You are on page 1of 3

Abad ke-19

Ahli epidemiologi klinis kedua yang diakui adalah Pierre Charles Alexandre Louis
(1787-1872). Louis adalah seorang dokter Prancis yang dikenal melalui penelitian nya tentang
tuberkulosis, demam tifoid, dan penggunaan bloodletting untuk pengobatan pneumonia. Dia
adalah orang pertama yang mengumpulkan data dari kelompok pasien untuk mendapatkan
informasi tentang penyakit. Dia menggunakan informasi ini untuk menggambarkan sejarah dan
presentasi klinis suatu penyakit. Dia menemukan bahwa bloodletting adalah pengobatan yang
umum saat itu tidak aktif melawan pneumonia dan demam.
William Farr (1807-1883) mendirikan sebuah sistem nasional untuk merekam penyebab
kematian di Inggris. Sistem klasifikasi standar ini adalah awal dari penyakit dan katalogisasi
kematian, yang hari ini dilakukan oleh International Classification of Diseases and Related
Condition. Farr dilibatkan pada modern sensus pertama, yang digunakan untuk mengumpulkan
informasi spesifik tentang penyakit dan kondisi (kebutaan dan tuli), dan dia juga menemukan
standardized mortality rate yang merupakan ukuran jumlah kematian dalam populasi per unit
waktu: misalnya jumlah kematian per 1.000 individu per tahun.
John Snow (1813-1858) memberikan kontribusi terbesar pada epidemiologi selama abad
kesembilan belas. Snow menggunakan prinsip epidemiologi untuk mempelajari wabah kolera di
London pada tahun 1850an. Dia menunjukkan bukti ilmiah dapat digunakan untuk mendukung
teori, hipotesis, dan penyelidikan analitis. Dia mengidentifikasi sumber agen infeksius, yaitu air
yang terkontaminasi dan bagaimana wabah kolera mulai menyebar ke seluruh London. Karyanya
telah digambarkan sebagai penggunaan epidemiologi deskriptif dan kuantitatif yang brilliant.

Abad ke-20
Seiring abad kedua puluh dimulai, epidemiologi dilibatkan dengan infeksi dan penyakit
menular. Pada tahun 1900 penyebab utama kematian adalah pneumonia dan influenza, diikuti
oleh tuberkulosis. Penyebab utama kematian lainnya pada tahun 1900 adalah diare, penyakit
jantung, dan nefritis. Seiring perkembangan abad ke-20, penyakit kronis menjadi lebih terasa
sebagai penyebab kematian. Pada tahun 1930 penyakit jantung menjadi penyebab utama
kematian, seperti sekarang ini. Munculnya penyakit kronis sebagai perhatian kesehatan yang
utama berlanjut sampai tahun 1940an dan 1950-an, dengan penyakit menular menjadi kurang
perhatian. Perbedaan antara tingkat kematian penyakit kronis dan menular semakin meluas
sepanjang abad ke-20. Menjelang akhir abad ke-20, satu-satunya penyakit menular yang tersisa
di sepuluh besar penyebab utama kematian adalah pneumonia dan influenza.
Dengan beralihnya dampak penyakit dari penyakit menular ke penyakit kronis,
epidemiologi terus berkembang dengan fokus pada penyakit dan kondisi individual. Cara baru
untuk mempelajari penyakit dikembangkan, dimulai pada tahun 1930an. Epidemiologi mulai
mempelajari penggunaan tembakau dan efeknya terhadap kesehatan jangka panjang. Pada tahun
1960, ahli bedah umum pertama kali melaporkan hubungan antara merokok dan kematian akibat
penyakit arteri koroner. Laporan itu tidak mengidentifikasi hubungan kausal, tapi itu menyatakan
sebuah asosiasi antara merokok dan banyak penyakit kardiovaskular. Rumah Sakit berbasis
studi kohort tentang merokok dimulai pada tahun 1950. Studi kohort mengikuti kelompok orang
yang sama melalui periode waktu tertentu. Studi kohort yang terkenal termasuk Framingham
Heart Study dan Bogalusa Heart Study. Penelitian Framingham dan Bogalusa dipresentasikan
kemudian pada bab ini.

Abad ke-21
Pada abad kedua puluh satu, epidemiologi memperluas fokusnya pada status kesehatan,
kualitas hidup terkait kesehatan, dan beban penyakit. Selain itu, kejadian 11 September 2001,
mengakibatkan epidemiologi mendapatkan peran dalam kesiapsiagaan bioterorisme dan
pengelolaan layanan perawatan kesehatan. Fokus epidemiologi pada penyakit infeksi dan
menular menjadi lebih menonjol (seperti pada awal abad ke-20) karena munculnya penyakit
menular dengan jumlah yang signifikan (termasuk AIDS, flu burung, SARS, dan flu H1N1).
Diharapkan fokus ini akan berkurang dalam beberapa tahun ke depan dan penyakit kronis dan
tidak menular akan berada di garis depan epidemiologi dan kesehatan masyarakat pada masa
mendatang.

Penggunaan Epidemiologi
Sejak awal, epidemiologi telah mencari cara untuk menggambarkan kesehatan dan
penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Selama
perkembangannya, epidemiologi berevolusi menjadi ilmu yang pernah hanya mengamati
kesehatan dan penyakit yang juga menggunakan metode eksperimen. Epidemiologi saat ini telah
berkembang termasuk studi tentang luka, penyakit kronis dan menular, lingkungan dan kondisi
pekerjaan yang sehat, dan bioterorisme.
Dalam evolusinya, epidemiologi telah dikaitkan dengan pengobatan. Asosiasi medis ini
telah dilihat sebagai epidemiologi yang membantu hal-hal berikut:
1. menentukkan etiologi atau faktor-faktor penyebab suatu penyakit;
2. menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi sebaliknya;
3. menggambarkan distribusi suatu penyakit pada suatu komunitas;
4. memprediksi kejadian penyakit, dampak, dan pendistribusian nya di masyarakat;
5. memperkirakan kesempatan seseorang ……
6. mengevaluasi pencegahan, terapi dan aktivitas intervensi;
7. mengukur efikasi…..
8. mempelajari tren sejarah penyakit;
9. mengidentifikasi sindrom-sindrom penyakit;
10. merencanakan kebutuhan perawatan kesehatan saat ini;
11. memprediksi kebutuhan perawatan kesehatan di masa mendatang.

You might also like