You are on page 1of 6

Tugas Blok Kegawatdaruratan Amblyopia

Disusun Oleh : Anjari Agnesia Wibowo 0908113646

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU 2012

Amblyopia

Pengertian Ambliopia adalah suatu keadaan mata dimana tajam penglihatan tidak mencapai optimal sesuai dengan usia dan intelegensinya walaupun sudahdikoreksi kelainan refraksinya.Ambliopia berasal dari bahasa Yunani yaitu amblyos (tumpul) dan opia (penglihatan). Dikenal juga dengan lazy eye ataumata malas. Amblyopia merupakan suatu keadaan dimana pemeriksa tidak melihat apa apa dan terkadang pasien hanya dapat melihat sangat sedikit

Epidemiologi Ambliopia adalah suatu masalah kesehatan masyarakat yang penting olehkarena menyebabkan penderitaan seumur hidup. Usaha-usaha untuk mengatasinyamemerlukan biaya yang besar, kedisiplinan yang tinggi dari dokter dan pasiennya, juga waktu yang lama. Prevalensi ambliopia di Amerika Serikat sulit untuk ditaksir dan berbeda pada tiap literatur, berkisar antara 1 3,5 % pada anak yangsehat sampai 4 5,3 % pada anak dengan problema mata. Hampir seluruh datamengatakan sekitar 2 % dari keseluruhan populasi menderita ambliopia. DiCina, menurut data bulan Desember tahun 2005, sekitar 3 5 % atau 9 hingga 5 juta anak menderita ambliopia. Di Indonesia , suatu penelitian dengan sampel Murid-murid kelas 1 SD dikotamadya bandung, menunjukkan angka prevalensi Ambliopia berkisar 1,56 %. Pada sebuah penelitian di Yogyakarta , didapatkan bahwa insidensi Ambliopia pada anak di kawasan perkotaan adalah sebesar 0,25% sedangkan di pedesaaansebesar 0,20%. Tidak ada perbedaan insidensi berdasarkan jenis kelamin dan ras. Usiaterjadinya ambliopia yaitu pada periode kritis dari perkembangan mata. Resikomeningkat pada anak yang perkembangannya terlambat, prematur dan / ataudijumpai adanya riwayat keluarga ambliopia

Patofisiologi Pada ambliopia didapati adanya kerusakan penglihatan sentral, sedangkan daerah penglihatan perifer dapat dikatakan masih tetap normal. Secara umum, periode kritis untuk ambliopia deprivasi terjadi lebih cepatdibanding strabismus maupun anisometropia. Lebih lanjut, waktu yangdibutuhkan untuk terjadinya ambliopia ketika periode kritis lebih singkat

pada rangsang deprivasi dibandingkan strabismus ataupun anisompetropia. Periodekritis tersebut adalah : 1. Perkembangan tajam penglihatan dari 20/200 (6/60) hinga 20/20 (6/6), yaitu pada saat lahir sampai usia 3 5 tahun. 2. Periode yang beresiko (sangat) tinggi untuk terjadinya ambliopia deprivasi,yaitu di usia beberapa bulan hingga usia 7 8 tahun. 3. Periode dimana kesembuhan ambliopia masih dapat dicapai, yaitu sejak terjadinya deprivasi sampai usia remaja atau bahkan terkadang usia dewasa.

Walaupun mekanisme neurofisiologi penyebab ambliopia masih sangat belum jelas, studi eksperimental modifikasi pengalaman dalam melihat pada binatang dan percobaan laboratorium pada manusia dengan ambliopia telahmemberi beberapa masukan, pada binatang percobaan menunjukkan gangguansistem penglihatan fungsi neuron yang dalam/besar yang diakibatkan pengalamanmelihat abnormal dini. Sel pada korteks visual primer dapat kehilangankemampuan dalam menanggapi rangsangan pada satu atau kedua mata, dan selyang masih responsif fungsinya akhirnya dapat menurun. Kelainan juga terjadi pada neuron badan genikulatum lateral. Keterlibatan retina masih belum dapat disimpulkan.

Klasifikasi Ambliopia dibagi kedalam beberapa bagian sesuai dengan gangguan/kelainan yang menjadi penyebabnya : 1. 2. 3. 4. 5. Amblyopia Strabismik Fiksasi Eksentrik Ambliopia Anisometropik Ambliopia Isometropik Ambliopia Deprivasi

Diagnosis 1. Anamnesis Bila menemui pasien ambliopia, ada 4 pertanyaan penting yang harus kitatanyakan dan harus dijawab dengan lengkap, yaitu : Kapan pertama kali dijumpai kelainan amblyogenik ? (seperti strabismus, anisometropia, dll)

Kapan penatalaksanaan pertama kali dilakukan ? Terdiri dari apa saja penatalaksanaan itu ? Bagaimana kedisiplinan pasien terhadap penatalaksanaan itu?

Sebagai tambahan, penting juga ditanyakan riwayat keluarga yangmenderita strabismus atau kelainan mata lainnya, karena hal tersebut merupakan predisposisi seorang anak menderita ambliopia. Strabismus dijumpai sekitar 4% dari keseluruhan populasi. Frekuensi strabismus yang diwariskan berkisar antara 22% - 66%. Frekuensi esotropia diantara saudara sekandung, dimana padaorang tua tidak dijumpai kelainan tersebut, adalah 15%. Jika salah satu orangtuanya esotropia, frekuensi meningkat hingga 40%. ( Informasi ini tidak mempengaruhi prognosis, tapi penting untuk keturunannya).

2. Pemeriksaan Penunjang Tajam Penglihatan Penderita ambliopia kurang mampu untuk membaca bentuk / huruf yang rapat dan mengenali pola apa yang dibentuk oleh gambar atau huruf tersebut. Terkadang mata ambliopia dengan tajam penglihatan 20/20 (6/6) padahuruf isolasi dapat turun hingga 20/100 (6/30) bila ada interaksi bentuk (countour interaction). Oleh karena itu, amblyopia belum dikatakansembuh hingga tajam penglihatan linear kembali normal. Neutral Density Filter Test Tes ini digunakan untuk membedakan ambliopia fungsional dan organik.Filter densitas netral (Kodak No.96, ND 2.00 dan 0,50) dengan densitas yang cukup untuk menurunkan tajam penglihatan mata normal dari 20/20 (6/6) menjadi 20/40 (6/12) ditempatkan di depan mata yang ambliopik. Bila pasien menderita ambliopia, tajam penglihatan dengan NDF tetap sama dengan visus semula atau sedikit membaik. Menentukan Sifat Fiksasi Pada pasien ambliopia, sifat fiksasi haruslah ditentukan. Penglihatan sentral terletak pada foveal; pada fiksasi eksentrik, yang digunakan untuk melihat adalah daerah retina parafoveal. Hal ini sering dijumpai pada pasien dengan strabismik ambliopia daripada anisometropik ambliopia. Fiksasi eksentrik ditandai dengan tajam penglihatan 20/200 (6/60) atau lebih buruk lagi. Tidak cukup kiranya

menentukan sifat fiksasi hanya pada posisi refleks cahaya korneal. Fiksasi didiagnosis dengan menggunakan visuskop dan dapat didokumentasi dengan kamera fundus Zeiss. Tes lain dapat dengan tes tutup alternat untuk fiksasi eksentrik bilateral Visuskop Visuskop adalah oftalmoskop yang telah dimodifikasi yang memproyeksikan target fiksasi ke fundus. Mata yang tidak diuji ditutup. Pemeriksa

memproyeksikan target fiksasi ke dekat makula, dan pasien mengarahkan pandangannya ke tanda bintik hitam (asterisk). Penatalaksanaan Ambliopia, pada kebanyakan kasus, dapat ditatalaksana dengan efektif selama satu dekade pertama. Lebih cepat tindakan terapeutik dilakukan, maka akan semakin besar pula peluang keberhasilannya. Bila pada awal terapi sudah berhasil, hal ini tidak menjamin penglihatan optimal akan tetap bertahan. Maka para klinisi harus tetap waspada dan bersiap untuk melanjutkan penatalaksanaan hingga penglihatan matang (sekitar umur 10 tahun). Penatalaksanaan ambliopia meliputi langkah langkah berikut : 1. Menghilangkan (bila mungkin) semua penghalang penglihatan seperti katarak 2. Koreksi kelainan refraksi 3. Paksakan penggunaan mata yang lebih lemah dengan membatasi penggunaan mata yang lebih baik

Komplikasi Penatalaksanaan Semua bentuk penatalaksanaan ambliopia memungkinkan untuk terjadinya ambliopia pada mata yang baik. Oklusi full-time adalah yang paling beresiko tinggi dan harus dipantau dengan ketat, terutama pada anak balita. Follow-up pertama setelah pemberian oklusi dilakukan setelah 1 minggu pada bayi dan 1minggu per tahun usia pada anak (misalnya : 4 minggu untuk anak usia 4 tahun). Oklusi part-time dan degradasi optikal, observasinya tidak perlu sesering oklusi fulltime, tapi follow-up reguler tetap penting. Hasil akhir terapi ambliopia unilateral adalah terbentuknya kembali fiksasialternat, tajam penglihatan dengan Snellen linear tidak berbeda lebih dari satu baris antara kedua mata. Waktu yang diperlukan untuk lamanya terapi tergantung pada hal berikut : 1. Derajat ambliopia

2. Pilihan terapeutik yang digunakan 3. Kepatuhan pasien terhadap terapi yang dipilih 4. Usia pasienSemakin berat ambliopia, dan usia lebih tua membutuhkan penatalaksanaanyang lebih lama.

Oklusi full-time pada bayi dan balita dapat memberi perbaikan ambliopia strabismik berat dalam 1 minggu atau kurang. Sebaliknya, anak yang lebih berumur yang memakai penutup hanya seusai sekolah dan pada akhir minggu saja, membutuhkan waktu 1 tahun atau lebih untuk dapat berhasil

Prognosis Setelah 1 tahun, sekitar 73% pasien menunjukkan keberhasilan setelahterapi oklusi pertama. Bila penatalaksanaan dimulai sebelum usia 5 tahun, visusnormal dapat tercapai. Hal ini semakin berkurang seiring dengan pertambaha nusia. Hanya kesembuhan parsial yang dapat dicapai bila usia lebih dari 10 tahun. Faktor resiko gagalnya penatalaksanaan ambliopia adalah sebagai berikut : Jenis Ambliopia Pasien dengan anisometropia tinggi dan pasien dengan kelainan organik, prognosisnya paling buruk. Pasien dengan ambliopia strabismik prognosisnya paling baik. Usia dimana penatalaksanaan dimulai Semakin muda pasien maka prognosissemakin baik. Dalamnya ambliopia pada saat terapi dimulai Semakin bagus tajam penglihatan awal pada mata ambliopia, maka prognosisnya juga semakin baik

You might also like