You are on page 1of 25

ALZHEIMER

ERZARINI KURNIATI (1648201131)


PUTRIANTI (1648201140)
Definisi

Alzheimer merupakan suatu jenis penyakit yang


mengganggu otak secara progresif dan tidak dapat kembali
lagi, yang dicirikan dengan kemerosotan otak secara
perlahan mulai dari ingatan, fungsi penalaran bahasa dan
fungsi fisik.

Mekanisme patofisiologis yang mendasari AD tidak


sepenuhnya diketahui, dan tidak ada pengobatan
yang dapat menyembuhkannya. Meskipun obat dapat
mengurangi gejala AD untuk sementara waktu, penyakit ini
akhirnya berakibat fatal. AD sangat mempengaruhi
keluarga serta pasien. Kebutuhan untuk meningkatkan
pengawasan dan bantuan meningkat sampai tahap akhir
dari penyakit, ketika pasien AD menjadi sangat tergantung
pada anggota keluarga, pasangan, atau pengasuh lainnya
untuk semua kebutuhan dasar mereka.
Etiologi

Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa


alternatif penyebab yang telah dihipotesa adalah
intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi
virus, polusi udara/industri, trauma, neurotransmiter,
defisit formasi sel-sel filament, presdiposisi heriditer.
Dasar kelainan patologi penyakit alzheimer terdiri dari
degenerasi neuronal, kematian daerah spesifik jaringan
otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kognitif
dengan penurunan daya ingat secara progresif. Faktor
resiko : usia, riwayat keluarga, dan abnormalitas pada gen
ApolipoproteinE (ApoE) terutama pada ras Kaukasian
Patogenesis
lanjutan

di otaknya juga dijumpai lesi yang disebut senile


(amyloid) plaques dan neurofibrillary tangles, yang
terpusat pada daerah yang sama di mana terjadi defisit
kolinergik plak tsb berisi deposit protein yang disebut
-amyloid
Amyloid = istilah umum untuk fragment protein yang
diproduksi tubuh secara normal.
Beta-amyloid = fragment protein yang terpotong dari
suatu protein yang disebut amyloid precursor protein
(APP), yang dikatalisis oleh -secretase
Pada otak orang sehat, fragmen protein ini akan
terdegradasi dan tereliminasi.
lanjutan

-amyloid sendiri juga dijumpai pada geriatri yang


normal, tetapi tidak terkonsentrasi pada cortex atau
sistem limbik
Pada pasien Alzheimer, fragmen ini terakumulasi
membentuk plak yang keras dan tidak larut
-amyloid membentuk plak karena berikatan
dengan suatu protein yang disebut apolipoprotein E4
(ApoE4) menjadi insoluble
Karena itu, ApoE4 terlibat dalam patofisiologi
Alzheimer disease
Patofisiologi

Pasien AD umumnya mengalami atrofi kortikal dan


berkurangnya neuron secara signifikan, terutama saraf
kolinergik. Kerusakan saraf kolinergik terjadi terutama
pada daerah limbik otak (yang terlibat dalam emosi) dan
korteks ( yang terlibat dalam memori dan pusat pikiran
atau advanced reasoning center). Selain itu juga terjadi
penurunan jumlah enzim kolin asetiltransferase di
korteks serebral dan hippocampus, dimana enzim kolin
asetiltransferase tersebut berfungsi untuk mensintesis
asetilkolin. Sehingga apabila konsentrasi enzim tersebut
menurun maka akan berakibat pada penurunan sintesis
asetilkolin di otak.
Diagnosis

Ada beberapa kriteria untuk menyatakan diagnosis


Alzheimer : dementia rating scale, test lab, test
neuropsikologi, dll.
Setelah itu, stage penyakit dan perkembangannya
dapat diukur menggunakan GDS (Global
Deterioration Scale), atau Mini-Mental State
Examination, dll.
Gejala

KOGNITIF NON-KOGNITIF
Kehilangan memori (susah mengingat, kehilangan
Depresi
barang)
Disphasia (aphasia) Gejala psikotik (halusinasi, dan delusi)

Gangguan perilaku (secara fisik dan perkataan


yang kasar, hiperaktif, tidak bisa bekerjasama,
Dispraxia (apraxia)
berjalan kesana-sini, melakukan hal yang diulang-
ulang, dan bersemangat)

Disorientation: waktu, tempat, tidak


mengenal keluarga, teman, diri sendiri

Gangguan dalam mengambil keputusan dan


penyelesaian masalah
Tujuan Terapi

Tujuan utama dari pengobatan Alzheimer adalah


untuk mempertahankan fungsi kognitif pasien
selama mungkin .
Tujuan sekunder adalah untuk mengobati kejiwaan
dan perilaku gejala sisa yang terjadi sebagai akibat
dari penyakit
Sasaran Terapi

Memperbaiki fungsi fungsi normal pasien


Mencegah perkembangan penyakit
Mencegah gangguan / kelakuan yang tidak
diinginkan
Strategi Terapi

Non farmakologi Farmakologi


Terapi non- Terapi untuk
farmakologi mengatasi gejala
melibatkan pasien, penurunan kognisi
keluarga, atau atau menunda
pengasuh khusus progresivitas penyakit
untuk mensupport, dan terapi
menghadapi dan simptomatik
memahami kondisi
pasien
Terapi Non Farmakologi

Terapi non farmakologi melibatkan pasien, keluarga, atau pengasuh


untuk mensupport, menghadapi dan memahami kondisi pasien. Hidup
pasien dengan penyakit Alzheimer harus menjadi semakin lebih sederhana,
terstruktur, dan keluarga pasien perlu dipersiapkan untuk menghadapi
perubahan dalam kehidupan yang akan terjadi sepanjang penyakit menjadi
lebih parah.

Melatih fungsi otak dan senam otak, olahraga fisik dan pengaturan
pola / menu makanan sehat sangat dianjurkan untuk menghindari
munculnya penyakit Alzheimer.

Terapi secara non farmakologi dilakukan untuk mengurangi gangguan


sikap (behavioral problems) dan ketidaksesuaian mood (mood disorders)
pada penderita Alzheimer.

Terapi non farmakologi melibatkan pasien, keluarga, atau pengasuh khusus


untuk mendukung, menghadapi, dan memahami kondisi pasien. Terapi non
farmakologi yang bisa dilakukan yaitu diet mediterania (makan buah, sayur,
daging), supportif, konseling keluarga, mendengarkan musik klasik,
membuat catatan kecil untuk optimalkan daya ingat, senam lidah dll.
Terapi Farmakologi
KASUS
Ibu Livingstone telah tinggal sendiri selama beberapa tahun terakhir,memasak sendiri dan merawat dirinya sendiri.
Putrinya, Judy, yang tinggal di kota lain, memanggil Mrs. Livingstone setiap minggu meskipun dia belum pernah
bertemu ibunya selama sekitar 6 bulan.
Selama penggilan terakhir, Judy menjadi prihatin. Ibunya tampak terganggu, sering menyela ditanya apa yang
membuatnya khawatir, Mrs. Livingstone berkata, Saya tidak tahu. Dia berulang kali mengajukan pertanyaan yang
sama.
Karena khawatir, Juny pergi ke rumah ibunya enam jam lagi. Ketika dia tiba, Judy terkejut melihat betapa kurusnya
ibunya. Ada sedikit di rumah untuk dimakan kecuali pudding tapioka, gelatin, dan saus apel. Judy dapat mengetahui
bahwa Mrs. Livingstone telah mematahkan gigi tirinya dan mengalami kesulitan mengunyah. Turgor kulitnya lamban.
Ibu Livingstone mengatakan pembuat kopi dan TV tidak bekerja. Anak perempuan itu menggunakan keduanya dan
mendapati mereka bekerja. Ibu Livingstone sering memulai tugas tetapi tidak menyelesaikannya, dia seperti lupa yang
sedang dilakukannya. Sering tidak bias memikirkan kata-kata, seperti nama meja rias di kamar tidurnya.
Saat malam mendekati Mrs. Livingstone mejadi lebih gelisah dan tidak bias tidur. Dia bilang dia harus melihat
tentang anak-anak.
Judy membawa ibunya kerumah bersama keesokan harinya dan segera membuat janji dengan dokter keluarganya untuk
mengevaluasi kondisi Mrs. Livingstone.
Selama pemeriksaan, Ibu Livingstone tidak dapat memusatkan perhatian pada pertanyaan dan intruksi perawat. Dia
tahu identitas dirinya sendiri, tidak yakin dengan lokasi pastinya dan tidak tahu tanggal sekarang. Dia menjadi tampak
gelisah dengan pertanyaan dan mengatakan bahwa dia tidak ingin menjawab atau mengatakan Saya tidak tahu, saya
tahu tapi saya tidak akan menjawabnya. (Mungkin karena dia tidak dapat menjawabnya).
Ibu Livingstone mengira dokter itu adalah anak dari salah satu temannya dari rumah dan beberapa kali bertanya
kepadanya tentang ibunya. Dia mengeluh kelelahan dan keputihan epigastrik. Berat badannya 20 pon di bawah berat
badan ideal dan dia pucat. Tes laboratorium menunjukkan anemia defisiensi zat besi, albumin rendah, dan dehidrasi.
- Riwayat Evaluasi Masalah pada Kasus Mrs. Livingstone

- Sering menyela pembicaraan dan berulang kali mengatakan bahwa dia sangat khawatir
ketika ditanya tidak tahu dan berulang kali mengajukan pernyatan yang sama.
- Mematahkan gigi tirinya dan sulit mengunyah, turgor kulitnya lamban.

- Dia mengatakan pembuat kopi dan TV tidak bekerja padahal bekerja, tidak dapat
menyelesaikan tugas, lupa dengan yang dilakukan, tidak bisa memikirkan kata-kata seperti
nama meja rias di kamar tidurnya.
- Sering gelisah, tidak bisa tidur, dan ngawur,

- Tidak dapat memusatkan perhatian.

- Tidak tahu hal-hal yang seharusnya diketahui seperti tidak yakin dengan lokasinya dan tidak
tahu tanggal.
- Mengeluh kelelahan, keputihan epigastrik, berat badan 20 pon dibawah berat badan ideal, dan
wajah pucat.
- Tes laboratorium menunjukkan anemia defisiensi zat besi, albumin rendah, dan dehdrasi.
Pengobatan

Pengobatan alzheimer biasanya dengan donepezil /


rivastigmin, antioksidan, antidepresan.
Vit E hanya digunakan sebagai terapi adjuvan saja
bersamaan dengan terapi utama.
Lini pertama pengobatan alzheimer yaitu donepezil dengan
dosis 5mg/hari.
Pada tahap tertentu, penderita sering disertai gejala
depresi, seperti gelisah, pelupa, dan insomnia =
antidepresan (SSRI,TCA)
lanjutan

Insomnia = perlu hipnotik, atau antidepresan yang


bersifat sedatif
Delusion = curiga, menduga-duga yang salah,
paranoid = antipsikotik (dicari yang paling kurang
efek sampingnya) = atipikal (klozapin, quetiapin,
risperidon)
Alternatif terapi antioksidan lain selain vitamin E
yaitu terapi antioksidan lain dapat digunakan ekstrak
ginko biloba.
Dari tahapan penurunan kognitif menurut GDS, Mrs. Livingstone termasuk dalam
penurunan kognitif sampai level moderate (stage 5)
PENYAKIT SO OBAT DRP
Alzheimer Pasien sering lupa Donepezil Donepezil spesifik dan reversibel
menghambat Asetilkolinesterase sehingga
tahap moderat dapat meningkatkan kadar asetilkolin di
disertai otak . Terapi ini digunakan untuk
mengatasi gejala gangguan kognitif ,
gangguan anxietiv dan menunda progesivitas dari
penyakit.
kognitif Dipantau pemakaiannya, pada dosis 5
mg/hari selama 4 minggu pertama. Jika
tidak berespon baik ditingkatkan menjadi
10 mg/hari. Jika pasien tidak responsiv
maka dignti rivastigmin.

Vitamin E Antioksidan meningkatkan fungsi kognitif.


dosis 1000 Maka Vitamin E mendukung kerja dari
IU/Hari Donepezil dan menghambat
perkembangan penyakit alzheimer

Depresi Pasien sering Fluoksetin Bekerja sebagai antidepresan golongan


SSRI dengan mekanisme kerja
gelisah, pelupa, menghambat re-uptake 5-HT secara
dan insomnia selektif. Pada dosis 10 mg.
Permasalahan Pengobatan

ChE inhibitor merupakan terapi standar untuk Alzheimer, tetapi ada sebagian pasien
yang tidak berespon baik terhadap suatu ChE inhibitor, atau mengalami masalah
safety/tolerability = perlu switching medication.
Contoh : donepezil diganti dengan rivastigmin. Pada suatu penelitian diperoleh hasil
bahwa 50% pasien tidak responsif terhadap donepezil. Ada beberapa kemungkinan
untuk switching :
donepezil ke rivastigmin
donepezil ke galantamin
rivastigmin ke galantamin
Tetapi yang sudah banyak diteliti dan dipublikasikan tentang guideline nya
adalah switching ke rivastigmin.
Kenapa bukan diganti golongan inhibitor kolinesterase yang lain seperti galantamine
dan takrin? takrin memiliki banyak efek samping termasuk hepatotoksisitas sehingga
dibatasi penggunaannya, sedangkan donepezil, rivastigmin, galantamine
menunjukkan efikasi serupa dengan efek samping yang dapat ditoleransi.
Efek Samping Obat

1. Donepezil dan Rivastigmin


Kerusakan otot yang dapat menyebabkan ritme jantung
abnormal yang serius dan kadang fatal.
Denyut jantung menjadi lambat. Resiko ini akan lebih
tinggi jika memiliki masalah jantung.
Pendarahan pada lambung karena meningkatnya asam
lambung yang dapat meningkatkan resiko pendarahan pada
lambung / tukak.
Merasa gelisah
Kehilangan selera makan
Umumnya merasa tidak sehat
2. Fluoxetin
Detak jantung menjadi cepat
Gangguan tidur (insomnia)
Mual, muntah
Mulut kering
SELESAI
Thank You

You might also like