You are on page 1of 3

ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK

I. TUJUAN Mengetahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan tanaman. Mengetahui tanggapan beberapa macam tanaman terhadap tingkat salinitas yang berbeda.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Salinitas merupakan keadaan terakumulasinya garam-garam terlarut dalam tanah dan menjadi salah satu masalah yang sering dihadapi dalam pertanian di dataran rendah. Tingkat ketahanan tanaman terhadap salinitas berbeda-beda antar variasi akibat perbedaan sifat genesis (Yahya dan Adib, 1992). Pertumbuhan bibit tanaman umumnya tidak merata di tanah yang salinitasnya tinggi dan hanya tanaman yang toleran terhadap salinitas yang dapat bertahan hidup. Indikator salinitas tanah yang lain termasuk akumulasi butiran garam di permukaan tanah dan penampilan tanah kering yang seperti tepung kalau diinjak. Tetapi jika tanah yang salin tersebut telah diolah indikator tersebut tidak akan terlihat (Rahman, 2006). Saat kadar garam tanah melekat dalam masalah pertanian, pada saat area tanah kering dan semi kering, maka digunakan pengairan sebagai peranan penting untuk menambah salinitas tanah. Evaporasi yang tinggi dalam menembus hujan adalah pembatas dan konsentrasi garam di zona akar. Jadi pengairan air sungai penting untuk penambahan garam (Tivy, 1990). Levit (1986) mengajukan lima tingkatan pengaruh salinitas tanah terhadap tanaman, mulai dari tingkatan non-salin hingga tingkat salinitas yang sangat tinggi, seperti disajikan dalam tabel.
SALINITAS Non-salin Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi KONDUKTIVITAS 0-2 2-4 4-8 8-16 >16 PENGARUH TERHADAP TANAMAN Dapat diabaikan Tanaman yang peka terganggu Kebanyakan tanaman terganggu Tanaman yang toleran belum terganggu Hanya beberapa tanaman toleran yang dapat tumbuh

Faktor pembatas bukan hanya sesuatu yang terlalu sedikit saja, namun juga dalam jumlah yang besar. Faktor tersebut mempengaruhi tumbuh kembang suatu organisme,

misalnya panas, sinar matahari, termasuk juga di dalamnya salinitas. Jadi organismeorganisme maksimum dan minimum ekologi dengan kisaran diantaranya yang merupakan batas-batas toleransi. Konsep pengaruh yang membatasi dari keadaan maksimum dan minimum digambarkan ke dalam hukum toleransi oleh V.E.Shelford (Odum, 1973). Kualitas kimia tanah sawah secara umum ditentukan oleh kesalinan dan kealkilan karena keduanya merupakan faktor penghambat bagi pertumbuhan tanaman. Kesalinan diakibatkan oleh garam-garam yang terlarut dalam air tanah dan kondisi ini biasanya terdapat di daerah-daerah perswahan pasang surut yang dipengaruhi air laut (Lahuddin, 2005).

III. METODOLOGI Praktikum Dasar-Dasar Ekologi Salinitas sebagai Faktor Pembatas Abiotik ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 19 April 2010 di Laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan-bahan yang digunakan antara lain: 3 macam benih tanaman yaitu padi (Oryza sativa), kedelai (Glycine max), dan mentimun (Cucumis sativus), polybag, NaCl teknis, pupuk kandang, dan kertas tabel. Sedangkan alat yang digunakan antara lain: timbangan analitik, gelas ukur, erlenmeyer, alat pengaduk, peralatan tanam, dan penggaris. Praktikum ini diawali dengan disiapkan polybag yang diisi dengan tanah sebanyak 3 kg. Apabila didalam tanah terdapat kerikil, sisa-sisa akar tanaman lain dan kotoran harus dihilangkan terlebih dahulu agar tanaman tidak terganggu di dalam proses pertumbuhannya. Kemudian dipilih biji yang sehat dari jenis tanaman yang akan diperlakukan, selanjutnya ditanam 5 biji atau lebih ke dalam masing-masing polybag. Hal ini dilakukan agar nantinya dapat dipilih tanaman paling sehat yang akan digunakan dalam pengamatan. Penyiraman pada tanaman tersebut dilakukan setiap hari dengan air biasa. Penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Setelah satu minggu bibit dijarangkan menjadi 2 tanaman per polybag, dimana dipilih bibit yang sehat dan seragam. Lalu dibuat larutan NaCl dengan konsentrasi 2000 ppm dan konsentrasi 4000 ppm. Sebagai pembanding atau kontrol digunakan air aquades. Masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Masing-masing konsentrasi larutan tersebut dituang pada tiap-tiap polybag sampai kapasitas lapang. Volume masing-masing larutan untuk tiap-tiap polybag harus sama. Tiap polybag diberi label sesuai perlakuan dan ulangannya agar tidak tertukar dengan perlakuan lain. Larutan garam diberikan setiap 2 hari sekali dan selang hari diantaranya tetap dilakukan penyiraman dengan air biasa dengan volume yang sama. Percobaan dilakukan sampai tanaman berumur 21 hari, kemudian dilakukan pemanenan. Akar diusahakan jangan sampai rusak atau terpotong. Pengamatan

tinggi tanaman dilakukan tiap 2 hari sekali sampai hari ke-21. Pada akhir pengamatan dilakukan pengamatan pada panjang akar, berat segar, dan berat kering tanaman, kemudian diamati juga abnormalitas tanaman misalnya klorosis pada daun. Dari seluruh data yang terkumpul, dihitung rerata 3 ulangan pada tiap perlakuan. Selanjutnya dibuat grafik tinggi tanaman pada masing-masing konsentrasi garam vs hari pengamatan dan grafik panjang akar pada masing-masing konsentrasi garam vs hari pengamatan untuk masing-masing tanaman.

DAFTAR PUSTAKA Lahuddin. 2005. Pengaruh jenis tanaman, pemupukan, dan NaHCO3 pada tanah tergenang terhadap sifat kimia tanah dan pertumbuhan tanaman padi sawah. Jurnal Pertanian 24: 13-22. Levit. 1986. Response of Plant to Environment Stresses II. Academic Press, New York. Odum, E. P. 1973. Fundamental of Ecology <http://www.biologie_uni_hamburg.de> Diakses tanggal 24 April 2010. Rachman, Achmad. 2006. Dampak tsunami terhadap sifat-sifat tanah pertanian di Aceh. Jurnal Litbang 3 : 29-31. Tivy, J. 1990. Agriculture Ecology. Lengman Scientific and Technical, New York. Yahya, S dan M. Adib. 1992. Uji toleransi terhadap salinitas bibit beberapa varietas kakao. Buletin Agronomi 3 : 35-44.

You might also like