You are on page 1of 15

LAPORAN PRAKTIKUM KONSERVASI TANAH DAN AIR

ACARA I PENGUKURAN ENERGI KINETIK HUJAN DENGAN METODE SPLASH CUP

Disusun Oleh :

1. Vetrifa Nita Fauziah 2. Ribowo 3. Annas Asyari D.S 4. Dessiana Rahmawati 5. Sri Dian Okiviyani 6. Ilhamy Mufti Arief 7. Mahanani Setyaningrum 8. Rudi Andrianto

A1l009031 A1l009032 A1l009034 A1l009035 A1l009036 A1l009037 A1l009038 A1l009039

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2011

I.

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bioerosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya. Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi / pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya. Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor. Faktor Iklim, termasuk besarnya dan intensitas hujan / presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu pula musim, kecepatan angin, frekuensi badai. faktor geologi termasuk tipe sedimen, tipe batuan, porositas dan permeabilitasnya, kemiringn lahan. Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi lahan,makhluk yang tinggal di lahan tersebut dan tata guna lahan ooleh manusia.

Besarnyaerositersebutdapatdiukurdenganmenghitungbesarnya energy kinetic hujan.Besarnya energy kinetic hujaninidapatdipengaruhiolehbeberapa factor gayadiantaranyayaitu, gayakebawah, gayakeatas, dangayagesekantetesan air hujandenganudara.

B. Tujuan 1. Mengetahuibesarnyaenergikinetishujanmelaluipendekatan dengan media pasir. 2. Mengetahuienergikinetishujanpadaberbagaimacamvegetasi. 3. Melihathubunganantaraenergykinetishujandenganjumlahcurahhujanbulana n. Splash cup

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Tataguna lahan yang bersifat mengubah bentang lahan dan jenis vegetasi dalam skala besar serta bersifat permanent mempengaruhi tingkat kesuburan tanah Keadaan tanah terbuka dapat terhantam oleh curah hujan sehingga menyebabkan tanah menjadi lemah. Percikan air hujan merupakan media utama pelepasan partikel tunggal tanah dari massa tanah, saat butiran air hujan mengenai permukaan tanah yang gundul atau tanpa vegetasi, partikel tanah dapat langsung terlepas dan terlempar kesegala arah, untuk lahan yang berlereng akan terjadi dominasi kesatu arah yaitu kearah yang lebih landai di bawahnya, pelepasan butir tanah tentunya akan menyumbat pori-pori tanah sehingga akan menurunkan kapasitas dan laju infiltrasi. Bersamaan dengan hal tersebut dimana kondisi intensitas hujan telah melebihi laju infiltrasi tentu akan terjadi genangan air dipermukaan tanah yang kemudian menjadi runoff, aliran permukaan ini menyediakan energi untuk mengangkut partikel yang terlepas, saat energi dan atau runoff menurun maka partikel tanah akan terendapkan pada lahan tersebut jika terdapat pada daerah yang subur maka akan menurunkan kesuburan tanah dibawahnya karena tertimbun oleh endapan (Irianto, G., 2006). Perkiraan perhitungan kehilangan tanah tahunan dengan membandingkan dua peta yaitu peta laju pemecahan tanah dan peta kapasitas transport aliran permukaan dan diambil dari analisis perhitungan erosi secara kuantitatif (Morgan dan Finney ,1984) dikelaskan menjadi 4 kelas erosi, yaitu dari erosi : -Sangat ringan (< 15 ton/ha/th), -Ringan (15-60 ton/ha/th), -Sedang (60 - 180 ton/ha/th), -Berat (180 - 480 ton/ha/th).

Teknik konservasi tanah dan air dapat dilakukan secara vegetatif dalam bentuk pengelolaan tanaman berupa pohon atau semak, baik tanaman tahunan

maupun tanaman setahun dan rumput-rumputan. Teknologi ini sering dipadukan dengan tindakan konservasi tanah dan air secara pengelolaan.(Sinukaban, 2003). Pengelolaan tanah secara vegetatif dapat menjamin keberlangsungan keberadaan tanah dan air karena memiliki sifat : 1. memelihara kestabilan struktur tanah melalui sistem perakaran

denganmemperbesar granulasi tanah, 2. penutupanlahan oleh seresah dan tajuk mengurangi evaporasi, 3. disampingitu dapatmeningkatkan aktifitas mikroorganisme yang

mengakibatkan peningkatan porositas tanah, sehingga memperbesar jumlah infiltrasi dan mencegah terjadinya erosi. Baker (1956) dalam Foth (1995), membedakan efek penutup tanah menjadi lima kategori: 1. Intersepsi terhadap curah hujan 2. Mengurangi kecepatan run off 3. Perakaran tanaman akan memperbesar granulasi dan porositas tanah. 4. Mempengaruhi aktifitas mikro organisme yang berakibat pada

meningkatkanporositas tanah. 5. Transpirasi tanaman akan berpengaruh pada lengas tanah pada hari berikutnya. Tanaman penutup tanah secara intercropping dengan tanaman pohon dapat mengurangi erosi. Chang dan Cheng (1974) dalam Hamilton, et.al., (1997) meneliti tentang intercropping tanaman penutup tanah dengan citrus. Tanaman penutup tanah meliputi : Centrosema, Indegofera, Bahia grass, Guinea grass, Summer soy bean, Rice straw mulch. Hasilnya menunjukkan bahwa Bahia grass, Guinea grass dan Rice Straw mulch sangat efektif sekali untuk mencegah erosi dan run off. Vegetatif memiliki beberapa manfaat yang merupakan ciri pertanian berkelanjutan seperti konservasi, reklamasi dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

1.Aspek Konservasi Aspek konservasi berupa konservasi tanah dan air melalui peningkatan infiltarasi, sehingga cadangan air tanah tersedia dan dapat mencegah terjadinya erosi baik oleh air karena aliran permukaan, maupun akibat angin dan salinasi. Faktor tanah merupakan sifat internal tanah dan sifat lain yang dipengaruhi oleh cara pengelolaan tanah. Pengelolaan tanah dapat mempengaruhi struktur tanah, keadaan dan bentuk permukaan tanah serta keadaan tanaman. Penutupan tanah dengan vegetasi dapat meningkatkan infiltrasi karena perakaran tanaman akan memperbesar granulasi dan porositas tanah, disamping itu juga mempengaruhi aktifitas mikroorganisme yang berakibat air pada masuk

meningkatkan porositas tanah (Harsono, 1995).

Selanjutnya

melalui infiltrasi tetap tersimpan karena tertahan oleh tanaman penutup di bawahnya atau sisa-sisa tanaman berupa daun yang sifatnya memiliki penutupan yangrapat sehingga menekan evaporasi. Demikian halnya de ngan aspek

konservasi tanah, vegetasi memiliki peranan penting karena dapat mengurangi peranan hujan dalam proses Menurut Sukirno (1995), bahwa usaha konservasi tanah pada hakekatnya adalah pengendalian energi dari akibat tetesan hujan maupun limpasan permukaan dalam proses terjadinya erosi. Prinsip pengendalian energi ini dengan usaha : 1. Melindungi tanah dari prediksi pukulan air hujan (erosi percik), dengantanaman penutup tanah. 2. Mengurangi kecepatan energi kinetik tetesan air hujan, dengan tanamanpelindung, atau pelindung lainnya. 3. Mengurangi energi kinetik limpasan permukaan. 2.Aspek Reklamasi. Aspek reklamasi berupa perbaikan unsur hara dari proses dekomposisi dedaunan/serasah, sehingga dapat meningkatkan unsur N, K. Kerusakan lahan banyak diakibatkan oleh erosi berupa hilangnya tanah dengan kandungan bahan organik dan Nitrogen yang sangat merugikan teristimewa terhadap tanaman biji bijian bukan leguminosa. Penurunan Nitrogen tanah dapat diperbaiki dengan menggunaan pupuk Nitrogen, tetapi membutuhkan biaya yang besar. Namun

dengan adanya sisa-sisa tanaman yang telah mengalami perombakan secara ekstensif dan tanah sampai perubahan lebih lanjut yang dikenal dengan humus dapat memperbaiki kandungan Nitrogen, Kalium, Karbon, Pospor, Sulfur, Calsium, dan Magnesium. Secara skematis, mekanisme pembentukan humus dalam perombakan sisa-sisa tanaman dalam tanah (Foth, 1995).

III.

METODE PRAKTIKUM

A. BahandanAlat Jenisbahandanalat Pasir lolos saring 0,5 mm Akuades Splash cup Timbangananalitis Dapurpengering Kantongplastik Botolpemancar Jumlahkebutuhan 180 kg 30 liter 45 buah 2buah 2 buah 135lembar 5Buah

B. Cara Kerja 1. Bobot splash cup ditimbang 2. Splash cup diisi pasir kemudian ditimbang 3. Splash cup diletakkan pada area tanpavegetasidan di bawahvegetasi, dan diberi air hingga kapasitas lapang, kemudian di tunggu 24 jam sampai turun hujan. 4. Masing-masing splash cup diambil

dandikeringkandengancaramenggorengnya. 5. Bobot Splash cup yang berisipasir ditimbang. 6. Hasil pengamatan dicatat dan dilakukan penghitungan.

IV.

HASIL PENGAMATAN

Terbuka

No 1 2 3 4 5
Ternaungi

A 269 266 252 261 271

B 261 257 240 252 264.9

d 0.282 0.282 0.255 0.237 0.283

E 28.37 31.91 47.06 37.97 21.55

No 1 2 3 4 5
Analisis Uji t

A 268 265 310 262 264


Ternaungi (X1) 28.37 31.91 47.06 37.97 21.55 166.87 33.37

B 264 204 253 207 259.9

d 0.264 0.282 0.282 0.282 0.282

E 15.15 216.31 202.13 195.04 14.54

No 1 2 3 4 5 Total Rata2

Terbuka (X2) 15.15 216.31 202.13 195.04 14.54 643.17 128.63

Di= |X1-X2| di= Di- D

di

13.22 184.40 155.07 157.06 7.02 516.76 103.352

-90.13 81.05 51.72 53.71 -96.34

8124.268 6568.318 2674.631 2884.633 9280.671 29532.52

JK=

di2

= 29532,52 SD2= JK/n-1 = 29532,52/4 =7383,13

SD = = 85,925

t hitung = Di Sd =516,76 85,925 = 6,014

t tabel= 2,776 ( =5%)

Kesimpulan : t hitung > t tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa besarnya energy kinetis pada daerah terbuka dan ternaungi berbeda nyata.

V.

PEMBAHASAN

Keadaan iklim menentukan kecenderungan terjadinya erosi yang mencerminkan keadaan pola hujan. Jenis dan pertumbuhan vegetasi serta jenis tanah juga mempengaruhi erosi di daerah tropis (Arsyad, 1989). Menurut Arsyad (1989) hujan merupakan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap erosi di Indonesia, dalam hal ini besarnya curah hujan, intensitas, dan distribusi hujan menentukan kekuatan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan dan kerusakan erosi. Curah hujanadalahsalah satu unsur iklim yang besar perannya terhadap kejadian longsor dan erosi (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002). Air hujan yang menjadi air limpasan permukaan adalah unsur utama penyebab terjadinya erosi. Hujan dengan curahan dan intensitas yang tinggi, misalnya 50 mm dalam waktu singkat (<1 jam), lebih berpotensi menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam waktu yang lebih lama (>1 jam). Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi. Curah hujan tahunan >2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia. Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi, apalagi di wilayah pegunungan yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah. Hasil pengamatan yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai energi kinetik di daerah terbuka lebih besar dari pada daerah yang ternaungi. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata energi kinetik di daerah ternaungi sebesar 33,37 Joule/m2, sedangkan pada daerah terbuka 128,63 Joule/m2. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa vegetasi dapat memperkecil energi kitenik hujan,

sehingga dapat mengurangi erosi. Menurut Arsyad (1989), suatu vegetasipenutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal atau rimba yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi. Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dapat dibagi dalam lima bagian, yakni: (a) intersepsi hujan oleh tajuk tanaman; (b) mengurangi akecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air ;(c) pengaruh akar dan kegiatan-kegiatan biologi dan pengaruhnya terhadap stabilitas struktur dan porositas tanah; dan (e) transpirasi. Alat yang digunakan untuk mengukur energi kinetik pada praktikum kali ini adalah splash-cup. Menurut Van Dijk (2002), splash cup merupakan alat ukur yang digunakan untuk memudahkan dalam menduga perpindahan tanah. Alat ukur ini terbuat dari pipa PVC dengan diameter yang berbeda. Prinsip kerja splash-cup ini adalah dengan mengukurenergi kinetik hujan yang didasarkan atas kehilangan tanah (pasir) yang dari dalam alat. Besarnya energi kinetis dihitung dengan rumus E= A-B/d, dengan E adalah energi kinetik, A adalah berat pasir kering mutlak dengan splash cup sebelum kehujanan, B adalah berat pasir kering mutlak dengan splash cup setelah kehujanan, dan d adalah luas lingkaran splash cup. Media yang digunakan untuk mengisi splash cup adalah pasir. Menurut Arsyad (1989), tanah bertekstur pasir halus juga mempunyai kpasitas infiltrasi cukup tinggi, akan tetapi jika terjadi aliran permukaan maka butir-butir halus mudah terangkut. Hal ini dapat memudahkan dalam pengukuran energi kinetik. Naungan yang digunakan adalah pohon durian. Pohon durian memiliki tajuk yang lebar dan rapat, sehingga mampu menahan energi kinetik hujan.Menurut Arsyad (1989), energi bulir-bulir hujan yang jatuh akan teredam oleh tajuk vegetasi sehingga ketika mencapai di permukaan tanah, kekuatan perusaknya hilang. Semakin rendah tajuk dan semakin rapat tajuk ,maka semakin kecil energi hujan yang sampai dipermukaan tanah. Uji t digunakan untuk membandingkan data berpasangan, data yang digunakan berasal dari penghitungan selisih setiap angka data EK tenaungi dan EK terbuka. Nilai-nilai D yang dihasilkan dari penghitungan selisih tersebut diamati. Jumlah kuadrat (JK) yang diperoleh adalah 29532,52. Simpangan baku (SD)yang diperoleh adalah 85,925. Nilai t hitung yang diperoleh adalah 6,014,

sedangkan t tabel (

5%)adalah 2,776. Kesimpulannya adalah besarnya energi

kinetis pada daerah terbuka lebih besar dari pada daerah teranungi, karena t hitung lebih besar daripada t tabel (6,014> 2,776).

VI.

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 1. Vegetasi dapat memperkecil energi kitenik hujan, sehingga dapat mengurangi erosi 2. Energi kinetik di daerah terbuka lebih besar dari pada daerah yang

ternaungi. 3. Curah hujanadalahsalah satu unsur iklim yang besar perannya terhadap kejadian longsor dan erosi.

B. Saran 1. Sebaiknya praktikum ini dilakukan saat musim hujan. 2. Penempatan Splash cup harus tetap di awasi dan diperhatikan agar tidak terkena gangguan faktor lain.

DAFTAR PUSTAKA

Asdak,

C.,

2002.

HidrologidanPengelolaan

Daerah

Aliran

Sungai.UniversitasGadjahMada Press. Yogyakarta Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB, Bandung Chan, K. Y. dan Mullins, C. E. 1994. Slaking characteristics of some Australian and British soils. Europ. J. Soil Sci. 45:273-283 Foth, H.D., 1995. Dasar-dasarIlmu Tanah.(Fundamentals of Soil Science).Gadjah MadaUnivesity Press.Yogyakarta. Hamilton, L.S. danP.N.King, 1997. Daerah Aliran Sungai HutanTropika (Tropical Forested Watersheds).GadjahMada University Press.Yogyakarta Harsono, 1995. Hand OutErosidanSedimentasi. Program PascaSarjana UniversitasGadjahMada. Yogyakarta Heyne, K. 1987. TumbuhanBerguna Indonesia Jilid IV.BadanLitbangKehutanan (penerj.). Jakarta: YayasanSaranaWana Jaya. Irianto, G., 2006. PengelolaanSumberdayaLahandan Air, StrategiPendekatandan Pendayagunaannya.Papas SinarSinanti.Jakarta Morgan R.P.C., D.D.V. Morgan dan H.J. Finney, 1984. A Predictive Model for The Assessment of Soil Erosion Risk. J. Agric. Engng. Res., 30, 245-253. Suripin., 2004. PelestarianSumberdaya Tanah dan Air .ANDI.Yogyakarta Sutedjo, M. M. dan A. G. Kartasapoetra. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka cipta, Jakarta Sinukaban, N., 2003. BahanKuliahTeknologiPengelolaan DAS. InstitutPertanian Bogor. Bogor. Sukirno, 1995. Hand Out TeknikKonservasi Tanah. Program StudiTeknik Pertanian Program PascaSarjanaUniversitasGadjahMada.Yogyakarta Van Dijk, Albert. 2002. Water and Sediment Dynamics in Bench-terraced Agricultural Steeplands in West Java, Indonesia. Print Partners Ipskamp, Enschede, The Netherlands

You might also like