You are on page 1of 67

Aceh

KELOMPOK 1
KELAS 5-1

Photo by Si Gam / CC BY-SA 3.0


Pe haba Haba get
rakan?

Krue Krue
Seumangat Seumangat
Anggota kelompok:
Teuku Dewo

Cut Anin

Tengku Iki

Pocut Rizka

Tuanku Dimas

Syafira Safila

Said Fizri
GAMBARAN UMUM ACEH

Ibu kotanya adalah Banda Aceh

Aceh dianggap sebagai tempat dimulainya penyebaran Islam di


Indonesia.

Jumlah penduduk provinsi ini sekitar 4.500.000 jiwa.

Sumber daya alam yang melimpah, termasuk minyak bumi dan gas
alam.

Memiliki status sebagai Daerah Otonomi Khusus


Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia
skala 1 : 50.000, wilayah daratan Aceh
secara geografis terletak pada 020 00 00
060 00 00 LU dan 950 00 00 980 30
00 BT. Dengan

Sebelah utara : Selat Malaka dan Laut


Andaman/Teluk Benggala;
Sebelah timur : Selat Malaka
danProv. Sumatera Utara;
Sebelah selatan : Prov. Sumatera
Utara dan Samudera Hindia;
Sebelah barat : Samudera Hindia.

Luas wilayah daratan Aceh adalah


56,770.81 Km2 atau 5,677,081.033 Ha
dengan panjang garis pantai 2,666.27 km.
Sistem Religi
Aceh, Kota
Serambi Mekah
maksudnya "pintu gerbang"
yang paling dekat antara
Indonesia dengan tempat
dari mana agama tersebut
berasal.
Masalah pendidikan agama
Islam sangat diutamakan
sejak kecil hingga dewasa
tanpa berhenti. Meskipun
hampir semua orang Aceh
memeluk Islam, namun di
sana ada beberapa Gereja
yang umumnya peninggalan
jaman Belanda dan sedikit
ada yang baru didirikan.
didirikan oleh Nazimudin Al-Kamil pada tahun 1267,
seorang laksmana angkatan laut dari Mesir sewaktu dinasti
Fatimiyah berkuasa

Dinasti Fatimiyah merupakan dinasti yang beraliran paham


Syiah SEJARAH
saat ada ekspansi ke daerah Sampar Kanan dan Sampar Kiri
SINGKAT
sang laksamana Nazimudin Al-Kamil gugur. KERAJAAN
Setelah keruntuhan dinasti Fatimiyah yang beraliran Syiah, SAMUDERA
pada tahun 1284, dinasti Mamuluk yang bermadzhab
SyafiI mengambil alih kekuasaan Kerajaan Pasai PASAI
Mereka akhirnya dapat merebut Samudera Pasai.
Selanjutnya dinobatkanlah Meurah Silu sebagai raja
Samudera Pasai
Bukti Arkeologis Kerajaan Samudera Pasai

01 02 03
ditemukannya makam Di antara makam raja- Malik al-Saleh adalah
raja-raja Samudera raja tersebut, nama baru Meurah
Pasai di kampung terdapat nama Sultan Silu setelah ia masuk
Geudong, Aceh Utara Malik al-Saleh, Raja Islam, dan merupakan
Samudera Pasai sultan Islam pertama
di Indonesia
UPACARA KEAGAMAAN DI ACEH
Keumaweueh
Kelahiran Bayi
Upacara Adat Peucicap
Peutron Aneuk
Menyerahkan Anak Ketempat Pengajian
Upacara Sunat Rasul (Khitan)
Pertunangan Menjelang Pernikahan
Ba Ranub Kong Haba
Upacara Adat Perkawinan (Woe Linto)
Mampleue (Mempelai) Woe Linto
Upacara Sesudah Mampleue
Tueng Dara Baro
3 sistem nilai masyarakat aceh: Wahyu Allah Swt,
Hadis Rasulullah Saw, Hadih Maja
HADIH MAJA,
SERTA SISTEM hadih maja yaitu peribahasa yang sesungguhnya
menggambarkan jati diri/watak dari masyarakatnya
NILAI &
PANDANGAN Dalam pandangan hidup orang Aceh pemimpin
merupakan orang yang paling berat
HIDUP tanggungjawabnya.
Lampoh mupageue, umong mupitak
MASYARAKAT Nanggroe meusyarak maseng na raja
ACEH
Lagee mon tuha
Geulupak, tapeh keunan bandum
Sistem Kemasyarakatan
1. Bahasa
Menurut Asyik, bahasa Aceh berasal dari
turunan rumpun bahasa Austronesia.
Bahasa Aceh asli yang mirip dengan
bahasa campa atau Indo Cina
diperkirakan ada sebelum
berkembangnya bahasa melayau. Saat
ini Bahasa Aceh menjadi bahasa ibu di
sebagian besar pedesaan wilayah Aceh
dan terdiri atas beberapa dialek

a. Bahasa Aceh e. Bahasa Haloban


b. Bahasa Jamee f. Bahasa Gayo
c. Bahasa Kluet g. Bahasa Tamiang
d. Bahasa Simelue h. Bahasa Alas
Tulisan Arab Jawi ( Arab
Melayu)
Tradisi bahasa tulisan ditulis
dalam huruf arab melayu yang
disebut bahasa jawi atau jawoe.
Bahasa jawi ditulis dengan huruf
Arab ejaan melayu, banyak ilmu
pengetahuan agama, pendidikan,
dan kesusastraan ditulis dalam
bahasa Jawi
Sistem Organisasi Sosial
A. Sistem kekerabatan
Dalam kekerabatan Aceh peranan ibu dalam mendidik anak sangat jelas sehingga sang
ibu dapat membentuk mental anak sesuai dengan harapan ibu dan seringkali seorang
ayah hampir tidak mengetahui pola pendidikan si ibu, Karena ayah lebih berperan dalam
menentukan ekonomi keluarga.
B. Sistem kemasyarakat Aceh, dari tingkatan yang paling tinggi ke tingkatan yang paling
rendah terdiri dari :
a) Keurajeun (kesultanan), dipimpin oleh sultan
b) Sagoe (setingkat propinsi), dipimpin oleh panglima sagoe
c) Nanggroe (stingkat kabupaten), dipimpin oleh ulee Balang
d) Mukim (setingkat kecamatan), dipimpin oleh imueng mukim
e) Gampong (setingkat desa), dipimpin oleh keuchik
Setelah Aceh berintegrasi kedalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia, lembaga kemasyarakatan tersebut hilang dengan
sendirinya karena pemerintah melaksanakan sentralisasi dalam
segala bidang. Susunan tingkatan pmerintahanlokal yang
berlaku di Aceh pada saat ini ;

Sistem Pemerintah pusat NKRI

Organisasi Propinsi Nanggroe Aceh

Sosial Kabupaten / Kota

dalam NKRI Kecamatan

Mukim

Gampong
2. Lembaga Adat
Majelis adat Aceh adalah organisasi tertinggi
dalam hirarki lembaga adat di Nangroe Aceh
Darussalam. Majelis adat Aceh bertugas
membantu Wali Nanggroe Aceh dalam
membina, mengkoordinir lembaga-lembaga
adat lainnya :
Imeung mukim adalah pemimpin mukin yang
dipilih oleh musyawarah muim.
Keuchik adalah pemimpin gampong yang
dipilih langsung oleh penduduk gampong
melalui pemilihan yang demokrasi.
Tuha peut adalah legislatif gampong yang
dipimpin oleh seorang ketua dan sekretaris
Tuha lapan pada tingkat gampong dan mukim
dapat dibentuk tuha lapan sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan masyarakat.
Imeum meunasah dipilih dalam musyawarah
gampong.
Panglima laot Aceh dipilih dalam musyawarah
Berdasarkan pendekatan historis,
lapisan masyarakat Aceh yang menonjol
dapat dikelompokkan dalam dua
kelompok
Golongan umara (Teuku). Umara dapat
diartikan sebagai sebagai pejabat
pelaksana pemerintah dalam satu unit
wilayah kekuasaan. Pejabat dalam
struktur pemerintahan di Aceh pada
masa dahulu dikenal sebagai lapisan
pemimpin adat, beberapa gelar yang ada
dalam masyarakat umara adalah,
Tuanku, pocut, Teuku, Laksamana,
Uleebalang, Cut, Panglima sagoe,
Replika pesawat
indonesia
pertama di
lapangan Blang
Padang Banda
Aceh
3. Konflik Aceh dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
a) Proklamasi kemerdekaan indonesia dan pernyataan Aceh yang turut
mendukung kemerdekaan.
b) kondisi negara terus labil memunculkan kembali gagasan melepaskan
diri dari RI. Daud Beureueh menentang ide ini dan berkampanye kepada
seluruh rakyat, bahwa Aceh adalah bagian RI. Sebagai tanda bukti
Daud Beureueh berhasil mengumpulkan dana rakyat 500.000 dolar AS
untuk disumbangkan kepada bangsa Indonesia. Uang tersebut diberikan
kepada ABRI 250 ribu dolar, 50 ribu dolar untuk perkantoran
pemerintahan negara RI, 100 ribu dolar untuk pengembalian
pemerintahan RI dari Yogyakarta ke Jakarta, dan 100 ribu dolar
diberikan kepada pemerintah pusat melalui AA Maramis. Aceh juga
menyumbang emas untuk membeli obligasi pemerintah, membiayai
c) janji Soekarno pada 16 Juni 1948 bahwa Aceh akan
diberi hak mengurus rumah tangganya sendiri sesuai
syariat Islam tak juga dipenuhi.
d) Propinsi Aceh dilebur ke Propinsi Sumatera Utara.
e) Daud Beureueh pun menggulirkan ide pembentukan
Negara Islam dengan menyatakan bergabung dan
mengakui NII Kartosuwiryo. Rakyat Aceh yang
notabene Islam, mendukung sepenuhnya ide NII itu.
Tentara NII pun dibentuk, bernama Tentara Islam
Indonesia (TII). Lantas, terkenal-lah pemberontakan
DI/TII di sejumlah daerah.
f) Pada 1955 telah terjadi pembunuhan masal oleh TNI.
Sekitar 64 warga Aceh tak berdosa dibariskan di
lapangan lalu ditembaki. Aksi ini mengecewakan tokoh
g) selanjutnya faktor ekonomi yang
berwujud ketidakadilan dan
ketimpangan ekonomi antara pusat
dengan daerah. Pada era Soeharto,
Aceh menerima 1% dari anggaran
pendapatan nasional, padahal Aceh
memiliki kontribusi 14% dari GDP
Nasional. Terlalu banyak pemotongan
yang dilakukan pusat dari hasil
produksi dari Aceh. Meningkatnya
tingkat produksi minyak bumi yang
dihasilkan Aceh pada 1970-an dan
1980-an dengan nilai 1,3 miliar US
Dolar tidak memperbaiki kehidupan
sosial ekonomi masyarakat Aceh.
h) Awalnya, gerakan ini terdiri dari sekelompok intelektual yang merasa
kecewa atas model pembangunan di Aceh. Kelompok intelektual ini
berasumsi bahwa telah terjadi kolonialisasi Jawa atas masyarakat dan
kekayaan alam di Aceh. Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat,
kalangan pemuda, serta tokoh-tokoh agama di Aceh, Hasan Tiro
mereproduksi gagasan anti-kolonialisasi Jawa. Gagasan-gagasan Hasan
Tiro ini semakin memuncak setelah pemerintah orde baru meng-eksplorasi
kekayaan gas alam dan minyak bumi di Aceh Utara sejak awal 1970-an.
Perdamaian Aceh dengan
Indonesia MOU Helsingki

a. Upaya GAM tak pernah berhasil dan sebaliknya


Pemerintah Indonesiapun tidak pernah bisa dengan
tuntas memadamkan api gerakan sepaatis di Aceh.
Berbagai perundingan, upaya diplomatik hingga
operasi militer yang dilakukan, tidak pernah
membuahkan hasil.
b. Sampai kemudian, pada 26 Desember 2004, gempa
bumi berskala 8,9 richter mengguncang Aceh dan
menyebabkan tsunami. Bencana ini menelan ratusan
ribu korban jiwa, dan kerugian material yang sangat
dahsyat. Di tengah konflik Aceh yang tak
kunjung selesai, gempa bumi dan gelombang tsunami
itu semakin menambah penderitaan rakyat Aceh.
Seakan menjadi klimaks dari derita berkepanjangan
yang dialami masyarakat Aceh, Pemerintah Indonesia
dan para petinggi GAM akhirnya membuka kembali
jalan perundingan bagi terwujudnya kehidupan damai
di bumi Aceh.
c. Pada tanggal 15 Agustus
2005, di Helsinki,
Finlandia Pemerintah
Indonesia dan GAM
berhasil mencapai
kesepakatan damai.
Kedua belah pihak
kemudian
menandatangani
Memorandum of
Understanding (MoU)
bagi terwujudnya masa
depan Aceh yang damai
dan sejahterah dan
menandai berakhirnya
konflik yang telah
melanda Aceh selama
lebih 30 tahun.
d. Salah satu
implementasi penting
dari kesepakatan damai
(MoU) tersebut adalah
Sistem Pengetahuan
1. Suku ACEH berkembang dari
berbagai suku bangsa dan etnik
2. Provinsi Aceh adalah satu-satunya provinsi di Indonesia yang
menerapkan hukum atau Undang-Undang daerah nya sediri yang di sebut
QANUN ACEH.
3. Aceh merupakan daerah yang menerapkan syariat Islam, namun peraturan yang paling kentara di Aceh adalah
peraturan seputar Khalwat dan Jinayat saja.
4. Di Aceh ada polisi syariat yang
disebut Wilayatul Hisbah (WH)
5. Pedagang di Aceh bebas menciptakan harga sendiri, sampai makan ribapun tidak apa-apa. Di
Aceh terutama di Banda Aceh inflasinya hampir 100% setiap tahunnya.
6. Wanita Aceh menduduki peringkat kedua mahar termahal di
Indonesia
7. Pahlawan
wanita terbanyak
di Indonesia
Peusijuek

Kenduri Blang
8. Alasan Orang Aceh
tidak menyukai orang
Jawa
Belanda dan Orang Jawa Menyerang Aceh
Janji kepada rakyat Aceh yang diingkari

Aceh pernah berjasa besar bagi bangsa Aceh Dijadikan DOM oleh Presiden Soeharto
Sistem Kesenian
Seni Tari Aceh
Tari Ula-ula Lembing Tari Mesekat

Tari Ula-ula Lembing merupakan tarian


Tari Mesekat merupakan tarian dari suku Alas
daerah Aceh Tamiang. Tari ini ditarikan di daerah Aceh Tenggara. Tarian ini dibawakan
oleh 12 orang, dimana mereka berputar- oleh anak-anak sampai orang dewasa secara
putar ke sekeliling panggung bagaikan berkelompok. Dalam tarian ini, kadi atau she
akan menjadi imam yang nantinya menjadi
ular. Ciri khas tari ini adalah dibawakan panutan dalam gerak dan syair. Isi syairnya
dengan lincah, dinamis, dan ceria. dapat diartikan sebagai himbauan kepada
masyarakat atau pemerintah desa, camat,
bupati tentang hal-hal pembangunan.
Seni Tari Aceh
Tari Bines Tari Tarek Pukat

Tari Tarek Pukat diangkat dari kehidupan


Tari Bines merupakan tarian tradisional nelayan pesisir yang menangkap ikan di
yang berasal dari Kabupaten Gayo Lues. laut, berasal dari daerah Kabupaten Aceh
Tari Bines dibawakan oleh 12 hingga 14 Besar, Provinsi Aceh. Tarek yang berarti
orang perempuan dengan gerakan Tarik dan Pukat adalah sejenis jaring
mengayunkan tangan dan diikuti irama yang digunakan untuk menangkap ikan.
gerakan badan serta alunan lagu-lagu Dalam tarian ini menggambarkan
Gayo yang dibawakan oleh salah satu harapan mendapat ikan yang banyak
penari. Syair yang dinyayikan berisikan dengan semangat kerja keras dan riang
dakwah atau informasi pembangunan. gembira.
Seni Tari Aceh
Tari Rapai Geleng Tari Ranup Lampuan

Tari Rapai Geleng pertama kali dikembangkan Tari Ranup Lampuan dalam bahasa Aceh,
pada tahun 1965 di Pesisir Pantai Selatan. berarti sirih dalam puan. Puan adalah
Rapai adalah salah satu alat tabuh seni dari
Aceh. Nama Rapai diadopsi dari nama Syeik tempat sirih khas Aceh. Tarian ini
Ripai yaitu orang pertama yang ditarikan oleh para wanita. Tarian ini
mengembangkan alat musik pukul ini. Tari
Rapai geleng dilakukan dengan memainkan biasanya akan dibawakan untuk
Rapai disertai gerakan tarian yang penghormatan dan penyambutan tamu
melambangkan sikap keseragaman dalam hal
kerjasama, kebersamaan, dan penuh secara resmi.
kekompakan dalam lingkungan masyarakat.
Biasanya yang memainkan tarian ini adalah 12
orang laki-laki.
Seni Tari Aceh
Tari Rateb Meuseukat Tari Seudati

Tari Rateb Meuseukat banyak Tari Seudati adalah tarian yang berasal
berkembang di Meudang Ara Rumoh dari Provinsi Aceh. Seudati berasal dari
Baro di Kabupaten Aceh Barat Daya. kata Syahadat, yang berarti
Nama Rateb Meuseukat berasal dari
bahasa Arab yaitu Rateb asal kata ratib saksi/bersaksi/pengakuan terhadap Tiada
artinya ibadat dan meuseukat asal kata Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad
sakat yang berarti diam. Isi dan utusan Allah. Tarian ini juga termasuk
kandungan syairnya terdiri dari kategori Tribal War Dance atau Tari
sanjungan dan puji-pujian kepada Allah Perang, yang mana syairnya selalu
dan sanjungan kepada Nabi, dimainkan membangkitkan semangat pemuda Aceh
oleh sejumlah perempuan dengan untuk bangkit dan melawan penjajahan.
pakaian adat Aceh.
Seni Tari Aceh
Tari Likok Pulo Tari Saman

Tari Saman adalah sebuah tarian suku


Tari Likok Pulo adalah tari yang berasal Gayo yang biasa ditampilkan untuk
dari Aceh. Tarian ini lahir sekitar tahun merayakan peristiwa-peristiwa penting
1849, diciptakan oleh seorang ulama tua dalam adat. Syair dalam tarian Saman
berasal dari Arab yang hanyut di laut dan mempergunakan bahasa Arab dan
terdampar di Pulo Aceh. Tari ini diadakan Bahasa Gayo. Biasanya tari ini juga
sesudah menanam padi atau sesudah ditampilkan untuk merayakan kelahiran
panen padi, biasanya dilangsungkan pada Nabi Muhammad SAW. Tari Saman
malam hari bahkan jika tarian merupakan salah satu media untuk
dipertandingkan dapat berjalan semalam
suntuk sampai pagi. Tarian ini dimainkan pencapaian pesan (dakwah). Tarian ini
dengan posisi duduk bersimpuh, mencerminkanpendidikan,keagamaan,
berbanjar, atau bahu membahu. sopansantun,kepahlawanan,kekompakan
dan kebersamaan.
Seni Tari Aceh
Tari Pho Tari Laweut

Tari Pho adalah tari yang berasal dari Tari Laweut adalah tari yang berasal dari
Acih. Perkataan Pho berasal dari kata Pidie dan berkembang di seluruh Aceh.
peubae, yang artinya meratoh atau
meratap. Pho adalah panggilan Laweut berasal dari kata Selawat,
penghormatan dari rakyat hamba kepada sanjungan yang ditunjukkan kepada
Yang Mahakuasa. Tarian ini dibawakan junjungan Nabi Muhammad SAW.
oleh para wanita, yang biasanya
dilakukan pada kematian orang besar Sebelum sebutan laweut dipakai,
dan raja-raja. Sejak berkembangnya pertama kali Akoon (seudati Inong).
agama Islam, tarian ini tidak lagi Laweut ditetapkan namanya pada Pekan
ditonjolkan pada waktu kematian, dan Kebudayaan Aceh II.
telah menjadi kesenian rakyat yang
sering ditampilkan pada upacara-upacara
adat.
Alat Musik Tradisional Aceh
Arbab Bangsi Alas

Arbab adalah alat musik tradisional


Aceh yang dimainkan dengan cara Bangsi alas adalah alat musik tradisional
digesek. Bentuknya menyerupai rebab Aceh yang dimainkan dengan cara ditiup.
tetapi beda cara pembuatan. Arbab Instrumen ini terbuat dari bambu dengan
dibuat dari batok kelapa, kulit tujuh buah lubang nada di bagian
kambing, kayu dan dawai serta batangnya. Dalam pertunjukan musik,
memiliki alat penggesek yang terbuat bangsi alas berfungsi sebagai alat musik
dari serat tumbuhan atau rotan, biasa ritmis pengiring sebuah lagu.
disebut go arbab.
Alat Musik Tradisional Aceh
Canang Serune Kalee

Canang adalah alat musik tradisional Serune Kalee adalah alat musik
Aceh yang bentuknya menerupai
kenong atau gong kecil. Canang instrumen tiup sejenis clarinet yang
terbuat dari bahan kuningan. Canang terdapat di daerah Pidie, Aceh Utara,
sering dijumpai dalam keseharian Aceh Besar, dan Aceh Barat. Alat ini
masyarakat Tamiang, Aceh, Gayo, dan terbuat dari kayu. Alat ini biasanya
Alas. Masing-masing daerah memiliki digunakan bersama-sama dengan
sebutan yang berbeda untuk alat
musik ini. Canang menghasilkan nada genderang clan rapai dalam upacara-
melodis. upacaramaupun dalam mengiringi tarian-
tarian tradisional.
Alat Musik Tradisional Aceh
Rapai Geundrang

Rapai adalah instrumen ritmis yang dibuat dari Geundrang memilki bentuk tak ubah
bahan kayu dan kulit lembu. Rapai dimainkan seperti gendang pada umumnya. Alat ini
dengan cara dipukul menggunakan telapak
tangan. Diperkirakan alat ini berasal dari Irak. dimainkan dengan cara dipukul bagian
Rapai berdasarkan fungsinya dibedakan membrannya menggunakan telapak
menjadi enam jenis, yaitu Rapai Pasee, Rapai
Daboih, Rapai Geurimpheng, Rapai Pulot, tangan atau kayu pemukul. Geundrang
Rapai Anak, dan Rapai Kisah. Dalam berfungsi sebagai pengatur alunan nada
peruntukkannya instrumen ini dapat
dimainkan secara tunggal sebagai pengiring dari suatu pertunjukan orkestra Serune
tarian maupun sebagai pelengkap dalam Kalee. Alat ini termasuk contoh alat
pertunjukan orkestra Serune Kalee. musik ritmis yang mampu melengkapi
tempo musik khas suku Aceh.
Alat Musik Tradisional Aceh
Tambo Taktok Trieng

Tambo adalah sebuah bedug besar yang Taktok Trieng adalah alat musik
menghasilkan bunyi jika dipukul
menggunakan pemukul kayu. Tambo tradisional Aceh yang berbentuk dan
terbuat dari pohon iboh (bak oboh), kulit berfungsi seperti kentongan. Alat musik
lembu, dan tali rotan. Di masa silam ini terbuat dari batang bambu besar
fungsi tambo adalah sebagai sarana dengan lubang di salah satu bagiannya.
untuk mengumpulkan masyarakat di
Menasah agar mau melaksanakan sholat Alat ini dimainkan dengan dipukul
berjamaah. DI masa sekarang, posisi menggunakan kayu. Alat musik ini
tambo sudah sulit diketemukan karena memiliki fungsi sebagai sarana informasi
terganti oleh microphone.
di balai pertemuan, Meunasah (masjid),
atau sebagai pengusir burung di sawah.
Alat Musik Tradisional Aceh
Bereguh Celempong

Bereguh adalah alat musik tiup khas


Aceh yang terbuat dari tanduk kerbau. Celempong atau Talempong merupakan
Fungsi alat musik ini adalah sebagai instrumen perkusi yang dibuat dari
sarana komunikasi antar masyarakat susuan gong dengan ukuran beragam.
Aceh zaman dahulu yang hidup secara Celempong dimainkan dengan cara
terpisah di tengah hutan. Alat ini dipukul menggunakan alat pemukul
digunakan di beberapa daerah seperti
Kabupaten Aceh Besar, Pidie, dan Aceh khusus. Alat musik ini menghasilkan nada
Utara. melodis.
Sistem Mata Pencaharian
Meulancang (memasak
garam).
Pekerjaan meulancang dilakukan oleh sebahagian
penduduk yang mendiami daerah pinggir pantai terutama
pada masyarakat adat Aceh. Mereka mendirikan pondok-
pondok kecil di pinggir laut yang disebut lancang. Pada setiap
lancang terdapat 2-3 buah kuali tempat memasak
garam yang terdapat dari drom. Air laut dimasukkan ke
dalam kuali tersebut untuk dimasak. Setelah air laut tersebut
menguap dan kering maka pada dasar kuali tinggallah garam
yang mengkristal.
Disamping itu, terdapat suatu cara atau teknik memasak
garam yang lebih efisien lagi, yaitu teknik teumireh.
Menangkap berbagai jenis siput dan Penjaja ikan

Cue (langkitang) dan kleung (lokan) adalah dua jenis binatang molluaca
(lunak) yang digemari oleh masyarakat adat Aceh. Binatang tersebut hidup
di dasar kuala. Di daerah-daerah tertentu seperti Suak Seumaseh,
Kualabatu, terdapat orang-orang yang kerjanya pergi menyelam
mengambil kleung dan Cue untuk dijual di samping dimakan.

Dalam masyarakat adat Aceh dan Jame terdapat juga sekelompok orang
yang mata pencahariannya menjajaikan, di daerah adat Aceh disebut
mageungkot dan di daerah adat Jame disebut mugelauk. Para pemuge ini
dengan berkendaraan sepeda yang dibelakangnya terdapat
raga ungkot (ikan) sudah siap menunggu pukat yang berlabuh atau perahu
kail. Ikan yang mereka beli pada penangkap ikan tadi dibawa untuk diedar,
dilever kepada konsumen dikampung-kampung.
Membelah papan & Memanjat kelapa

Dalam masyarakat adat Aceh dan Jame terdapat sekelompok orang


yang bekerja pergi membelah kayu untuk keperluan alat-alat rumah di gunung-
gunung. Pekerjaan ini di daerah adat Aceh disebut seumeuplah, Didaerah adat
Jame disebut membalah. Mereka yang bekerja membelah kayu ini pergi ke
gunung dengan beberapa teman yang mempunyai mata pencaharian
yang sama. Pada jenis-jenis pekerjaan yang agak berat seperti memotong atau
menebang dan mengangkat kayu ke atas panggung (bantalan) tempat
penggergajian balok dilakukan secara tolong menolong. Penggergajian
dilakukansecara perseoransan. Sedangkan pembelah kayu
yang mempergunakan gergaji daun, tenaga penariknya dua orang.

Dalam masyarakat adat Aceh dan Jame terdapat jugasekelompokorang


yang kerjanya mengambil upahmemanjat kelapa. Pekerjaan inidi daerah adat
Aceh disebute kue dan di daerah adat Jame disebut naik karambie. Mereka itu
menerima upah dalam bentuk buah kelapa, ya itu 2- 3 buah perbatang.
Penggalas yang mengikuti uroe ganto atau peukan
(hari pasar).

Dalam masyarakat adat Aceh,Jame dan Tamiang terdapat


sekelompok orang yang kerjanya sebagai penjaja atau
penggala yang mengikuti hari pasaran. Mereka
yang bekerja pada bidang ini senantiasa membawa dan
membeli barang-barang setiap hari pasar sesuai dengan
peredaran hari pasar secara bergilir yang terdapat di
beberapa desa.
Sistem Peralatan Hidup
Seunungkee (tungku)
Seunungkee adalah tungku tradisional yang
banyak terdapat di kalangan masyarakat Aceh.
Tungku ini hingga sekarang masih digunakan oleh
masyarakat Aceh, terutama bagi mereka yang
tinggal di pedesaan.

Masyarakat Aceh membagi dapur menjadi 3 tipe


berdasarkan fungsinya yaitu:
a. Dapur rumah tangga
b. Dapur umum
c. Dapur produksi
PERSENJATAAN PRAJURIT ACEH

KELEWANG
SIWAH
SIKIN
SIKIN RENCONG
PERISAI AWE PERISAI TEUMAGA
Hadih Maja
Hadih maja
Adat bak Poteu Meureuhm, huktn bak Syjah Kuala,
Kanun bak Putroe Phang, reusam bak Laksamana.
Adat pada paduka Almarhum, hukum pada Teungku Syiah
Kuala, Undang-Undang puteri Pahang, adat kebiasaan
pada Laksamana. Maksudnya : adat istiadat yang tidak
dalam hukum, diatur oleh Sultan (Iskandar Muda),
sedangkan hukum kenegaraan Islam diatur oleh Ulama
(Teungku Syiah Kuala).
Hadih maja
Banja ub jiplueng, bulueng ub jiteuka.
(Baris sebesar larinya, hak (bagian) sebesar
datangnya).
Maksudnya : sesuatu pekerjaan itu harus
berjalan atau dilakukanmenurut kebiasaan
yang wajar.
Hadih maja

Bidang hareukat blang ngon


lamph (Bidang usaha sawa'h
dengan kebun).
Maksudnya : sawah dan kebun
adalah tempat usaha dan hal
ini sesuai dengan negara kita
yang agraris. Maka sebaiknylah
kita memanfaatkan tanah yang
luas itu untuk memperoleh
penghidupan yang layak.
Hadih maja

Kareuna boh taturi bak


(Karena buah dikenal pohon).
Kiasannya, melihat budi
pekerti dan mendengar tutur
katanya, maka dapatlah
diketahui bahwa orang itu
keturunan orang
baikbaik ataupun orang
jahat.
Hadih maja

Meungka tabh bungkh


beuneung, beutateumeung
bangkh sutra (Kalau dibuang
bungkus benang, hendaklah
memperoleh
bungkus sutera).
Maksudnya : dalam hidup
manusia hendaklah terus
menerus berusaha meningkat
maju. Kalau meninggalkan
sesuatu yang lama hendaklah
sanggup memperoleh yang
baru yang lebih
sempurna dan lebih
memuaskan.
Hadih maja
Bak si sult uteuen pi luwah, bak si malah
raya that dawa (Pada pendusta hutan pun
luas, pada si malas banyak alasannya) .
Penipu itu banyak sekali tipu muslihatnya
dan tidak takut apaapa, pemalas banyak
dalihnya untuk tidak bekerja.
Hadih maja
Bak taduek mupayh, bak tah mupaya (Tempat
duduk berserakan, tempat duduk kacau balau).
Dikatakan kepada orang yang jorok dan
pengotor.
Sesi pertanyaan?

You might also like