90,10 90,0 – 94,0
Bilangan penyabunan 187,80 188,20 186,0 – 192,0
Bilangan Polenske 0,29 0,12 0,2 – 0,7
Bilangan Reichert-Meissl 0,21 0,27 0,1 – 1,0
Bilangan asetil 9,5 8,7 9,0 – 9,1
Titer (°C) - - 28 – 30
Titik cair - - 5,5 – 2,2
Titik asap (°C) - - 226,6
Indeks bias nD 60°C - - 1,4558
Bobot jenis 0,9136 0,9148 0,910 – 0,915
(Ketaren, 1986).
Karakteristik minyak kacang tanah dari beberapa referensi disajikan
dalam Tabel 2 Minyak kacang tanah tanpa pemurnian bersifat lunak tetapi
sedikit langu, seperti flavor kacang yang akan dihilangkan selama pemurnian.
Tabel 2 Karakteristik kimia dan fisika minyak kacang tanah
Karakteristik Nilai
Flavor dan bau lunak
Warna (visual) kuning terang
Warna (Gardner, maksimum) 4
Titik leleh 0 – 3°C
Titik asap 229,4°C
Berat jenis (21°C) 0,915
Asam lemak bebas (sebagai asam oleat, maks.) 0,05%
Bilangan Iod 82 – 106
Bilangan peroksida (maksimum) 10 meq oksigen peroksida/kg
minyak
Bilangan asetil 8,5 – 9,5
Panas peleburan (tak terhidrogenasi) 21,7 kal/gr
Indeks bias (nD 40°C) 1,46 – 1,465
Lemak yang tak tersabunkan 0,40%
(Gunstone, 2000).
Bau dan flavour dalam minyak selain terdapat secara alami, juga
terjadi akibat adanya asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan
minyak. Sedangkan bau khas dari minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh
persenyawaan beta ionone. Dan untuk titik cair minyak sawit berada dalam
kisaran suhu tertentu karena minyak sawit mengandung beberapa macam
asam lemak yang memiliki titik cair yang berbeda-beda serta wujudnya agak
kental. Titik lunaknya berkisar antara 33-340C (Tim Penulis PS, 2000)
Dari table 3 dibawah dapat dilihat bahwa minyak sawit murni
memiliki titik cair yang lebih tinggi dibanding minyak sawit kasar sehingga
wujudnya sedikit lebih kental, serta memiliki indeks bias dan bilangan Iod
yang lebih besar pula. Namun, bilangan penyabunannya ternyata lebih kecil
dibanding minyak sawit kasar.
Tabel 3. Perbandingan Sifat Fisik-Kimia Minyak Sawit Sebelum Dan Sesudah
Dimurnikan
Sifat Minyak Sawit Kasar Minyak Sawit Murni
Titik Cair : Awal 21-24 29,4
Akhir 26-29 40
Bobot Jenis 150C 0,859-0,870
Indeks bias D 400C 36-37,5 46-49
Bilangan Iod 14,5-19 46-52
Bilangan Penyabunan 224-249 196-206
Bil.Reichert Meissl 5,2-6,5 -
Bil.Polenske 9,7-10,7 -
Bil.Krichner 0,8-1,2 -
Bil.Bartya 33 -
(Ketaren, 1986).
Lemak dikenali oleh asam predominan. Lemak dari daging sapi
mengadung lemak jenuh. Kualitas penting dari semua asam lemak adalah
kemampuan menahan panas. Semakin lemak itu jenuh, maka akan semakin
kuat , karena ikatan jenuhnya lebih kuat dibandingkan dengan ikatan tak
jenuh. Lemak yang jenuh sifat fisiknya cendrung mengeras pada temperature
sedang, contohnya adalah lemak sapi. Lemak sapi (beef tallow) merupakan
bahan pakan alternatif yang dapat dicoba, khususnya karena merupakan sumber
energi yang sangat potensial, yaitu dengan energi metabolis 7010 kkal/kg
(Planck, 2006).
Minyak kelapa mengandung 92% lemak jenuh, sehingga pada kondisi
ruang berbetuk cair. Minyak kelapa bermutu prima (SQ, Special Quality)
mengandung asam lemak (FFA, Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2 % pada
saat pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak
lebih dari 5 % FFA. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan
menghasilkan rendemen minyak 22,1 % ‐ 22,2 % (tertinggi) dan kadar asam
lemak bebas 1,7 % ‐ 2,1 % (terendah) (Saifudin, 2008).
Produksi daging dan konsumsinya telah membuat perubahan perubahan
dalam permintaan tipe ayam potong (broiler). Lemak pada ayam, khususnya
terbanyak berada di bagian abdomen dan sangat tidak disukai oleh konsumen,
karena selain dapat mengganggu kesehatan, juga memberi imajinasi bahwa yang
disebut daging sudah harus terbebas dari lemak arena dapat menyebabkan
obesitas (kegemukan) yang ditandai dengan banyaknya penimbunan lemak.
Selanjutnya dijelaskan, bahwa dugaan selama ini terhadap kolesterol sebagai
penyebab kematian adalah anggapan yang keliru, karena pemicu sebenamya
adalah karbohidrat. (Suhendra, dkk. 2007).
2. Teori yang mendasari
Bobot jenis adalah perbandingan berat dari suatu volume contoh pada
suhu 25°C dengan berat air pada volume dan suhu yang sama. Cara ini dapat
digunakan untuk semua minyak dan lemak yang dicairkan. Alat yang
digunakan untuk penentuan ini ialah piknometer Bobot jenis dari minyak dan
lemak biasanya ditentukan pada temperatur 25°C, akan tetapi dalam hal ini
dianggap penting juga untuk diukur pada temperatur 40°C atau 60°C untuk
lemak yang titik cairnya tinggi. Pada penetapan bobot jenis, temperatur
dikontrol dengan hati-hati dalam kisaran temperatur yang pendek (Ketaren,
1986).
Bobot jenis merupakan perbandingan berat dari volume minyak atau
lemak pada suhu 25°C dengan berat air pada volume dan suhu yang sama
(Sudarmadji et. al., 1989).
Angka penyabunan dapat dipergunakan untuk menentukan berat
molekul minyak dan lemak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam
lemak berantai C pendek berarti mempunyai berat molekul relatif kecil akan
mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya minyak dengan
berat molekul besar mempunyai angka penyabunan relatif kecil. Angka
penyabunan = bilangan penyabunan dinyatakan sebagai banyaknya (mg)
KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak
(Sudarmadji et. al., 1989).
Bilangan penyabunan ialah jumlah alkali yang dibutuhkan untuk
menyabunkan sejumlah contoh minyak. Bilangan penyabunan dinyatakan
dalam jumlah miligram kalium hidroksida yang dibutuhkan untuk
menyabunkan 1 gram minyak atau lemak. Besarnya bilangan penyabunan
tergantung dari berat molekul. Minyak yang mempunyai berat molekul rendah
akan mempunyai bilangan penyabunan yang lebih tinggi daripada minyak
yang mempunyai berat molekul tinggi. Penentuan bilangan penyabunan dapat
dilakukan pada semua jenis minyak dan lemak (Ketaren, 1986).
Bilangan Penyabunan merupakan jumlah mg KOH yang dibutuhkan
untuk menyabunkan 1 g lemak. Untuk menetralkan 1 molekul gliserida
diperlukan 3 molekul alkali:
C. Metodologi
1. Alat
a. Piknometer
b. Timbangan
c. Pipet tetes
d. Termometer
e. Erlenmeyer 200 ml
f. Buret
g. Tabung reaksi
h. Pipet ukur 1 ml
i. Propipet
j. Pendingin balik
k. Hot plate
2. Bahan
a. Minyak kelapa pemanasan
b. Minyak kacang tanah pengempaan
c. Minyak ayam
d. Minyak sapi
e. Aquadest
f. Larutan KOH (yang dibuat dari 56 g KOH dalam 1
liter alkohol)
g. Indikator phenolphtalein (pp)
h. Larutan standar HCl 0,5 N
3. Cara kerja
a. Penentuan Berat Jenis
tambah 50 ml larutan KOH (yang dibuat dari 56 g KOH dalam 1 liter alkohol), ditutup dengan pendingin balik, dan dididihkan se
n (pp), dan dititrasi kelebihan larutan KOH dengan larutan standar HCl 0,5 N. Untuk mengetahui kelebihan larutan KOH ini perl