Professional Documents
Culture Documents
Group 2
Albert Koto
Ahmad Syihan Auzani
A Harvey Hutama
Daniel Alfonso
Ardiles
Ade Gratia
STAINLESS STEEL
Properties
Corrosion resistance
Fire and heat resistance
Hygiene
Aesthetic appearance
Strength-to-weight
advantage
Ease of fabrication
Impact resistance
Long
term
value
Higher
corrosion
resistance
Higher cryogenic
toughness
Lower magnetic
response (austenitic
only)
Electrical Resistivity
Thermal
Conductivity
About 40 to 50 percent
that of plain-carbon
steel
Melting
Temperature
Plain-carbon:1480-1540
C
High Strength
Surface Preparation
Spot Spacing
Microstructures
Austenitic
Ferritic
Martensitic
Precipitationhardening
martensitic
Duplex
Alloying Elements
Chromium :Forms a
passive film with oxygen
that prevent the further
diffusion of oxygen into the
surface.Composition needs
to contain at least 10.5% to
be a stainless steel.
Nickel :Increases ductility
and toughness. Increase
corrosion resistance to
acids. Additon creates nonmagnetic structure.
Molybdenum :Increases
pitting and crevice corrosin
resistance. Increase
resistance to chlorides.
Copper :Increase corrosion
resistance to sulfuric acid.
Manganese :Substitute for
nickel (200 series).
Titinium/Niobium : Ties up
carbon and prevents intergranular corrosion in welded
zone of ferritic grades.
Nitrogen :Increase strength
and corrosion resistance in
austenitic and duplex
grades.
Silicon :Improves
resistance to high
temperature scaling.
SulfurUsually kept low
excet for "free-machining"
grades.
Carbon : Usually kept low.
Used in martensitic grades
to increase strength and
hardness.
austenitic chromiumnickel-manganese
alloys
200 Series
austenitic chromiumnickel-manganese
alloys
300 Series
austenitic chromiumnickel alloys
400 Seriesferritic
and martensitic
chromium alloys
500 Seriesheat-
resisting chromium
alloys
600 Series
martensitic
precipitation
hardening alloys
Type 2205 the most
widely used duplex
(ferritic/austenitic)
stainless steel grade
(excellent corrosion
resistance and high
strength)
Specification
303
: free machining untuk penggunaan operasi mesin otomatis serta tahan terhadap
korosi.
304 : paling sering digunakan karena memberikan sifat anti terhadap korosi yang
tinggi dan dapat mudah dilas.
309 : digunakan pada aplikasi pada temperatur tinggi, high scale resistance, dan tahan
terhadap korosi melebihi 304, serta tahan korosi saat dilas.
316 : tahan korosi lebih tinggi dari 304 pada temperatur yang ditingkatkan. Seringkali
digunakan sebagai pompa, katup dan aplikasi kimia yang berkatian langsung
dengan bahan kimia.
409 : stainless steel parling murah dan seringkali digunakan pada bidang otomotif di
sistem exhaust.
410 : heat-treatble dan sering digunakan karena ketahanan terhadap korosi yang tinggi.
416 : free machining yang bervariasi dan resistansi terhadap korosi yang baik.
430 : non-hardenable kromium stainless steel yang paling populer. Mengkombinasikan
antara tahan korosi dan tahan panas yang baik untuk aplikasi mekanikal.
Available Dimension
Square bar
3mm - 1inch
Available Dimension
Channel Bar
Available Dimension
Rectangular Tube
Available Dimension
Available Dimension
Process flow
Sumber: http://www.azom.com/article.aspx?ArticleID=1141
Magnetic Response
Nitric Acid Reaction
Molybdenum Spot Test (Mo)
Sulphur Spot Test (S)
Destructive test :
- vickers
- Metalografi
- X-Ray
Test
Method
Precautions
Magnetic Response
Sumber: http://www.azom.com/article.aspx?ArticleID=1234
Test
Method
Precautions
(Mo)
Destructive test
1) Pengujian kekerasan vickers
Seluruh spesimen dibersihkan dengan kertas gosok grid 120 untuk mengantisipasi
adanya oli atau pengotor lain yang menempel pada permukaan spesimen selama
heat treatment. Dilakukan uji kekerasan dari masing-masing spesimen dengan heat
treatment pada temperatur 10500 C dan 10750 C yang sudah disiapkan dengan
metode Vikers. Spesimen ditekan dengan indentor yang diberi gaya tekan tertentu.
Indentor dalam pengujian kekerasan menggunakan metode Vickers yaitu indentor
intan berbentuk piramida dengan sudut puncak 136. Beban yang digunakan adalah
10 kpounds dengan temperatur pengujian 27C. Dalam pengujian ini digunakan 5 titik
indentasi untuk mengukur kekerasan pada permukaan spesimen.
2) Pengujian Metalograf
Pengujian metalografi dilakukan untukmengetahui struktur mikro yang terdapat pada
specimen, dimana hasil dari pengujian metalografi ini digunakan untuk mendukung
hasil pengujian kekerasan vickers. Sedangkan untuk pengujian mikro diamati dibawah
mikroskop dengan pembesaran dari 100x hingga 1000x. Daerah yang diamati adalah
bagian permukaan masing-masing spesimen. Kemudian dilakukan pengambilan foto
metalografi dengan mikroskop optik.
Application
References